Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

KERJA PRAKTEK AKHIR (KPA)


ANALISIS NILAI CATCH PER UNIT EFFORT (CPUE) HASIL
TANGKAPAN PADA KM. BORNEO PEARL DI PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI (PPP) SUNGAI RENGAS PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Oleh :
RIDWAN AHADI
3201809021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNK NEGERI PONTIANAK
PONTIANAK
2021
PROPOSAL
KERJA PRAKTEK AKHIR (KPA)
ANALISIS NILAI CATCH PER UNIT EFFORT (CPUE) HASIL
TANGKAPAN PADA KM. BORNEO PEARL DI PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI (PPP) SUNGAI RENGAS PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Oleh :
RIDWAN AHADI
3201809021

Kerja Praktek Akhir


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan
pada
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNK NEGERI PONTIANAK
PONTIANAK

2
2021

3
Judul KPA :Analisis Nilai Catch Perunit Effort (CPUE) Hasil Tangkapan Pada
Km.Borneo Pearl di Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas
Provinsi Kalimantan Barat
Nama : Ridwan Ahadi
NIM : 3201809021

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

DR. Nurmala E Simbolon, S.SS. M.Ed


NIP. 197309252005012003

Ketua Program Studi Ketua Jurusan


Teknologi Penangkapan Ikan Ilmu Kelautan dan Perikanan

Slamet Jumaedi, S.St.Pi.,MP Lukas Wibowo Sasongko, St.Pi.,M.Pi


NIP. 19790529 2005011003 NIP. 19781209 200501 1 004

Direktur
Politeknik Negeri Pontianak

Dr. Ir. H. Muhammad Toasin Asha, M.Si


NIP. 19611225 199001 1 001

BERITA ACARA
KERJA PRAKTEK AKHIR (KPA)

Laporan Kerja Praktek Akhir (KPA) telah dipertahankan dihadapan panitia Kerja
Praktek Akhir (KPA) Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Jurusan Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Politeknik negeri Pontianak :

Hari, Tanggal :
Tempat : Politeknik Negeri Pontianak

Dan telah diterima oleh panitia Kereja Praktek Akhir (KPA)

Ketua Penguji

DR. Nurmala E Simbolon, S.SS. M.Ed


NIP. 197309252005012003

Penguji I Penguji II

Sadri, S.St.Pi, MT La Baharudin, S.St.Pi, MT


NIP. 198010282003121002 NIP. 197701012003121001
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN KERJA PRAKTEK
AKHIR DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa kerja praktek akhir (KPA) berjudul
Analisis Nilai Catch Perunit Effort (CPUE) Hasil Tangkapan Km.Borneo Pearl di
Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas Provinsi Kalimantan Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir KPA ini.

Pontianak, 7, Juni, 2021

Ridwan Ahadi
NIM 3201809021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan serta dapat menyelesaikan laporannya tepat
waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Laporan Kerja Prakek Lapangan ini
disusun berdasrkan apa yang telah kami lakukan pada saat berada dilapangan yakni
di “Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas. Dalam penyusunan laporan
hasil kerja akhir lapangan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada;
1. Bapak Lukas Wibowo,S,St.Pi, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Kelautan
dan Perikanan
2. Bapak Slamet Jumaedi, S. St. Pi, MP Selaku Ketua Prodi Teknologi
Penangkapan Ikan.
3. Bapak Reza Alnanda, S.Pi, M.Si Selaku Kordinator Kerja Praktek Akhir
(KPA)
4. Ibu Dr. Nurmala E Simbolon,S.SS. M.Ed Selaku Pembimbing
5. Bapak La Baharudin, S. St. Pi, MT Selaku Penguji
6. Bapak Sadri, S. St. Pi, MT Selaku Penguji
Penulis akui penulis tidak lah sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang tak
retak begitu pula dalam penulisan ini, apabila nantinya terdapat kekeliruan dalam
penulisan laporan kerja praktek ini penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya.

Pontianak, Juni 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Pelaksanaan KPA........................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan Proposal KPA...........................................................2
1.4 Batasan Pelaksanaan KPA.......................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Kapal dan Alat Tangkap..........................................................................3
2.1.1 Kapal Cast Net (Jalah Jatuh Berkapal)..........................................3
2.1.2 Kontruksi Alat Tangkap Cast Net................................................4
2.2 Proses Pengoperasian...............................................................................5
2.2.1 Pengoperasia Alat Tangkap Cast Net............................................5
2.2.2 Lama Trip Penangkapan.................................................................7
2.2.3 Daerah Penangkapan......................................................................8
2.2.4 Musim Penangkapan.......................................................................9
2.2.5 Hasil Tangkapan...........................................................................10
2.3 Nelayan.................................................................................................11
2.4 Catch Perunit Effort (CPUE)..............................................................11
BAB 3 METODELOGI.......................................................................................13
3.1. Waktu dan Tempat................................................................................13
3.2. Bahan dan Alat......................................................................................13
3.3. Metode Pengumpulan Data...................................................................13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................15
4.1 Hasil.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

8
DAFTAR TABLE

Halaman
Table 1. Data Alat Tangkap 13
Table 2. Pengamatan Langsung Pengoperasian Alat Tangkap 14
Table 3. Hasil Tangkapan 14

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kontruksi Alat Tangkap Cast Net 3
Gambar 2. Kapal Cast Net 3
Gambar 3. Desain Jaring Alat Tangkap Cast Net 4
Gambar 4. Peta Daerah Penangkapan WPP-711 6

9
10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan strategis, dengan
sumber daya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik di darat maupun
di perairan tawar dan laut. Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km²
yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3.1 juta km² serta
perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2.7 juta km² dengan
potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6.4 juta ton/tahun panjang garis pantai 99
093 km dengan jumlah pulau 13 466 pulau. Kekayaan sumber daya ikan ini pada
kenyataannya tidak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia.
Kalimantan Barat termasuk dalam wilayah pengelolaan  Perikanan II,
meliputi Laut Cina Selatan, Laut Natuna dan Selat Karimata, yang relatif lebih
dekat dengan daerah penangkapan ikan (Fishing ground), rata-rata dapat ditempuh
5-7 jam dari Pelabuhan. Disamping itu terletak dekat dengan pusat pemasaran
baik lokal, intrasuler, Kondisi eksisting PPI Sungai Rengas semula hanya dapat
menampung kapal-kapal perikanan berskala kecil (5 – 10 GT), yang dalam
perkembangannya saat ini telah mampu menampung kapal-kapal perikanan
berukuran 30 – 200 GT.
PPI Sungai Rengas telah memiliki Fasilitas Pokok, Fasilitas Fungsional dan
Fasilitas Penunjang yang dapat menampung kapal-kapal perikanan berukuran
besar sesuai persyaratan teknis Pelabuhan Perikanan dalam PERMEN NO.16
TAHUN 2006.
Oleh karena PPP Sungai Rengas telah memenuhi Standar Persyaratan
Teknis Pelabuhan Perikanan maka pada tanggal 16 November 2009 melalui SK.
NO. KEP.82/MEN/2009 telah ditingkatkan statusnya menjadi Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) .Tahun 2017 Perubahan nomenklatur lembaga dari Unit
Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPP) Sungai Rengas, menjadi Unit Pelaksana
Teknis Pelabuhan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat, sesuai dengan Peraturan
Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 89 Tahun 2017, tanggal, 28 Desember 2017.
Penangkapan bouke ami dilakukan sepanjang tahun dan tidak
mengenal musim, sehingga terdapat hasil tangkapan utama yang memiliki

1
nilai ekonomis tinggi dan hasil tangkapan sampingan yang tidak diinginkan
nahkoda atau anak buah kapal (ABK) tetapi hasil tangkapan ini masih
memiliki nilai ekonomis untuk dijual dan digunakan sebagai alternatif
penambah biaya operasional kapal atau pendapatan bagi ABK.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul “Analisis
Nilai Catch Perunit Effort (CPUE) Hasil Tangkapan Pada Km.Borneo Pearl
di Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas Provinsi Kalimantan Barat”

1.2 Tujuan Pelaksanaan KPA


Adapun tujuan pelaksanaan dari Kerja Praktek Akhir (KPA) ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui catch per unit effort (CPUE) pada alat tangkap Cast Net
2. Mengetahui pengoperasian pada alat tangkap Cast Net

