Oleh :
AKBAR PURNAMA PUTRA
NIT. 19.3.02.030
NIT : 19.3.02.030
Karya Ilmia Praktik Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Dan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo
Tahun Akademik 2021/2022
Menyetujui :
Mengetahui,
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan Karya Ilmia Praktik Akhir (KIPA) ini tepat pada waktunya. Karya
Ilmia Praktik Kerja Akhir (KIPA) ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
1. Bapak Dr. IGP Gede Rumayasa Y, S.Pi, M.P selaku Direktur Politeknik
2. Ibu Lusiana BR. Ritonga, S.Pi, M.P selaku Ketua Program Studi Teknik
3. Bapak Nasuki, M.P selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Lusiana BR. Ritonga,
S.Pi, M.P selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi bimbingan dan
4. Pimpinan Instalasi Budiaya Air Payau beserta seluruh pegawai dan staf yang
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmia Praktik Akhir (KIPA)
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................1
1.2.1. Maksud................................................................................................1
1.2.2. Tujuan..................................................................................................2
iii
4.2.1. Sejarah berdirinya Usaha...................................................................30
4.2.2. Struktur Organisasi............................................................................32
4.3. Sarana dan Prasarana.................................................................................34
4.3.1. Sarana...............................................................................................34
4.3.2 prasarana............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
Lampiran............................................................................................................ 69
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
vi
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuisioner...................................................................................................59
2. Jadwal Kegiatan KPA ...............................................................................60
3. Struktur Organisasi IBAP Banjar Kamuning..............................................61
4. Pemberian Pakan Petak P2......................................................................62
5. Pemberian Pakan Petak P5......................................................................65
6. Kualitas Air Petak P2 dan P5....................................................................68
vii
I. PENDAHULUAN
pertumbuhan yang lambat, serta kematian massal. Hal ini berakibat menurunkan
salah satu kegiatan usaha yang sangat prospektif dan masih perlu
1.2.1. Maksud
1.2.2. Tujuan
vannamei) secara intensif yang diproduksi oleh Instalasi Budiaya Air Payau
Timur.
3
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Artropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostacea
Subclass : Eumalacostraca
Superorder : Eucarida
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobrachiata
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
menjadi dua bagian besar, yakni bagian chephalotorax yang terdiri atas
kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri dari atas perut dan
ekor. Chephalotorax dilindungi oleh kulit chitin yang tebal atau yang
mata. Untuk lebih jelasnya morfologi udang vaname dapat dilihat pada
gambar 1.
adalah air payau, seperti uara sungai dan pantai. Semakin dewasa
udang jenis ini semakin suka hidup dilaut. Pada musim kawin udang
Udang vaname mempunyai sifat mencari makan pada siang dan malam hari
(diurnal dan nocturnal) dan sangat rakus. Udang vaname mencari dan
bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (seta). Dengan bantuan
sinyal kimiawi yang ditangkap udang akan merespon untuk mengetahui sumber
utama dalam budidaya udang intensif adalah padat tebar, padat modal,
5
pergantian air
4. Mempunyai sumber air tawar yang memadai sehingga salinitas air dapat
dikendalikan
dan pantai.
2.4.1. Pengeringan
atau hama dan penyakit yang ada didasar tambak. Tambak dengan
kurang lebih 1-2 hari dengan bantuan sinar matahari. Setelah dilakukan
2019).
kurang dari 3 ppm. Jumlah tebar kincir yang diperlukan tergantung dari
850 kg bila kondisi plankton cukup baik dan sirkulasi air memungkinkan.
petakan tambak sehingga tidak terbentuk titik mati atau daerah yang
udang vaname bisa hidup dengan baik pada salinitas dibawah 20 ppt.
budidaya udang vaname bisa hidup dengan salinitas <10 ppt. Komposisi
maksimal 10% serta bebas dari penyakit WSSV, TSV. Air yang masuk
seperti ikan dan ular. Penebaran saponin dapat ditebar secara langsung atau
8
2. Klorin (30-40 mg/l) yang mengandung bahan aktif HOCL dan OCI - untuk
3. Crustacide (5,0-1,0 mg/l) atau produk yang sejenis untuk membasmi hewan
dari kelas crustacea. Jika sterilisasi menggunakan klorin tidak perlu lagi
dedak dan air. Perbandingan air dan dedak yang digunakan yaitu 1:1.
hari dan diikuti dengan pemberian probiotik pada satu jam selanjutnya.
pada pakan alami sangat tinggi. Masa persiapan air ini membutuhkan
waktu sekitar 15-20 hari dengan perincian 5 hari sterilisasi dan 10-15
2.5. Pemeliharaan
berisi benur tersebut hingga penuh dan benur dapat keluar dengan
a. Jenis Pakan
digunakan untuk budidaya terdiri dari pakan alami dan pakan buatan.
Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam (plankton) yang
10
menentukan bentuk dan ukuran udang. Jenis pakan alami dan buatan
dll
pellet
b. Penyimpanan Pakan
sebagai berikut:
2. Pakan disimpan di atas rak papan dan jangan simpan di atas lantai secara
langsung
udang. Untuk lebih jelasnya bentuk dan ukuran pakan dapat dilihat
pada Tabel 2.
