Oleh :
RIDWAN AHADI
3201809021
Oleh :
RIDWAN AHADI
3201809021
2
2021
3
Judul KPA :Analisis Nilai Catch Perunit Effort (CPUE) Hasil Tangkapan Pada
Km.Borneo Pearl di Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas
Provinsi Kalimantan Barat
Nama : Ridwan Ahadi
NIM : 3201809021
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Direktur
Politeknik Negeri Pontianak
BERITA ACARA
KERJA PRAKTEK AKHIR (KPA)
Laporan Kerja Praktek Akhir (KPA) telah dipertahankan dihadapan panitia Kerja
Praktek Akhir (KPA) Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Jurusan Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Politeknik negeri Pontianak :
Hari, Tanggal :
Tempat : Politeknik Negeri Pontianak
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
Dengan ini saya menyatakan bahwa kerja praktek akhir (KPA) berjudul
Analisis Nilai Catch Perunit Effort (CPUE) Hasil Tangkapan Km.Borneo Pearl di
Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas Provinsi Kalimantan Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir KPA ini.
Ridwan Ahadi
NIM 3201809021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan serta dapat menyelesaikan laporannya tepat
waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Laporan Kerja Prakek Lapangan ini
disusun berdasrkan apa yang telah kami lakukan pada saat berada dilapangan yakni
di “Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas. Dalam penyusunan laporan
hasil kerja akhir lapangan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada;
1. Bapak Lukas Wibowo,S,St.Pi, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Kelautan
dan Perikanan
2. Bapak Slamet Jumaedi, S. St. Pi, MP Selaku Ketua Prodi Teknologi
Penangkapan Ikan.
3. Bapak Reza Alnanda, S.Pi, M.Si Selaku Kordinator Kerja Praktek Akhir
(KPA)
4. Ibu Dr. Nurmala E Simbolon,S.SS. M.Ed Selaku Pembimbing
5. Bapak La Baharudin, S. St. Pi, MT Selaku Penguji
6. Bapak Sadri, S. St. Pi, MT Selaku Penguji
Penulis akui penulis tidak lah sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang tak
retak begitu pula dalam penulisan ini, apabila nantinya terdapat kekeliruan dalam
penulisan laporan kerja praktek ini penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya.
8
DAFTAR TABLE
Halaman
Table 1. Data Alat Tangkap 13
Table 2. Pengamatan Langsung Pengoperasian Alat Tangkap 14
Table 3. Hasil Tangkapan 14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kontruksi Alat Tangkap Cast Net 3
Gambar 2. Kapal Cast Net 3
Gambar 3. Desain Jaring Alat Tangkap Cast Net 4
Gambar 4. Peta Daerah Penangkapan WPP-711 6
9
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1
nilai ekonomis tinggi dan hasil tangkapan sampingan yang tidak diinginkan
nahkoda atau anak buah kapal (ABK) tetapi hasil tangkapan ini masih
memiliki nilai ekonomis untuk dijual dan digunakan sebagai alternatif
penambah biaya operasional kapal atau pendapatan bagi ABK.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul “Analisis
Nilai Catch Perunit Effort (CPUE) Hasil Tangkapan Pada Km.Borneo Pearl
di Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas Provinsi Kalimantan Barat”
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Kapal Cast Net (PPP Sungai Rengas, 2012)
Laevastu dan Hela (1970), menyatakan bahwa biota yang
bersifat fototaksis positif biasanya akan lebih efektif
penangkapannya dilakukan sebelum tengah malam dan cumi-
cumi merupakan salah satu biota yang efektif dilakukan di
malam hari.
4
dengan berat satuan 400 gr, fungsi pemberat disini ialah berfungsi untuk
menenggelamkan jaring sampai pada dasar perairan untuk menjerat cumi dan ikan
yang berada di bawah permukaan air sedangkan cincin berfungsi sebagai tempat
untuk melingkarkan tali kerut saat menutup mulut jaring, Cincin ini selain
memiliki fungsi seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat
(Sudirman & Mallawa, 2012), sehingga Cumi tersebut terperangkap masuk
kedalam badan jaring sampai kekantong Jaring.
f
e
b
c
Gambar 2. Kontruksi Alat Tangkap Cast Net
5
Kapal bouke ami melakukan operasi penangkapan dalam satu kali trip yaitu 2 sampai
dengan 3 bulan. Pengoperasian bouke ami biasanya dilakukan pada saat malam hari,
mulai dari jam 6 sore hingga 5 pagi menggunakan alat bantu berupa lampu berfungsi
untuk menarik gerombolan cumi-cumi. Gardan juga digunakan sebagai alat bantu
dalam penarikan jaring. Dalam satu hari dilakukan 5-8 kali setting. Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan setting ialah 1 jam, sedangkan untuk proses hauling
dibutuhkan waktu 30 menit dengan waktu tunggu 30 menit.