1.3 Manfaat Penulisan Proposal KPA


Kerja Praktek Akhir (KPA) ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Informasi Tentang catch per unit effort (CPUE) Pada Alat Tangkap
Cast Net agar menjadi bahan acuan bagi instansi atau perorangan yang
memerlukan?
2. Informasi Tentang Pengoperasian Pada Alat Tangkap Cast Net

1.4 Batasan Pelaksanaan KPA


Batasan masalah yang di ambil dalam Kerja Praktek Akhir (KPA) ini
adalah:
1. Berapakan Catch Perunit effort (CPUE) Pada Alat Tangkap Cast Net.
2. Bagaimana Pengoperasian Pada Alat Tangkap Cast Net selama 1 Trip.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal dan Alat Tangkap

2.1.1 Kapal Cast Net (Jalah Jatuh Berkapal)


jalah jatuh berkapal (cast net). Cast net   adalah alat tangkap yang terbuat
dari bahan jaring berbentuk kerucut, pengoperasiannya dijatuhkan menggunakan
dua palang rentang yang terletak mendatar disisi kapal dan tali kerut (RSNI1.
Alat penangkapan ikan -  jala jatuh cumi). Sesuai dengan International Standard
Statistical Classification of Fishing Gear  – FAO, cast net   termasuk dalam
klasifikasi alat tangkap yang dijatuhkan dengan menggunakan singkatan dan
berkode ISSCFG 06.1.0 yaitu jala jatuh lainnya ( falling gear not specified ).
Berdasarkan KEPMEN Kelautan dan Perikanan No. KEP.06/MEN/2010 tentang
alat penangkapan ikan di WPPNRI, cast net  termasuk dalam kelompok alat
penangkapan ikan yang dijatuhkan atau ditebarkan ( falling gear ), yaitu
kelompok alat penangkapan ikan yang terbuat dari  jaring, besi, kayu, dan/atau
bambu yang cara pengoperasiannya dijatuhkan/ditebarkan untuk mengurung ikan
pada sasaran yang terlihat maupun tidak terlihat (SNI 7277.12:2008). Alat
tangkap cast net   dirancang dari bahan jaring (webbing ) berbentuk  piramid,
terdiri dari bagian badan yang berkedudukan di bawah dan bagian kantong di
atas. Pada mulut jala dipasang pemberat dalam jumlah besar sehingga
mempercepat turunnya jala pada saat dijatuhkan, selain itu pada mulut jala juga
terdapat cincin dan tali kerut yang berfungsi untuk mengerutkan jaring sehingga
cumi-cumi yang masuk dalam jala tidak keluar. Pada mulanya alat tangkap ini
hanya digunakan untuk menangkap ikan kembung, kemudian digunakan untuk
menangkap ikan Saury dengan alat bantu cahaya (Hakim, 1989).
Chandra, (2013) meneliti tentang hubungan produksi dengan faktor-
faktor produksi unit penangkapan jaring cumi di Eretan Wetan Kabupaten
Indramayu. Penelitian tentang karakteristik perikanan jaring cumi di Utara Jawa
juga telah dilakukan oleh Hufiadi & Mahiswara, (2016).

3
Gambar 1. Kapal Cast Net (PPP Sungai Rengas, 2012)
Laevastu dan Hela (1970), menyatakan bahwa biota yang
bersifat fototaksis positif biasanya akan lebih efektif
penangkapannya dilakukan sebelum tengah malam dan cumi-
cumi merupakan salah satu biota yang efektif dilakukan di
malam hari.

2.1.2 Kontruksi Alat Tangkap Cast Net

Cast Net merupakan jaring berbentuk mengerucut dengan panjang


berkisar antara 14 – 20 m dan diameter mulut jaring berkisar antara 12 – 20 m,
menggunakan ukuran benang yang berbeda dan ukuran mata jaring yang berbeda
pada setiap bagian jaring nya. Untuk bagian kaki jaring atau juga disebut oleh
nelayan dengan Srampatan dengan ukuran benang d/48 dan ukuran mata jaring
adalah 3 Inch, Srampatan berfungsi melindungi bagian tepi jaring utama yang
diikatkan pada tali ris atas dan tali ris bawah agar bagian pinggir jaring tidak cepat
rusak atau sobek. Sudirman (2013) menyatakan ukuran benang pada Srampatan
(Selvedge) biasanya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada jaring utama,
selanjutnya pada bagian badan jaring menggunakan ukuran benang d/12 dan
ukuran mata jaring 1 ¼ - 2 Inch, dan pada bagian ujung/kantong jaring
menggunakan benang berukuran d/24 dan ukuran mata jaring 1 ¼ Inch. Jaring
BoukeAmi menggunakan pemberat dengan jenis timah berat satuan 250 gram per
buah dan dipasang dibagian Srampatan kaki jaring, sehingga untuk sekeliling kaki
jaring membutuhkan 1000 – 1500 pemberat dengan berat total berkisar 250 – 400
Kg, dan menggunakan cincin sebanyak 60 - 80 cincin yang berukuran 3½ Inch

4
dengan berat satuan 400 gr, fungsi pemberat disini ialah berfungsi untuk
menenggelamkan jaring sampai pada dasar perairan untuk menjerat cumi dan ikan
yang berada di bawah permukaan air sedangkan cincin berfungsi sebagai tempat
untuk melingkarkan tali kerut saat menutup mulut jaring, Cincin ini selain
memiliki fungsi seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat
(Sudirman & Mallawa, 2012), sehingga Cumi tersebut terperangkap masuk
kedalam badan jaring sampai kekantong Jaring.

f
e
b
c
Gambar 2. Kontruksi Alat Tangkap Cast Net

Gambar 3. Desain Jaring alat tangkap Cast Net

2.2 Proses Pengoperasian


2.2.1 Pengoperasia Alat Tangkap Cast Net
Laevastu dan Hela (1970), menyatakan bahwa biota yang bersifat fototaksis
positif biasanya akan lebih efektif penangkapannya dilakukan sebelum tengah malam
dan cumi-cumi merupakan salah satu biota yang efektif dilakukan di malam hari.

5
Kapal bouke ami melakukan operasi penangkapan dalam satu kali trip yaitu 2 sampai
dengan 3 bulan. Pengoperasian bouke ami biasanya dilakukan pada saat malam hari,
mulai dari jam 6 sore hingga 5 pagi menggunakan alat bantu berupa lampu berfungsi
untuk menarik gerombolan cumi-cumi. Gardan juga digunakan sebagai alat bantu
dalam penarikan jaring. Dalam satu hari dilakukan 5-8 kali setting. Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan setting ialah 1 jam, sedangkan untuk proses hauling
dibutuhkan waktu 30 menit dengan waktu tunggu 30 menit.
Cast net  pada umumnya dioperasikan di perairan yang agak jauh dari pantai
dengan atau tanpa alat bantu penangkapan berupa lampu. Pengoperasian cast net 
dilakukan dengan cara menjatuhkan/menebarkan jala pada suatu perairan dimana
target sasaran tangkapan berada, kemudian dilanjutkan dengan menarik tali kerut
pada bagian bawah jala. Adapun langkah-langkah teknik pengoperasian adalah
sebagai berikut :
a.) Lampu-lampu pengumpul ikan (attracting lamp) atau lampu bawah air
(under water lamp) dinyalakan untuk mengumpulkan cumi-cumi;  
b.) Palang rentang dipasang pada posisi siap operasi;
c.) Jala direntang pada tiang rentang sehingga siap untuk dijatuhkan;
d.) Cahaya lampu dikurangi setelah cumi-cumi berkumpul di sekitar kapal,
sehingga terkonsentrasi di bawah jala;
e.) Jala dijatuhkan ke air sehingga cumi-cumi terkurung dalam jala;
f.) Tali kerut ditarik sehingga cumi-cumi yang terkurung tidak dapat keluar;
g.) Jala diangkat dengan menarik tali kerut sehingga cumi-cumi masuk ke
dalam bagian kantong;
h.) Jala diangkat ke geladak kapal kemudian hasil tangkapan dikeluarkan
dengan membukatali kantong.
Pengoperasian cast net  menggunakan alat bantu penangkapan lampu yang
berfungsi sebagai pengumpul cumi-cumi dan kapstan sebagai penarik tali kerut
dan juga berfungsi untuk menaikkan hasil tangkapan.
1. Persiapan

Tahap pertama operasi penangkapan dilakukan dengan


menentukan daerah penangakapan (fishing ground) oleh kapten
yang juga merangkap sebagai fishing master. Penentuan lokasi
penangkapan dibantu oleh teknologi GPS dan fish finder.

