Anda di halaman 1dari 21

PKP Pangandaran

Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

PENGENALAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR DI


PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REINALDI NUR FASHA


NIT. 19.7.08.071

Dosen Pembimbing:
Arif Baswantara, S.I.K., M.Si
Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2020
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

PENGENALAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR DI


PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REINALDI NUR FASHA


NIT. 19.7.08.071

Dosen Pembimbing:
Arif Baswantara, S.I.K., M.Si
Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2020

ii
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

PENGENALAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR DI


PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

Laporan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti perkuliahan
di Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

REINALDI NUR FASHA


NIT. 19.7.08.071

Dosen Pembimbing:
Arif Baswantara, S.I.K., M.Si
Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2020

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengenalan Kehidupan Msyarakat Pesisir di Pelabuhan Ratu Sukabumi,


Jawa Barat
Nama : Reinaldi Nur Fasha
NIT : 19.7.08.071

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Arif Baswantara, S.I.K., M.Si Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T


NIP. 19900501 201902 1 003 NIP. 19920619 201801 1 003

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Yuni Ari Wibowo,ST.,M.T


NIP. 19920619 201801 1 003

Tanggal seminar:

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, sehingga laporan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat
diselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan. Kegiatan PKL dilaksanakan
di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Dalam kegiatan ini para
taruna/i mengambil data untuk bahan laporan. Data tersebut diperoleh melalui
metode sekunder yaitu dengan melakukan bedah artikel, jurnal, buku ataupun
video yang dilakukan melalui media internet tanpa harus terjun langsung
kelapangan
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini. Secara khusus,
kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Guntur Prabowo A.pi,.M.Si selaku Koordinator Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pangandaran.
2. Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi
Kelautan.
3. Arif Baswantara, S.I.K., M.Si dan Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T selaku
dosen pembimbing Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak memiliki
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga laporan praktik kerja lapang ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis
Bandung, November 2020

Reinaldi Nur Fasha


NIT. 19.7.08.071

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................8
1.1 Latar Belakang Kegiatan...............................................................................8
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan....................................................................8
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI..................................................................9
2.1 Waktu dan tempat..............................................................................................9
2.2 Profil umum lokasi.............................................................................................9
BAB III PROSEDUR KERJA..............................................................................10
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................10
3.2 Teknik Pengambilan Data................................................................................10
3.3 Tahapan Kegiatan............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................11
4.1 Demogfrafi Pelabuhan Ratu.............................................................................11
4.1.1 Alat Tangkap.................................................................................................11
4.1.2 Pola Sebaran..................................................................................................11
4.2 Potensi Laut Indonesia dan Kondisi Masyarakat Pesisir.................................12
4.3 Potensi dan Alur Maanfat Perikanan Tangkap................................................13
4.4 Pengentasan Kemiskinan pada Masyarakat Pesisir.........................................15
4.5 Kebutuhan Nelayan Pelabuhan Ratu................................................................17
BAB V PENUTUP.................................................................................................19
5.1.Kesimpulan......................................................................................................19
5.1.2 Saran......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbatasan Wilayah Pelabuhan Ratu


Tabel 2. Komposisi Ikan Dominan di PPN Pelabuhan Ratu
Tabel 3. Biaya Operasional Melaut

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Umum Kabupaten


Gambar 2. Lokasi Pantai Pelabuhan Ratu
Gambar 3. Komposisi Ikan Dominan di PPN Pelabuhan Ratu

