Oleh :
HANIIFAH RESMA FADILLA
26010119140071
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 30 Mei 2022
Tempat : Semarang
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Manajemen Sumber Daya Perairan
ii
ABSTRAK
Haniifah Resma Fadilla. 26010119140 071. Metode Pengukuran Kualitas Air
Terhadap Pertumbuhan Budidaya Caulerpa sp. di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. (Suryanti)
Anggur Laut (Caulerpa sp.) merupakan salah satu jenis rumput laut yang
memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, sehingga kualitas air berperan
penting terhadap pertumbuhan Caulerpa. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2022 di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah. Tujuan
dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu (1) Mengetahui metode
pengukuran kualitas air antara lain pH, suhu, salinitas, nitrat dan fosfat pada bak
budidaya Caulerpa di BBPBAP Jepara. (2) Mengetahui nilai kualitas air terhadap
pertumbuhan Caulerpa pada bak budidaya di BBPBAP Jepara. Metode Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang digunakan yaitu mengukur kualitas air yang
dilakukan pada bak budidaya rumput laut di BBPBAP Jepara dengan pengukuran
parameter pH menggunakan pH meter, salinitas diukur dengan refraktometer,
suhu diukur dengan termometer air raksa, nitrat dan fosfat menggunakan
spektrofotometer uv-vis genesys. Hasil pengukuran nilai suhu berkisar antara 27-
29°C; nilai salinitas berkisar antara 23-27‰; nilai pH berkisar antara 8,10 – 8,53;
serta nilai nitrat dan fosfat antara 0,006-0,532 mg/l dan 0,011-0,128 mg/l. Hasil
pengukuran kualitas air menurut standart SNI termasuk ke dalam kategori nilai
yang optimal, sehingga selama Praktik Kerja Lapangan kondisi kualitas air di bak
ini mendukung untuk pertumbuhan Caulerpa. Selain itu bobot pertumbuhan
Caulerpa pada minggu pertama yaitu ditebar 300 gram pada bak 1 dan 600 gram
pada bak 2; minggu kedua 194,3 gram dan 707,4 gram; minggu ketiga 256,1
gram dan 675 gram; minggu keempat 276,7 gram dan 254,7 gram.
Kata Kunci : Anggur laut, Caulerpa sp. , pH, Salinitas, Suhu, Nitrat, Fosfat,
Bobot, Pertumbuhan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) dengan judul “Metode Pengukuran Kualitas Air Terhadap
Pertumbuhan Budidaya Caulerpa sp. di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara” ini mampu terselesaikan dengan lancar.
Adapun dalam pelaksanaan, penyelesaian dan penyusunan laporan
kegiatan PKL ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Suryanti. M.Pi selaku dosen pembimbing PKL, yang telah
membimbing dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini;
2. Bapak Oktavianto Eko Jati, S.Pi, M.Si, selaku dosen penguji sidang hasil
Praktik Kerja Lapangan;
3. Ibu Endah Soetanti, A. Pi, S. Pi. selaku pembimbing lapangan selama
Praktik Kerja Lapangan di BBPBAP Jepara;
4. Bapak Nur Ahmad Ghofur, Bapak Suyoto, dan Bapak Bunyamin selaku
Tim pokja rumput laut di BBPBAP Jepara;
5. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan ini;
6. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan doa dalam kegiatan
Praktik Kerja Lapangan.
Sebagai penulis saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya memohon maaf apabila terdapat
kesalahan, dimana kritik dan saran yang membangun diperlukan guna
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi setiap
pembacanya.
iv
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR TABEL.........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ix
I. PENDAHULUAN...............................................................................1
I.1 Latar Belakang................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
I.3 Tujuan ............................................................................................3
I.4 Manfaat...........................................................................................3
I.5 Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Lapangan....................................4
v
III.1........................................................................................................Mate
ri......................................................................................................14
III.1.1 Alat......................................................................................14
III.1.2 Bahan...................................................................................14
III.2........................................................................................................Meto
de.....................................................................................................15
III.2.1 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan..................................15
III.2.2 Penyusunan Laporan...........................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38
LAMPIRAN....................................................................................................41
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Caulerpa sp....................................................................................................6