Cast net pada umumnya dioperasikan di perairan yang agak jauh dari pantai
dengan atau tanpa alat bantu penangkapan berupa lampu. Pengoperasian cast net
dilakukan dengan cara menjatuhkan/menebarkan jala pada suatu perairan dimana
target sasaran tangkapan berada, kemudian dilanjutkan dengan menarik tali kerut
pada bagian bawah jala. Adapun langkah-langkah teknik pengoperasian adalah
sebagai berikut :
a.) Lampu-lampu pengumpul ikan (attracting lamp) atau lampu bawah air
(under water lamp) dinyalakan untuk mengumpulkan cumi-cumi;
b.) Palang rentang dipasang pada posisi siap operasi;
c.) Jala direntang pada tiang rentang sehingga siap untuk dijatuhkan;
d.) Cahaya lampu dikurangi setelah cumi-cumi berkumpul di sekitar kapal,
sehingga terkonsentrasi di bawah jala;
e.) Jala dijatuhkan ke air sehingga cumi-cumi terkurung dalam jala;
f.) Tali kerut ditarik sehingga cumi-cumi yang terkurung tidak dapat keluar;
g.) Jala diangkat dengan menarik tali kerut sehingga cumi-cumi masuk ke
dalam bagian kantong;
h.) Jala diangkat ke geladak kapal kemudian hasil tangkapan dikeluarkan
dengan membukatali kantong.
Pengoperasian cast net menggunakan alat bantu penangkapan lampu yang
berfungsi sebagai pengumpul cumi-cumi dan kapstan sebagai penarik tali kerut
dan juga berfungsi untuk menaikkan hasil tangkapan.
1. Persiapan
6
Informasi mengenai fishing ground juga sering kali didapatkan
dari kapal cumi-cumi lain yang telah melakukan operasi
penangkapan.
2. Setting
7
faktor penting yang akan mempengaruhi hasil tangkapan cumi-
cumi. Meningkatnya jumlah trip penangkapan dapat
meningkatkan jumlah hasil tangkapan cumi-cumi, namun apabila
trip penangkapan tidak di dukung oleh kondisi lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan Cumi-cumi, hasil tangkapan dapat
menurun karena stok yang berada di alam berkurang.
Pengujian mengenai hubungan lama trip penangkapan
terhadap hasil tangkapan sampingan digunakan uji parsial (t-
test), hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = tidak ada hubungan/korelasi lama trip dengan produksi hasil tangkapan
sampingan
H1 = ada hubungan/korelasi yang nyata lama trip
dengan produksi hasil tangkapan sampingan
8
sedangkan untuk Laut Jawa termasuk dalam WPP-NRI 712.
Cumi-cumi yang ditangkap merupakan spesies Lolligo sp yang
memang banyak terdapat di sekitar Selat Karimata dan Laut
Jawa. Daerah penangkapan tersebar di Laut Natuna, Selat
Karimata dan Laut Jawa dilakukan di tempat yang tidak tetap
dan relatif berpindah-pindah bergantung pada musim tangkapan.
9
permukaan keluar menjauhi pantai, sehingga terjadi kekosongan
yang berakibat naiknya air dari bawah (upwelling).
Menurut Prasetyo et al (2014) hasil tangkapan cumi-cumi
lebih tinggi terjadi di saat musim peralihan timur-barat.
Sedangkan hasil tangkapan yang rendah terjadi pada saat
peralihan musim barat-timur hingga musim timur. Penyebab
tingginya hasil tangkapan cumi-cumi yang terjadi di musim
peralihan timur-barat di dukung oleh beberapa faktor dan kondisi
tertentu seperti kondisi gelombang laut yang tidak terlalu tinggi,
banyaknya jumlah tangkapan cumi-cumi pada musim peralihan
timur-barat yang terjadi di sekitar bulan September, Oktober, dan
November didukung oleh kondisi laut yang tenang dan
kesuburan perairan yang cenderung meningkat.