7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan
Praktik Kerja Lapang I yang diselenggarakan oleh Politeknik Kelautan
dan Perikanan Pangandaran dan dilaksanakan oleh para taruna adalah suatu
kegiatan yang sangat penting diikuti oleh para taruna sebagai syarat kelulusan.
Praktik kerja lapang dapat memberi pelatihan langsung bagi para taruna untuk
dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman disektor
perikanan dan kelautan. Kegiatan ini juga sebagai pelatihan bagi taruna untuk
dapat melatih diri dalam dunia kerja sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya, sehingga taruna akan mendapatkan bekal dari praktik kerja
lapang yang sudah dilaksanakan.
Dalam PKL kali ini para taruna/i melakukan kegiatan tanpa terjun
langsung ke lapangan dikarenakan adanya kendala wabah COVID-19 yang
sedang melanda dan mengharuskan para taruna/i tetapi diam dirumah. PKL ini
pun tetap dilakukan dengan pengerjaan paper dengan melakukan peneliatan yang
bersala dari buku, artikel ataupun jurnal yang dapat didapatkan melalui internet.
Alasan mengapa saya memilih lokasi di Pelabuhan Ratu karena pantai ini
memiliki potensi yang sangat besar namun dalam hal pengelolaannya masih
kurang bahkan bisa dibilang tidak berjalan sebagaimana semestinya.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Tujuan dari pelaksanaan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat
Pesisir (PPKMP) bagi para taruna/i adalah :
a. Mengetahui apa yang menjadi permasalahan masyarakat pesisir
b. Mengetahui potensi tangkapan ikan di Pelabuhan Ratu
c. Mengatasi kemiskinan pada masyarakat pesisir
d. Mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk melaut

8
BAB II
TINJAUAN UMUM LOKASI

2.1 Waktu dan tempat


Pelaksanaan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir (PPKMP)
yang bertempat di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat dilaksanakan pada tanggal 11 Mei – 13 Juli 2020

2.2 Profil umum lokasi


Teluk Palabuhanratu terletak di desa Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Wilayah Palabuhanratu terletak di Pantai Selatan Jawa
yang berhadapan dengan Samudera Hindia, yang secara tidak langsung
terlindung dari gelombang laut, karena wilayah Palabuhan Ratu berbentuk
teluk.(Tangkap & Ppn, 2007)

Sebelah utara Kecamatan Cikakak dan Cikidang


Sebelah barat Kecamatan Simpenan
Sebelah timur Kecamatan Bantargadung dan Lengkong

Sebelah selatan Teluk Palabuhanratu dan Samudera Hindia


Tabel 1. Perbatasan wilayah Pelabuhan Ratu

9
Gambar 1. Lokasi umum kabupaten Gambar 2. Lokasi pantai Pelabuhan Ratu

BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Dalam Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir (PPKMP) kali ini
dikarenakan adanya Pandemi COVID-19,maka dari itu para taruna/i tidak turun
secara langsung turun ke lokasi lapangan. Jadi pengambilan data dan bahan
untuk keperluan laporan diperoleh dari internet seperti jurnal dan artikel. Adapun
alat yang di gunakan dalam pembuatan laporan ini adalah laptop, handphone, dan
koneksi internet.

3.2 Teknik Pengambilan Data


Teknik Pengambilan data yang digunakan dalam pembuatan Laporan Praktik
Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir ( PPKMP ) ialah Menggunakan

10
Metode data sekunder. Data sekunder ini digunakan untuk kita mengambil
informasi yang ada pada buku, makalah, jurnal ataupun data yang diperoleh secara
tidak langsung untuk nantinya data yang diperoleh digabungkan menjadi sebuah
paper.

3.3 Tahapan Kegiatan


Tahapan kegiatan dalam pembuatan laporan Praktikum Pengenalan
Kehidupan Masyarakat pesisir (PPKMP) ialah dengan mencari referensi ataupun
materi terlebih dahulu yang berasal dari jurnal, artikel maupun video yang
berkaitan dengan pembahasan yang kita cari lalu setelah itu data yang telah
diperoleh kita input kedalam laporan

Menentukan lokasi Mencari


PPKMP sumber
informasi

Memasukan data
Susun menjadi
ke Ms.Word
sebuah paper BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Demogfrafi Pelabuhan Ratu


