Dosen Pembimbing:
Arif Baswantara, S.I.K., M.Si
Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T
Dosen Pembimbing:
Arif Baswantara, S.I.K., M.Si
Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T
ii
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
Dosen Pembimbing:
Arif Baswantara, S.I.K., M.Si
Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Tanggal seminar:
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, sehingga laporan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat
diselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan. Kegiatan PKL dilaksanakan
di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Dalam kegiatan ini para
taruna/i mengambil data untuk bahan laporan. Data tersebut diperoleh melalui
metode sekunder yaitu dengan melakukan bedah artikel, jurnal, buku ataupun
video yang dilakukan melalui media internet tanpa harus terjun langsung
kelapangan
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini. Secara khusus,
kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Guntur Prabowo A.pi,.M.Si selaku Koordinator Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pangandaran.
2. Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi
Kelautan.
3. Arif Baswantara, S.I.K., M.Si dan Yuni Ari Wibowo, S.T,. M.T selaku
dosen pembimbing Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak memiliki
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga laporan praktik kerja lapang ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis
Bandung, November 2020
5
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................8
1.1 Latar Belakang Kegiatan...............................................................................8
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan....................................................................8
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI..................................................................9
2.1 Waktu dan tempat..............................................................................................9
2.2 Profil umum lokasi.............................................................................................9
BAB III PROSEDUR KERJA..............................................................................10
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................10
3.2 Teknik Pengambilan Data................................................................................10
3.3 Tahapan Kegiatan............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................11
4.1 Demogfrafi Pelabuhan Ratu.............................................................................11
4.1.1 Alat Tangkap.................................................................................................11
4.1.2 Pola Sebaran..................................................................................................11
4.2 Potensi Laut Indonesia dan Kondisi Masyarakat Pesisir.................................12
4.3 Potensi dan Alur Maanfat Perikanan Tangkap................................................13
4.4 Pengentasan Kemiskinan pada Masyarakat Pesisir.........................................15
4.5 Kebutuhan Nelayan Pelabuhan Ratu................................................................17
BAB V PENUTUP.................................................................................................19
5.1.Kesimpulan......................................................................................................19
5.1.2 Saran......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
6
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan
Praktik Kerja Lapang I yang diselenggarakan oleh Politeknik Kelautan
dan Perikanan Pangandaran dan dilaksanakan oleh para taruna adalah suatu
kegiatan yang sangat penting diikuti oleh para taruna sebagai syarat kelulusan.
Praktik kerja lapang dapat memberi pelatihan langsung bagi para taruna untuk
dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman disektor
perikanan dan kelautan. Kegiatan ini juga sebagai pelatihan bagi taruna untuk
dapat melatih diri dalam dunia kerja sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya, sehingga taruna akan mendapatkan bekal dari praktik kerja
lapang yang sudah dilaksanakan.
Dalam PKL kali ini para taruna/i melakukan kegiatan tanpa terjun
langsung ke lapangan dikarenakan adanya kendala wabah COVID-19 yang
sedang melanda dan mengharuskan para taruna/i tetapi diam dirumah. PKL ini
pun tetap dilakukan dengan pengerjaan paper dengan melakukan peneliatan yang
bersala dari buku, artikel ataupun jurnal yang dapat didapatkan melalui internet.
Alasan mengapa saya memilih lokasi di Pelabuhan Ratu karena pantai ini
memiliki potensi yang sangat besar namun dalam hal pengelolaannya masih
kurang bahkan bisa dibilang tidak berjalan sebagaimana semestinya.
8
BAB II
TINJAUAN UMUM LOKASI
9
Gambar 1. Lokasi umum kabupaten Gambar 2. Lokasi pantai Pelabuhan Ratu
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Dalam Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir (PPKMP) kali ini
dikarenakan adanya Pandemi COVID-19,maka dari itu para taruna/i tidak turun
secara langsung turun ke lokasi lapangan. Jadi pengambilan data dan bahan
untuk keperluan laporan diperoleh dari internet seperti jurnal dan artikel. Adapun
alat yang di gunakan dalam pembuatan laporan ini adalah laptop, handphone, dan
koneksi internet.