Musim penangkapan dibedakan menjadi 3 yaitu musim
biasa,musim puncak dan musim paceklik. Musim biasa berlangsung
antara bulan Maret - Juli, musim puncak berlangsung pada bulan
Agustus - November, dan sedangkan musim panceklik berlangsung
pada bulan Desember – Februari Informasi mengenai musim
penangkapan dan estimasi daerah penangkapan ikan khususnya
cumi-cumi menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas perikanan jaring cumi. Musim penangkapan cumi-
cumi dapat dilihat dari nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) dan
daerah penangkapan sesuai musim diperoleh dengan wawancara
terhadap nelayan jaring cumi Indeks musim penangkapan
menunjukkan bahwa pada tahun 2009-2013 terjadi musim puncak
penangkapan cumi-cumi pada bulan September-November,
sedangkan musim sedang terjadi pada bulan Januari-Agustus dan
Desember. Pada musim sedang daerah penangkapan cumi-cumi
berada di selatan dan utara Perairan Pulau Bangka Belitung,
sedangkan musim penangkapan puncak berada di barat dan utara
Perairan Pontianak Kalimantan Barat.
10
Berdasarkan rata-rata hasil tangkapan bulanan tahun 2006-
2010 Wahyono, cumi-cumi merupakan hasil tangkapan yang paling
dominan, rata-rata hasil tangkapan sebesar 60,51%. Hasil tangkapan
cumi-cumi paling banyak pada bulan Agustus (74,87%) dan paling
rendah pada bulan Maret (38,63%) Bouke ami merupakan jenis alat
tangkap yang umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis
yang bersifat phototaxis positif seperti ikan saury, horse mackerel
dan sand launce (Monintja dan Martasuganda, 1989). Kapal bouke
ami yang berbasis di PPN Kejawanan pada saat beroperasi, tidak
hanya mengoperasikan bouke ami tetapi juga menggunakan pancing
tangan (hand line). Hasil wawancara dengan nelayan disebutkan
bahwa hasil tangkapan jaring bouke ami adalah cumi-cumi (Loligo
sp), tembang (Sardinella spp), layur (Trichiurus lepturus), kembung
(Rastrelliger sp), selar (Caranx sp), tongkol (Thunnus tonggol), dan
jenis ikan lainnya. Sedangkan untuk hasil tangkapan pancing tangan
berupa manyung (Arius sp), tenggiri (Scomberomorus sp), kakap
2.3 Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan (Undang-Undang No 31 Tahun 2004). Menurut
departemen Kelautan dan Perikanan (2002), nelayan adalah orang
yang mata pencahariannyaa melakukan penangkapan ikan di laut.
penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor tidak
dikategorikan sebagai nelayan. nelayan adalah suatu kelompok
masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,
baik dengan cara melakukan penangkapan ikan ataupun budi daya.
Secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang
hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni kawasan
transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2002).
Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu nelayan
buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. N Nelayan juragan
adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh
orang lain. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang
11
memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya
tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005).
BAB 3
METODELOGI
12
Praktek Akhir (KPA) yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sungai Rengas
yang terletak di Jl. Pramuka, Sungai Rengas, Kec. Pontianak Bar., Kota
Pontianak, Kalimantan Barat 78113
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Pengambilan data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung
A. Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE)
Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan dapat dianalisis dengan
menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE).
Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui produktivitas penangkapan
dari Cast Net yang didasari atas rasio total tangkapan (catch) dengan upaya
penangkapan (effort).
Yaitu: Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai CPUE (Gulland
1983),Jaring dipantau setiap 90 menit untuk penyu untuk meminimalkan stres
pada hewan serta membatasi gangguan yang disebabkan oleh kehadiran kita.