2. Lokasi Praktik Kerja Lapangan......................................................................18
3. Caulerpa sp. di BBPBAP Jepara....................................................................19
4. Pengukuran Suhu di Bak Pembibitan Rumput Laut.......................................21
5. Hasil Pengukuran Suhu Bak 1 selama 4 minggu............................................22
6. Hasil Pengukuran Suhu Bak 2 selama 4 minggu............................................22
7. Hasil Pengukuran Salinitas Bak 1 selama 4 minggu......................................24
8. Hasil Pengukuran Salinitas Bak 2 selama 4 minggu......................................24
9. Hasil Pengukuran pH Bak 1 Caulerpa sp. selama 4 minggu.........................26
10. Hasil Pengukuran pH Bak 2 selama 4 minggu...............................................26
11. Hasil Pengukuran Nitrat dan Fosfat Bak 1 Caulerpa sp.
selama 4 minggu.............................................................................................29
12. Hasil Pengukuran Nitrat dan Fosfat Bak 2 Caulerpa sp.
selama 4 minggu.............................................................................................29
13. Hasil Pengukuran Berat Caulerpa sp. Bak 1 dan 2.......................................31
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi BBPBAP Jepara.................................................................42
2. Dokumentasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan...................................43
3. Sertifikat Praktik Kerja Lapangan.........................................................45
4. Log Book Praktik Kerja Lapangan........................................................46
ix
I. PENDAHULUAN
sehingga Indonesia menjadi poros maritim dunia (Susetyo et al., 2018). Indonesia
Hindia, dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit di lihat dari topografi
dasar lautnya. Salah satu wilayah Indonesia yang kaya akan keanekaragaman
hayati adalah Maluku. Saat ini rumput laut merupakan salah satu komoditas
dan industri rumput laut. Terlebih lagi dengan dukungan sumber daya rumput laut
yang begitu banyak di Indonesia dan berpotensi menjadi produsen rumput laut
didominasi laut, memiliki kekayaan alam laut yang melimpah. Salah satu
komponen biota yang merupakan sumber daya hayati kekayaan alam laut
kekayaan alam laut yang terdapat di daerah ini adalah makro alga. Makro alga
yang umumnya di jumpai di laut terkenal pula denggan nama ganggang laut (sea
weeds). Salah satu jenis ganggang laut yang di manfaatkan di daerah Maluku
Anggur laut atau seaweed merupakan jenis tumbuhan laut yang tergolong
makro alga yang hidup melekat di dasar perairan. Rumput laut ini tidak bisa
x
dibedakan antara akar, batang, dan daun. Anggur laut merupakan salah satu jenis
dari rumput laut Caulerpa sp. yang keberadaannya cukup banyak di Indonesia.
xi
2
Anggur laut memiliki fungsi ekonomis yaitu dapat dimanfaatkan sebagai bahan
salah satu jenis alga hijau yang hidup menyebar dibeberapa perairan Indonesia.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu upaya revitalisasi perikanan untuk
Kualitas air menjadi faktor penting dalam kegiatan budidaya rumput laut.
tertentu dari berbagai sumber air. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan
makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang dinyatakan dengan
parameter kualitas air meliputi parameter fisik dan kimia (Pagoray dan Ghitarina,
air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi
baku mutu.
Anggur laut merupakan salah satu jenis dari anggur laut (Caulerpa sp.) yang
jenis alga hijau yang hidup menyebar dibeberapa perairan Indonesia. Anggur laut
atau seaweed merupakan jenis tumbuhan laut yang tergolong makro alga yang
hidup melekat di dasar perairan. Kondisi kualitas air dan intensitas cahaya yang
rumusan masalah pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Perikanan
1. Bagaimana metode pengukuran kualitas air pada bak budidaya anggur laut
2. Bagaimana hasil dan pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan anggur laut
(Caulerpa sp.) yang terdapat pada bak budidaya Caulerpa sp. di BBPBAP
Jepara?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui metode pengukuran kualitas air antara lain pH, suhu, salinitas,
nitrat dan fosfat pada bak budidaya anggur laut di Balai Besar Perikanan
sp.) yang terdapat pada bak budidaya Caulerpa sp. di BBPBAP Jepara.