10
Metode data sekunder. Data sekunder ini digunakan untuk kita mengambil
informasi yang ada pada buku, makalah, jurnal ataupun data yang diperoleh secara
tidak langsung untuk nantinya data yang diperoleh digabungkan menjadi sebuah
paper.
Memasukan data
Susun menjadi
ke Ms.Word
sebuah paper BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
pencaharian sebagai nelayan. Disamping itu, ada pula yang bekerja sebagai petani,
buruh, pedagang, pegawai negeri dan bidang jasa.
12
4.2 Potensi Laut Indonesia dan Kondisi Masyarakat Pesisir
FAO mengidentifikasi bahwa pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir
sudah dilakukan sejak zaman prasejarah mengingat wilayah pesisir menyediakan
barang dan jasa yang diperlukan oleh manusia khususnya yang terkait dengan
komunikasi, transportasi dan penyediaan bahan pangan (IPB, 2019).
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah
darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat- sifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah laut mencakup
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan manusia di daratan (Oliver, 2019). Indonesia sebagai negara kepulauan
memiliki potensi kelautan yang cukup besar, dengan adanya potensi yang dimiliki
seharusnya dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan yang
menggantungkan hidup pada potensi kelautan (maritim) tersebut. Namun
kenyataannya, kehidupan masyarakat nelayan masih dilanda kemiskinan, bahkan
kehidupan nelayan identik dengan kemiskinan. Tingkat kesejahteraan para
pelaku perikanan (nelayan) pada saat ini masih di bawah sektor yang lainnya,
termasuk sektor pertanian agraris. Nelayan buruh dan nelayan tradisional
merupakan kelompok masyarakat yang dapat disebut juga sebagai lapisan sosial
yang paling miskin diantara kelompok masyarakat lainnya di sektor pertanian.
Menurut hasil penelitian maupun kajian yang sudah ada, banyak
diantaranya faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu
komunitas yang terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk
menjadikan semua masyarakat setempat sejahtera. Dilihat dari faktor internal
masyarakat pesisir masih rendahnya terhadap teknologi yang maju dan canggih
dan tidak tepatnya pengelolaan sumber daya yang ada dengan kultur masyarakat
setempat. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya
didominasi dengan mencari ikan di laut atau usaha pengolahan hasil tangkapan
ikan. Nelayan bergelut dengan alam yang bergantung dengan cuaca dan lautan
untuk mendapatkan tangkapan ikan yang banyak sebagai penghasilan bagi
keluarga mereka, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak dapat ditentukan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris yang ada di perkebunan. Dari
13
segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat ditentukan dengan
pola panen yang ada musimnya yang dapat dengan dikontrol dengan modal dan
hasil , sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat diatur untuk
menghasilkan pendapatan yang mereka inginkan.
Selain itu permasalahan dari bantuan pemerintah yang tidak tepat sasaran
dan tidak turun-turun dari pemerintah, masih belum meratanya bantuan antara
nelayan kecil (kapal tradisional) dengan nelayan rumpon. Nelayan kecil masih
kurang diperhatikan dan kurang mendapat bantuan sehingga mereka memakai
modal seadanya dan ada pula yang meminjam modal untuk melaut, padahal
nelayan kecil ini lebih mengetahui keadaan laut sekitarnya dan bisa menghasilkan
seperti nelayan rumpon serta bisa membantu untuk mengoptimalkan sektor
perikanan dan kelautan.
14
Gambar 3. Komposisi Ikan Dominan di PPN Pelabuhan Ratu.
Sumber: Statistik PPN Pelabuhan Ratu, 2017.
