Anda di halaman 1dari 48

TINGKAT PEMANFAATAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus

pelamis)
YANG DIDARATKAN DIPELABUHANPERIKANAN NUSANTARA
(PPN) TERNATE

PRAKTEK KERJA LAPANG(PKL)

OLEH :

IKBAL BUAMONA
05161311014

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017
LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)


: Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Ternate

Nama Ikbal Buamona


:
0516131101
NPM
: Manajemen SumberdayaPerairan

Program Studi Perikanan dan Ilmu Kelautan


:

Fakultas
:

Disetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irham,S.Pi M.Si Adi Noman Susanto, S.Pi, M.Si


NIP. 197912032002121004 NIP. 198002122005011002

Mengetahui
Ketua Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan

Inayah, S.Pi, M.Si


NIP. 197603202003122001
LEMBARAN PENGESAHAN

Nama : Ikbal Buamona

NPM : 05161311014

Judul : Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Yang


Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate

Program Studi : Manajemen SumberdayaPerairan

Fakultas: Perikanan dan Ilmu Kelautan

Disahkan
KomisiPembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irham,S.Pi,M.Si Adi Noman Susanto, S.Pi, M.Si


NIP. 197912032002121004 NIP. 198002122005011002

KomisiPenguji

Penguji I Penguji II

Sunarti, S.Pi, M.Si M. Said Alhaddad, S.Pi, M.Si


NIP. 197707202005012004 NIP. 197704262006041002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pembantu Dekan


Manajemen Sumberdaya Perairan Bidang Akademik

Inayah, S.Pi, M.Si Sahlan Norau, S.Pi,M.Si


NIP. 197603202003122001 NIP. 197501022005011001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sang penguasa tunggal

alam semesta Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan limpahan rahmat dan

karunianya sehingga penulisan naskah Praktek Kerja Lapang dengan judul

“Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Yang

Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate”dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada sang peretas

peradaban yang telah membebaskan manusia dari alam kebiadaban menuju alam

keberadaban yaitu baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan

keluarganya.

Hasil Praktek Kerja Lapang disusun sebagai salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk mencapai jenjang S1. Penulis menyadari bahwa dalam naskah

Praktek Kerja Lapang ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan naskah ini.

Ternate, Mei 2017


Penulis

Ikbal Buamona
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat............................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4


2.1 Deskripsi Ikan Cakalang ....................................................................... 4
2.2 Daerah Penangkapan dan Musim Penangkapan.................................... 5
2.3 Potensi Sumberdaya Perikanan ............................................................. 6
2.4 Hasil Maksimum Lestari (MSY) ........................................................... 7
2.5 Produktivitas Penangkapan (CPUE) ..................................................... 10
2.6 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan ....................................... 10

III. METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG.................................. 15


3.1 Waktu dan Lokasi Praktek Kerja Lapang.............................................. 15
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 15
3.3 Metode Pengambilan Data .................................................................... 16
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................ 16
3.4.1 Standarisasi Upaya Tangkap.......................................................... 17
3.4.2 Pendugaan Parameter Biologi........................................................ 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 20


4.1 Deskripsi Lokasi Praktek Kerja Lapang................................................ 20
4.2 Produksi dan Upaya Penangkapan Ikan Cakalang ................................ 21
4.3 Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE).............................. 22
4.4 Hasil Maksimum Lestari (MSY) ........................................................... 25
4.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Cakalang................................ 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 28


5.1 Kesimpulan............................................................................................ 28
5.2 Saran ...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 31
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Puncak Musim Penangkapan Cakalang Menurut Wilayah


Perairan ................................................................................ 5
2. Alat dan Bahan .................................................................... 15
3. Produksi dan Upaya Tangkap CPUE Ikan Cakalang Tahun
2011-2015 ............................................................................ 23
4. Jumlah Hasil Tangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Cakalang Tahun 2011-2015................................................. 27
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Jenis Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)................................ 4


2. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang.............................................. 15
3. Hasil Produksi dan Upaya Penangkapan Ikan Cakalang Selama
2011-2015 ................................................................................... 21
4. Grafik Fluktuasi CPUE Ikan Cakalang di PPN Ternate Tahun 2011-
2015 ............................................................................................ 24
5. Kurva Maximum Sustanable Yield Ikan Cakalng ....................... 25
I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan sumberdaya yang relatif

kompleks.Dalam hal ini lingkungan pengelolaan pun sangat berbeda dari

sumberdaya terestial lainnya.Dari sisi sumberdaya, stok sumberdaya ikan,

misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga dimensi.Kondisi ini

menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut

pengaturan hak kepemilikan atas sumberdaya tersebut,(Fauzi dan Suzy, 2005

dalam Diah dkk, 2012).

Perairan Maluku Utara memiliki potensi sumberdaya perikanan khususnya

ikan pelagis kecil yang cukup besar, namun diduga tingkatpemanfaatannya masih

belum optimal. Usaha perikanan yang berkembang di Maluku Utara tergolong

perikanan pantai. Tingkat pemanfaatan yang belum optimal ini diduga disebabkan

masih rendahnya produktivitas usaha penangkapan seperti: keterbatasan modal,

alat tangkap yang relatif sederhana, armada penangkapan yang digunakan relatif

kecil dan ketrampilan nelayan yang masih rendah (Irham, 2006).

Cakalang (Katsuwonus pelamis), merupakan sumberdaya ikan yang

dewasaini produksinya cenderung semakin merosot dibeberapa perairan dunia.

Padakenyataannya hingga saat ini sumberdaya tersebut masih dimanfaatkan

olehusaha perikanan yang berskala kecil dan bersifat tradisional.

Sumberdayaperikanan cakalang adalah salah satu sumberdaya perikanan unggulan

yangmemberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan daerah Maluku

Utara.Kegiatan usaha pemanfaataan sumberdaya perikanan cakalang di Kota


Ternateumumnya dilakukan dengan menggunakan huhate (pole and line

)(Muksin, 2006).

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate merupakan salah satu tempat

pendaratan ikan yang terletak di wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

Kawasan tempat pendaratan ikan ini merupakan salah satu kawasan pesisir,

sebagian besar penduduk yang bermukim bermatapencaharian sebagai nelayan.