I.4 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar
mempelajari metode yang sudah diterapkan untuk mengetahui kualitas air serta
10 Februari 2022 di bak pembibitan Anggur Laut (Caulerpa sp.) Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau, Jalan Cik Lanang, Bulu Jepara, RW. IV, Bulu,
dimakan, mempunyai zat bioaktif seperti anti bakteri, anti jamur, anti tumor, dan
bias digunakan untuk terapi tekanan darah tinggi. Caulerpa merupakan makroalga
yang mampu tumbuh di terumbu karang. Caulerpa memiliki talus yang berwarna
anggur pada puncak cabang (Septiyaningrum et al., 2020). Berikut dibawah ini
II.1.1 Klasifikasi
Anggur Laut merupakan nama lain dari Caulerpa sp. merupakan salah satu
Berikut klasifikasi dari anggur laut (Caulerpa sp.) menurut Aires et al.,(2013)
Kingdom : Plantae
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Bryopsidales
Familia : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
II.1.2Morfologi
tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki akar, batang maupun daun sejati,
Caulerpa sp. memiliki tallus berwarna hijau seperti tanaman rumput, terdiri dari
puncak cabang yang memiliki panjang sekitar 2,5 - 10 cm. Caulerpa sp. Memiliki
Selain berwarna hijau, ciri khas Caulerpa sp. diantaranya mempunyai tallus
dengan stolon berukuran kurang lebih 5 cm, perakarannya (holdfast) relatif besar
dan meruncing seperti paku dengan panjang ramuli mencapai 8 cm. Ramuli
merupakan organ cabang atau percabangan dari stolon sebagai organ utama,
substansinya agak lunak dan terkesan kosong (gembos). Ramuli timbul pada
stolon yang bercabang dan memiliki bulatan- bulatan dengan ujung yang rata dan
bertangkai serta tersusun di sekitar dan sepanjang ramuli. Anggur Laut memiliki
warna thalus berwarna hijau. Tubuhnya sendiri memiliki banyak cabang tegak
keseluruhan disebut talus. Warna talus dari Caulerpa adalah hijau seperti hijau
daun, oleh karena itu dikelompokkan kedalam alga hijau (Chorophyceae). Hal ini
karena di dalam sel Caulerpa terdapat plastida yang mengandung pigmen klorofil
a dan b seperti pada warna hijau daun tumbuhan tingkat tinggi. Ciri secara umum
dari Caulerpa adalah keseluruhan tubuhnya terdiri dari satu sel dengan bagian
bawah yang menjalar menyerupai stolon yang mempunyai rhizoid sebagai alat
pelekat pada subtrat serta bagian yang tegak. Jenis ini memiliki morfologi cabang
atau rachis pendek dan tegak yang berasal dari stolon horizontal yang melekat
pada sedimen atau substrat menggunakan rizoma. Cabang tersebut muncul setiap
beberapa centimeter sepanjang stolon dan tinggi rakis dapat mencapai 30 cm.
(Utami et al.,2021)
Rumput laut jenis Caulerpa banyak dijumpai pada daerah pantai yang
mempunyai rataan terumbu karang. Tumbuh pada substrat yang mati, pecahan
karang mati, pasir lumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak tahan pada
kekeringan tumbuh pada kedalaman perairan yang pada saat pasang surut
terendah dan masih tergenang oleh air. Caulerpa sp. tersebar luas di perairan
beriklim tropis dan dangkal. Substrat atau media tanam berfungsi sebagai tempat
melekatnya anggur laut, sedangkan anggur laut mendapatkan makanan dari air di
sekitarnya melalui proses difusi. Media bambu tergolong baik dapat disebabkan
karena permukaannya yang agak kasar dan kaku sehingga rizoid lebih mudah
7
untuk menempel dan berkembang. Caulerpa sp. melekat pada batu atau substrat
Anggur laut atau Caulerpa sp. merupakan alga laut yang termasuk
berbeda seperti Latoh di Filipina, Umi Budo di Jepang, dan Green Caviar di
Eropa. Alga ini tersebar luas di beberapa daerah Indonesia, seperti di Nusa
Tenggara Barat disebut sebagai latoh, di Sulawesi Selatan disebut sebagai lawi-
lawi, dan di Maluku Tenggara menyebutnya sebagai tanaman Lat. Jenis alga ini
biasanya digunakan sebagai lalapan dan sayuran yang sangat diminati masyarakat
dan telah menjadi menu khas daerah dengan kandungan protein cukup tinggi.