1 Powder -
2 Crumble -
tingkah laku udang itu sendiri. Nutrisi pakan terdiri atas protein,
Tabel 3.
Kadar air
1 % 12 12 12
maksimal
Kadar protein
2 % 32 30 28
minimal
Kadar lemak
3 % 6 6 5
minimal
Kadar serat
4 % 4 4 5
maksimal
5 Kadar abu % 15 15 15
Kestabilan dalam
6 air (setelah 90 % 90 90 90
menit) minimal
Pe
Bentuk dan m Cr P
8
diameter (>
ekor benur yaitu sebanyak tiga kilogram. Pada umur 1-10 hari,
sebanyak 400 gram, dan 21-30 hari sebanyak 600 gram. Setelah itu,
AM) AM)
1-2 10 11,1-12 3
dengan perhitungan:
P/H = FR x Biomassa
jumlah pakan ditambah sekitar 20% per hari sampai umur 30 hari.
r pa u
a ka e
n n( n
% s
( ) i
g p
r a
16
) e
ri
0,1-
<1 1 Po
0 75-25 3
,
1,1-
16- 2 Cr 1
25-15 4
,
2,6-
31- 5 Cr
2 15-10 5
,
5,1-
45- 8 Pel 2
10-7 5
,
4
75 let
,
14,1
76- 1 Pel 3
5-3 5
8
18,1
91- 2 Pel
4 5-3 5
0
21,1
10 2 pel
4 5-2 5
2
kecil nilai RKP maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh.
18
toksis.
i. Kontrol Pakan
0,4-0,5 4
Sumb
0,6-0,7 5
0,8-1,0 8-10
19
1,5%
tidak habis
semua
Proteinaprima, (2013)
media budidaya dan pada akhirnya akan menjadi zat racun yang
berikut:
SR (Survival Rate)
Biomassa
dan setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari
pH 7,5 – 8 7-8,5
Kecerahan 25-40 cm
Pestisida/insektisida 0 ppb
b. Penyiponan
ini berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, akibatnya
tambak.
a. Pengendalian Hama
b. Pengendalian Penyakit
lainnya.
Menurut Supono (2017), penyakit pada udang sangat bervariasi baik yang
menunjukkan gejala klinis. Udang yang terserang penyakit ini tidak bisa
(kelas crustacea).
WFD. Gejala yang ditimbulkan dari WFD antara lain, nafsu makan
tambak.
2.6. Panen
air agar udang tidak molting. Panen dapat dilakukan secara persial
atau panen total. Panen persial dilakukan pada pagi hari untuk
sebanyak 20-30% dari jumlah udang dan udang telah mencapai 100
WWF-Indonesia, 2014).
28
dipasang pada pintu air, kemudian dilanjutkan dengan jaring tarik (jaring
menghindari udang molting. Waktu pemanenan maksimal 3 jam, lebih dari itu
III. METODOLOGI
adalah metode survei dan magang. Metode survei pada Kerja Praktik
udang vaname serta mencatat data hasil yang didapat pada saat
mengikuti kegiatan.
data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh”.
a. Data Primer
pengumpul data”.
b. Data Sekunder
dokumen”.
yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sekunder.
a. Observasi Partisipan
lapang ini meliputi pengamatan bagaimana cara pembenihan yang baik dan
pengukuran kualitas air yang meliputi parameter fisika yaitu suhu, dan
kecerahan, parameter kimia yaitu pH, amoniak, dan nitrit, serta parameter
biologi yaitu perhitungan survival rate (SR), dan Feed Conversion Ratio (FCR).
b. Wawancara
Dalam kerja praktik akhir data yang terkumpul diolah dengan cara
a. Editing.
b. Tabulating.
Paling tidak ada dua hal yang perlu dilakukan ketika melakukan
(Setiawan, 2005).
33
hektar dengan masing – masing petakan memiliki luasan ukuran sekitar 400 m2.