6
Informasi mengenai fishing ground juga sering kali didapatkan
dari kapal cumi-cumi lain yang telah melakukan operasi
penangkapan.
2. Setting

Tahap kedua dilakukan saat unit penangkapan sampai di


lokasi penangkapan. Pertama, dicari tempat yang tepat untuk
menurunkan jaring, yaitu tidak terlalu dekat dengan cumi-cumi
sehingga cumi-cumi tidak menjauh dari lokasi. Kedua,
menurunkan jaring menggunakan tiang gawang agar mulut
jaring terbuka membentuk persegi panjang. Ketiga, lampu
atraktor bohlam dinyalakan di kedua sisi kapal sebanyak 30-40
buah dengan daya 500 watt untuk setiap lampu. Ketiga, cumi-
cumi telah berkumpul di sekitar kapal dan lampu toki dipasang
diatas jaring. Lampu toki adalah lampu atraktor yang diturunkan
diatas jaring, berfungsi untuk memusatkan cumi-cumi sehingga
dapat terkumpul di sisi kapal bagian kanan. Daya 11 lampu toki
mencapai 2000 watt (merkuri atau LED) dan besar kecil cahaya
dari lampu ini dapat disesuaikan.
3. Hauling

Tahap ketiga adalah menaikan jaring beserta tangkapannya


ke atas kapal. Saat cumi-cumi telah terkumpul ramai disekitar
bawah kapal, lampu atraktor bohlam perlahan mulai diredupkan
dan lampu toki dinyalakan. Lampu toki memusatkan cahayanya
ke atas jaring, sehingga cumi-cumi tetap mendekat ke sumber
cahaya. Setelah lampu toki dinyalakan, perlahan cahaya lampu
toki mulai diredupkan sedikit demi sedikit hingga cumi-cumi
mendekati permukaan air. Cumi-cumi yang telah terkumpul dan
terpusat di permukaan air diatas jaring dapat ditangkap.
2.2.2 Lama Trip Penangkapan

Menurut Prasetyo et al (2014) perkembangan trip


penangkapan yang berlangsung disuatu perairan juga memiliki

7
faktor penting yang akan mempengaruhi hasil tangkapan cumi-
cumi. Meningkatnya jumlah trip penangkapan dapat
meningkatkan jumlah hasil tangkapan cumi-cumi, namun apabila
trip penangkapan tidak di dukung oleh kondisi lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan Cumi-cumi, hasil tangkapan dapat
menurun karena stok yang berada di alam berkurang.
Pengujian mengenai hubungan lama trip penangkapan
terhadap hasil tangkapan sampingan digunakan uji parsial (t-
test), hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = tidak ada hubungan/korelasi lama trip dengan produksi hasil tangkapan
sampingan
H1 = ada hubungan/korelasi yang nyata lama trip
dengan produksi hasil tangkapan sampingan

2.2.3 Daerah Penangkapan

Daerah penangkapan ikan hendaknya mempunyai berbagai


kemudahan, yaitu kemudahan pengoperasian alat tangkap,
nelayan bekerja dan lainnya (Triharyuni s, et al. 2012). Menurut
Cahya et al, (2016) dalam melakukan penangkapan ikan,
informasi daerah penangkapan ikan sangatlah penting, agar
efisiensi dan efektivitas penangkapan dapat ditingkatkan.
Informasi daerah penangkapan dapat diperoleh melalui
parameter oseanografi. Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2014 tentang wilayah
pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia, yang
selanjutnya disebut WPP-NRI merupakan wilayah pengelolaan
perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan, yang
dibagi dalam 11 WPP.

Menurut Prasetyo et al, (2014) Selat Karimata dan Laut


Jawa merupakan salah satu wilayah penangkapan cumi-cumi di
Indonesia. Selat Karimata termasuk dalam WPP-NRI 711,

8
sedangkan untuk Laut Jawa termasuk dalam WPP-NRI 712.
Cumi-cumi yang ditangkap merupakan spesies Lolligo sp yang
memang banyak terdapat di sekitar Selat Karimata dan Laut
Jawa. Daerah penangkapan tersebar di Laut Natuna, Selat
Karimata dan Laut Jawa dilakukan di tempat yang tidak tetap
dan relatif berpindah-pindah bergantung pada musim tangkapan.

Gambar 4. Peta Daerah Penangkapan WPP-NRI 711 (KKP, 2014)


2.2.4 Musim Penangkapan

Menurut Cahya et al, (2016) angin muson menyebabkan


Indonesia mengenal musim barat dan musim timur yang
berpengaruh di darat maupun di perairan Indonesia. Pada musim
timur, berhembus angin tenggara yang membuat arus
khatulistiwa selatan (South Equatorial Current) makin melebar
ke utara, bergerak sepanjang pantai selatan jawa hingga
Sumbawa,. Saat itu arus permukaan menunjukan pola sirkulasi
anti-siklonik atau berputar ke kiri. Arus ini membawa air

9
permukaan keluar menjauhi pantai, sehingga terjadi kekosongan
yang berakibat naiknya air dari bawah (upwelling).
Menurut Prasetyo et al (2014) hasil tangkapan cumi-cumi
lebih tinggi terjadi di saat musim peralihan timur-barat.
Sedangkan hasil tangkapan yang rendah terjadi pada saat
peralihan musim barat-timur hingga musim timur. Penyebab
tingginya hasil tangkapan cumi-cumi yang terjadi di musim
peralihan timur-barat di dukung oleh beberapa faktor dan kondisi
tertentu seperti kondisi gelombang laut yang tidak terlalu tinggi,
banyaknya jumlah tangkapan cumi-cumi pada musim peralihan
timur-barat yang terjadi di sekitar bulan September, Oktober, dan
November didukung oleh kondisi laut yang tenang dan
kesuburan perairan yang cenderung meningkat.
Musim penangkapan dibedakan menjadi 3 yaitu musim
biasa,musim puncak dan musim paceklik. Musim biasa berlangsung
antara bulan Maret - Juli, musim puncak berlangsung pada bulan
Agustus - November, dan sedangkan musim panceklik berlangsung
pada bulan Desember – Februari Informasi mengenai musim
penangkapan dan estimasi daerah penangkapan ikan khususnya
cumi-cumi menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas perikanan jaring cumi. Musim penangkapan cumi-
cumi dapat dilihat dari nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) dan
daerah penangkapan sesuai musim diperoleh dengan wawancara
terhadap nelayan jaring cumi Indeks musim penangkapan
menunjukkan bahwa pada tahun 2009-2013 terjadi musim puncak
penangkapan cumi-cumi pada bulan September-November,
sedangkan musim sedang terjadi pada bulan Januari-Agustus dan
Desember. Pada musim sedang daerah penangkapan cumi-cumi
berada di selatan dan utara Perairan Pulau Bangka Belitung,
sedangkan musim penangkapan puncak berada di barat dan utara
Perairan Pontianak Kalimantan Barat.

2.2.5 Hasil Tangkapan

10
Berdasarkan rata-rata hasil tangkapan bulanan tahun 2006-
2010 Wahyono, cumi-cumi merupakan hasil tangkapan yang paling
dominan, rata-rata hasil tangkapan sebesar 60,51%. Hasil tangkapan
cumi-cumi paling banyak pada bulan Agustus (74,87%) dan paling
rendah pada bulan Maret (38,63%) Bouke ami merupakan jenis alat
tangkap yang umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis
yang bersifat phototaxis positif seperti ikan saury, horse mackerel
dan sand launce (Monintja dan Martasuganda, 1989). Kapal bouke
ami yang berbasis di PPN Kejawanan pada saat beroperasi, tidak
hanya mengoperasikan bouke ami tetapi juga menggunakan pancing
tangan (hand line). Hasil wawancara dengan nelayan disebutkan
bahwa hasil tangkapan jaring bouke ami adalah cumi-cumi (Loligo
sp), tembang (Sardinella spp), layur (Trichiurus lepturus), kembung
(Rastrelliger sp), selar (Caranx sp), tongkol (Thunnus tonggol), dan
jenis ikan lainnya. Sedangkan untuk hasil tangkapan pancing tangan
berupa manyung (Arius sp), tenggiri (Scomberomorus sp), kakap

2.3 Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan (Undang-Undang No 31 Tahun 2004). Menurut
departemen Kelautan dan Perikanan (2002), nelayan adalah orang
yang mata pencahariannyaa melakukan penangkapan ikan di laut.
penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor tidak
dikategorikan sebagai nelayan. nelayan adalah suatu kelompok
masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,
baik dengan cara melakukan penangkapan ikan ataupun budi daya.
Secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang
hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni kawasan
transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2002).
Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu nelayan
buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. N Nelayan juragan
adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh
orang lain. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang

11
memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya
tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005).