Merujuk pada latar belakang sebelumnya maka penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis) Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kota

Ternate”.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang umum dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya ikan

adalah permasalahan biologi dan permasalahan ekonomi. Permasalahan biologi

mencakup terancamnya kelestarian stok sumberdaya ikan, lajunya tingkat

pemanfaatan ikan dan kondisi biofisik perairan yang tidak memadai. Sedangkan

permasalahan ekonomi, yaitu usaha penangkapan belum memberikan keuntungan

yang maksimal bagi nelayan.Salah satu alternatif pemecahan masalah dalam

mengoptimalkan sumberdaya perikanan ikan cakalang dengan memperhatikan

kelestariannya, yaitu dengan melakukan analisis pada tingkat pemanfaatan ikan

cakalang.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan Praktek Kerja Lapang ini ialah :

1. Menentukan nilai MSY ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang

didaratkan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kota Ternate.


2. Menentukan tingkat pemanfaatan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kota Ternate.

Hasil Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah tentang tingkat pemanfaatan dan potensi lestari ikancakalang yang

didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kota Ternate, sehingga dapat

dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Cakalang

Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang. Adapun

klasifikasi cakalang menurut Matsumoto.et al,(1984) adalah sebagai berikut :

Phylum :Vertebrata

Class : Telestoi

Ordo : Perciformes

Famili : Scombridae

Genus :Katsuwonus

Species :Katsuwonus pelamis

Gambar 1 : Jenis Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)


Sumber : http://limbong40.blogspot.co.id/2011/12/ikan-cakalang.html

Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species

Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang

yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill

rakes) berjumlah 53 – 63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung

yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras,

jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada

pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet.
Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat

titik-titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah.

Cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang rakus.

Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya

disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus, ikan ini biasa

bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m. Ikan ini mencari makan

berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya.an perut keperakan,

dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian

samping badan.

2.2. Daerah Penangkapan dan Musim Penangkapan

Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi dan belum

tentu sama diantara satu perairan dengan perairan yang lain. Nikujuluw (1986),

menyatakan bahwa penangkapan cakalang dan tuna di perairan Indonesia dapat

dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim

dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Selanjutnya Monintja et al. (2001),

membagi puncak musim penangkapan cakalang menurut wilayah perairan yang

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Puncak musim penangkapan cakalang menurut wilayah perairan


Wilayah Perairan Puncak Musim
Sulawesi Utara – Tengah Maret s/d Mei; Agustus s/d Nopember; April s/d Juni
Halmahera September s/d Oktober; Pebruari s/d April
Maluku September s/d Desember
Irian Jaya Pebruari s/d Juni; Agustus s/d Desember
Pelabuhan Ratu Agustus s/d September
Padang Maret s/d Mei
Aceh Belum diperoleh informasi
Sumber : Muksin. 2006
Paulus (1987)dalam Muksin(2006), menyatakan bahwa dalam memilih dan

menentukandaerah penangkapan, harus memenuhi syarat-syarat antara lain :(1)

kondisi daerah tersebut harus sedemikian rupa sehingga ikan denganmudah datang

dan berkumpul dalam gerombolan, (2) daerahnya aman dan alattangkap mudah

dioperasikan, (3) daerah tersebut harus daerah yang secaraekonomis

menguntungkan. Potensi cakalang di Indonesia sebagaian besarterdapat di daerah

perairan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Daerah penangkapanyang potensial

bagi ikan tersebut di KTI terdapat di perairan Sulawesi Utara, Halmahera, Maluku

dan Irian Jaya dengan basis penangkapan masing- masingdi Bitung, Ternate,

Ambon dan Sorong. Wilayah yang memiliki potensicakalang di kawasan barat

Indonesia terdapat di perairan selatan Jawa Barat(Pelabuhan Ratu), Sumatera

Barat dan Aceh (Monintja et al. 2001dalam Muksin 2006).

2.3. Potensi Sumberdaya Perikanan

Pendugaan potensi sumberdaya ikan suatu perairan adalah hal yang penting

dalam manajemen perikanan sebagai salah satu langkah dalam menduga

parameter lainnya. Gumay (1994) dalam Bonenehu (2016) menyatakan

kelimpahan stok ikan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak usaha-usaha

manajemen terhadap suatu populasi ikan, menduga laju mortalitas untuk

mengurangi laju eksploitasi.

Laevastu dkk (1998) dalam Bonenehu (2016) menyatakan bahwa ada

beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga potensi sumberdaya

perikanan. Metode tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pendugaan secara langsung, yaitu pendugaan yang didasarkan pada

penangkapan ikan secara langsung dengan menggunakan alat


tertentu. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah survei trawl,

survei penangkapan dan longline, survei larva dan survei ikan

juvenil.

2) Survei akustik (acoustic survey), yaitu survei yang menggunakan

peralatan akustik. Dengan metode ini dapat dilakukan pengamatan

terhadap potensi ikan dalam areal yang lebih luas.

3) Analisis pertambahan populasi (Virtual Population Analysis) metode

ini didasarkan pada perhitungan pendugaan kematian ikan. Metode

ini digunakan bersama dengan data kelimpahan dari hasil anlisis

survei trawl atau survei akustik CPUE.

4) Simulasi ekosistem (ecosystem simulation) dan model

keanekaragaman jenis (multispecies models), metode ini dilakukan

dengan membuat model yang menirukan situasi ikan yang

sebenarnya ketika hidup di alam.

5) Model produksi surplus (surplus production models), metode ini

didasarkan pada data produksi ikan tahunan dari penangkapan.

2.4. Hasil Maksimum Lestari (MSY)

Pemanfaatan sumberdaya ikan umumnya didasarkan pada konsep hasil

maksimum yang lestari (maximum sustainable yield), adalah hasil tangkapan

terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan. Konsep

MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan

yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi

yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort dengan suatu nilai

maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari Schaefer yang paling
sederhana (Widodo dan Suadi, 2006). Inti dari konsep ini adalah menjaga

keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar dapat dimanfaatkan secara

maksimum dalam waktu yang panjang.