Provinsi Jawa Timur. Batas lokasi Instalasi Budidaya Air Payau Banjar Kemuning
4.1.2. Iklim
Beriklim tropis. Iklim tropis sangat cocok untuk budidaya udang vaname. Dimana
Secara teknis lokasi tambak ini sudah strategis air media yang digunakan
langsung dari sumur bor sehingga kualitas air relative baik untuk kegiatan
Tambak ini juga memiliki sumber air tawar yang cukup. Sedangkan secara non
teknis, lokasi tambak dekat dengan sarana umum, seperti jalan yang relative
baik, sarana penerangan dan komunikasi yang baik yang dapat mendukung
Dinas Sidoarjo yang kini sudah berubah nomenklatur nama menjadi Instalasi
dibentuk pada tahun 2014 berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Perikanan dan
Timur Nomor 31 Tahun 2014 pada tanggal 23 Mei 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa
adalah Satuan kerja nonstructural dan berada dibawah koordinasi Kepala UPT
4.3.1. Sarana
kegiatan budidaya di Instalasi Budidaya Air Payau sebagai berikut: Untuk lebih
Tabel 9. sarana
No Uraian Unit Keterangan
Luas petakan
Petak P1 : 400 m2
Petak P2 : 400 m2
Petak P3 : 400 m2
Petak P4 : 400 m2
Petak P5 : 400 m2
Petak P7 : 400 m2
Petak P8 : 400 m2
Petak P9 : 400 m2
terlarut
Untuk menyimpan
tempat probiotik
petakan
petakan
4.3.2 prasarana
kegiatan budidaya di Instalasi Budidaya Air Payau sebagai berikut : Untuk lebih
Kamar mandi
4. 5 Tempat untuk mandi
dan toilet
a. Pembersihan Kolam
akan dibersihkan dan mengambil benda – benda yang masih ada di dalam
40
kolam. Membersihkan kolam dari sisa pakan, lumpur atau kotoran udang setelah
panen dengan cara menyikat dan menyiram kolam. Sterilisasi dilakukan dengan
b. Proses pengeringan
hari di bawah sinar matahari yang bertujuan untuk mematikan patogen yang
masih tersisa dalam petakan dari siklus sebelumnya agar tidak memicu penyakit
dan menghilangkan gas-gas beracun. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Ghufron et al., (2017) bahwa tambak yang telah dibersihkan dan dikeringkan di
bawah sinar matahari dengan tujuan untuk membunuh sisa-sisa organisme dan
mencari plastik HDPE yang berlubang. Memberi tanda pada plastik HDPE yang
berlubang menggunakan batang lidi atau benda yang dapat digunakan sebagai
lubang lalu diberi lem fox dan tiup hingga hampir kering lalu tempelkan, setelah
itu dilapisi lagi oleh plastik HDPE yang ukurannya di sesuaikan dengan kondisi
cm,lalu di berikan lem fox lagi lalu di tiup hampir kering lalu di tempelkan di atas
spon karet. Selanjutnya dilapisi lagi oleh cat anti air (aqua proof), Sedangkan
untuk jembatan anco yang telah rusak diganti dengan bambu yang baru agar
kualitas air sebagai sumber oksigen terlarut. Tujuan dari pemasangan kincir
adalah agar kincir tidak bergeser selama beroperasi sehingga akan menciptakan
arus yang dapat mengumpulkan lumpur dan kotoran menuju central drain.
dengan jarum jam. Kincir diletakkan di setiap ujung petakan dengan jarak ±7
meter dari pematang tambak. Jumlah kincir air yang ada pada setiap petakan
berbeda. Untuk petakan seluas 400 m2 dengan total tebar ± 28.000 terdapat 2
unit kincir 2 daun (double paddle) dan 2 unit kincir 1 daun (single paddle) untuk
petakan seluas 400 m2 dengan total tebar ± 23.000 terdapat 2 unit kincir air
dengan daya 1 HP dan cakupan biomassa kincir sebanyak 500 kg. Jumlah kincir
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wafi et al., (2020) bahwa produksi oksigen
dari kincir dapat berbeda disebabkan oleh jam operasi kincir yang berbeda dan
bentuk ukuran kolam. Kincir air dipasang menggunakan pola bujur sangkar dan
DOC awal, kincir yang dinyalakan hanya 1 unit. Memasuki DOC 7 hingga panen
jumlah kincir yang dinyalakan sebanyak 2 unit dan seiring bertambahnya DOC
udang maka 2 kincir yang ada di petakan akan dinyalakan semua. Bertambahnya
Setelah seluruh persiapan lahan selesai, selanjutnya yaitu pengisian air. Air
yang digunakan selama proses budidaya berasal dari air payau yang berada di
dekat area sekitar tambak yaitu melalui sumur bor dan air tawar yang berasal
dari sumur bor. Sumur bor terletak pada lokasi unit usaha dengan kedalaman 20
meter. Air payau yang digunakan dapat diambil berdasarkan hasil pengecekan .
Pengambilan air payau yaitu dapat melalui pompa air sumur dan mengalir
melalui pipa yang ada di setiap petakan. Hal ini dikarenakan pada saat air payau
yang berasal dari sumur bor, terdapat telur predator seperti ikan mujair, dan bibit-
bibit penyakit serta berbagai macam benda-benda asing yang tidak di inginkan
ketika melakukan siklus budidaya selanjutnya, dan lebih banyak air bersih yang
diambil sehingga kualitas air lebih baik. Pengisian air dimulai dari petakan tandon
terlebih dahulu, yaitu air akan dialirkan menuju tandon dan diberi perlakuan
dengan ketinggian 100 cm, menggunakan perbandingan air payau 70 cm dan air
tawar 30 cm. Adapun target salinitas sebelum penebaran benur yaitu 15 ppm.
pertama setelah air masuk ke dalam petakan adalah aplikasi TCCA. Sebelum
pemberian TCCA pada air media, terlebih dahulu kincir dihidupkan selama 1 jam.