Berdasarkan data statistik tahun 2007, penduduk Kabupaten Sukabumi
berjumlah 2.240.901 jiwa yang terdiri dari pria sekitar 1.151.103 jiwa dan wanita
sekitar 1.089.798 jiwa, dan Pelabuhanratu termasuk lokasi yang sangat pesat
penduduknya di Kabupaten Sukabumi. Sedangkan kepadatan penduduknya
mencapai 709,03 km2. Berdasarkan data ini, maka kepadatan penduduk di
Kabupaten Sukabumi termasuk padat di Indonesia. Sedangkan untuk penyebaran
penduduk, sebagian besar penduduk Kabupaten Sukabumi bermukim di sebelah
Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan disebelah Selatan (kota
Pelabuhanratu) (Geografi, 2004). Mayoritas penduduk Pelabuhan ratu bermata

11
pencaharian sebagai nelayan. Disamping itu, ada pula yang bekerja sebagai petani,
buruh, pedagang, pegawai negeri dan bidang jasa.

4.1.1 Alat Tangkap


Jenis alat tangkap yang ada di PPN Palabuhanratu antara lain pancing
ulur,payang, bagan, rampus, trammel net, gill net, tuna longline, pancing tonda,
rawai, pancing layur dan Purse Seine. Jumlah total frekuensi kumulatif alat
tangkap yang ada di PPN Palabuhanratu tahun 2006 adalah 8.465 kali.
Berdasarkan komposisi masing- masing alat tangkap tahun 2006 tersebut,
didapatkan alat tangkap paling dominan di PPN Palabuhanratu adalah pancing
ulur (30,9 %), bagan (27,6 %) dan payang (21,4 %). Selain pancing ulur juga
terdapat alat tangkap lainnya yang cukup penting yaitu gill net, rampus dan tuna
longline dan purse seine.

4.1.2 Pola Sebaran


Bagan di Teluk Pelabuhan Ratu terbagi dalam 3 daerah penangkapan ikan
yaitu Cisolok, Pelabuhan Ratu dan Ciemas. Persebaran Bagan di Kecamatan
Cisolok dimana luas area fishing ground pada kecamatan Cisolok sebesar 0,32
km2, dengan jumlah bagan sebanyak 32 unit sehingga didapatkan tingkat
kepadatan bagan sebesar 100 bagan/km2 dan jarak rata-rata tetangga terdekat antar
bagan sebesar 0,058 km.
Persebaran bagan di kecamatan Pelabuhan Ratu dimana luas area fishing
ground pada kecamatan Pelabuhan Ratu sebesar 1,99 km2, dengan jumlah bagan
sebanyak 77 unit sehingga didapatkan tingkat kepadatan bagan sebesar 39
bagan/km2 dan jarak rata-rata tetangga terdekat antar bagan sebesar 0,088 km.

Persebaran bagan di kecamatan Ciemas dimana luas area fishing ground


pada kecamatan Ciemas sebesar 1,17 km2, dengan jumlah bagan sebanyak 93 unit
sehingga didapatkan tingkat kepadatan bagan sebesar 79 bagan/km2 dan jarak
rata-rata tetangga terdekat antar bagan sebesar 0,098 km (Ardi, 2009).

12
4.2 Potensi Laut Indonesia dan Kondisi Masyarakat Pesisir
FAO mengidentifikasi bahwa pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir
sudah dilakukan sejak zaman prasejarah mengingat wilayah pesisir menyediakan
barang dan jasa yang diperlukan oleh manusia khususnya yang terkait dengan
komunikasi, transportasi dan penyediaan bahan pangan (IPB, 2019).
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah
darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat- sifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah laut mencakup
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan manusia di daratan (Oliver, 2019). Indonesia sebagai negara kepulauan
memiliki potensi kelautan yang cukup besar, dengan adanya potensi yang dimiliki
seharusnya dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan yang
menggantungkan hidup pada potensi kelautan (maritim) tersebut. Namun
kenyataannya, kehidupan masyarakat nelayan masih dilanda kemiskinan, bahkan
kehidupan nelayan identik dengan kemiskinan. Tingkat kesejahteraan para
pelaku perikanan (nelayan) pada saat ini masih di bawah sektor yang lainnya,
termasuk sektor pertanian agraris. Nelayan buruh dan nelayan tradisional
merupakan kelompok masyarakat yang dapat disebut juga sebagai lapisan sosial
yang paling miskin diantara kelompok masyarakat lainnya di sektor pertanian. 
Menurut hasil penelitian maupun kajian yang sudah ada, banyak
diantaranya faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu
komunitas yang terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk
menjadikan semua masyarakat setempat sejahtera. Dilihat dari faktor internal
masyarakat pesisir masih rendahnya terhadap teknologi yang maju dan canggih
dan tidak tepatnya pengelolaan sumber daya yang ada dengan kultur masyarakat
setempat. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya
didominasi dengan mencari ikan di laut atau usaha pengolahan hasil tangkapan
ikan. Nelayan bergelut dengan alam yang bergantung dengan cuaca dan lautan
untuk mendapatkan tangkapan ikan yang banyak sebagai penghasilan bagi
keluarga mereka, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak dapat ditentukan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris yang ada di perkebunan. Dari