Lebih lanjut Widodo dan Suadi, (2006) menyatakan bahwa MSY memiliki

beberapa keuntungan. antara lain bahwa konsep ini didasarkan pada gambaran

yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok ikan terhadap

penangkapan. Setiap nelayan akan memahami bahwa dari stok yang berukuran

kecil hanya mampu menghasilkan hasil tangkapan yang kecil, dan demikian juga

sebaliknya, atau sederhananya sejumlah hasil tangkapan yang tidak terlalu besar

tidak akan mampu menurunkan stok tersebut. Selain itu MSY ditentukan dengan

suatu ukuran fisik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang ditangkap,

sehingga menghindarkan perbedaan-perbedaan dalam wilayah suatu negara

ataupun antar negara, dibandingkan dengan kriteri lainnya (misalnya harga hasil

tangkapan atau penurunan biaya operasional).

MSY diestimasi dari model surplus produksi bahwa dalam kondisi tak ada

penangkapan di dalamnya terjadi peningkatan biomassa dan pengurangan

biomassa akibat kematian alami. Sehingga terdapat peluang untuk pemanfaatan

secara terkendali, agar sumberdaya tidak mati percuma secara alami. Apabila ada

penangkapan maka stok dapat diatur dalam suatu keseimbangan baru dimana hasil

panen (tangkapan) sama dengan surplus produksi (Murniati, 2011). Selanjutnya

disebutkan bahwa syarat penerapan model MSY ini adalah :

1. Cocok untuk diterapkan pada usaha spesies tunggal.

2. Faktor prey, predator, penyakit, kompetisi, dan polusi dianggap tidak

berpengaruh.
3. Dapat diterapkan pada multi spesies sebagai total biomassa dari suatu

wilayah pengelolaan tertentu.

Produksi lestari (maximum sustainable yield) merupakan hubungan antara

hasil tangkapan dengan upaya penangkapan dalam bentuk kuadratik, dimana

tingkat effort dan hasil tangkapan menggambarkan keberlanjutan sumberdaya.

Apabila produksi lestari dipanen melampaui batas maksimum (MSY), maka

diyakini bahwa sumberdaya tersebut akan punah dan tidak dapat dimanfaatkan

lagi. Tingkat pemanenan terhadap suatu sumberdaya sangat ditentukan oleh upaya

tangkapan (effort)(Simbolon, 2004).

Konsep MSY dapat diterapkan dalam penangkapan spesies tunggal maupun

multispesies sebagai total biomassa dari suatu daerah pengelolaan dengan

anggapan bahwa pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti predator, penyakit,

kompetisi, polusi, dan sebagainya dianggap tidak berpengaruh. Konsep ini banyak

dikritik keberhasilannya dalam memaksimumkan hasil penangkapan secara

berkelanjutan dalam jangka panjang. Namun sampai sekarang masih tetap

digunakan dalam berbagai kebijakan untuk menentukan jumlah tangkapan yang

aman sebagai batas acuan biologi untuk mencapai tujuan pengelolaan perikanan

berkelanjutan. Walaupun sudah banyak formulasi-formulasi produksi ditemukan

dalam pengelolaan perikanan, namum belum ada suatu formulasi yang berhasil

mempertahankan kelestariannya sumerdaya perikanan jangka panjang (Ali,

2005dalam Murniati, 2011).


2.5. Produktivitas Penangkapan (CPUE)

Hasil tangkapan per unit upaya atau Catch Per Unit Effort (CPUE)

merupakan angka yang menggambarkan perbandingan antara hasil tangkapan per

unit upaya atau usaha. Nilai ini biasa digunakan untuk melihat kemampuan

sumberdaya apabila dieksploitasi terus-menerus. Nilai CPUE yang menurun dapat

menandakan bahwa potensi sumberdaya sudah tidak mampu menghasilkan lebih

banyak walaupun upaya ditingkatkan. Catch Per Unit Effort (CPUE) merupakan

hasil tangkapan per unit alat tangkap pada kondisi biomassa yang maksimum.

Pendekatan model Schaefer menggunakan data hasil tangkapan tahunan dan usaha

penangkapan dalam jangka lama dan berasumsi berada dalam kondisi seimbang

dengan usaha penangkapan menunjukkan kurva parabola yang simetris (King,

2007).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perencanaan yang akurat

dalam pengembangan sumberdaya perikanan tangkap sangat diperlukan agar

sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara rasional dan berkelanjutan.

Untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap dibutuhkan data

dan informasi tentang tingkat eksploitasi sumberdaya serta besaran upaya tangkap

(Catch Per Unit Effort) yang telah dilakukan selama ini oleh nelayan dan

pengusaha di bidang perikanan tangkap (Murniati, 2011).

2.6. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Mugiono (1994) dalam Bonenehu (2016) menyatakan bahwa tingkat

pemanfaatan berguna untuk mengetahui status pemanfaatan suatu sumberdaya

atau untuk mengetahui berapa persen dari sumberdaya yang telah dimanfaatkan
dapat diukur membandingkan hasil tangkapan (catch) dengan potensi lestari

(MSY) yang didapatkan melalui analisis produksi surplus.

Menurut klasifikasi Dwiponggo (1982) dalam Bonenehu (2016) tentang

tingkat pemanfaatan atau pengusahaan sumberdaya perikanan dibagi menjadi

empat macam yaitu :

1. Pengusahaan yang rendah, dimana hasil tangkapan merupakan

sebagian kecil dari potensinya.

2. Pengusahaan yang moderat (sedang), dimana hasil tangkapan

merupakan sebagian yang nyata dari potensinya, namun perubahan

upaya penangkapan masih memungkinkan.

3. Pengusahaan yang tinggi, dimana hasil tangkapan sudah mencapai

potensinya penambahan upaya penangkapan tidak akan menambah

hasil tangkapan.

4. Pengusahaan yang lebih (overfishing) dimana terjadi pengurangan

stok ikan karena penangkapan sehingga hasil tangkapan per satuan

upaya penangkapan akan jauh berkembang.