Setelah itu aplikasi TCCA dengan dosis 30 ppm dan kincir dibiarkan tetap hidup
selama 2 jam agar TCCA tersebar merata. Waktu penebaran TCCA yang baik
yaitu sore hari karena apabila panas maka akan cepat menguap sehingga
menjadi netral. Apabila TCCA menguap dan air menjadi netral, maka patogen
44
dan zat berbahaya yang ada dalam air tidak akan terbunuh secara maksimal.
udang dari sinar matahari sehingga suhu air tidak terlalu panas. Proses
yang ditebar pada pukul 07.30. Pemupukan dilakukan pada pagi hari karena
sinar matahari dapat membantu proses fotosintesis plankton dan plankton dapat
ditebar tiga hari setelah pengaplikasian TCCA, yang bertujuan agar air petakan
plankton hijau seperti green algae serta menambah unsur N yang digunakan
tanpa aerasi. Tujuan dari fermentasi pada tahap persiapan air yaitu sebagai
Molase 2 liter
Ragi 3 butir
Dedak 6,3 kg
45
Air Secukupnya
2. Masukkan semua bahan ke dalam tong plastik ukuran 50L dan tambahkan air
tawar secukupnya lalu aduk secara merata dan tutup rapat, diamkan selama 2
hari
Fermentasi ditebar pagi hari pada petakan pukul 07.30 WIB yang dilakukan
fermentasi sebanyak 2x. Penebaran fermentasi dilakukan pada pagi atau sore
hari, yang bertujuan agar plankton tumbuh secara maksimal dengan bantuan
pada warna air petakan. Apabila air petakan masih bening dan belum ada
dominansi warna air yang kuat, maka harus dilakukan penebaran fermentasi
hingga mencapai target utama, yaitu mulai terbentuk kecerahan air atau ada
Benur yang ditebar pada siklus ini berasal dari hatchery PAA Situbondo.
Benur yang ditebar merupakan PL 10 dengan panjang benur 9-11 mm. Sebelum
ditebar, benur diamati secara visual. Pengamatan secara visual yaitu pada
panjang benur, keseragaman ukuran, aktifitas renang yaitu menyebar dan aktif
melawan arus, bentuk dan warna tubuh, serta ada tidaknya bakteri vibrio yang
menyala atau berwarna hijau pada benur. Uji stress benur udang dilakukan
Benur yang akan ditebar harus melalui beberapa treatment terlebih dahulu.
Benur yang baru datang diambil 2 kantong untuk dijadikan sampel perhitungan
benur sebelum ditebar ke petakan. Padat tebar benur petak P2 yaitu 83.250 ekor
dan petak P5 yaitu 87.750 ekor dengan padat tebar 84 ekor/m2 . Benur ditebar
pada pukul 06.00 – 08.00 pagi, dan diusahakan sebelum pukul 09.00 karena
suhu air masih rendah sehingga perbedaan antara suhu dalam kantong plastik
benur dengan air petakan tidak terlalu tinggi. Namun sebelum itu, dilakukan
aklimatisasi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar benur yang ditebar dapat
beradaptasi terlebih dahulu sehingga tidak stress saat berada di lingkungan baru.
mengeluarkan kantong benur dari box dan diapungkan di petakan selama 15-30
menit hingga kantong plastik berembun. Apabila dalam kantong telah muncul
uap, kantong plastik dimiringkan dan udang akan keluar dengan sendirinya.
Menurut Ghufron et al (2017), proses aklimatisasi ada dua yaitu terhadap suhu
plastik dalam keadaan tertutup rapat hingga di dalam kantong muncul uap yang
menandakan bahwa suhu dalam plastik sama dengan suhu air petakan.
dalam keadaan terbuka dan mengisinya dengan air sedikit demi sedikit hingga
penuh dan benur akan keluar dengan sendirinya. Proses aklimatisasi dapat
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan udang sehingga tidak memakan biaya
produksi yang besar untuk pakan. Program pemberian pakan pada udang ada
dua, yaitu :
a. Blind Feeding
udang dan acuan pakan pabrik, tanpa melihat sampling biomassa. Acuan dosis
pemberian pakan pada program blind feeding yang digunakan di IBAP Banjar
Kemuning sebanyak 1 kg untuk 83,250 ekor udang tiap satu kali pemberian
pakan. Saat program blind feeding, anco sudah diturunkan pada DOC 10 namun
penerapan anco mulai dilakukan saat memasuki DOC 14. Tujuannya yaitu untuk
melatih udang sehingga udang terbiasa memakan pakan yang ada di anco. Hal
vannamei mulai dilatih untuk naik ke anco dengan cara memberi makan di anco.
b. Demand Feeding
DOC 31 hingga panen. Acuan pemberian pakan dari program demand feeding
yang digunakan di IBAP Banjar Kemuning yaitu berdasarkan dari kontrol anco.