Jenis Caulerpa sp. kebanyakan hidup tersebar pada substrat berbatu, substrat
Parameter kualitas air ditentukan untuk memberikan penilaian standar air yang
bersih dan bebas dari bahan kimia berbahaya serta tidak tercemar, sehingga
II.2.1Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter fisika air yang sangat penting
Suhu yang sesuai dengan kisaran optimal untuk pertumbuhan anggur laut
dapat disebabkan karena adanya penggunaan alat khusus seperti waring sebagai
penutup bagian atas bak (shading), sehingga dengan demikian paparan sinar
matahari tidak terlalu kuat untuk masuk mengenai anggur laut itu sendiri dan hal
ini tentu mempengaruhi kondisi suhu untuk tetap stabil. Kisaran suhu air yang
optimal untuk budidaya anggur laut yaitu 28-30˚C. Kisaran suhu tersebut masih
II.2.2Salinitas
menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida, dan semua
bahan organic telah dioksidasi. Salinitas merupakan salah satu faktor penting bagi
dapat hidup pada daerah yang memiliki fluktuasi salinitas yang kecil. Salinitas
tinggi pada lapisan permukaan umumnya dijumpai di perairan jauh dari pantai,
sebaliknya salinitas yang lebih rendah berada pada perairan dekat daratan.
terhadap salinitas termasuk anggur laut. Sehingga salinitas merupakan salah satu
rendah terhadap perubahan salinitas. Anggur laut dapat bertahan hidup pada
salinitas berkisar antara 20-50 ppt, dan dapat berkembang pada kisaran 30-40 ppt.
10
Salinitas yang optimum dapat membuat rumput laut tumbuh dengan optimal,
karena keseimbangan fungsi membran sel. Salinitas merupakan faktor kimia yang
mempengaruhi sifat fisik air, diantaranya adalah tekanan osmotik yang ada pada
rumput laut dengan cairan yang ada di lingkungan. Keseimbangan ini akan
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
Larutan netral mempunyai pH 7, asam lebih kecil dari 7, basa lebih besar dari 7.
Nilai Ph perairan sangat tergantung dengan keberadaan ion hidrogen, dimana nilai
nilai pH terjadi seiring dengan bertambahnya ion hidrogen dalam perairan (Zulfia
anggur laut. pH yang berada dibawah 6,5 pada tingkat keasaman yang tinggi dan
sedangkan pada kisaran pH 6,5-9,0 anggur laut masih dapat bertahan hidup. Kadar
II.2.4Nitrat
air lainnya.
11
limbah organik yang umumnya mengandung protein seperti sisa pakan yang
primer. Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari
0,1 mg/l, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan
Nitrat bersifat stabil karena sifatnya yang mudah larut dalam air.
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat
adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen. Konsentrasi nitrat di lapisan
oleh fitoplankton. Konsentrasi nitrat yang sedikit lebih tinggi di dekat dasar
perairan juga dipengaruhi oleh sedimen. Nitrat merupakan nutrien yang dapat
oksigen terlarut di dalam perairan. Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam
(Patahiruddin, 2020).
II.2.5Fosfat
Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan
11
merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae sehingga dapat
12
alami berasal dari pelapukan batuan mineral dan dekomposisi bahan organik.
Ketika fosfat di badan air berada dalam jumlah berlebihan, fosfat akan kembali
rendah dibandingkan dengan bagian dasar karena banyak sisa pakan yang telah
mengendap di dasar. Limbah organik seperti sisa pakan yang berasal dari tambak
dapat mengalami penumpukan di dasar tambak. Sisa pakan, feses dan bahan
fitoplankton. Kadar air laut yang memiliki nilai fosfat minimal 0,01 mg/l, maka
(Darmawati, 2016).
2.3 Pertumbuhan
jumlah sel yang diikuti dengan pembesaran ukuran sel-sel yang membentuk
13
dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan pada makhluk hidup bisa dilihat
dari ukuran yang semakin membesar. Pada tumbuhan sendiri ditandai dengan
ukuran yang semakin bertambah, demikian akar dan batang yang semakin besar
dan kuat. Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya panjang dan berat suatu
organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam
Pertumbuhan dari anggur laut ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
anggur laut adalah kondisi kualitas air dan intensitas cahaya diterima oleh anggur
laut. Kondisi kualitas air pada hewan dan tumbuhan air sangat menentukan
membutuhkan kondisi kualitas air yang optimum terutama cahaya, karena cahaya
sangat menentukan proses fotosintesis pada tanaman air. (Novianti et al., 2015)
III. MATERI DAN METODE
III.1 Materi
ditunjukan untuk mengikuti kegiatan yang berada pada bak budidaya anggur laut
(Caulerpa sp.) Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.