13
segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat ditentukan dengan
pola panen yang ada musimnya yang dapat dengan dikontrol dengan modal dan
hasil , sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat diatur untuk
menghasilkan pendapatan yang mereka inginkan.
Selain itu permasalahan dari bantuan pemerintah yang tidak tepat sasaran
dan tidak turun-turun dari pemerintah, masih belum meratanya bantuan antara
nelayan kecil (kapal tradisional) dengan nelayan rumpon. Nelayan kecil masih
kurang diperhatikan dan kurang mendapat bantuan sehingga mereka memakai
modal seadanya dan ada pula yang meminjam modal untuk melaut, padahal
nelayan kecil ini lebih mengetahui keadaan laut sekitarnya dan bisa menghasilkan
seperti nelayan rumpon serta bisa membantu untuk mengoptimalkan sektor
perikanan dan kelautan.

4.3 Potensi dan Alur Maanfat Perikanan Tangkap


Wilayah pesisir Pelabuhan Ratu kaya akan potensi perikanan. Produksi
perikanan tangkap pada tahun 2017 sebesar 6.797.900 Kg. Penangkapan ikan
ditujukan untuk pasar domestik sampai ke luar wilayah Sukabumi dan ekspor ke
Korea dan Jepang. Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang dihasilkan dari wilayah
ini antara lain tuna, tongkol, layur, dan cakalang. Dominasi hasil tangkapan ikan
meliputi tuna mata besar (19%), madidihang (16%), cakalang (14%), albakor
(8%), dan tongkol (5%) sebagaimana yang terdapat dalam gambar. Selain itu, di
PPN Pelabuhan Ratu terdapat jenis ikan Udang dan lobster yang diperebutkan
oleh kelompok nelayan di Pelabuhan Ratu (Royandi & Satrsia, 2015).

14
Gambar 3. Komposisi Ikan Dominan di PPN Pelabuhan Ratu.
Sumber: Statistik PPN Pelabuhan Ratu, 2017.

Tabel 2. Komposisi Ikan Dominan di PPN Pelabuhan Ratu

Hasil tangkap nelayan Pelabuhan Ratu dipasarkan lokal dan ekspor baik
melalui TPI (PPN Pelabuhan Ratu) maupun tidak. Ekspor ikan ke Jepang dan
Korea melalui Jakarta. Nelayan umumnya lebih memanfaatkan tengkulak, tawe,
dan bakul di luar TPI karena tingginya ikatan Langgan-Tawe (nelayan pemilik
kapal dan anak buah kapal). Inilah salah satu hal yang mengurangi pencatatan
produksi PPN Pelabuhan Ratu. Penangkapan dan distribusi anak lobster secara
ilegal oleh para nelayan pancing ulur juga telah menurunkan produksi ikan layur
secara riil di PPN Pelabuhan Ratu pada tahun 2016-2018. Penurunan tersebut
terdapat dalam data statistik PPN Pelabuhan Ratu bahwa produksi ikan pada tahun
2015, 2016 dan 2017 sebagai berikut: 15. 239.846 Kg, 7.210.829 Kg, 6.797.900
Kg. Distribusi ikan di PPN Pelabuhan Ratu terdapat dalam Gambar 3.
Alur Manfaat Transportasi Laut Jalur transportasi laut Pelabuhan Ratu
dimanfaatkan oleh pihak PLTU dan pengelola wisata bahari. Pihak pengelola
PLTU memanfaatkan transportasi laut, untuk kepentingan pengangkutan batubara
dari wilayah Kalimantan ke PLTU Pelabuhan Ratu. selain itu, pihak pengelola
PLTU sudah membangun pelabuhan kapal tongkang di 4 mil laut yang akan
menampung kapal-kapal tongkang yang lebih besar. Kapal tongkang yang lebih