pakan dilihat dari presentase pakan yang tersisa di anco, dimana apabila pakan
di anco telah habis sebelum waktu pengecekan maka pakan di tambah pada hari
berikutnya. Namun apabila pakan tidak habis atau masih banyak tersisa di anco
48
saat pengecekan, maka dapat dilakukan pengurangan pada pakan atau bahkan
udang dipuasakan
mulai dari hari pertama penebaran benur, dengan frekuensi pemberian pakan 2
kali yaitu pada pukul 11.00 dan 19.00, untuk DOC 1-5, Ketika memasuki DOC 6
hingga DOC 31, pakan diberikan sebanyak 4 kali sehari pada pukul 07.00, 11.00,
15.00 dan 19.00 WIB. Frekuensi pemberian pakan semakin meningkat pada saat
udang memasuki 36 hingga panen, yaitu pakan diberikan sebanyak 5 kali dalam
sehari dengan jam pemberian pakan akhir pukul 23.00 WIB. Semakin sering
pemberian pakan, maka akan memberikan peluang yang lebih besar pada udang
untuk memperoleh makanan setiap saat, sehingga kebutuhan pakan udang akan
terpenuhi dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan udang. Hal ini sejalan
1-5 2x √ √
6-31 4x √ √ √ √
36-panen 5x √ √ √ √ √
Selain frekuensi pemberian pakan, hal lain yang perlu menjadi perhatian
adalah jenis dan kandungan dalam pakan udang untuk menunjang pertumbuhan
udang, terutama protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutikno dkk (2017)
bahwa kebutuhan paling besar yaitu berasal dari protein, karena udang lebih
crumble dan pellet yaitu P.STARTER dan SGH GROWER. Pakan P.STARTER
dikemas dengan plastik dua lapis dan karung dengan netto 25 kg. Untuk pakan
halus diberikan mulai DOC 1-5. Pakan dengan kode PV 0 C dengan bentuk
crumble digunakan pada DOC 6 hingga 14, pakan PV 1 dengan bentuk crumble
digunakan pada DOC 15 – 27, Pakan SGH Grower dikemas dengan plastik dua
lapis dan karung dengan netto 25 kg, Untuk pakan kode SGH 1 dengan bentuk
pellet digunakan pada DOC 28-53, Pakan kode SGH 2 dengan bentuk pellet
Ukuran Kadar
Bentuk Protein Abu Lemak Serat
(mm) Air
Crumble
PV 0 S Halus - 38 11 12 7 3
PV 0 C Crumble - 38 11 12 7 3
PV 1 Crumble - 38 11 12 7 3
1. Suhu
multifungsi bernama DO meter. Suhu pagi diukur setiap 10 hari sekali pada pukul
05.30 WIB, suhu sore diukur setiap 10 hari sekali pada pukul 16.40 WIB. Hasil
pengukuran suhu saat pagi dan sore hari pada petak P2, suhu sore berkisar
antara 30.3 – 33,5 oC dengan rata-rata 30,5oC dan suhu pagi berkisar antara
26,7 – 29,5oC dengan rata-rata 28,5oC. Sedangkan pada petak P5, suhu sore
berkisar antara 27,9 – 30,3oC dengan rata-rata 29,2oC dan suhu pagi berkisar
antara 26,5 – 28,8oC dengan rata-rata 28oC. Grafik hasil pengecekan suhu pagi
dan sore pada petak P2 dan P5 dapat dilihat pada gambar 9 dan 10.
P S
51
P S
Berdasarkan grafik di atas, terjadi fluktuasi suhu pada petak P2 dan P5. Pada
DOC 56, terjadi penurunan suhu pada kedua petakan yang disebabkan karena
kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi dan cenderung mendung. Namun,
fluktuasi suhu yang terjadi masih dalam kisaran normal suhu yaitu 27 – 30oC. Hal
ini sesuai dengan SNI (2014), 28 – 33oC. Suhu yang rendah akan menyebabkan
menjadi cepat sehingga nafsu makan udang pun meningkat dan konsumsi
menjadi rendah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Putra dan Manan (2014), bahwa suhu air sangat
udang dan juga berpengaruh terhadap daya larut gas-gas termasuk O2 serta
rekasi kimia lainnya. Namun memasuki DOC 60, suhu cenderung naik dan stabil
Fluktuasi suhu disebabkan oleh pengaruh musim dan juga aktivitas udang dalam
1. Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 dan siang hari
pukul 16.40 WIB dengan bantuan alat yang bernama secchi disk. Secchi disk
yang terbuat dari besi stainless yang dicat hitam putih dengan ketelitian 10 cm
dan dilengkapi lempeng bulat pada ujungnya. Kecerahan diukur dengan cara
ujungnya tidak terlihat, lalu dilihat kecerahan dari tongkat secchi disk.
pengecekan kecerahan pada petak P2 dan P5. Untuk tabel hasil pengecekan
P S
53
P S
kecerahan terjadi mulai dari DOC 20 yaitu yang semula 40 cm menjadi 30 cm.