Kegiatan PKL ini dilakukan pada dua bak dimana bak pertama diisi dengan
rumput laut jenis Caulerpa sp. dan Gracillaria, sedangkan bak kedua hanya diisi
dengan Caulerpa sp. Materi yang digunakan dalam PKL adalah pengamatan dan
pengukuran nilai kualitas air berupa pH, suhu, salinitas, nitrat dan fosfat beserta
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan ini yaitu sebagai berikut:
botol sampel sebagai wadah air sampel, pH meter digunakan untuk mengukur pH,
pembaca hasil absorbasi larutan, kuvet sebagai wadah untuk larutan pada
filter vakum digunakan sebagai filter air sampel, alat tulis untuk mencatat hasil
pengukuran, timbangan digital untuk mengukur berat Caulerpa sp. , tissue sebagai
pengering aquades pada alat ukur, dan kamera digunakan untuk dokumentasi
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut: air sampel sebagai bahan uji, aquades digunakan untuk kalibrasi
14
alat, larutan sulfanilamide sebagai reagen uji nitrat, larutan NED sebagai reagen
uji
14
15
nitrat, larutan H2SO4 sebagai reagen uji fosfat, larutan ammium neota molybdate
sebagai reagen uji fosfat, dan larutan ascorbic acid sebagai reagen uji fosfat.
III.2 Metode
(PKL) di Bak Pembibitan Anggur Laut (Caulerpa sp.) Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Payau Jepara yaitu dengan pengambilan sampel air untuk dianalisis
pengukuran suhu perairan, pH, dan salinitas pada bak pembibitan anggur laut.
Praktik Kerja Lapangan dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan yang
berlangsung di BBPBAP Jepara selama satu bulan, kegiatan yang dilakukan ialah
sebagai berikut:
anggur laut.
diperoleh dari pengamatan dan pengolahan data yang didapatkan selama kegiatan
IV.1 Hasil
IV.1.1 Sejarah Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara
hierarki. Pada awal berdirinya tahun 1971, lembaga ini diberi nama Research
Center Udang (RCU) dan secara hierarki berada dibawah Badan Penelitian dan
adalah meneliti siklus hidup udang dari telur hingga dewasa secara terkendali dan
yang dikembangkan selain jenis udang juga jenis ikan bersirip, Echinodemata dan
moluska air.
Jalan Cik Lanang, Rw. IV, Bulu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa
Propinsi Jawa Tengah terletak di tepi pantai utara jawa tepatnya 110 39" BT dan 6
35' 10"LS dengan tanjung kecil berada di sebelah barat. Batas-batas BBPBAP
17
18
Jepara merupakan daerah tropis dengan musim hujan terjadi pada bulan
Suhu udara rata-rata berkisar 20-30°C. Jenis tanah di lokasi Praktik Kerja Lapang
cenderung mengandung liat pada daratan dan pasir pada pantainya, hal ini
cenderung liat berpasir. Dilihat dari topografinya letak BBPBAP cocok untuk
daerah pertambakan, karena letaknya di tepi pantai selain itu keadaan tanahnya
juga datar.
yaitu lokasi yang terhindar dari pengaruh air tawar, karena pengaruh air tawar
18
BBPBAP
19
Jepara berada di bak beton Unit Pembibitan Rumput Laut yang didalamnya
terdapat 6 bak beton kecil dengan panjang 2 meter, lebar 1,8 meter, tinggi 1,2
meter dan 4 bak beton besar dengan masing-masing bak memiliki panjang 2
meter, lebar 3,6 meter, dan tinggi 1,2 meter. Pada 3 bak beton besar diisi dengan
rumput laut Caulerpa sp. dan 1 bak diisi dengan Caulerpa lentillifera, sedangkan
pada 5 bak beton kecil diisi dengan rumput laut Caulerpa sp. dan 1 bak beton
kecil diisi dengan rumput laut jenis Caulerpa sp. dan Gracillaria sp. Kegiatan
PKL ini dilakukan pada dua bak beton kecil dimana bak pertama diisi dengan
rumput laut jenis Caulerpa sp. dan Gracillaria, sedangkan bak kedua hanya diisi
beton, tetapi juga penebaran di tambak yang memiliki luas sekitar 2000 m².