15
besar dapat membawa batubara yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan
pasokan batubara bagi PPN Pelabuhan Ratu. Pengelola wisata bahari sedang
melakukan pembangunan pelabuhan untuk kepentingan transportasi laut yang
menghubungkan Geopark Ciletuh -Pelabuhan Ratu sekaligus untuk pengangkutan
barang Pelabuhan Ratu-Jakarta.

4.4 Pengentasan Kemiskinan pada Masyarakat Pesisir


Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk menuntaskan kemiskinan
yang dialami masyarakat pesisir. Berbagai proyek, program dan kegiatan telah
dilakukan. Namun hasil yang didapatkan belum memperoleh hasil yang
maksimal. Sebagai konsekuensi dari negara kepulauan, kawasan pesisir di
Indonesia berkembang menjadi kawasan dengan pertumbuhan yang cukup pesat,
mengingat kawasan pesisir dapat menyediakan ruang dengan aksesibilitas tinggi
dan relatif murah dibandingkan dengan ruang daratan. Oleh karena itu, pesisir
menjadi tempat tujuan pergerakan penduduk. Hampir 60% jumlah penduduk di
kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, dan Makasar
menyebar ke daerah pesisir (Sabarisman, 2017).
Program-program yang dilakukan pemerintah tersebut antara lain:
motorisasi armada nelayan skala kecil, penerapan sistem rantai dingin (cold chain
system), pembangunan prasarana perikanan, dan sebagainya. Program lain yang
berhubungan dengan konservasi dan rehabilitasi lingkungan hidup adalah
pembuatan karang buatan, penanam kembali hutan bakau, konservasi kawasan
laut dan jenis ikan tertentu, serta penegakan hukum terhadap kegiatan-kegiatan
penangkapan ikan dengan menggunakan bom, racun, dan alat tangkap ikan yang
destrukif adalah program- program pembangunan yang secara tidak langsung
mempengaruhi kesejahteraan nelayan.
Demikian juga pola usaha yang secara marak dikembangkan di hampir
seluruh Indonesia adalah perikanan inti rakyat, suatu sistem usaha dimana nelayan
sebagai plasma bermitra dengan perusahaan sebagai inti. Namun demikian bisa
juga
dikatakan bahwa upaya-upaya dari sisi kelembagaan ini belum juga memberikan
hasil yang jelas menguntungkan nelayan. Meskipun banyak kelembagaan nelayan