2.4 Catch Perunit Effort (CPUE)


Menurut Effendie (2002) dalam Wijayanto (2008),
pendugaan besarnya populasi ikan tidak dapat dilakukan dengan
cara observasi langsung di dalam habitatnya, maka pada garis
besarnya pendugaan besarnya populasi dilakukan dengan
pendugaan data CPUE. Metode ini digunakan untuk menduga
besarnya populasi pada kondisi yang situasinya tidak praktis untuk
mendapatkan jumlah yang pasti dari individu ikan dalam suatu area.
Setelah didapatkan nilai trip/setting standar maka nilai CPUE yang
telah distandarisasi dapat dihitung
Nilai CPUE berdasarkan peraturan KEPMEN KP NO. 60
tahun 2010 sebesar 0,85 ton/GT. Sedangkan berdasarkan laporan
kegiatan kapal (LKP-A) yang mempunyai ijin pusat tahun 2008,
nilai CPUE bouke ami sebesar 2,6 ton/ GT (Direktorat PUP, 2009).
Menurut Nabunome (2007), jika dihubungkan antara CPUE
dan effort (trip/setting), maka semakin besar effort, CPUE akan
semakin berkurang, sehingga produksi semakin berkurang. Artinya
bahwa CPUE berbanding terbalik dengan effort dimana dengan
setiap penambahan effort maka makin rendah hasil tangkapan per
unit usaha (CPUE). Hal ini disebabkan meningkatnya kompetisi
antar alat tangkap yang beroperasi dimana kapasitas sumberdaya
yang terbatas dan cenderung mengalami penurunan akibat usaha
penangkapan yang terus meningkat.

BAB 3
METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) dimulai dari tanggal 28
Juni sampai dengan 06 Agustus 2021. Tempat yang digunakan untuk Kerja

12
Praktek Akhir (KPA) yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sungai Rengas
yang terletak di Jl. Pramuka, Sungai Rengas, Kec. Pontianak Bar., Kota
Pontianak, Kalimantan Barat 78113

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan untuk Pengamatan dalam Kerja Praktek Akhir
(KPA) ini adalah :
Alat dan bahan Fungsi
Personal Computer (PC) Mengolah data
Kamera Dokumentasi
Recorder Dokumentasi
Alat Tulis Untuk Mencatat Data dan Informasi Perikanan
Kertas Kerja Input data hasil tangkapan atau data
perikanan
Kuesioner Mendata hasil tangkap, serta mencatat apa yang
sudah didapat di lapangan

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Pengambilan data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung
A. Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE)
Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan dapat dianalisis dengan
menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE).
Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui produktivitas penangkapan
dari Cast Net yang didasari atas rasio total tangkapan (catch) dengan upaya
penangkapan (effort).
Yaitu: Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai CPUE (Gulland
1983),Jaring dipantau setiap 90 menit untuk penyu untuk meminimalkan stres
pada hewan serta membatasi gangguan yang disebabkan oleh kehadiran kita.
Kura-kura disingkirkan dari jaring dan dipindahkan ke dermaga apung di mana
mereka ditandai dengan tag logam Inconel, diukur, dan dilepaskan. Penandaan
dan morfometrik data dimasukkan dalam database pemantauan jangka panjang
Grupo Tortugero (López-Castro et al. 2010). Tangkapan per unit-upaya (CPUE)
dalam KPA ini Adalah hasil Mdufikasi dari (John H. Wang) yaitu:

13
Cacth t
CPUE =
Effortt
dimana :
CPUE = Total hasil tangkapan per upaya
Cactht = Hasil Tangkapan Per Trip (Kg)
Effortt = Banyaknya setting yang di lakukan dalam satu kali trip

1. Data Primer
Tabel 1. Data Alat Tangkap
Kontruksi Bouke Ami
No Bagian
1 Panjang Jaring
2 Lebar Jaring
3 Mesh Size
Benang
4  Bahan
 Warna
Tali Pelampung
 Panjang
5  Diameter
 Bahan
 Warna
Tali Selambar
 Panjang
8  Diameter
 Bahan
 Warna
9 Pelampung
 Bahan
 Bentuk
 Jumlah/piece
 Jarak antar

14
pelampung(cm)
Pemberat
 Bahan
10  Bentuk
 Jumlah
 Jarak pemberat

Tabel 2. Pengamatan Langsung Pengoperasian Alat Tangkap


Setting Titik Koordinat Jam operasional
ke- Setting Hauling Setting Hauling
1
2
3
4
5
6

Tabel 3. Hasil Tangkapan


2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder yaitu dengan mencari literatur-literatur yang
ada seperti mencari buku, jurnal, skripsi, tesis, dan situs-situs resmi yang ada dan
yang terkait dengan masalah-masalah yang diambil.

15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAM

4.1 Hasil
Berdasarkan dari Kerja Praktek Akhir (KPA) di Kapal Latih KM.
BORNEO PEARL Politeknik Negeri PontianEak khususnya Jurusan Ilmu
Kelautan dan Perikanan, penulis telah memperoleh data yang kemudian telah
menjadi hasil jadi kerja praktek ini, adapun hasil yang diperoleh penulis adalah
sebagai berikut.
4.1.1 Gambara Umum Lokasi Kerja Praktek Akhir (KPA)

Lokasi Kerja Praktek Akhir (KPA) yaitu bertempat di pelabuhan perikanan


pantai (PPP. SUNGAI RENGAS) yang Beralamat :
Jl. Pramuka Nipah Kuning, Desa Sungai Rengas, Kec.Sungai Kakap, Kab. Kubu
Raya
Telp : 0561-775347,Fax : 0561-775347
Email : pppsungairengas@ymail.com, adapun sejarah Terbentuknya PPP Sungai
Rengas adalah sebagai berikut :
Sejarah PPP Sungai Rengas merupakan pindahan dari PPP Kota Pontianak
yg terletak di jl.sultan muhamad. Oleh pemerintah Kota Madya saat itu tahun1983 di
usulkan kepada Dinas Peikanan untuk dapat di pindahkan dari Kota Madya
Pontianak karena mengganggu lingkungan dan kenyamanan karena pelabuhan ini
berada di pusat Kota Dulunya. Dengan berbagai pertimbangan di tetapkan
lahlokasi yang paling tepat yaitu di Desa Sungai Rengas, Kec. Sungai Kakap,
Kab. Kubu Raya karena lokasi ini berbatasan dengan Kota Pontianak agar dapat
memudahkan ikan untuk menjual hasil tangkapannya ke kota.

dalam Wilayah Penggelolaaan II (WPP) kemudian menimbang bahwa


dengan adanya peningkatan jumlah kapal penangkap ikan yang bersandar ataupun
yang bongkar muat di pelabuhan yang sebagian besar di atas 30 GT, maka
memerlukan sarana dan prasarana yang memadain untuk menunjang kegiatan
perikanan sehingga PPP Sunga Rengas meningkatkan status menjadi Pelabuhan
Perikanan Pantai Sungai Rengas.
Letak Geografis Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas terletak pada kordinat

16
109°17’18” BT 00°00’13” LU dan berbatasan dengan :
1. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Desa Sungai Rengas
2. Sebelah Barat Berbatasan Dengan Dengan LautNatuna,Selat
Karimata =Dan Laut Cina Selatan
3. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kecamatan Pontianak Barat
4. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Sungai Kapuas

Gambar 4.1 Lokasi PPP Sungai rengas

4.1.2 Kapal Penangkap KM. Borneo Pearl (Cast Net)


Km.Borneo Pearl dengan tanda selar GT.77 No. 6008/HHA yaitu kapal latih
Politeknik Negeri Pontianak yang berlabuh di pelabuhan PPP sungai rengas ini
memiliki panjang 21,50m Lebar 5m dan dalam 2,5m. KM. Borneo Pearl
menggunakan Alat Tangkap cumi yaitu jalah jatuh berkapal (Cast net), Jala jatuh
berkapal (Cast Net) atau jaring lempar (Cast net) adalah jaring ikan berbentuk
lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang dilempar atau ditebar
oleh nelayan. Ukurannya bervariasi sampai 15 meter pada diameternya. Jaring
tersebut dilempar sedemikian rupa sehingga menyebar di permukaan air dan
tenggelam. Ikan yang terkurung akan tertangkap pada saat jaring tersebut ditarik
keluar air. Pada prinsipnya penangkapan dengan jala ialah
mengurung ikan atau udang dengan jalan menebarkan alat tersebut sedemikian
rupa sehingga menelungkup atau menutup sasaran yang dikehendaki.