Hasil tangkap nelayan Pelabuhan Ratu dipasarkan lokal dan ekspor baik
melalui TPI (PPN Pelabuhan Ratu) maupun tidak. Ekspor ikan ke Jepang dan
Korea melalui Jakarta. Nelayan umumnya lebih memanfaatkan tengkulak, tawe,
dan bakul di luar TPI karena tingginya ikatan Langgan-Tawe (nelayan pemilik
kapal dan anak buah kapal). Inilah salah satu hal yang mengurangi pencatatan
produksi PPN Pelabuhan Ratu. Penangkapan dan distribusi anak lobster secara
ilegal oleh para nelayan pancing ulur juga telah menurunkan produksi ikan layur
secara riil di PPN Pelabuhan Ratu pada tahun 2016-2018. Penurunan tersebut
terdapat dalam data statistik PPN Pelabuhan Ratu bahwa produksi ikan pada tahun
2015, 2016 dan 2017 sebagai berikut: 15. 239.846 Kg, 7.210.829 Kg, 6.797.900
Kg. Distribusi ikan di PPN Pelabuhan Ratu terdapat dalam Gambar 3.
Alur Manfaat Transportasi Laut Jalur transportasi laut Pelabuhan Ratu
dimanfaatkan oleh pihak PLTU dan pengelola wisata bahari. Pihak pengelola
PLTU memanfaatkan transportasi laut, untuk kepentingan pengangkutan batubara
dari wilayah Kalimantan ke PLTU Pelabuhan Ratu. selain itu, pihak pengelola
PLTU sudah membangun pelabuhan kapal tongkang di 4 mil laut yang akan
menampung kapal-kapal tongkang yang lebih besar. Kapal tongkang yang lebih
15
besar dapat membawa batubara yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan
pasokan batubara bagi PPN Pelabuhan Ratu. Pengelola wisata bahari sedang
melakukan pembangunan pelabuhan untuk kepentingan transportasi laut yang
menghubungkan Geopark Ciletuh -Pelabuhan Ratu sekaligus untuk pengangkutan
barang Pelabuhan Ratu-Jakarta.
16
terbentuk, namun hanya sedikit bisa bertahan. Dengan bergantinya waktu, banyak
juga lembaga-lembaga nelayan yang perlahan-lahan mati dan tidak berfungsi.
Demikian juga banyak kemitraan nelayan dan perusahaan besar tidak berlanjut
karena ketidakadilan dalam pembagian hasil, resiko dan biaya. Malahan
sebaliknya, pola hubungan kemitraan antara nelayan dan swasta menjadi sesuatu
yang dinilai negatif oleh nelayan dan konsep yang bagus ini ditolak oleh nelayan
(Kristiyanti, 2016).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka ada beberapa upaya
perubahan atau strategi pemberdayaan masyarakat yang bisa dilaksanakan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan di pesisir. Strategi tersebut berupa
peningkatan kualitas SDM, pemberian insentif serta akses. Beberapa strategi yang
bisa dilakukan adalah:
1. Meningkatkan kapasitas SDM dengan cara memberikan pelatihan,
pencerahan dan keahlian sehingga bisa berwirausaha. Mengubah mindset
dari jiwa pekerja menjadi pengusaha, meningkatkan kemampuan
masyarakat pesisir dengan membudidayakan potensi yang ada.
2. Memberikan penyuluhan teknologi yang tepat dalam bidangnya masing-
masing, serta perlu adanya pemberdayaan baik keterampilan maupun
permodalan. Pelatihan-pelatihan terutama pengolahan hasil produksi dari
IKM (Industri Kecil dan Menengah), pelatihan-pelatihan budidaya tambak
dan sejensinya yang dibutuhkan masyarakat. Pelatihan tersebut perlu
disertai dengan contoh dan praktik langsung.
3. Memberdayakan kelompok masyarakat (tani, nelayan, dll) sebagai sarana
kagiatan sosial dan ekonomi, serta hubungan pemerintah dan masyarakat.
Selain itu, KUD (Koperasi Unit Desa) juga bisa dimanfaatkan melalui
sebagai sarana pemberdayaan. Meningkatkan apresiasi pemerintah
terhadap kelompok yang berprestasi supaya kelompok saling
bersaing/berlomba dalam prestasi, tidak hanya peminta bantuan yang
menumbuhkan ketergantungan. Pembinaan dan sosialisasi peemrintah
perlu dilakukan melalui lembaga-lembaga yang ada, seperti musyawarah
dusun, kelompok pengajian, PKK (Peningkatan Kesejahteraan Keluarga)
dan kegiatan pemuda (karang taruna).