Kura-kura disingkirkan dari jaring dan dipindahkan ke dermaga apung di mana
mereka ditandai dengan tag logam Inconel, diukur, dan dilepaskan. Penandaan
dan morfometrik data dimasukkan dalam database pemantauan jangka panjang
Grupo Tortugero (López-Castro et al. 2010). Tangkapan per unit-upaya (CPUE)
dalam KPA ini Adalah hasil Mdufikasi dari (John H. Wang) yaitu:
13
Cacth t
CPUE =
Effortt
dimana :
CPUE = Total hasil tangkapan per upaya
Cactht = Hasil Tangkapan Per Trip (Kg)
Effortt = Banyaknya setting yang di lakukan dalam satu kali trip
1. Data Primer
Tabel 1. Data Alat Tangkap
Kontruksi Bouke Ami
No Bagian
1 Panjang Jaring
2 Lebar Jaring
3 Mesh Size
Benang
4 Bahan
Warna
Tali Pelampung
Panjang
5 Diameter
Bahan
Warna
Tali Selambar
Panjang
8 Diameter
Bahan
Warna
9 Pelampung
Bahan
Bentuk
Jumlah/piece
Jarak antar
14
pelampung(cm)
Pemberat
Bahan
10 Bentuk
Jumlah
Jarak pemberat
15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAM
4.1 Hasil
Berdasarkan dari Kerja Praktek Akhir (KPA) di Kapal Latih KM.
BORNEO PEARL Politeknik Negeri PontianEak khususnya Jurusan Ilmu
Kelautan dan Perikanan, penulis telah memperoleh data yang kemudian telah
menjadi hasil jadi kerja praktek ini, adapun hasil yang diperoleh penulis adalah
sebagai berikut.
4.1.1 Gambara Umum Lokasi Kerja Praktek Akhir (KPA)
16
109°17’18” BT 00°00’13” LU dan berbatasan dengan :
1. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Desa Sungai Rengas
2. Sebelah Barat Berbatasan Dengan Dengan LautNatuna,Selat
Karimata =Dan Laut Cina Selatan
3. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kecamatan Pontianak Barat
4. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Sungai Kapuas
17
A. Data Kapal
a. Mesin Induk
a. Merk : CUMMINS,225 HP
b. Type :
c. PRM :
d. Jumlah Silinder :
18
e. Putaran Propeler :
f. Sistem Pendingin :
g. Sistem Star :
h. bahan Bakar :
i. Langkah Kerja :
a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin :
e. Sistem Star :
f. Bahan Bakar :
a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin :
e. Sistem Star :
f. Bahan Bakar : Solar
19
a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin : Freon
e. Sistem Star : Listrik
f. Bahan Bakar : Solar
a. Merk :
b. Type :
c. RPM :
d. Sistem Pendingin :
e. Sistem Star :
f. Bahan Bakar : Solar
20
Gambar 4.7 Ruang Freezer Pending Palka
a. Lampu 1500 W
a. Jumlah : 5 buah
b. Jumlah daya : 7.500 W
c. Sistem penggunaan : Trafo 10A
d. Sistem star : Saklar
e. Tenaga yang diperlukan : Listrik
b. Lampu 1000 W
a. Jumlah : 19 buah
21
b. Jumlah daya : 19.000 W
c. Sistem Penggunaan : Trafo 10A
d. Sistem Star : Saklar
e. Tenaga yang di perlukan : Listrik
22
d. Lampu Toki 1000 W
a. Jumlah : 2 buah
D. Alat Navigasi
a. Kompas
KM.Borneo Pearl Menggunakan Kompas yaitu merupakan alat navigasi
untuk menentukan arah berupa sebuah panah petunjuk maknet yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan maknet bumi secara akurat, sehingga sangat
membantu dalam bernavigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara,
selatan, timur, dan barat. Sehingga membuat perjalanan jauh lebih aman dan
efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang
untuk menentukan arah.