17
A. Data Kapal

1) Nama Pemilik : Politeknik Negeri Pontianak


2) Nama perusahaan : Politeknik Negeri Pontianak
3) Nama Nakhoda : ISAMUDIN
4) Nama Kapal : KM.BORNEO PEARL
5) Tanda Selar : GT.77 NO.6008/HHA
6) Tahun Pembuatan : 09-JULI-2012
7) Tempat Pembuatan : Banyuwangi Jawa Timur
8) Bentuk Haluan : Miring (V)
9) Ukuran PxL : 21,50 x 5,00 x 2,52
10) Bahan Kapal : FIBERGLASS
11) Jumlah Abk : 15 orang

Gambar 4.2 Kapal Penangkap Yang Digunakan

B. Data Mesin Kapal

a. Mesin Induk
a. Merk : CUMMINS,225 HP
b. Type :
c. PRM :
d. Jumlah Silinder :

18
e. Putaran Propeler :
f. Sistem Pendingin :
g. Sistem Star :
h. bahan Bakar :
i. Langkah Kerja :

Gambar 4.3 Mesin Induk

b. Mesin Bantu Genset 6 Silnder

a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin :
e. Sistem Star :
f. Bahan Bakar :

Gambar 4.4 Mesin Genset 6 Silinder

c. Mesin Bantu Genset 4 Silnder

a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin :
e. Sistem Star :
f. Bahan Bakar : Solar

Gambar 4.5 Mesin Genset 4 Silinder

d. Mesin Bantu Gardan

19
a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin : Freon
e. Sistem Star : Listrik
f. Bahan Bakar : Solar

Gambar 4.6 Mesin Bantu Gardan

e. Mesin Freezer Pendingin

a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin :
e. Sistem Star :
f. Bahan Bakar : Solar

20
Gambar 4.7 Ruang Freezer Pending Palka

C. Alat Bantu Penerangan

a. Lampu 1500 W
a. Jumlah : 5 buah
b. Jumlah daya : 7.500 W
c. Sistem penggunaan : Trafo 10A
d. Sistem star : Saklar
e. Tenaga yang diperlukan : Listrik

Gambar 4.8 Lampu 1500 W

b. Lampu 1000 W
a. Jumlah : 19 buah

21
b. Jumlah daya : 19.000 W
c. Sistem Penggunaan : Trafo 10A
d. Sistem Star : Saklar
e. Tenaga yang di perlukan : Listrik

Gambar 4.8 Lampu 1000 W

c. Lampu Tembak 1000 W


a. Jumlah :4
b. Jumlah daya : 4000 W
c. Sistem Penggunaan : Trafo 10A
d. Sistem Star : Saklar
e. Tenaga yang di perlukan : Listrik

Gambar 4.9 Lampu Tembak 1000 W

22
d. Lampu Toki 1000 W

a. Jumlah : 2 buah

b. Jumlah daya : 2000 W

c. Sistem Penggunaan : Trafo 10A

d. Sistem Star : Potensio

e. Tenaga yang di perlukan : Listrik

Gambar 4.10 Lampu Toki

D. Alat Navigasi

a. Kompas
KM.Borneo Pearl Menggunakan Kompas yaitu merupakan alat navigasi
untuk menentukan arah berupa sebuah panah petunjuk maknet yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan maknet bumi secara akurat, sehingga sangat
membantu dalam bernavigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara,
selatan, timur, dan barat. Sehingga membuat perjalanan jauh lebih aman dan
efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang
untuk menentukan arah.

23
Gambar 4.11 Kompas

b. GPS (Global Position System)


KM.Borneo Pearl Menggunakan GPS Yaiut Sistem Radio Navigasi dan
penentuan posisi menggunakan Satelit. GPS digunakan sebagai, untuk
menentukan posisi lintang dan bujur kapal, Untuk mengetahui kecepatan kapal,
dapat mengetahui jarak tempuh kapal, dapat memperkirakan jarak waktu tiba
( ETA ) di pelabuhan tujuan, dari GPS juga kita bias menyimpan alur pelayaran
yang telah kita buat di peta. GPS yang digunakan di KM. Borneo Pearl, Merk
Samyung AIS-50N

Gambar 4.12 GPS (Global Position System)

c. Radio
Alat komunikasi radio di KM.Borneo Pearl ini keberadaannya sangat
penting. Khususnya ketika berada dalam kondisi darurat. Biasanya dipantau
oleh coast guard selama 24 jam penuh. Semua perahu yang ingin terhubung

24
harus stand by pada channel 13 dan 16. Jadi, masing-masing bisa menyimak
ketika ada pemberitahuan darurat, peringatan keselamatan, USCG, maupun
panggilan darurat. sangat dianjurkan memiliki 2  VHF radio. Tujuannya agar bisa
tetap stand by pada 2 channel penting, yakni 13 dan 16.  Channel 16 difungsikan
untuk panggilan darurat. Sedangkan channel 13 digunakan untuk berkomunikasi
antar-awak di kapal yang berbeda.type radio yang di gunakan di KM.Borneo Pearl
yaitu ICOM IC-718 dan Samyung SRG-3150DN

Gambar 4.13 Radio

d. Radar
KM.Borneo Pearl dilengkapi dengan radar sebagai salah satu navigasi di
dalamnya yang berfungsi untuk memberikan informasi terkait jarak kapal dengan
daratan, kapal lain, serta kemungkinan rintangan yang akan dihadapi agar
terhindar dari tabrakan. Radar kapal laut juga berperan sebagai pendeteksi
target.  Target yang dideteksi juga dapat dilihat melalui jarak jauh. Untuk cara
kerja radar tersebut yaitu dengan mengirimkan gelombang radio. Nantinya,
gelombang tersebut dapat memantulkan gema dengan ukuran kekuatan yang
sesuai dengan keperluan dalam pelayaran. Type Radar yang di gunakan di
KM.Borneo pearl dengna type Radar-1715

25
Gambar 4.14 Radar

e. Fishfinder
KM.Borneo Pear di lengkapi juga denga Fishfinder (Netsonde) yaitu alat
dengan frekuensi tinggi yang digunakan untuk mencari kumpulan ikan. .Alat
pencari ikan tersebut menggunakan gelombang suara untuk melihat benda di
bawah air. Cara bekerjanya adalah dengan mentransmisikan gelombang suara ke
dasar laut dan menerima gema dari dasar laut tersebut atau intervensi dari
kumpulan ikan. Alat ini dapat mengetahui jarak keberadaan ikan dari kapal.Type
fishfinder yang di gunakan di KM.Borneo Pearl yaitu type Fishfinder 160 Blue

Gambar 4.15 Fishfinder

E. Bagian-Bagian Alat Tangkap Cast Net


Alat tangkap  yang digunakan untuk pengoperasian penangkapan Cumi di
KM. Borneo Pearl adalah alat  tangkap jenis jaring Cumi atau Cast Net yang
disebut jalah jatuh berkapal dioperasiakan pada malam hari dengan menggunakan

26
alat bantu lampu sebagai penerangan untuk memancing gerombolan Cumi agar
berada disekitar kapal. Sistem pengoperasian jaring cumi ini hampir sama dengan
jala, bedanya jala menggunakan kedua tangan untuk membuka mulut jaring,
sedangkan Cast net ini menggunakan tiang lewang untuk membukanya dan
menjatuhkanya, setelah itu dilepas kemudian di tarik kembali ke atas geladak
kapal.

Table 4 Kontruksi alat tangkap Cast net


Kontruksi Cast net
No Bagian
1 Panjang Jaring 12m
2 Lebar Jaring 15x15m
3 Mesh Size 1cm s/d 2cm
Benang
4  Bahan  Polypropylene
 Warna  Hijau Tua

Pemberat
 Timah
 Bahan
5  Bulat berlubang
 Bentuk
 864 buah
 Jumlah

Cincin
 Bahan Besi Stainllis
6
 Bentuk lingkaran
 Jumlah 64 buah

1. Jaring
Jaring Cumi yang digunakan di KM. Borneo Pearl ialah jenis jaring yang
berbentuk seperti kerucut dengan panjang 12 meter dengan diameter 15 meter,
dengan ukuran benang yang berbeda dan ukuran mata jaring yang berbeda. Untuk
bagian kaki jaring dengan ukuran benang no 36, dan ukuran mata jaring adalah 4

27
cm. Badan jaring dengan ukuran benang no 9, dengan ukuran mata jaring ialah 1
cm. Sedangkan bagian ujung jaring menggunakan benang berukuran no 15,
dengan ukuran mata jaring sama dengan ukuran mata badan jaring yakni 1
cm.Jaring cumi terbagi menjadi 3 bagian yaitu kaki jarring,badan jarring,ekor
jarring.