17
4. Pembukaan akses permodalan, seperti pembentukan dan penguatan
koperasi, LKM, dan simpan pinjam. Masyarakat juga perlu dibantu dalam
mempermudah akses perbankan.
5. Transfer teknologi baru dalam mengembangkan usahanya
6. Adanya informasi pemasaran yang jelas dari dinas/instansi yang
memfasilitasi pemasaran produk.
7. Pemerintah memfasiltasi prasarana yang dibutuhkan pelaku kegiatan usaha
(misalnya di tambak; prasarana jalan, jembatan penghubung).
18
melaut)
1 BBM Rp.200.000
2 Oli Rp.50.000
Rp.20.000/
3 Es Balok Balok
4 Perbekalan(Makanan) Rp.100.000
Juml
ah RP.370.000
Data diatas adalah biaya yang diperlukan untuk melaut dan menangkap
ikan oleh nelayan. Biaya operasional nelayan kecil dalam satu kali melaut
membutuhkan sekitar Rp. 370.000,- yang terdiri dari pengeluaran untuk BBM, oli,
es balok dan perbekalan. Nelayan membutuhkan perbekalan karena dalam satu
kali melaut membutuhkan waktu minimal 8 jam bahkan bisa lebih atau seharian
tergantung hasil tangkapan dan ketersediaan BBM. Es balok dibutuhkan untuk
menjaga kesegaran ikan karena perjalan panjang antara laut ke daratan
membutuhkan waktu yang cukup lama, dan sebagian besar nelayan kecil hanya
mengandalkan tempat penyimpanan ikan (non refrigerator) yang mampu menahan
kebekuan es, sehingga mampu mempertahankan ikan tetap segar sampai di
daratan (Nelayan & Pembiayaan, 2018).
BAB V PENUTUP
19
5.1.Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa
sebagai negara maritim Indonesia yang memiliki luas lautan sebesar 3,25 juta km2
tentunya memiliki potensi yang cukup bagus dalam sektor kelautan namun para
nelayan masih dilanda kemiskinan dikarenakan masyarakat pesisir masih awam
dengan kemajuan teknologi yang mengakibatkan pendapatan melaut mereka
bergelut dengan alam yang bergantung dengan cuaca dan lautan untuk
mendapatkan tangkapan ikan yang banyak sebagai penghasilan bagi keluarga
mereka. Beberapa upaya untuk mengatasi kemiskinan pun dilakukan seperti
meningkatkan kapasitas SDM dengan memberikan pelatihan, penyuluhan
teknologi yang tepat dalam bidangnya, adanya informasi pemasaran yang jelas
dan juga pemerintah memfasilitasi prasarana yang dibutuhkan pelaku kegiatan
usaha.
5.1.2 Saran
Disarankan untuk para penulis atau pembaca yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut untuk dapat menggali lebih dalam potensi kelautan
Indonesia dan bagaimana langkah untuk mensejahterakan masyarakat pesisir
dikarenakan masih banyaknya masyarakat pesisir ataupun nelayan yang masih
dilanda kemiskinan, padahal Indonesia memiliki potensi kekayaan laut yang
sangat besar yang seharusnya bisa dikembangkan dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat pesisir pantai.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, S. A. H. (2009). Pola persebaran dan hasil tangkap bagan di teluk pelabuhan ratu.
Geografi, K. (2004). III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN 3.1. 34–55.
IPB, F. (2019). Pentingnya Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut. 2002, 1–54.
Kristiyanti, M. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Melalui Pendekatan
ICZM (Integrated Coastal Zone Management). Seminar Nasional Multi Disiplin
Ilmu, 180, 752–760.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/4264/1270
Nelayan, K., & Pembiayaan, T. (2018). ANALISIS KEBUTUHAN NELAYAN
TERHADAP PEMBIAYAAN LKMS ANALYSIS OF FISHERMAN NEEDS FOR
LKMS FINANCING A.A. Rahman. 4(2), 152–162.
Royandi, E., & Satria, A. (2015). PELABUHAN RATU JAWA BARAT Actors Strategies
on Sea Resources Utilization in Pelabuhan Ratu West Java. Carothers.
21