Overfishingsecara sederhana dapat kita pahami sebagai penerapan sejumlah

upaya penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan (widodo dan suadi,

2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada beberapa jenis overfishing sebagai

berikut :

a. Growth overfishing

Ikan ditangkap sebelum mereka tumbuh mencapai ukuran dimana

peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan akan mampu membuat

seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan oleh mortalitas alami


(misalnya pemangsaan). Pencegahan growth overfishing meliputi

pembatasan upaya penangkapan, pengaturan ukuran mata jaring dan

penutupan musim atau daerah penangkapan.

b. Recruitment overfishing

Pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu stok sedemikian rupa

sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur

yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama. Pencegahan

terhadap recrutment overfishingmeliputi proteksi (misalnya melalui

reservasi) terhadap sejumlah stok induk (parental stock, broodstock) yang

memadai.

c. Biological overfishing

Kombinasi dari growthdan recruitment overfishing akan terjadi manakala

tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan tertentu melampaui

tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MSY. Pencegahan terhadap

biological overfishing meliputi pengaturan upaya penangkapan dan pola

penangkapan (fishing pattern).

d. Economic overfishing

Terjadi bila tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan melampaui

tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MEY, yang dirumuskan

sebagai perbedaan antara nilai kotor dari hasil tangkapan dan seluruh biaya

dari penangkapan. Perlu dicatat bahwa tingkat upaya penangkapan MEY

lebih kecil daripada tingkat upaya MSY. Perbaikan pengelolaan akan

menurunkan biaya produksi melalui pengurangan upaya penangkapan,

dengan demikian menurunkan biaya penangkapan. Selaian itu, perbaikan


pengelolaan juga akan meningkatkan pemerataan, yakni lebih banyak

dan/atau lebih murah tersedia makanan bagi masyarakat yang tertinggal

dan kurang mampu. Sebagai tambahan terhadap empat jenis overfishing

klasik tersebut, yang dapat menimpa semua bentuk perikanan atau

sumberdaya ikan di dunia, terdapat bentuk overfishing yang terutama

relevan dengan perikanan tropis, yakni : ecosystem overfishing.

e. Ecosystem overfishing

Overfishing jenis ini dapat terjadi sebagai hasil dari suatu perubahan

komposisi jenis dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan

yang berlebihan, dimana spesis target menghilang dan tidak digantikan

secara penuh oleh jenis “pengganti”. Biasanya ecosystem overfishing

mengakibatkan timbulnya suatu transisi dari ikan bernilai ekonomi tinggi

berukuran besar kepada ikan kurang bernilai ekonomi berukuran kecil, dan

ahirnya kepada ikan rucah (trash fish) dan avertebrata non komersial

seperti ubur-ubur.

f. Malthusian overfishing

Malthusian overfishingmerupakan suatu istilah untuk mengungkapkan

masuknya tenaga kerja yang tergusur dari berbagai aktivitas berbasis darat

(land-based-activities) ke dalam perikanan pantai dalam jumlah yang

berlebihan, yang berkompetisi dengan nelayan tradisional yang telah ada

dan yang cenderung menggunakan cara-cara penangkapan yang bersifat

merusak, seperti dinamit untuk ikan-ikan pelagis, sianida untuk ikan-ikan

di terumbu karang dan insektisida di beberapa perikanan laguna dan

estuarian.
Purwanto (1986) dalam Bramantya (2003) mengemukakan bahwa untuk

mengusahakan supaya sumberdaya ikan bisa dimanfaatkan terus-menrus secara

maksimal dalam waktu yang tidak terbatas maka laju kematian karena

penangkapan (tingkat pemanfaatan) perlu dibatasi pada suatu tingkat tertentu.

Induk-induk dalam jumlah tertentu harus disesuaikan dan diberi kesempatan untuk

berkembang biak, sehingga mampu menghasilkan anak ikan dalam jumlah cukup

untuk kelestarian. Suatu tingkat pemanfaatan yang optimal adalah tingkat

pemanfaatan dimana jumlah yang ditangkap sebanding dengan tambahan jumlah

kepadatan karena perkembangbiakan dan pertumbuhan serta penyusutan karena

kematian alami.
III. METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1. Waktu dan Lokasi Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April

2017, di tempat pendaratan ikan, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kota

Ternate.

Gambar 2. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam menunjang keberhasilan

Praktek Kerja Lapang ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang

No Alat dan Bahan Kegunaan


1 Alat tulis menulis Mencatat data
2 Kamera Alat dokumentasi
3 Kuesioner Mengumpulkan data
4 Data time series produksi ikan Data Praktek Kerja lapang
cakalang tahun 2011-2015
3.3. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode

survei dan observasi. Data terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer di

peroleh dari pengamatan langsung di lokasi pengambilan data dan wawancara

terhadap pihak-pihak yang terkait berdasarkan daftar pertanyaan yang disediakan

(kuesioner). Responden yang dituju ialah nelayan yang menangkap ikan cakalang.

Sumberdaya ikan yang digunakan adalah ikan cakalang yang didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. Unit penangkapan ikan yang digunakan

ialah huhate (Pole and line), pukat cincin (Purse seine), pancing ulur (Hand line).

Data sekunder diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate

yang dikumpulkan meliputi :

1. Data time series produksi ikan cakalang tahun 2011-2015


2. Data time series produksi per alat tangkap untuk masing-masing
jenis ikan cakalang tahun 2011-2015
3. Data time series jumlah alat tangkap ikan cakalang tahun 2011-2015
3.4. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan

sumberdaya ikan cakalang yang didaratkan di PPN Ternate menggunakan analisis

model scheafer. Adapun data yang dianalisis terdiri dari data :

1. Jumlah hasil tangkapan ikan cakalang dari alat tangkap huhate (Pole

and line), pukat cincin (Purse seine), pancing ulur (Hand line) dari

tahun 2011 sampai tahun 2015.

2. Jumlah upaya tangkap alat tangkap huhate (Pole and line), pukat

cincin (Purse seine), pancing ulur (Hand line). Dari tahun 2011

sampai tahun 2015.