Gambar 4.16 Kontruksi Jaring Cast Net

a. Kaki jaring
Kaki jaring merupakan bagian yang paling depan yang terikat langsung
dengan tali ris dan tali pemberat. Fungsi dari kaki jaring ini bertujuan untuk
menghadang ikan atau cumi, agar masuk kedalam kantong jaring. Untuk ukuran
benang kaki jaring yaitu no 36, dan ukuran mata jaring 4 cm.

Gambar 4.17 Kaki Jaring


b. Badan Jaring

28
Badan jaring merupakan bagian yang terletak di antara kaki jaring dengan
kantong jaring, yang berfungsi untuk menghubungkan bagian kaki dan kantong
jaring untuk menampung jenis ikan maupun cumi sebelum masuk ke dalam
kantong jaring. Untuk badan jaring memiliki ukura benang no 9 dan mata jaring
berukuran 2 cm.

Gambar 4.17 Badan jaring

c. Ekor/Ujung Jaring
Ekor atau ujung jaring, merupakan bagian penting dari jaring cumi dimana
bagian ekor jaring ini berfungsi untuk menampung ikan atau cumi. Pada bagian
ekor jaring ini harus diikat terlebih dahulu agar ikan atau cumi, tidak terlepas.
Untuk ekor jaring memiliki ukuran benang no 15, dan ukuran mata jaring 1 cm.

Gambar 4.19 Ekor Jaring

2. Pemberat
Untuk pemberat yang digunakan dijaring Cast net ialah timah dengan berat
0,3 kilo gram per buah dan dipasang dibagian mulut jaring, sehingga untuk
sekeliling mulut jaring membutuhkan 864 buah pemberat sedangkan dari cincin

29
ketali pemberat 432 buah pemberat, jadi total pemberat yang di gunakan dijaring
cumi pada KM. Borneo Pearl adalah 1296 buah, atau sama dengan 388,8 kilo
gram. Fungsi pemberat disini ialah berfungsi untuk menenggelamkan jaring
sampai pada dasar perairan untuk menjerat Cumi yang berada di bawah
permukaan air, sehingga Cumi tersebut terperangkap masuk kedalam badan
jaring.

Gambar 4.19 Pemberat

3. Tali Pemberat
Tali pemberat pada KM.Borneo Pearl yaitu bertujuan untuk mengikatkan
pemberat pada tali dan bertujuan untuk menyatukan pemberat menjadi satu
supaya bias menenggelamkan jaring dengan baik secara vertical ke bawah

Gambar 4.20 Tali Pemberat

4. Cincin

30
Dalam pengoprasian jaring Cumi cincin berfungsi untuk memudahkan dalam
mengerut atau menarik jaring. Cincin dipasang disekeliling mulut jaring dengan
jumlah cincin 64 buah cincin. Cicin yang digunakan KM. Borneo Pearl adalah
cincin yang terbuat dari besi putih

Gambar 4.21 Cincin

5. Tali Cincin
Tali cincin yaitu bertujuan untuk menggambungkan cincin menjadi satu
dan menggantungkan jaring dan pemberat serta muda untuk di Tarik saat tali kerut
di Tarik

Gambar 4.22 tali Cincin

6. Tali Kerut
Tali kerut yakni berfungsi sebagai penarik jaring sekaligus berfungsi untuk
mengerut mulut jaring sehingga ikan terperangkap dan masuk dalam badan jaring,

31
dan untuk menaikan jaring keatas geladak.dantali kerut biasanya di bantu dengan
garden untuk menarik tali kerut

Gambar 4.23 Tali Kerut

F. Alat Bantu Operasi Penangkapan


Alat bantu penangkapan yakni untuk membantu kelancaran pengoprasian
selama pengoprasian alat tangkap dilakukan. Untuk  itu alat bantu penanngkapan
di perlukan di KM.Borneo Pearl,alat bantu untuk operasi penangkapan di
KM.Borneo Pearl di antaranya yaitu :

1. Lewang
Lewang atau biasa disebut dengan sayap di KM. Borneo pearl berfungsi
sebagai membuka mulut jaring. Selain itu lewang juga memerlukan tali penarik
yang ada pada lewang yang berfungsi untuk membentangkan jaring pada saat
pengoperasian dan menahan sementara jaring sebelum jaring di turunkan. Panjang
tali penarik 20 meter. Lewang juga memiliki katrol yang berada di ujung lewang
yang berfungsi untuk menghindari agar tali penarik tidak tersangkut dan terjepit.
Lewang memiliki dua tiang dihaluan dan diburitan kapal dan disangga oleh tali
diikat dianjungan kapal, lewang dibuka saat dilakukan pengoprasian yang pertama
saat tiba diderah penangkapan ( fishing groun ) dan ditutup kembali setelah
pengoperasian selesai atau saat mau kembali kepelabuhan. Lewang yang
digunakan di KM. Borneo Pearl memiliki panjang 16 meter dan berbahan dasar
besi yang berada di sisi kiri kapal.

32
Gambar 4.24 Lewang

2. Gardan
Gardan di KM. Borneo pearl berfungsi untuk menarik jaring agar mulut
jaring terbuka dan berfungsi untuk menarik jaring naik keatas geladak. Selain itu
gardan juga berfungsi untuk menarik jangkar. Gardan memiliki dua buah yakni
disisi kanan dan kiri kapal. Gardan yang  digunakann di KM.Borneo pearl
memiliki diameter 25 cm.

Gambar 4.25 Gardan

3. Lampu
Lampu di KM. Borneo Pearl berfungsi sebagai penerangan dikapal dan
sebagai alat bantu untuk memancing Cumi agar bergerombol disekitar kapal.
Jumlah lampu yang terdapat di KM. Borneo Pear adalah 38 buah diantaranya, 12
buah disisi kanan, 12 buah disisi kiri, 3 buah menghadap buritan, 3 buah
menghadap haluan kapal dan 8 buah lampu tangan atau lampu yang menjolor ke
sisi kapal. Lampu kapal di bagian sisi kanan, kiri, depan dan belakang 1500 watt.
Sedangkan lampu tangan, ada yang 1000 watt dan 1500 watt`

33
Gambar 4.26 Lampu

4. Katrol
Katrol dalam KM.Borneo Pearl berjumlah 4 buah katrol yang terletak pada
tiang derek 2 buah dan 2 buat di belakang Gardan. Katrol berfungsi sebagai alat
bantu dalam memudahkan proses penurunan ataupun penarikan alat tangkap.
Selain itu juga berfunggsi untuk menjaga tali penarik agar tidak tersangkut dan
terjepit.

Gambar 4.27 Katrol


5. Pasak
Pasak atau jarum berfungsi untuk melekatkan jaring sementara pada tali
penarik yang berada di lewang. Pasak berbahan dasar besi dengan panjang 30 cm.
pasak memiliki  tali penarik yang  berguna untuk melepaskan pasak pada jaring
disaat jaring mau di jatuhkan, tali pasak memiliki panjang 17 meter

34
Gambar 4.28 Pasak

G. Proses Pengoperasian Alat Tangkap Cast Net


Proses pengoperasian alat tangkap yang dilakukan di KM. Borneo Pearl
yakni, pengoperasian alat tangkap jaring Cast Net dilakukan pada malam hari dan
dilakukan selama 2 sampai 3 kali dalam satu malam. Sebelum melakukan
penangkapan yang pertamakali di lakukan adalah :

A. Membuka sayap atau Lewang


Lewang yang digunakan untuk membuka jaring berada disisi kanan lambung
kapal. Lewang yang diguanakan di KM. Kenangan Usaha memiliki 2 lewang
diantaranya tiang lewang sebelah buritan dan tiang lewang di haluan kapal.
Lewang dibuka setelah tiba di fishinggroun dan hanya di buka satu kali selama
pengoperasian berlangsung dan baru ditutup ketika hendak kembali ke pelabuhan.