16
terbentuk, namun hanya sedikit bisa bertahan. Dengan bergantinya waktu, banyak
juga lembaga-lembaga nelayan yang perlahan-lahan mati dan tidak berfungsi.
Demikian juga banyak kemitraan nelayan dan perusahaan besar tidak berlanjut
karena ketidakadilan dalam pembagian hasil, resiko dan biaya. Malahan
sebaliknya, pola hubungan kemitraan antara nelayan dan swasta menjadi sesuatu
yang dinilai negatif oleh nelayan dan konsep yang bagus ini ditolak oleh nelayan
(Kristiyanti, 2016).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka ada beberapa upaya
perubahan atau strategi pemberdayaan masyarakat yang bisa dilaksanakan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan di pesisir. Strategi tersebut berupa
peningkatan kualitas SDM, pemberian insentif serta akses. Beberapa strategi yang
bisa dilakukan adalah:
1. Meningkatkan kapasitas SDM dengan cara memberikan pelatihan,
pencerahan dan keahlian sehingga bisa berwirausaha. Mengubah mindset
dari jiwa pekerja menjadi pengusaha, meningkatkan kemampuan
masyarakat pesisir dengan membudidayakan potensi yang ada.
2. Memberikan penyuluhan teknologi yang tepat dalam bidangnya masing-
masing, serta perlu adanya pemberdayaan baik keterampilan maupun
permodalan. Pelatihan-pelatihan terutama pengolahan hasil produksi dari
IKM (Industri Kecil dan Menengah), pelatihan-pelatihan budidaya tambak
dan sejensinya yang dibutuhkan masyarakat. Pelatihan tersebut perlu
disertai dengan contoh dan praktik langsung.
3. Memberdayakan kelompok masyarakat (tani, nelayan, dll) sebagai sarana
kagiatan sosial dan ekonomi, serta hubungan pemerintah dan masyarakat.
Selain itu, KUD (Koperasi Unit Desa) juga bisa dimanfaatkan melalui
sebagai sarana pemberdayaan. Meningkatkan apresiasi pemerintah
terhadap kelompok yang berprestasi supaya kelompok saling
bersaing/berlomba dalam prestasi, tidak hanya peminta bantuan yang
menumbuhkan ketergantungan. Pembinaan dan sosialisasi peemrintah
perlu dilakukan melalui lembaga-lembaga yang ada, seperti musyawarah
dusun, kelompok pengajian, PKK (Peningkatan Kesejahteraan Keluarga)
dan kegiatan pemuda (karang taruna).

17
4. Pembukaan akses permodalan, seperti pembentukan dan penguatan
koperasi, LKM, dan simpan pinjam. Masyarakat juga perlu dibantu dalam
mempermudah akses perbankan.
5. Transfer teknologi baru dalam mengembangkan usahanya
6. Adanya informasi pemasaran yang jelas dari dinas/instansi yang
memfasilitasi pemasaran produk.
7. Pemerintah memfasiltasi prasarana yang dibutuhkan pelaku kegiatan usaha
(misalnya di tambak; prasarana jalan, jembatan penghubung).

Oleh sebab pencerahan atau internalisasi nilai-nilai pembaharuan pada


masyarakat pesisir harus dilakukan upaya pendidikan, pemahaman, penyadaran
secara berkelanjutan sehingga mereka benar-benar memahami dan mendukung
perubahan. Sebuah program harus mengandung nilai-nilai pembaharuan yang
yang harus diinternalisasi melalui proses tersebut. Masyarakat akan sukarela
mendukung keberhasilan program jika mereka meyakini nilai-nilainya.
Masyarakat harus tahu manfaat dan kegunaan suatu perubahan bagi perbaikan
kehidupan mereka (Sofianto, 2017).

4.5 Kebutuhan Nelayan Pelabuhan Ratu


Kebutuhan paling besar yang dikeluarkan nelayan, baik itu nelayan kecil
maupun nelayan juragan adalah kebutuhan untuk persiapan melaut, karena biaya
untuk sekali melaut bisa melebihi biaya kebutuhan keluarga. Hasil tangkapan
melaut terkadang bisa membuat nelayan rugi, hal ini dikarenakan nelayan
terutama nelayan kecil hanya menggunakan peralatan sederhana untuk
menangkap ikan sehingga hasil yang diperoleh tidak sebanding biaya yang
didapatkan dan hal ini banyak menyebabkan nelayan kecil mengalami jeratan
hutang karena harus meminjam uang lagi baik itu kepada rentenir atau pun pada
nelayan juragan agar bisa pergi melaut lagi.