Sedangkan, pada petak P5 penurunan kecerahan terjadi mulai dari DOC 30 yaitu
kepadatan plankton dan kandungan bahan organik dalam perairan. Hal ini sesuai
dan bahan partikel yang terlarut. Kecerahan menunjukkan sejauh mana sinar
tembus dasar dan tinggi pada saat awal budidaya disebabkan karena saat awal
budidaya, plankton dan kandungan bahan organik yang ada dalam perairan
dalam perairan akan semakin tinggi sehingga sinar matahari tidak dapat
penurunan kelarutan oksigen dalam tambak. Solusi yang dilakukan yaitu melalui
2. Warna Air
Kemuning, diketahui bahwa warna air yang sering dijumpai yaitu hijau, hijau
coklat, coklat dan coklat hijau. Pengecekan pada warna air dilakukan dengan
pagi dan sore hari. Adanya variasi dan perubahan warna air pada petakan
berasal dari jumlah dan jenis plankton yang mendominasi. Warna air dan
Hijau H
Hijau Coklat HC
Coklat C
Coklat Tua CT
Kemuning, warna air setiap petakan berbeda karena setiap petakan terdapat
dominansi plankton yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Ulumuddin et
al (2018), bahwa warna air yang ada dalam tambak berkaitan dengan kepadatan
fitoplankton dan kecerahan air, sehingga apabila density plankton rendah maka
kecerahan air akan tinggi serta warna air cenderung transparan. Sebaliknya, jika
density plankton mengalami kenaikan maka kecerahan air akan rendah serta
warna air berubah. Warna air yang dominan pada petak P2 dan P5 yaitu coklat
dan hijau. Jenis plankton yang mendominasi warna air tersebut adalah Green
Plankton dari golongan Diatom dan Green Algae baik bagi tambak karena
sering berganti adalah dengan aplikasi kaptan dan probiotik. Aplikasi kaptan
dilakukan pada pagi hari dan penebaran probiotik dilakukan pada sore hari,
hingga pH meter menunjukan bunyi dan lihat pada meter digital menunjukan
hasil pengujiannya. Gambar Pengecekan pH dapat dilihat pada gambar 11. Hasil
Gambar 14 . Pengukuran pH
Sumber : Data Primer (2022)
Grafik pH Petak P2
6
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
56
Grafik pH Petak P2
10
6
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
antara 7,6 – 8,2 dengan rata-rata 7,8 dan pH sore berkisar antara 7,1 – 8,2
antara 7,5 – 8,2 dengan rata-rata 7,7 dan pH sore berkisar antara 7,1 – 8,2
dengan rata-rata 7,6. Grafik menunjukkan bahwa Semakin tinggi DOC udang, pH
akan semakin naik. Selain itu, data menunjukkan bahwa pH pagi cenderung lebih
hingga dini hari, biota air akan melakukan respirasi yang membutuhkan O 2 dan
mengakibatkan air melepaskan ion H+. Hal inilah yang menyebabkan pH pagi
cenderung rendah.
akan berinteraksi dengan air sehingga air akan melepaskan ion OH -. Ion inilah
yang bersifat basa sehingga pH sore cenderung lebih tinggi dari pH pagi.
Fluktuasi pH secara drastic dapat dicegah jika kadar alkalinitas dalam perairan
baik. Apabila fluktuasi pH saat siang lebih dari 0,5 maka harus segera diberi
udang menurun. Tindakan yang dapat dilakukan untuk pH yang terlalu tinggi
terlalu rendah, dapat diberi perlakuan berupa pengapuran yang dilakukan pada
2. Salinitas
dengan cara megambil sampel air dari petakan yang dituang ke botol sampel.
terlebih dahulu, baru air sampel diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan
salinitas pada petak P2 dan P5 dapat dilihat pada gambar 17. Adapun tabel hasil
P S
58
P2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
P5
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa salinitas tetap stabil seiring
system aerasi jika salinitas berada di 16-18 ppt , menurut SOP yang ada di IBAP
angka 15 ppt.
suhu, yaitu untuk DO sore dicek setiap 7 hari sekali dan DO pagi dicek setiap 7
hari sekali menggunakan alat DO meter. DO sore dicek pada pukul 16.40 WIB
dan DO pagi dicek pukul 05.30 WIB. Oksigen dalam perairan berperan dalam
fotosintesis fitoplankton di siang hari dengan bantuan kincir air. Adapun gambar
Grafik DO Petak P2
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
Gambar 20. Pengecekan DO Pagi dan Sore Petak P2
Sumber : Data Primer (2022)
Grafik DO Petak P5
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
Gambar 21. . Pengecekan DO Pagi dan Sore Petak P5
Sumber : Data Primer (2022)
Hasil pengukuran DO pagi selama 83 hari pada petak P2 berkisar antara 4,40
– 6,30 dengan rata-rata 5,75 ppm dan DO sore pada petak P2 berkisar antara
4,67 – 5.75 dengan rata-rata 4,70 ppm. Sedangkan DO pagi pada petak P5
berkisar antara 4,20 – 6,30 dengan rata-rata 5,75 ppm dan DO sore berkisar
antara 3,90 – 5,75 dengan rata-rata 4,70 ppm. Pada DOC 50, DO sore pada
petak P2 dan P5 mengalami penurunan, dari yang semula 6,30 menjadi 4,40
plankton, udang dan suhu. Plankton dalam perairan melakukan fotosintesis yang
oksigen terlarut saat siang hari disebabkan karena adanya proses fotosintesis
60
mengambil oksigen. Sedangkan suhu berkolerasi dengan DO, yaitu suhu yang
DO rendah, hal yang dapat dilakukan yaitu manajemen kincir sesuai dengan
kebutuhan udang.
5.5.1. Penyiponan
Selanjutnya, penyiponan dilakukan setiap 1x sekali per hari selama 2x per 7 hari
untuk DOC 18 – 47 setelah itu siphon dilakukan setiap hari apabila dilihat dari
kondisi petakan kurang baik dalam standar kualitas air yang baik. Tujuan siphon
pada petakan adalah untuk membuang sisa pakan yang mengendap di dasar
kolam, feses, dan plankton mati. Penyiponan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul
7 – 8 pagi atau setelah pemberian pakan. Kincir air akan mengarahkan kotoran
penyiponan menggunakan bantuan pipa spiral yang ada pada mesin pompa air.