Gambar 4.30 Membuka Lewang di KM.Borneo Pearl

35
B. Pengumpulan Cumi di Sekitar Kapal
Setelah lewang terbuka dan terpasang dengan kuat maka lampu penerangan atau
lampu untuk mengumpulkan Cumi dihidupkan atau dinyalakan yakni dari pukul 6
sore, setelah lampu menyala maka didiamkan sementara dalam jangka waktu 3
jam namun jika hasil tangkapan sedikit lampu bisa dibiarkan selama 4 jam.
Setelah proses menunggu selama 3 jam lampu yang berada disebelah sisi kanan,
buritan dan haluan kapal dimatikan namun yang disisi kiri tetap menyala untuk
mengupulkan Cumi agar bergerombol disisi kanan kapal.

Gambar 4.31 Pengumpulan Cumi

C. Penurunan ALat Tangkap (Setting)


Di KM.Borneo Pearl Sebelum jaring dijatuhkan terlebih dahulu untuk
mengikat ujung atau ekor jaring agar hasil tangkapan tidak lepas. Kemudian kaki
jaring ditarik untuk membuka mulut jaring dengan bantuan pasak atau jarum
setelah mulut jaring terbuka lampu disisi kiri dimatikan dan hanya lampu tangan
yang menyala kemudian jaring ditahan selama kurang lebih 5 menit untuk
memastikan Cumi telah bergerombol disisi kanan kapal tepatnya dibawah mulut
jaring. Setelah itu ABK menarik tali pasak sesuai dengan aba – aba dari tekong
atau Nakhoda dengan meniup peuit barulah jaring diturunkan dengan posisi mulut
jaring terlebih dahulu baru diikuti oleh badan serta ekor jaring.

36
Gambar 4.32 Proses Penurunan Jaring di KM.Borneo Pearl

D. Penarikan Alat Tangkap (hauling)


Setelah jaring  diturunka lampu dinyalakan kembali secara keseluruhan
setelah itu tali kerut ditarik sehingga posisi mulut jaring tertutup bertujuan agar
Cumi tetap terperangkap didalam jaring, kemudian jaring diangkat keatas geladak
dengan menggunakan Gardan, dengan posisi mulut jaring terlebih dahulu yang
diangkat atau dinaikan keatas geladak. Setelah jaring diangkat keatas geladak
jaring ditarik terlebih dahulu ke haluan dan buritan kapal agar jaring melebar,
kemudian  ikatan yang ada diujung ekor jaring dilepas untuk membuka hasil
tangkapan dari dalam jaring. Setelah itu lampu dibiarkan lagi menyala selama 2
sampai 3 jam untuk mengumpulkan Cumi agar bergerombol disekitar kapal dan
dilakukan lagi seperti yang diatas dan begitu sampai seterusnya.

Gambar 4.33 Proses Penarikan Jaring di KM.Borneo Pearl

4.2 PEMBAHASAN

37
Berdasarkan Hasil yang di dapat saat Kerja Praktek Akhir di KM.Borneo
Pearl penulis dapat mengambil pembahsan yaitu tentang Analisis Hasil
Tangkapan Catch Perunit Effort di KM. Borneo Pearl selama satu trip, selama 1
trip KM.Borneo pearl berlayar selama 23 hari dari tanggal 9 Agustus s/d 1
September.

A. Daerah Penangkapan Ikan (fishingground)


Daerah penangkapan ikan atau fishing ground KM.Borneo Pearl selama 23 hari
dari tanggal 9 agustus s/d 1 September ialah diperairan pulau datok selama 23
hari kami tidak pindah lokasi dikarenakan hasil tangkapan diperairan tersebut
terdapat banyak Cumi tetapi ketika cuaca buruk kami berteduh di perairan
Temajuk sungai Kunyit sehingga membuat kami untuk tetap dilokasi tersebut.
Untuk daerah fishinggroun secara geografis Pulau Datok terletak diposisi 0˚ 09’
660” LS dan 108˚ 46’ 182” BT. Untuk menuju  fishing ground memerlukan waktu
sekitar 6 jam dari Pontianak.

Gambar 4.34 Lokasi Fishing Ground KM.Borneo Pearl

Table 5. Pengamatan Langsung Fishing Ground KM.Borneo Pearl

Setting Titik Koordinat Jam operasional


ke- Setting Hauling Setting Hauling Tanggal
1 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 21.15 21.35 09/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
2 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 02.40 03.00 09/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
3 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 21.10 21.30 10/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E

38
4 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 02.30 02.50 10/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
5 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 21.30 21.50 11/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
6 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 01.15 01.35 11/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
7 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 04.40 05.00 11/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
8 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 20.15 20.35 12/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
9 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 03.15 03.35 12/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
10 00° 07.32’N 00° 07.32’N 21.00 21.20 13/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
11 00° 07.32’N 00° 07.32’N 04.05 04.25 13/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
12 00° 07.32’N 00° 07.32’N 21.00 21.20 14/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
13 00° 07.32’N 00° 07.32’N 23.50 00.10 14/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
14 00° 07.32’N 00° 07.32’N 04.10 04.30 14/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
15 00° 07.32’N 00° 07.32’N 20.35 20.55 15/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
16 00° 07.32’N 00° 07.32’N 01.05 01.25 15/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
17 00° 07.32’N 00° 07.32’N 04.50 05.10 15/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
18 00° 07.32’N 00° 07.32’N 21.05 21.25 16/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
19 00° 07.32’N 00° 07.32’N 01.30 01.50 16/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
20 - - - - 17/8/2021

39
21 00° 06.282’N 00° 06.282’N 22.05 22.25 18/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
22 00° 06.282’N 00° 06.282’N 04.10 04.30 18/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
23 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.40 22.00 19/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
24 00° 06.282’N 00° 06.282’N 03.25 03.45 19/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
25 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.30 21.50 20/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
26 00° 06.282’N 00° 06.282’N 03.20 03.40 20/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
27 00° 06.282’N 00° 06.282’N 20.20 20.40 21/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
28 00° 06.282’N 00° 06.282’N 01.05 01.25 21/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
29 00° 06.282’N 00° 06.282’N 20.40 21.00 22/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
30 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.00 21.00 22/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
31 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.05 02.25 22/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
32 - - - - 23/8/2021
33 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.20 21.40 24/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
34 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.10 02.30 24/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
35 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.05 21.25 25/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
36 00° 06.282’N 00° 06.282’N 01.20 01.40 25/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
37 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.30 21.50 26/8/2021

40
108° 38.008’E 108° 38.008’E
38 00° 06.282’N 00° 06.282’N 01.20 01.40 26/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
39 - - - - 27/8/2021
40 00° 06.282’N 00° 06.282’N 22.10 22.30 28/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
41 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.05 02.25 28/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
42 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.15 21.35 29/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
43 00° 06.282’N 00° 06.282’N 00.20 00.40 29/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
44 00° 06.282’N 00° 06.282’N 20.40 21.00 30/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
45 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.10 02.30 30/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
46 00° 06.282’N 00° 06.282’N 22.00 22.20 31/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
47 00° 06.282’N 00° 06.282’N 03.25 03.45 31/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
48 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.50 22.10 01/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
49 00° 06.282’N 00° 06.282’N 04.15 04.35 01/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E

H. Hasil Tangkapan
Untuk hasil tangkapan di KM. KM.Borneo Pearl dengan menggunakan jaring
Cumi ( Cast net ) di KM.Borneo Pearl dengan 47 kali Setting adalah  Cumi.
Namun selain sasaran utama tadi ada juga ikan - ikan lain yang masuk kedalam
jaring yakitu ikan campur seperti ikan tamban, dan ikan gembung yang ikut serta
dalam hasil penangkapan. Untuk hasil tangkapan KM. Borneo pearl selama 23
hari sebanyak :

41
Table 6. Jumlah hasil Tangkapan
No Nama ikan Hasil tangkapan Persen
1. Cumi ukuran No.1 110 Kg 7,15%
2. Cumi ukuran No.2 300 Kg 19,5%
3. Cumi ukuran No.3 250 Kg 16,25%
4. Cumi ukuran No.4 250 Kg 16,25%
5. Cumi ukuran No.5 338 Kg 21,97%
6. Cumi ukuran No.CK 200 Kg 13,00%
7 Ikan Campuran 90 Kg 5,85%
Total 1.538 Kg 100%