23
Gambar 4.11 Kompas
c. Radio
Alat komunikasi radio di KM.Borneo Pearl ini keberadaannya sangat
penting. Khususnya ketika berada dalam kondisi darurat. Biasanya dipantau
oleh coast guard selama 24 jam penuh. Semua perahu yang ingin terhubung
24
harus stand by pada channel 13 dan 16. Jadi, masing-masing bisa menyimak
ketika ada pemberitahuan darurat, peringatan keselamatan, USCG, maupun
panggilan darurat. sangat dianjurkan memiliki 2 VHF radio. Tujuannya agar bisa
tetap stand by pada 2 channel penting, yakni 13 dan 16. Channel 16 difungsikan
untuk panggilan darurat. Sedangkan channel 13 digunakan untuk berkomunikasi
antar-awak di kapal yang berbeda.type radio yang di gunakan di KM.Borneo Pearl
yaitu ICOM IC-718 dan Samyung SRG-3150DN
d. Radar
KM.Borneo Pearl dilengkapi dengan radar sebagai salah satu navigasi di
dalamnya yang berfungsi untuk memberikan informasi terkait jarak kapal dengan
daratan, kapal lain, serta kemungkinan rintangan yang akan dihadapi agar
terhindar dari tabrakan. Radar kapal laut juga berperan sebagai pendeteksi
target. Target yang dideteksi juga dapat dilihat melalui jarak jauh. Untuk cara
kerja radar tersebut yaitu dengan mengirimkan gelombang radio. Nantinya,
gelombang tersebut dapat memantulkan gema dengan ukuran kekuatan yang
sesuai dengan keperluan dalam pelayaran. Type Radar yang di gunakan di
KM.Borneo pearl dengna type Radar-1715
25
Gambar 4.14 Radar
e. Fishfinder
KM.Borneo Pear di lengkapi juga denga Fishfinder (Netsonde) yaitu alat
dengan frekuensi tinggi yang digunakan untuk mencari kumpulan ikan. .Alat
pencari ikan tersebut menggunakan gelombang suara untuk melihat benda di
bawah air. Cara bekerjanya adalah dengan mentransmisikan gelombang suara ke
dasar laut dan menerima gema dari dasar laut tersebut atau intervensi dari
kumpulan ikan. Alat ini dapat mengetahui jarak keberadaan ikan dari kapal.Type
fishfinder yang di gunakan di KM.Borneo Pearl yaitu type Fishfinder 160 Blue
26
alat bantu lampu sebagai penerangan untuk memancing gerombolan Cumi agar
berada disekitar kapal. Sistem pengoperasian jaring cumi ini hampir sama dengan
jala, bedanya jala menggunakan kedua tangan untuk membuka mulut jaring,
sedangkan Cast net ini menggunakan tiang lewang untuk membukanya dan
menjatuhkanya, setelah itu dilepas kemudian di tarik kembali ke atas geladak
kapal.
Pemberat
Timah
Bahan
5 Bulat berlubang
Bentuk
864 buah
Jumlah
Cincin
Bahan Besi Stainllis
6
Bentuk lingkaran
Jumlah 64 buah
1. Jaring
Jaring Cumi yang digunakan di KM. Borneo Pearl ialah jenis jaring yang
berbentuk seperti kerucut dengan panjang 12 meter dengan diameter 15 meter,
dengan ukuran benang yang berbeda dan ukuran mata jaring yang berbeda. Untuk
bagian kaki jaring dengan ukuran benang no 36, dan ukuran mata jaring adalah 4
27
cm. Badan jaring dengan ukuran benang no 9, dengan ukuran mata jaring ialah 1
cm. Sedangkan bagian ujung jaring menggunakan benang berukuran no 15,
dengan ukuran mata jaring sama dengan ukuran mata badan jaring yakni 1
cm.Jaring cumi terbagi menjadi 3 bagian yaitu kaki jarring,badan jarring,ekor
jarring.
a. Kaki jaring
Kaki jaring merupakan bagian yang paling depan yang terikat langsung
dengan tali ris dan tali pemberat. Fungsi dari kaki jaring ini bertujuan untuk
menghadang ikan atau cumi, agar masuk kedalam kantong jaring. Untuk ukuran
benang kaki jaring yaitu no 36, dan ukuran mata jaring 4 cm.
28
Badan jaring merupakan bagian yang terletak di antara kaki jaring dengan
kantong jaring, yang berfungsi untuk menghubungkan bagian kaki dan kantong
jaring untuk menampung jenis ikan maupun cumi sebelum masuk ke dalam
kantong jaring. Untuk badan jaring memiliki ukura benang no 9 dan mata jaring
berukuran 2 cm.
c. Ekor/Ujung Jaring
Ekor atau ujung jaring, merupakan bagian penting dari jaring cumi dimana
bagian ekor jaring ini berfungsi untuk menampung ikan atau cumi. Pada bagian
ekor jaring ini harus diikat terlebih dahulu agar ikan atau cumi, tidak terlepas.
Untuk ekor jaring memiliki ukuran benang no 15, dan ukuran mata jaring 1 cm.