Kotoran dari siphon akan dialirkan menuju mein pompa air yang telah dipasang
Penambahan air yang dilakukan IBAP Banjar Kemuning dimulai dari DOC
13. Penambahan air bertujuan untuk mengganti air yang hilang akibat rembesan,
dengan batas ketinggian maksimal air 150 cm. Pada DOC 60, penambahan air
petakan.
kesehatan usus udang, menjaga kestabilan kualitas air dan memperbaiki kualitas
tabel 14.
1. Super NB L 1 Liter
2. Super PS L 1 Liter
62
3 Molase L 2 Liter
4 Yakult mL 130 mL
6 Pupuk ZA Kg 1 Kg
8 EM 4 L 1 Liter
beukuran 50L untuk menambah kepadatan bakteri karena didalamnya hanya ada
1 jenis bakteri. Probiotik ditebar secara merata pada sore hari, mengelilingi
itu, penambahan kapur pada saat proses budidaya berfungsi untuk mempercepat
kapur aktif (CaO) dengan dosis 15 ppm dan kaptan (CaCO 3). Pengapuran
dilakukan pada sore hari, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai alkalnitas
dari DOC 10, dan setelah itu sampling dilakukan 7 hari sekali hingga panen.
DOC 40 hingga panen dilakukan sampling jala dengan diameter 4 meter. Tujuan
dari sampling adalah untuk mengetahui ABW (Average Body Weight) dan ADG
(Average Daily Growth) udang. Data hasil sampling dapat dilihat pada gambar 19
dan 20.
ABW
30
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P2 P5
kebutuhan pakan tercukupi dan kualitas air media terjaga. Nilai ABW petak P2
seragam. Namun, pada DOC 40 – 83 nilai ABW petak P2 lebih tinggi dari P5
ADG
0.4
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P2 P5
64
mengalami peningkatan, dari yang semula 0,26 gram menjadi 0,34 gram. Namun
pada DOC 70 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya udang
yang moulting sehingga nafsu makan udang menurun. Selain itu, faktor cuaca
juga menjadi penyebab turunnya laju pertumbuhan udang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tahe dan Suwoyo (2011) bahwa beberapa perubahan kualitas air
dapat dilakukan yaitu treatment pada air media pembesaran seperti pemberian
kapur dan menjaga keseimbangan kualitas air agar tidak mengalami fluktuasi
Kemuning yaitu kepiting, ular, biawak dan katak. Hama tersebut masuk ke dalam
petakan dan memakan udang dalam petakan. Tindakan penanganan yang dapat
dilakukan apabila menemui ular yang masuk ke dalam tambak adalah dengan
Sedangkan gejala penyakit yang menyerang pada siklus ini yaitu WFD (White
Feces Disease). Penyakit WFD atau yang lebih dikenal dengan berak putih
disebabkan oleh bakteri vibrio sp. yang menyebabkan nafsu makan udang
menurun. Gejala yang terdeteksi akibat terserang WFD yaitu munculnya kotoran
putih di air ataupun anco, hepatopankreas berwarna putih dan bagian insang
udang berwarna lebih gelap. Warna putih pada kotoran udang berasal dari sel
65
hepato yang telah meluruh, karena udang tidak makan selama beberapa hari
3. Pengelolaan air tandon, yaitu sebelum air masuk ke dalam petakan, terlebih
dahulu air dialirkan menuju masing-masing tandon air tawar dan Payau
Setelah itu, air diberi perlakuan TCCA lalu dibiarkan selama 2-3 hari. Apabila
sudah netral, air segera didistribusikan ke petakan agar kualitas air tetap
inang.
5.8.1. Panen
Panen terbagi menjadi dua, yaitu panen parsial dan total. Panen parsial
panen parsial siklus ini dilakukan pada DOC 55-62. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wafi et al (2020), panen parsial dilakukan saat budidaya berumur 60-
70 hari dengan tujuan agar laju pertumbuhan udang tetap stabil, beban limbah
kekurangan oksigen. Adapun proses panen parsial yaitu menjala udang pada
satu titik yang berada di ujung petakan. Namun, sebelumnya kincir yang berada
tempat penjalaan sebagai pancingan agar udang mendekat. Setelah itu udang
dimasukkan ke dalam krat keranjang plastik dan dibawa ke ruang panen untuk
66
dilakukan proses berikutnya. Data panen parsial pada petak P2 dan P5 dapat
pertumbuhan udang. Panen total dilakukan dengan cara yang sama Ketika
plastik. Udang diangkut dan dibawa ke tempat panen untuk dilakukan sortir dan
penimbangan udang. Panen total petak P2 dilakukan pada DOC 83, dengan
ABW 25,60, size 28,55 ekor/kg, tonase panen 731,00 kg, SR 85%, FCR 5%
sehingga diperoleh total tonase yaitu 731,00 kg. Petak P5 dilakukan pemanenan
total pada DOC 83, dengan ABW 23,10, size 33,41 ekor/kg, tonase panen
772,00 kg, SR 85%, FCR 5% sehingga diperoleh total tonase yaitu 772,00 kg.