Penebaran di bak beton dilakukan pada bulan November hingga Februari. Hal
tersebut disebabkan oleh faktor curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan
suhu rendah dan menurunnya kadar salinitas di tambak. Bibit Caulerpa sp. yang
19
dibudidaya di BBPBAP Jepara diperoleh dari perairan sekitar Jepara dan ada yang
dibeli dari pembudidaya dari Bali seperti jenis Caulerpa lentillifera, namun
20
pembelian bibit dari luar kota biasanya memiliki dampak negatif seperti
mengalami penyusutan berat bibit akibat perjalanan yang cukup jauh. Harga jual
Caulerpa sp. bervariasi sesuai dengan musimnya. Peminat Caulerpa sp. melonjak
pada bulan Mei hingga Agustus dan dapat menghasilkan harga jual paling tinggi
yaitu mencapai Rp. 20.000/kg, namun pada musim penghujan seperti di bulan
November hingga Maret penjualan Caulerpa sp. menurun dengan harga terendah
Persiapan diawali dengan pembersihan bak beton terlebih dahulu dengan cara
disikat dan dibersihkan dari cacing dan lumut yang menempel pada dinding bak
beton. Persiapan media air pada pengamatan Caulerpa sp. di bak beton diawali
dengan pengisian air sampai ketinggian air sekitar 50-100 cm dari dasar bak
beton. Penebaran bibit pada kegiatan PKL di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
yang dilakukan yaitu metode budidaya pada rumput laut dimana bibit Caulerpa
sp. disebar pada dasar. Penebaran dengan metode dasar yang dilakukan di bak
perendaman bibit pada pupuk sebelum ditebar yaitu dengan menggunakan pupuk
Air yang digunakan sebagai media dalam bak beton berasal dari air laut
yang dialirkan menuju pipa yang kemudian dilakukan penyinaran sinar UV yang
rumput laut. Air yang melalui pipa penyinaran sinar UV kemudian dialirkan ke
bak beton besar yang pertama untuk dilakukan filtrasi. Metode filtrasi ini
20
dilakukan dengan meletakkan bak fiber berisi arang, kerikil, dan ijuk. Setelah
dilakukan
21
filtrasi kemudian air tersebut dialirkan ke bak yang lainnya dengan pipa yang
Pengukuran suhu dilakukan setiap pagi dan sore pada pukul 09.00 WIB dan
thermometer air raksa. Pengukuran dilakukan secara langsung di bak 1 dan bak 2
rumput laut. Langkah pengukuran suhu yaitu dilakukan dengan cara mencelupkan
thermometer air raksa ke dalam permukaan air dan tidak menyentuh dasar, lalu
tunggu sekitar 3-5 menit hingga nilai muncul. Setelah itu catat perubahan.
Gambar 5. Grafik Hasil Pengukuran Suhu Bak 1 Caulerpa sp. selama 4 minggu
Gambar 6. Grafik Hasil Pengukuran Suhu Bak 2 Caulerpa sp. selama 4 minggu
minggu keempat dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 09.00 WIB dan
15.00 WIB. Pengukuran dua kali dalam sehari dilakukan untuk mengetahui
perbandingan nilai kualitas air. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak
pertama dan bak kedua pembibitan Caulerpa sp. selama 4 minggu menghasilkan
rata-rata nilai yang berkisar antara 27-29°C. Nilai suhu tersebut sudah termasuk
dalam kategori suhu yang baik untuk budidaya rumput laut jenis Caulerpa sp.
untuk budidaya rumput laut dikatakan kurang baik sehingga tekstur menjadi
sudah diambil menggunakan botol sampel di bak 1 yang berisi Caulerpa sp. dan
Gracillaria sp. dan bak 2 yang berisi Caulerpa sp. Langkah kerja yang dilakukan
angka 0.
hasilnya.