Jadi total hasil Tangkapan Utama Keseluruhan KM. Borneo Pearl selama 23 hari
adalah1.448 Kg dan hasil tangkapan sampingan keseluruhan 90 Kg

Gambar 4.35 Hasil Tangkapan Pada KM.Borneo Pearl

I. Penanganan Hasil tangkapan


Penanganan hasil tangkapan yang dilakukan diatas kapal KM. Borneo Pearl
adalah, setelah hasil tangkapan dicurah dari dalam jaring, Cumi langsung dipisah (
sortir ) sesui dengan ukurannya, sambil Cumi dipisah langsung dimasukkan
kedalam baskom. Cumi dipisah sesuai dengan ukurannya diantaranya Cumi
ukuran no 1,2,3,4,5,CK,cendol, Setelah Cumi dipisah sesuai dengan ukurannya
Cumi dicuci terlebih dahulu dengan air asin menggunakan slang dari mesin kapal
setelah itu Cumi langsung di susun di dalam nampan yang berbahan stainlis
dengan ukuran cumi masing-masing yaitu cumi ukuran no 1 di susun dengan 1
baris,cumi ukuran no,2 di susun 2 baris, cumi ukuran no,3 disusun 3 baris, cumi

42
no,4 disusun 4 baris, cumi no.5 disusun 5 baris dan cumi ukuran CK/Cendol di
susun sembarang di dalam Nampan/Loyang

Gambar 4.36 Cumi Ketika di sortir dan di masukan di dalam Loyang

Setelah Cumi disimpan kedalam Loyang dengan ukuran xyang berbeda-


beda, Cumi langsung dimasukan kedalam palka Freezer dengan suhu -5 s/d -17
derajat Maka ketika di masukan kedalam Palka Freezer untuk memasak cumi
supaya beku dan menjaga cumi agar tidak busuk serta bias menjaga kualitas cumi
tetap terjaga kira-kira untuk pembekuan cumi supaya dengan sempurna beku
biasanya memerlukan 2 s/d 3 hari di dalam palka

Gambar 4.37 Cumi ketika di masukan di dalam palka freezer

43
Kemudian Ketika cumi yang di dalam freezer sudah di bekukan di palka
freezer dengan sempurna barulah cumi di keluarkan dari Loyang dan di masukan
kedalam kantong pelastik dan kemudian di masukan serta di susun di dalam palka
pending yang berbeda dengan palka freezer yang di gunakan untuk pembekuan
cumi berbeda dengan palka pendingin yaitu berfungsi sebagai menjaga suhu cumi
agar tetap terjaga.

Gambar 4.38 Cumi ketika sudah beku dan di masukan ke dalam kantong

J. CPUE (Cacth Perunit Effort) Hasil Tangkapan


CPUE yang di dapat dari KM.Borneo Pearl bias di dapatkan Berdasarkan
hasil Tangkapan selama satu trip dan selama satu trip di KM.Boreneo Pearl itu
memiliki sebanyak 47 kali setting yang di mana mendapatkan Hasil tangkapan
dengan Jumlah 1.538 Kg

Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan dapat dianalisis dengan


menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE).
Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui produktivitas penangkapan
dari Cast Net yang didasari atas rasio total tangkapan (catch) dengan upaya
penangkapan (effort).

Cacth t
CPUE =
Effortt

dimana :

44
CPUE = Total hasil tangkapan per upaya
Cactht = Hasil Tangkapan Per Trip (Kg)
Effortt = Banyaknya setting yang di lakukan dalam satu kali trip

Dimana Hasil Tangkapan Pada KM.Boreneo Pearl berjumlah 1.538 Kg dan


dalam satu trip ada 47 kali setting maka :

1538
CPUE : = 32,723
47

Maka dapat di ambil hasil Nilai CPUE pada KM.Borneo Pearl selama 23
hari dari tanggal 9 Agustus s/d 1 September serta banyak setting yaitu 47 kali
setting dengan hasil Tangkapan berjumlah 1538 Kg bias di lihat bahwa CPUE
pada KM.Borneo Pear yaitu 32,723

45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengamatan dan analisis yang diperoleh di Kapal latih
KM.Borneo Pearl, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Produksi pada unit penangkapan Cast Net KM.Borneo Pearl yang
berpangkalan di PPP Sungai rengas diketahui sebesar 1.538 Kg per trip
2. Nilai ekonomi hasil tangkapan sampingan pada unit penangkapan Cast
Net KM.Borneo Pearl yang berpangkalan di PPP Sungai Rengas yaitu
spesies yang dominan ikan campuran sebesar 90 Kg.
3. Terdapat korelasi antara hasil tangkapan utama dan sampingan dengan
persepsi hasil yang di dapatkan pada KM.Borneo Pearl terhadap
pendapatan pada unit penangkapan Cast Net yang berpangkalan di PPP
Sungai Rengas artinya semakin banyaknya hasil tangkapan Utama maka
lebih mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari tangkapan
sampingan

5.2 Saran
Perlu adanya pengamatan yang lebih lanjut mengenai analisis
CPUE(Cacth Perunit Effort) hasil tangkapan pada KM.Borneo Pearl selain
lama trip penangkapan, musim dan harga ikan yang mempengaruhi nilai hasil
tangkapan pada unit penangkapan Cast Net Km.Borneo Pearl yang
berpangkalan di PPP Sungai rengas

46
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto L. 2006. Sinopsis Pengantar Penilaian Ekonomi Sumberdaya


Pesisir dan Laut. Bogor. PKSPL-IPB.

Ainun RN. 2014. Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penangkapan


Jaring Cumi di WPP 711 (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Alverson D L, Freeberg M K, Murawski S A and Pope J G. 1994. A Global


Assessment Of Fisheries Bycatch And Discards. Bycatch And Discards
Impact.http://www.fao.org/docrep/W6602/W6602IE03.htm (5 April
2019).

Alverson D L, Freeberg M K, Murawski S A and Pope J G. 1996. A Global


Assessment Of Fisheries Bycatch And Discards. FAO Technical paper
No.339. Rome: FAO.
233pp.http://www.fao.org/3/T4890E/T4890E00.htm (5 April 2019).

Cahya et al. 2016. Pengaruh Parameter Oseanografi Terhadap Distribusi


Ikan. Oseana. Volume XLI No.4:1-14.

Clucas, I. 1997. A Study Of The Options For Utilization Of Bycatch And


Discard From Marine Capture Fisheries. FAO Fisheries Circular
No.928. Rome: FAO. 59p.

Eayrs S. 2007. A Guide to Bycatch Reduction In Tropical Shrimp-Trawl


Fisheries.Revised Edition. Rome: FAO. 108p.

FAO. 2018. FAO Yearbook. Fishery And Aquaculture Statistics/FAO


Annuaire.Rome: FAO. 104pp.

FAO. 2019. A Third Assessment Of Global Marine Fisheries Discards. FAO


Fisheries and Aquaculture Technical Paper No.633. Rome: FAO.
78pp.

Keputusan Men-KP RI. 2014. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan


RI Nomor 18/PERMEN-KP/2014 Tentang WPP-NRI.

Keputusan Men-KP RI. 2016. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan


RI Nomor 86/PERMEN-KP/2016 Tentang Produktivitas Kapal
Penangkap Ikan.

Koi K. 2011. Nilai buku dan nilai pasar.


http://www.akutansi.web.id/2011/06/nilai- buku-dan-nilaipasar.htm (5
April 2019).

47
Laevastu T dan I. Hela. 1970. Fisheries Oceanography. London (GB): Fish
News Ltd, 110 Fleet Street. 238 hal.

Mahiswara, Wijopriono, & K. Susanto. 1987. Suatu analisis pengaruh faktor


produksi terhadap produksi pukat cincin di Prigi, Jawa Timur. Jurnal
Penelitian Laut No.39. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Men-KP RI. 2014. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor


57/PERMEN-KP/2014 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di WPP-
NRI.

Men-KP RI. 2015. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor


10/PERMEN-KP/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2014 Tentang
Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan
Tangkap Di WPP-NRI.

Monintja D R. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dalam Bidang


Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Terpadu. Bogor: Pusat Kajian Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian
Bogor.

Monintja D R. 2006. Teknologi Perikanan Tangkap Yang Bertanggung


Jawab. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Institut Pertanian Bogor.Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Nomura M. 1962. Stick-help Dip Net Fishery in Japan. Tokyo (JP):


Protokolle zur Fischereitechnik 7. 330-348 hal.

48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

49
Lampiran 2.

50

Anda mungkin juga menyukai