Tabel 3. Biaya Operasional Melaut

No. Biaya Operasional (1 kali Biaya

18
melaut)
1 BBM Rp.200.000
2 Oli Rp.50.000
Rp.20.000/
3 Es Balok Balok
4 Perbekalan(Makanan) Rp.100.000
Juml
ah RP.370.000

Data diatas adalah biaya yang diperlukan untuk melaut dan menangkap
ikan oleh nelayan. Biaya operasional nelayan kecil dalam satu kali melaut
membutuhkan sekitar Rp. 370.000,- yang terdiri dari pengeluaran untuk BBM, oli,
es balok dan perbekalan. Nelayan membutuhkan perbekalan karena dalam satu
kali melaut membutuhkan waktu minimal 8 jam bahkan bisa lebih atau seharian
tergantung hasil tangkapan dan ketersediaan BBM. Es balok dibutuhkan untuk
menjaga kesegaran ikan karena perjalan panjang antara laut ke daratan
membutuhkan waktu yang cukup lama, dan sebagian besar nelayan kecil hanya
mengandalkan tempat penyimpanan ikan (non refrigerator) yang mampu menahan
kebekuan es, sehingga mampu mempertahankan ikan tetap segar sampai di
daratan (Nelayan & Pembiayaan, 2018).

BAB V PENUTUP

19
5.1.Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa
sebagai negara maritim Indonesia yang memiliki luas lautan sebesar 3,25 juta km2
tentunya memiliki potensi yang cukup bagus dalam sektor kelautan namun para
nelayan masih dilanda kemiskinan dikarenakan masyarakat pesisir masih awam
dengan kemajuan teknologi yang mengakibatkan pendapatan melaut mereka
bergelut dengan alam yang bergantung dengan cuaca dan lautan untuk
mendapatkan tangkapan ikan yang banyak sebagai penghasilan bagi keluarga
mereka. Beberapa upaya untuk mengatasi kemiskinan pun dilakukan seperti
meningkatkan kapasitas SDM dengan memberikan pelatihan, penyuluhan
teknologi yang tepat dalam bidangnya, adanya informasi pemasaran yang jelas
dan juga pemerintah memfasilitasi prasarana yang dibutuhkan pelaku kegiatan
usaha.

5.1.2 Saran
Disarankan untuk para penulis atau pembaca yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut untuk dapat menggali lebih dalam potensi kelautan
Indonesia dan bagaimana langkah untuk mensejahterakan masyarakat pesisir
dikarenakan masih banyaknya masyarakat pesisir ataupun nelayan yang masih
dilanda kemiskinan, padahal Indonesia memiliki potensi kekayaan laut yang
sangat besar yang seharusnya bisa dikembangkan dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat pesisir pantai.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ardi, S. A. H. (2009). Pola persebaran dan hasil tangkap bagan di teluk pelabuhan ratu.
Geografi, K. (2004). III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN 3.1. 34–55.

IPB, F. (2019). Pentingnya Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut. 2002, 1–54.
Kristiyanti, M. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Melalui Pendekatan
ICZM (Integrated Coastal Zone Management). Seminar Nasional Multi Disiplin
Ilmu, 180, 752–760.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/4264/1270
Nelayan, K., & Pembiayaan, T. (2018). ANALISIS KEBUTUHAN NELAYAN
TERHADAP PEMBIAYAAN LKMS ANALYSIS OF FISHERMAN NEEDS FOR
LKMS FINANCING A.A. Rahman. 4(2), 152–162.

Oliver, J. (2019). 済無 No Title No Title. Hilos Tensados, 1, 1–476.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Royandi, E., & Satria, A. (2015). PELABUHAN RATU JAWA BARAT Actors Strategies
on Sea Resources Utilization in Pelabuhan Ratu West Java. Carothers.

Sabarisman, M. (2017). Identifikasi Dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pesisir. Sosio


Informa, 3(200), 216–235.

Sofianto, A. (2017). Prinsip-Prinsip Penanggulangan Kemiskinan Di Wilayah Pesisir


Utara Jawa Tengah. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan Dan
Perikanan, 2(2), 81. https://doi.org/10.15578/marina.v2i2.4679
Tangkap, P., & Ppn, D. I. (2007). 4 perikanan tangkap di ppn palabuhanratu. 4.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan ratu. 2017. Statistik Pelabuhan Perikanan


Nusantara Pelabuhan Ratu. Sukabumi.

21

Anda mungkin juga menyukai