3.4.1. Standarisasi Upaya Tangkap

Karena kemampuan tangkap tiap alat tangkap berbeda-beda, maka perlu

dilakukan standarisasi upaya penangkapan. Rumus yang digunakan untuk

melakukan standarisasi upaya tangkap ialah berikut (Gulland, 1982dalam

Bonenehu 2016) :

1) Menghitung Fishing Power Index (FPI)

Keterangan :

FPI =Fishing Power Indeks


CPUEi = CPUE alat tangkap yang akan distandarisasi (unit)
CPUEs = CPUE alat tangkap standar (unit)

2) Menghitung Upaya Standar

Fs =

Keterangan :

fs = Upaya penangkapan hasil standarisasi (unit)


fi = Upaya penangkapan yang akan distandarisasi (unit)

3.4.2. Pendugaan Parameter Biologi

Metode produksi surplus merupakan salah satu metode untuk menentukan

tingkat upaya penangkapan optimum, yaitu kegiatan penangkapan yang

menghasilkan tangkapan maksimum tanpa mempengaruhi produktivitas populasi

ikan dalam waktu yang panjang. Hubungan hasil tangkapan dengan upaya

penangkapan dilihat dengan menggunakan metode produksi surplus Scheafer

(Sparre and Venema 1999dalam Bonenehu 2016).


Hubungan fungsi tersebut ialah :

Y = a + βx + e

Keterangan :

Y : Peubah tak bebas (CPUE) (kg/unit)


X : Peubah bebas (effort) (unit)
e : Simpangan
a,β : Parameter regresi penduga nilai a dan b

Kemudian diduga dengan fungsi dugaan, yaitu :

Y = a + bx

Nilai a dan b dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

∑ −∑ n ∑ xy − ( ∑x) (∑y)
= b=
n ∑x − (∑x)

Selanjutnya dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

1. Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (f),

= −

2. Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya Penangkapan (f),

= −

3. Upaya penangkapan (Fopt) diperoleh dengan cara menyamakan turunan

pertama hasil tangkapan terhadap upaya penangkapan sama dengan nol

sebagai berikut :

4.

= −

= − =0

Fopt= /2
5. Produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan cara mensubsitusikan

nilai upaya penangkapan optimum ke dalam persamaan :

Cmax= ( /2 ) − ( /4 )

= /4

6. CPUE optimum di peroleh dengan cara menyamakan turunan pertama

hasil tangkapan terhadap CPUE sama dengan nol.

CPUEopt = /2 atau CPUEopt = MSY / fopt


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Praktek Kerja Lapang

Secara geografis kedudukan wilayah Provinsi Maluku Utara terletak antara

30 LU-30 LS dan antara 1240 BT-1290 BT, dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

 Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik

 Sebelah Selatan dengan Laut Seram dan Laut Banda

 Sebelah Timur dengan Selat Halmahera

 Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Sedangkan secara administrasi Provinsi Maluku Utara terdiri dari 6

kabupaten dan 2 kota dengan luas keseluruhan ±145.819,1 km2.

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah ini beriklim tipe A dan

B, sedangkan menurut klasifikasi Koppen bertipe A. Wilayah Provinsi Maluku

Utara dipengaruhi oleh 4 musim, yaitu musim utara atau barat dan musim selatan

atau timur dan 2 musim peralihan. Musim angin berlangsung setiap tahun dengan

kecepatan rata-rata 12 km/jam yang dipengaruhi oleh keadaan angin musim utara

dan musim selatan diselingi musim pancaroba yang merupakan transisi antara

kedua musim tersebut.Musim utara terjadi pada bulan Oktober hingga Maret dan

musim selatan terjadi pada bulan April hingga September.

Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate terletak di

Kelurahan Bastiong Kecamatan Kota Ternate Selatan.Beragam aktifitas yang

berkaitan dengan perikanan tangkap dapat dijumpai disini.Selain berfungsi

sebagai pelabuhan pendaratan ikan, disekitar areal Pelabuhan Perikanan Nusantara

Ternate terdapat pula sarana fisik yang diperuntukan sebagai pasar ikan.Beragam
jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan lokal di perairan Maluku Utara dan

sekitarnya diperjual belikan di pasar tersebut.Salah satu jenis ikan ekonomis

penting yang dominan ditangkap oleh nelayan ialah ikan cakalang (Katsowunus

pelamis).

4.2. Produksi dan Upaya Penangkapan Ikan Cakalang

Data produksi dan upaya yang diperoleh dari Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Ternate dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2011-2015)

mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3 :

4,000 3573.75
3,500 3186.36 3298.46
3,000
2,500 2172.15 2251.51
2,000
1,500
1,000
500 51 62 49 50 64
0
2011 2012 2013 2014 2015

Effort (Unit) Produksi (Ton)

Gambar 3. Hasil Produksi dan Upaya Penangkapan Ikan cakalang selama 2011-
2015
Sumber : Olahan Data Primer, (2017)

Pada gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa kecendrungan upaya dan produksi

berfluktuasi.Nilai upaya (effort) terendah untuk penangkapan ikan cakalang

selama 5 tahun terakhir terdapat pada tahun 2013 dengan nilai upaya sebesar 49

unit. Sedangkan untuk nilai produksi tertinggi terdapat pada tahun 2014

denganhasil produksi 3573,75 ton per tahun dan produksi terendah pada tahun

2011 dengan nilai produksi sebesar 2175,15 ton per tahun.


Naiknya nilai produksi pada tahun 2014 dari tahun sebelumnya 2013

dikarenakan terjadi penambahan upaya penangkapan 2,04%, hal ini menunjukan

bahwa semakin besar upaya penangkapan maka semakin besar pula hasil produksi

yang dicapai. Namun pada tahun 2011 dan 2012 hasil produksi menurun dengan

upaya penangkapan yang cukup tinggi.Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa dengan jumlah effort yang banyak belum tentu menghasilkan produksi

yang besar.Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang maksimal yaitu batasan

unit penangkapan agar mendapatkan hasil produksi yang optimal.