ukuran oleh pihak pengepul. Saat proses sortir, udang dipisahkan antara udang
dalam truk yang di dalamnya berisi es curah. Penataan udang dimulai dari es
curah, udang, es curah dan diulang hingga terisi penuh. Tujuan pemberian es
curah adalah untuk menjaga kesegaran udang selama proses pengiriman. Hasil
panen IBAP Banjar Kemuning dibeli oleh pengepul yaitu Haji Alimun sehingga
67
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
pengukuran parameter fisika. Selain itu juga dilakukan treatment pada air
2. Hasil monitoring kualitas air petak P2 dan P5 yaitu pada suhu pagi berkisar
antara 26,5 – 29,1 oC begitu juga dengan suhu malam berkisar antara 27,9 –
30,6 oC. Kecerahan pagi berkisar antara 24 – 86 cm dan sore berkisar antara
27 – 83 cm. Warna air yang mendominasi ada empat, yaitu hijau, hijau coklat ,
coklat dan coklat tua. pH pagi berkisar antara 6,8 – 8,3 dan pH sore berkisar
antara 7,2 – 8,5. Salinitas berada pada 15 ppt. DO pagi berkisar antara 4,44 –
6,30 ppm dan DO sore berada pada kisaran 4,67 – 5,75 ppm.
penyakit WFD (White Feces Disease). Selain itu, serangan penyakit ini dapat
dilakukan yaitu dengan aplikasi obat herbal sesuai dengan SOP IBAP Banjar
4. Budidaya udang vannamei sistem intensif dengan jumlah tebar 83.250 ekor
pada petak P2 menghasilkan total tonase 731,00 kg, size 28,55 ekor/kg, FCR
5% dan SR 85%. Sedangkan pada petak P5 dengan padat tebar 208 ekor
dapat menghasilkan udang dengan total tonase 772,00 kg, size 33,41 ekor/kg,
6.2 Saran
dilakukan dengan dosis dan frekuensi yang tepat pada air petakan dan tandon
agar kualitas air tetap terjaga dan mengurangi resiko terserang penyakit
penyiponan, penambahan air, serta aplikasi probiotik sesuai dosis yang tepat.
3. Alangkah lebih baik apabila pemberian dosis pakan diberikan sesuai dengan
kebutuhan udang, sehingga nilai FCR yang diperoleh saat panen tidak terlalu
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Kanna, I. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., Suprapto, H. 2017. Teknik Pembesaran
70- 77.
Garut Jawa Barat. Journal of Aquaculture and Fish Health. 8(3) : 123-
128.
Mansyur, A., Mangampa, M., Suwoyo, H. S., Pantjara, B., Syah, r. 2014. Strategi
Budidaya A Payau.
Nugroho, M., 2019. Pengelolaan Pakan Pada Budidaya Udang Vaname. Modul
Nasional, Jakarta.
Indoor.
Jakarta.
Sutikno, E., Latief, M. S., Riza, F., Susanti, P. D., Martijo., Suparjono. 2017.
Ulumuddin, M., Agus, M., Linayati. 2018. Kajian Pemanfaatan LDPE sebagai
43.
Wafi, A., Ariadi, H., Fadjar, M., Mahmudi, M. 2020. Tingkat Transfer Oksigen
Kincir Air Selama Periode Blind Feeding Budidaya Intensif Udang Putih
4(1) : 7-15.
87
Lampiran
Juli
Maret 2022 April 2022 Mei 2022 Juni 2022
No Jenis kegiatan 2022
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
Tiba dilokasi dan
1 melaporkan ke unit
usaha
Menghimpun data
2 keadaan umum
Mengikuti kegiatan
praktik dengan
langsung dan
3 berpatisipasi
dalam kegiatan
pembesaran
udang vaname
Pengumpulan data
4 dan evaluasi
kegiatan
Menyusun konsep
5
laporan
6 Kembali ke rumah
87
A. Keadaan Umum
Kemuning?
kepemilikan lahan, luas lahan usaha, dokumen perizinan usaha dan kegiatan
budidaya utama?
B. Persiapan Tambak
benur, proses aklimatisasi dan penebaran benur serta padat tebar benur tiap
petakan?
C. Pengelolaan Pakan
D. Monitoring Budidaya
3. Bagaimana hubungan antara parameter kualitas air yang satu dengan yang
lainnya?
2. Bagaimana proses aplikasi kapur dan probiotik yang meliputi jenis, dosis,
3. Apa saja dampak dan pengaruh cuaca pada parameter kualitas air?
1. Penyakit apa saja yang sering menyerang udang serta bagaimana tindakan
1. Bagaimana proses panen parsial dan panen total serta pasca panen?
Petak P2 Petak P5
P S P S P S P S
1 PV0S 1 1 2 1
6 PV0C 1 1 1 1 4 26
18 PV 1 2 2 2 2 8 185
83 SGH2 0 0 0 0 0 0
87
1 PV0S 1 1 2 1
6 PV0S 1 1 1 1 4 26
18 PVC 2 2 2 2 8 185
83 2P 0 0 0 0 0 3918
87
1. Persiapan Tambak
2. Penebaran benur
3. Monitoring
pertumbuhan
Sampling
Ekor Jala, , Secara Langsung
timbangan
4. Pengelolaan pakan
Jenis
- - Secara Langsung
Langsung
Waktu -
5. Pengendalian Hama
dan Penyakit
Bioskurty
Cm Jaring, Secara Langsung
pagar,
waring
6. Panen