2. Pemberat
Untuk pemberat yang digunakan dijaring Cast net ialah timah dengan berat
0,3 kilo gram per buah dan dipasang dibagian mulut jaring, sehingga untuk
sekeliling mulut jaring membutuhkan 864 buah pemberat sedangkan dari cincin
29
ketali pemberat 432 buah pemberat, jadi total pemberat yang di gunakan dijaring
cumi pada KM. Borneo Pearl adalah 1296 buah, atau sama dengan 388,8 kilo
gram. Fungsi pemberat disini ialah berfungsi untuk menenggelamkan jaring
sampai pada dasar perairan untuk menjerat Cumi yang berada di bawah
permukaan air, sehingga Cumi tersebut terperangkap masuk kedalam badan
jaring.
3. Tali Pemberat
Tali pemberat pada KM.Borneo Pearl yaitu bertujuan untuk mengikatkan
pemberat pada tali dan bertujuan untuk menyatukan pemberat menjadi satu
supaya bias menenggelamkan jaring dengan baik secara vertical ke bawah
4. Cincin
30
Dalam pengoprasian jaring Cumi cincin berfungsi untuk memudahkan dalam
mengerut atau menarik jaring. Cincin dipasang disekeliling mulut jaring dengan
jumlah cincin 64 buah cincin. Cicin yang digunakan KM. Borneo Pearl adalah
cincin yang terbuat dari besi putih
5. Tali Cincin
Tali cincin yaitu bertujuan untuk menggambungkan cincin menjadi satu
dan menggantungkan jaring dan pemberat serta muda untuk di Tarik saat tali kerut
di Tarik
6. Tali Kerut
Tali kerut yakni berfungsi sebagai penarik jaring sekaligus berfungsi untuk
mengerut mulut jaring sehingga ikan terperangkap dan masuk dalam badan jaring,
31
dan untuk menaikan jaring keatas geladak.dantali kerut biasanya di bantu dengan
garden untuk menarik tali kerut
1. Lewang
Lewang atau biasa disebut dengan sayap di KM. Borneo pearl berfungsi
sebagai membuka mulut jaring. Selain itu lewang juga memerlukan tali penarik
yang ada pada lewang yang berfungsi untuk membentangkan jaring pada saat
pengoperasian dan menahan sementara jaring sebelum jaring di turunkan. Panjang
tali penarik 20 meter. Lewang juga memiliki katrol yang berada di ujung lewang
yang berfungsi untuk menghindari agar tali penarik tidak tersangkut dan terjepit.
Lewang memiliki dua tiang dihaluan dan diburitan kapal dan disangga oleh tali
diikat dianjungan kapal, lewang dibuka saat dilakukan pengoprasian yang pertama
saat tiba diderah penangkapan ( fishing groun ) dan ditutup kembali setelah
pengoperasian selesai atau saat mau kembali kepelabuhan. Lewang yang
digunakan di KM. Borneo Pearl memiliki panjang 16 meter dan berbahan dasar
besi yang berada di sisi kiri kapal.
32
Gambar 4.24 Lewang
2. Gardan
Gardan di KM. Borneo pearl berfungsi untuk menarik jaring agar mulut
jaring terbuka dan berfungsi untuk menarik jaring naik keatas geladak. Selain itu
gardan juga berfungsi untuk menarik jangkar. Gardan memiliki dua buah yakni
disisi kanan dan kiri kapal. Gardan yang digunakann di KM.Borneo pearl
memiliki diameter 25 cm.
3. Lampu
Lampu di KM. Borneo Pearl berfungsi sebagai penerangan dikapal dan
sebagai alat bantu untuk memancing Cumi agar bergerombol disekitar kapal.
Jumlah lampu yang terdapat di KM. Borneo Pear adalah 38 buah diantaranya, 12
buah disisi kanan, 12 buah disisi kiri, 3 buah menghadap buritan, 3 buah
menghadap haluan kapal dan 8 buah lampu tangan atau lampu yang menjolor ke
sisi kapal. Lampu kapal di bagian sisi kanan, kiri, depan dan belakang 1500 watt.
Sedangkan lampu tangan, ada yang 1000 watt dan 1500 watt`
33
Gambar 4.26 Lampu
4. Katrol
Katrol dalam KM.Borneo Pearl berjumlah 4 buah katrol yang terletak pada
tiang derek 2 buah dan 2 buat di belakang Gardan. Katrol berfungsi sebagai alat
bantu dalam memudahkan proses penurunan ataupun penarikan alat tangkap.
Selain itu juga berfunggsi untuk menjaga tali penarik agar tidak tersangkut dan
terjepit.