4.3. Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE)

Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE), mencerminkan

perbandingan antara hasil tangkapan dengan unit effortyang dicurahkan. Hasil

tangkapan pada prinsipnya adalah merupakan outputdari kegiatan penangkapan,

sedangkan effortyang diperlukannya pada prinsipnya merupakan inputdari

kegiatan penangkapan tersebut. Perhitungan CPUE harus dilakukan standarisasi

alat tangkap terlebih dahulu karena berdasarkan data produksi terlihat lebih dari

satu alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan cakalang.

Berdasarkan data hasil produksi total effort ikan cakalang dengan

menggunakan alat tangkap Pole and line, Purse seine, Hand line yang diperoleh

dari PPN Ternate 2011-2015 dapat dijadikan sebagai acuan untuk

menggambarkan kelimpahan stok sumberdaya ikan cakalang di Maluku Utara.

Pada tabel 3 menunjukan bahwa produksi dan upaya tangkap CPUE ikan cakalang

selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Hal ini di karenakan fluktuasi hasil

tangkapan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : upaya tangkap, musim

penangkapan, cuaca, teknologi alat tangkap, teknik penangkapan dan juga tingkat
keberhasilan operasi penangkapan. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang

cukup relefan digunakan untuk menduga kelimpahan stok sumberdaya ikan

cakalang adalah dengan dengan perhitungan hasil tangkapan per upaya

penangkapan atau catch per unit effort (CPUE) dapat dilihat pada tabel 3.

Perhitungan standarisasi alat tangkap untuk pemanfaatan sumberdaya ikan

cakalang yang didaratkan di PPN Ternate adalah Pole and line. Hal ini

dikarenakan hasil tangkapan dari alat tangkap tersebut lebih maksimal jika

dibandingkan dengan hasil tangkapan alat tangkap lainnya, dengan demikian alat

tangkap yang dijadikan standart mempunyai faktor daya tangkap atau Fishing

Power Index (FPI) sama dengan 1 adalah alat tangkap pole and line.

Nilai produksi, upaya tangkap dan CPUE ikan cakalang selama 5 tahun

terakhir dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Upaya Tangkap CPUE Ikan Cakalang Tahun 2011-2015
TotalUpaya Produksi CPUE
No Tahun (Effort) (Catch) Schaefer
1 2011 51 2172,15 42,243
2 2012 62 2251,51 36,204
3 2013 49 3186,36 64,972
4 2014 50 3573,75 71,676
5 2015 64 3298,46 51,530
Jumlah 277 14482,23 266,625
Rata-Rata 55,30 2896,45 53,325
Sumber : Olahan Data Primer, (2017)

Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa nilai CPUE tertinggi terdapat pada

tahun 2014 dengan nilai CPUE sebesar 71,676 kg/unit dengan total effort sebesar

50 unit/tahun. Sedangkan nilai CPUE terendah terdapat pada tahun 2012 yaitu

36,204 kg/unit dan total effort sebesar 62 unit/tahun. Sejak tahun 2014 fluktuasi

CPUE terus terjadi dan kecendrungan penurunan ini terus berlangsung pada satu

tahun terakhir yaitu pada tahun 2015.


Berdasarkan nilai CPUE tiap tahun yang didapat maka dapat dilihat

fluktuasi nilai CPUE tersebut dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar 4.

Fluktuasi CPUE Ikan Cakalang Yang Didaratkan


di PPN Ternate Tahun 2011-2015
80.000
70.000
60.000
CPUE (Ton/Unit)

50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Gambar 4.Grafik Fluktuasi CPUE Ikan Cakalang di PPN Ternate Tahun 2011-
2015
Sumber : Olahan Data Primer, (2017)

Berdasarkan pada gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa nilai CPUE

berfluktuasi dari tahun 2011-2015, dengan demikian upaya penangkapan

mengindikasikan bahwa produktivitas ikan cakalang akan semakin menurun

dengan adanya peningkatan upaya penangkapan. Hal ini terjadi karena selama

periode tahun tersebut terjadi penambahan dan pengurangan jumlah upaya

penangkapan (effort).CPUE dipengaruhi oleh banyaknya effortyang dilakukan

sepanjang tahun tersebut untuk menghasilkan produksi.Grafik fluktuasi CPUE

diatas semakin menurun menandakan bahwa adanya tekanan terhadap

sumberdaya ikan cakalang. Kondisi tersebut menandakan bahwa sumberdaya ikan

cakalang pada perairan tersebut berstatussedang dalam proses pemanfaatan.

Fluktuasi CPUE terjadi dikarenakan pengaruh dari beberapa faktor yaitu,

semakin jauhnya daerah penangkapan, dan faktor kondisi alam/lingkungan (cuaca,


angin, salinitas, musim) terhadap populasi dan komunitas sumberdaya (Bonenehu,

2016).

4.4. Hasil Maksimum Lestari (MSY)

Hasil tangkapan lestari atau MSY adalah besarnya jumlah stok ikan

tertinggi yang dapat ditangkap secara terus menerus dari suatu potensi yang ada

tanpa mempengaruhi kelestarian stok sumberdaya ikan tersebut.Dengan di

ketahuinya nilai MSY maka tingkat pemanfaatan suatu sumberdaya ikan

diharapkan tidak melebihi nilai MSY, agar kelestrian sumberdaya tersebut dapat

terus terjaga (Bonenehu, 2016).

Analisis hasil tangkapan maksimum lestari dalam Praktek Kerja Lapang ini

dilakukan melalui pendekatan model produksi surplus dengan model Schaefer.

3500

3000
Hasil Tangkapan (Ton)

2500

2000

1500

1000

500

0
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97
Upaya Tangkap (Unit)

Gambar 5. Kurva Maximum Sustanable Yield Ikan Cakalang


Sumber : Olahan Data Primer, (2017)

Hasil simulasi data produksi perikanan cakalang diperoleh nilai hasil

tangkapan per unit upaya (CPUE) dari jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

terjadi fluktuasi pada produksi cakalang selama 5 tahun (2011-2015) terakhir

dengan produksi tertinggi terdapat pada tahun 2014 dengan nilai produksi
3573,75kg/unit dan produksi terendah terdapat pada tahun 2011 dengan nilai

produksi 2172,15 kg/unit. Kemudian hasil analisis diperoleh nilai potensi

maksimum lestari (Maximum Sustanable Yield) sebesar3.005,820 ton/tahun

dengan optimum upaya penangkapan (Emsy) sebesar 48,626 unit.