34
Gambar 4.28 Pasak
35
B. Pengumpulan Cumi di Sekitar Kapal
Setelah lewang terbuka dan terpasang dengan kuat maka lampu penerangan atau
lampu untuk mengumpulkan Cumi dihidupkan atau dinyalakan yakni dari pukul 6
sore, setelah lampu menyala maka didiamkan sementara dalam jangka waktu 3
jam namun jika hasil tangkapan sedikit lampu bisa dibiarkan selama 4 jam.
Setelah proses menunggu selama 3 jam lampu yang berada disebelah sisi kanan,
buritan dan haluan kapal dimatikan namun yang disisi kiri tetap menyala untuk
mengupulkan Cumi agar bergerombol disisi kanan kapal.
36
Gambar 4.32 Proses Penurunan Jaring di KM.Borneo Pearl
4.2 PEMBAHASAN
37
Berdasarkan Hasil yang di dapat saat Kerja Praktek Akhir di KM.Borneo
Pearl penulis dapat mengambil pembahsan yaitu tentang Analisis Hasil
Tangkapan Catch Perunit Effort di KM. Borneo Pearl selama satu trip, selama 1
trip KM.Borneo pearl berlayar selama 23 hari dari tanggal 9 Agustus s/d 1
September.
38
4 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 02.30 02.50 10/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
5 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 21.30 21.50 11/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
6 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 01.15 01.35 11/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
7 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 04.40 05.00 11/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
8 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 20.15 20.35 12/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
9 0˚ 09’ 660” N 0˚ 09’ 660” N 03.15 03.35 12/8/2021
108˚ 46’ 182” E 108˚ 46’ 182” E
10 00° 07.32’N 00° 07.32’N 21.00 21.20 13/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
11 00° 07.32’N 00° 07.32’N 04.05 04.25 13/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
12 00° 07.32’N 00° 07.32’N 21.00 21.20 14/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
13 00° 07.32’N 00° 07.32’N 23.50 00.10 14/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
14 00° 07.32’N 00° 07.32’N 04.10 04.30 14/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
15 00° 07.32’N 00° 07.32’N 20.35 20.55 15/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
16 00° 07.32’N 00° 07.32’N 01.05 01.25 15/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
17 00° 07.32’N 00° 07.32’N 04.50 05.10 15/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
18 00° 07.32’N 00° 07.32’N 21.05 21.25 16/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
19 00° 07.32’N 00° 07.32’N 01.30 01.50 16/8/2021
108° 36.982’E 108° 36.982’E
20 - - - - 17/8/2021
39
21 00° 06.282’N 00° 06.282’N 22.05 22.25 18/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
22 00° 06.282’N 00° 06.282’N 04.10 04.30 18/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
23 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.40 22.00 19/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
24 00° 06.282’N 00° 06.282’N 03.25 03.45 19/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
25 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.30 21.50 20/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
26 00° 06.282’N 00° 06.282’N 03.20 03.40 20/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
27 00° 06.282’N 00° 06.282’N 20.20 20.40 21/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
28 00° 06.282’N 00° 06.282’N 01.05 01.25 21/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
29 00° 06.282’N 00° 06.282’N 20.40 21.00 22/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
30 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.00 21.00 22/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
31 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.05 02.25 22/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
32 - - - - 23/8/2021
33 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.20 21.40 24/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
34 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.10 02.30 24/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
35 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.05 21.25 25/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
36 00° 06.282’N 00° 06.282’N 01.20 01.40 25/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
37 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.30 21.50 26/8/2021
40
108° 38.008’E 108° 38.008’E
38 00° 06.282’N 00° 06.282’N 01.20 01.40 26/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
39 - - - - 27/8/2021
40 00° 06.282’N 00° 06.282’N 22.10 22.30 28/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
41 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.05 02.25 28/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
42 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.15 21.35 29/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
43 00° 06.282’N 00° 06.282’N 00.20 00.40 29/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
44 00° 06.282’N 00° 06.282’N 20.40 21.00 30/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
45 00° 06.282’N 00° 06.282’N 02.10 02.30 30/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
46 00° 06.282’N 00° 06.282’N 22.00 22.20 31/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
47 00° 06.282’N 00° 06.282’N 03.25 03.45 31/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
48 00° 06.282’N 00° 06.282’N 21.50 22.10 01/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
49 00° 06.282’N 00° 06.282’N 04.15 04.35 01/8/2021
108° 38.008’E 108° 38.008’E
H. Hasil Tangkapan
Untuk hasil tangkapan di KM. KM.Borneo Pearl dengan menggunakan jaring
Cumi ( Cast net ) di KM.Borneo Pearl dengan 47 kali Setting adalah Cumi.