4.5. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Cakalang

Pemanfaatan sumberdaya perikanan pada umumnya menggunakan prinsip

kehati-hatian, maka diperlukan satu konsep pemfaatan yang ideal untuk menjaga

kelestarian stok sumberdaya ikan dalam suatu perikanan.

Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang mengalami fluktuasi

dengan tingkat pemanfaatan paling tinggi terdapat pada tahun 2014 dengan

persentase 118,89 % dan tingkat pemanfaatan paling rendah terdapat pada tahun

2011 dengan persentase 72,26 %. Hal ini terjadi karena ada penambahan upaya

penangkapan.

Menurut Asis (1984) dalamBonenehu (2016) mengelompokkan

pemanfaatan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Tingkat pemanfaatan lebih kecil atau sama dengan 65 %

dikategorikan dalam pemanfaatan under exploited.

2. Tingkat pemanfaatan lebih besar dari 65 % sampai 100 %

dikategorikan dalam pemanfaatan optimal.

3. Tingkat pemanfaatan sama atau lebih dari 100 % dikategorikan

dalam pemanfaatan overfishing.

Perkembangan pemanfaatan ikan ikan cakalang selama kurun waktu 2011-

2015 dapat dilihat pada tabel 4 :


Tabel 4. Jumlah Hasil Tangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang Tahun
2011-2015
Tingkat
No Tahun Produksi MSY Persentase Pemafaatan
(Catch) (%) Schaefer
1 2011 2172,15 3.005,820 100 72 %
2 2012 2251,51 3.005,820 100 75 %
3 2013 3186,36 3.005,820 100 106 %
4 2014 3573,75 3.005,820 100 119 %
5 2015 3298,46 3.005,820 100 110 %
Jumlah 14482,23
Rata-Rata 2896,45 96 %

Tabel 4. Jumlah Hasil Tangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang


Sumber : Olahan Data Primer, (2017)

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011,2012 dan 2013 masih

dalam kategori pemanfaatan optimal karena kisaran produksi ikan cakalang antara

65 % sampai 100 %. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 pemanfaatan ikan

cakalang dalam setahun telah melebihi 100 % sehingga kategori pemanfaatannya

telah overfishing.

Usaha pemanfaatan ikan cakalang jika dilihat nilai rata-rata dalam 5 tahun

terakhir yaitu 96 %, nilai ini menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan ikan

cakalang dalam kategori optimal. Sesuai ketentuan dalam Code of Conduct

Responsible Fisheries (CCRF) jumlah tangkapan total yang diperbolehkan (Total

Allowable Catch) adalah 80 % dari besarnya nilai MSY (Nikijuluw, 2002).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapang ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Nilai Maximum Sustanable Yield (MSY) ikan cakalang yang didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate masih lebih tinggi

dibandingkan produksi ikan yang didaratkan.

2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang yang didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate dalam Kategori

optimal/moderate.

6.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan setelah melakukan Praktek Kerja Lapang ini

adalah dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Maluku Utara, khususnya

sumberdaya ikan cakalang harus diperhatikan aspek keberlanjutan mengingat

pada tahun 2014 dan 2015, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang sudah

melebihi tingkat pemanfaatan yang telah ditetapkan dalam ketentuanCode of

Conduct Responsible Fisheries (CCRF) jumlah tangkapan yang diperbolehkan

(Total Allowable Catch) adalah 80 % dari besarnya nilai MSY, maka diperlukan

pengurangan alat tangkap terhadap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).


DAFTAR PUSTAKA

Bramantya, A, 2003.Studi Tentang Potensi dan Tingkat Pemanfaatan


Sumberdaya Ikan Pelagis Besar di Provinsi Maluku
Utara.Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Bonenehu, C. 2016. Kajian Bioekonomi Sumberdaya Ikan Kembung (Rastrelliger


spp.) Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Bastiong
Kota Ternate.Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Univesitas Khairun. Ternate.

Collete, B.B, 1983. FAO Speries Catalouge Vol.2. Scombrids of The World. An
annotated and Illustrated Catalougue of Tuna, Mackerels Bonitos and
Related Species Known to Date.FAO Fish.Synop.Rome.

Gulland, J.A. 1991. Fish Stock Assessment (A Manual of Basic Methods).


Chichester-New York-Brisbane-Toronto-Singapore: John Wiley and
Sons. 223 p.

Irham, 2005.Analisis Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine Berbasisi


Optimasi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Maluku Utara.Tesis
(Tidak dipublikasikan).Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. 78 hal

King, Michael: 2007. Fisheries Biology, Assessment and Management.Second


Edition.Blackwell Publishing.Ltd Australia.

Monintja, et. al, Modifikasi Teknologi Pengolahan Surimi Dalam Pemanfaatan


“BY-CATCH” Pukat Udang Di Laut Arafura.Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 1 Tahun 2009

Matsumoto, et al. 1984.Sinopsis of Biological Data on Skipjack Tuna, Katsuwonus


Pelamis.NOAA Technical Report.FAO Fisheries Sypnopsis No.
136Honolulu.

Murnaiti, 2013.Potensi dan tingkat pemanfaatan ikan Terbang (exocoetidae) di


perairan majene, Kabupaten majene provinsi sulawesi Barat. Skripsi
(Tidak dipublikasikan) Makassar : Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin. 52 Hal

Muksin D, 2006. Optimalisasi Usaha Perikanan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)


Di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.Tesis (Tidak
dipublikasikan).Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor.119 hal.

Nikijuluw.V.P.H. 2002.Peranan Stock Assesment dalam Pengelolaan Perikanan


Buletin Warta Mina No.10 Tahun V. Direktorat Jenderal Perikanan
Departemen Pertanian Jakarta.
PPN Ternate, 2015. Laporan Tahunan Statistik Perikanan PPN 2015

Piscandika D,dkk 2012. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol


(Euthynnus affinis dan Auxis thazard) yang Didaratkan pada Tempat
Pendaratan IkanDesa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau,Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Jurnal. (Tidak dipublikasikan) Riau : Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. 9 hal

Simbolon DF, 2004. Suatu Studi Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya


Ikan Cakalang dan Teknologi Penangkapan yang Ramah
Lingkungan.Buletin PSP Volume XIII – 1. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. 48 – 67 hal.

Taeran, I. 2007. Tingkat Pemanfaatan Dan Pola Musim Penangkapan Beberapa


Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting Di Provinsi Maluku Utara. Tesis
(Tidak Dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor.134 Hal.

Widodo, Johanes dan Suadi, 2006.Pengelolaan Sumberdaya Perikanan


Laut.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Produksi Ikan cakalang berdasarkan Jenis Alat Tangkap Tahun 2011-
2015 (KG)
Jenis Alat Tahun
Tangkap 2011 2012 2013 2014 2015
Pole And Line 1.982.439 2.239.259 3.170.890 3.496.804 3.275.576
Purse Seine 189.119 10.020 11.400 63.564 21.049
Hand Line 595 2.232 4.068 13.380 1.830
Jumlah 2.172.153 2.251.511 3.186.358 3.573.748 3.298.455

Lampiran 2. Jumlah Alat Tangkap Penangkapan Ikan Cakalang Tahun 2011-2015


Jenis Alat Tahun
Tangkap 2011 2012 2013 2014 2015
Pole And Line 50 61 48 49 63
Purse Seine 56 46 40 32 39
Hand Line 62 71 68 77 61
Jumlah 168 178 156 158 163

Lampiran 3. Upaya Tangkap dan CPUE Ikan Cakalang


Upaya CPUE
Pole And Line Purse Seine Hand Line Pole And Line Purse Seine Hand Line
50 56 62 39.648,78 3.377,13 9,60
61 46 71 36.709,16 217,83 31,44
48 40 68 66.060,21 285,00 59,82
49 32 77 71.363,35 1.986,38 173,77
63 39 61 51.993,27 539,72 30,00
271 213 339 265.774,77 6.406,04 304,62
54,2 42,6 67,8 53.154,95 1.281,21 60,92

Lampiran 4. Analisis Fishing Power Index (FPI) Ikan Cakalang


Indeks Pole And Line Purse Seine Hand Line
CPUE 53154,95 1281,21 60,92
FPI 1,0000 0,0241 0,0011
Lampiran 5. Upaya Standart, Total Produksi dan Tingkat Pemanfaatan
Upaya Standarisasi
Tahun Pole And Hand Total Produksi CPUE Tingkat
Purse Seine
Line Line Upaya Schaefer Pemanfaatan
2011 50,00 1,34978 0,07106 51 2172,15 42,243 72,26%
2012 61,00 1,10875 0,08138 62 2251,51 36,204 74,91%
2013 48,00 0,96413 0,07794 49 3186,36 64,972 106,01%
2014 49,00 0,77131 0,08826 50 3573,75 71,676 118,89%
2015 63,00 0,94003 0,06992 64 3298,46 51,530 109,74%
Jumlah 277 14482,23 266,625 481,81%
Rata-rata 55,30 2896,45 53,325 96,36%

Lampiran 6. Analisis Menentukan Nilai MSY


intercept (a atau c) 123,631 5,254
slope (b atau d) -1,271 -0,024
MSY Schaefer; -0,25 * a2/b 3.005,820 Kg
MSY Fox; -(1/d) * exp (c -1) 2.972 Kg
EMSY Schaefer; -0,5 (a/b) 48,626 Unit
EMSY Fox -(1/d) 42 Unit
TAC 80% MSY 2.404,656 2.378 Kg
Lampiran 7. Analisis Untuk Menentukan Kurva MSY
a= 123,631
b= -1,271
C = af + bf2
f y
0 0
1 122,4
2 242,2
3 359,5
4 474,2
5 586,4
6 696,0
7 803,1
8 907,7
9 1.009,7
10 1.109,2
11 1.206,1
12 1.300,5
13 1.392,4
14 1.481,7
15 1.568,4
16 1.652,7
17 1.734,3
18 1.813,5
19 1.890,1
20 1.964,1
21 2.035,6
22 2.104,6
23 2.171,0
24 2.234,9
25 2.296,2
26 2.355,0
27 2.411,3
28 2.465,0
29 2.516,2
30 2.564,8
31 2.610,9
32 2.654,4
33 2.695,4
34 2.733,9
35 2.769,8
36 2.803,2
37 2.834,0
38 2.862,3
39 2.888,0
40 2.911,2
41 2.931,9
42 2.950,0
43 2.965,6
44 2.978,6
45 2.989,1
46 2.997,1
47 3.002,5
48 3.005,3
48,626 3.005,820
49 3.005,6
50 3.003,4
51 2.998,7
52 2.991,3
53 2.981,5
54 2.969,1
55 2.954,2
56 2.936,7
57 2.916,7
58 2.894,1
59 2.869,0
60 2.841,3
61 2.811,2
62 2.778,4
63 2.743,1
64 2.705,3
65 2.665,0
66 2.622,1
67 2.576,6
68 2.528,6
69 2.478,1
70 2.425,0
71 2.369,4
72 2.311,3
73 2.250,6
74 2.187,3
75 2.121,5
76 2.053,2
77 1.982,3
78 1.908,9
79 1.833,0
80 1.754,5
81 1.673,4
82 1.589,8
83 1.503,7
84 1.415,0
85 1.323,8
86 1.230,1
87 1.133,8
88 1.034,9
89 933,6
90 829,6
91 723,2
92 614,2
93 502,6
94 388,5
95 271,9
97,2512 0,0
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang di PPN Ternate

Kapal Penangkapan Ikan Cakalang


Wawancara Dengan Beberapa Nelayan
Suasana Pendaratan Ikan
Produksi Hasil Tangkapan

Anda mungkin juga menyukai