Namun selain sasaran utama tadi ada juga ikan - ikan lain yang masuk kedalam
jaring yakitu ikan campur seperti ikan tamban, dan ikan gembung yang ikut serta
dalam hasil penangkapan. Untuk hasil tangkapan KM. Borneo pearl selama 23
hari sebanyak :
41
Table 6. Jumlah hasil Tangkapan
No Nama ikan Hasil tangkapan Persen
1. Cumi ukuran No.1 110 Kg 7,15%
2. Cumi ukuran No.2 300 Kg 19,5%
3. Cumi ukuran No.3 250 Kg 16,25%
4. Cumi ukuran No.4 250 Kg 16,25%
5. Cumi ukuran No.5 338 Kg 21,97%
6. Cumi ukuran No.CK 200 Kg 13,00%
7 Ikan Campuran 90 Kg 5,85%
Total 1.538 Kg 100%
Jadi total hasil Tangkapan Utama Keseluruhan KM. Borneo Pearl selama 23 hari
adalah1.448 Kg dan hasil tangkapan sampingan keseluruhan 90 Kg
42
no,4 disusun 4 baris, cumi no.5 disusun 5 baris dan cumi ukuran CK/Cendol di
susun sembarang di dalam Nampan/Loyang
43
Kemudian Ketika cumi yang di dalam freezer sudah di bekukan di palka
freezer dengan sempurna barulah cumi di keluarkan dari Loyang dan di masukan
kedalam kantong pelastik dan kemudian di masukan serta di susun di dalam palka
pending yang berbeda dengan palka freezer yang di gunakan untuk pembekuan
cumi berbeda dengan palka pendingin yaitu berfungsi sebagai menjaga suhu cumi
agar tetap terjaga.
Gambar 4.38 Cumi ketika sudah beku dan di masukan ke dalam kantong
Cacth t
CPUE =
Effortt
dimana :
44
CPUE = Total hasil tangkapan per upaya
Cactht = Hasil Tangkapan Per Trip (Kg)
Effortt = Banyaknya setting yang di lakukan dalam satu kali trip
1538
CPUE : = 32,723
47
Maka dapat di ambil hasil Nilai CPUE pada KM.Borneo Pearl selama 23
hari dari tanggal 9 Agustus s/d 1 September serta banyak setting yaitu 47 kali
setting dengan hasil Tangkapan berjumlah 1538 Kg bias di lihat bahwa CPUE
pada KM.Borneo Pear yaitu 32,723
45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengamatan dan analisis yang diperoleh di Kapal latih
KM.Borneo Pearl, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Produksi pada unit penangkapan Cast Net KM.Borneo Pearl yang
berpangkalan di PPP Sungai rengas diketahui sebesar 1.538 Kg per trip
2. Nilai ekonomi hasil tangkapan sampingan pada unit penangkapan Cast
Net KM.Borneo Pearl yang berpangkalan di PPP Sungai Rengas yaitu
spesies yang dominan ikan campuran sebesar 90 Kg.
3. Terdapat korelasi antara hasil tangkapan utama dan sampingan dengan
persepsi hasil yang di dapatkan pada KM.Borneo Pearl terhadap
pendapatan pada unit penangkapan Cast Net yang berpangkalan di PPP
Sungai Rengas artinya semakin banyaknya hasil tangkapan Utama maka
lebih mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari tangkapan
sampingan
5.2 Saran
Perlu adanya pengamatan yang lebih lanjut mengenai analisis
CPUE(Cacth Perunit Effort) hasil tangkapan pada KM.Borneo Pearl selain
lama trip penangkapan, musim dan harga ikan yang mempengaruhi nilai hasil
tangkapan pada unit penangkapan Cast Net Km.Borneo Pearl yang
berpangkalan di PPP Sungai rengas
46
DAFTAR PUSTAKA
47
Laevastu T dan I. Hela. 1970. Fisheries Oceanography. London (GB): Fish
News Ltd, 110 Fleet Street. 238 hal.
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
49
Lampiran 2.
50