minggu keempat dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 09.00 WIB dan
15.00 WIB. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak
yang berkisar antara 23-27‰. Nilai salinitas pada kedua bak tersebut masih
dikategorikan dalam salinitas yang cukup optimal untuk pertumbuhan rumput laut
jenis Caulerpa sp. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai salinitas
25
ialah curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi inilah yang berpengaruh
secara langsung terhadap kadar garam air laut menjadi tidak tinggi lagi karena
Pengukuran pH dilakukan setiap pagi dan sore pada pukul 09.00 WIB dan
menggunakan botol sampel di bak 1 dan bak 2. Langkah kerja yang dilakukan
keempat dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 09.00 WIB dan 15.00
WIB. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak kedua
pH meter. Pengukuran berlangsung dua kali setiap hari yaitu pada pukul 09.00
WIB dan 15.00 WIB. Nilai pH tersebut masih dikategorikan nilai optimal untuk
pertumbuhan rumput laut jenis Caulerpa sp. Nilai pH pada siang hingga sore hari
lebih tinggi daripada malam hingga pagi hari. Kondisi ini diduga akibat terjadinya
Pengukuran nitrat dan fosfat dilakukan setiap seminggu sekali pada hari
mempersiapkan sampel air yang sudah diambil menggunakan botol sampel di bak
Langkah kerja yang dilakukan untuk pengukuran fosfat adalah sebagai berikut :
sebanyak 0,5 ml, ammonium neota molybdate sebanyak 1,5 ml dan larutan
Gambar 11. Grafik Hasil Pengukuran Nitrat dan Fosfat Bak 1 Caulerpa sp. selama
4 minggu
Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran Nitrat dan Fosfat Bak 2 Caulerpa sp. selama
4 Minggu
Pengukuran parameter kualitas air nitrat dan fosfat pada minggu pertama
sampai minggu keempat dilakukan sekali dalam seminggu yaitu setiap hari
Kamis. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak kedua
29
pembibitan Caulerpa sp. selama 4 minggu menghasilkan rata-rata nilai nitrat yang
berkisar
30
antara 0,006-0,532 mg/L; sedangkan pada fosfat menghasilkan nilai rata-rata yang
nilai yang layak untuk pertumbuhan rumput laut jenis Caulerpa sp ini. Nitrat yang
optimum untuk kelayakan budidaya anggur laut pada kisaran 0,0001 - 0,075
mg/L. Nilai fosfat tersebut dikategorikan ke dalam nilai yang optimal untuk
minimal 0,01 mg/L laju pertumbuhan anggur laut akan berlangsung secara baik.
Kandungan fosfat yang cocok untuk pertumbuhan anggur laut biasanya terdapat
Penebaran bibit Caulerpa sp. dilakukan pada minggu pertama PKL yaitu
dengan bobot 300 gram pada bak 1 dan 600 gram pada bak 2. Sampling Caulerpa
sp. dilakukan setiap 1 minggu sekali yaitu pada hari Jumat. Sampling minggu
kedua pada bak 1 menghasilkan bobot sebesar 194,3 gram sedangkan pada bak 2
bertambah menjadi 707,4 gram. Sampling ketiga bobot menjadi 256,1 gram pada
bak 1 dan 675 gram pada bak 2. Sampling minggu terakhir bobot Caulerpa sp.
menjadi 276,7 gram pada bak 1 dan 254,7 gram pada bak 2.
Gambar 13. Grafik Hasil Pengukuran Berat Caulerpa sp. Bak 1 dan 2
Caulerpa sp. yang telah ditebar selama 4 minggu mengalami penyusutan. Hal
mix dengan dosis 10 gram/l pada bibit saat minggu pertama penebaran. Bibit yang
direndam air pupuk sebelum ditebar memiliki pertumbuhan yang optimal apabila
dibandingkan dengan bibit yang langsung ditebar tanpa adanya perendaman air
pupuk.
4.1 Pembahasan
4.2.1 Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak kedua
antara 27-29°C. Nilai suhu tersebut sudah termasuk dalam kategori suhu yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut jenis Caulerpa sp. Nilai suhu dibawah 25°C
untuk budidaya rumput laut dikatakan kurang baik sehingga tekstur menjadi
lembut dan mudah membusuk. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan
mengalami pemutihan thalus. Faktor utama yang memengaruhi suhu air laut
langsung suhu air akan mempengaruhi kehidupan biota air, melalui kelarutan
oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, daya larut oksigen semakin rendah.
Sebaliknya semakin rendah suhu maka daya larut oksigen semakin tinggi. Nilai
suhu optimal yang cocok untuk pertumbuhan anggur laut Caulerpa yaitu berkisar
pada suhu 25-30°C. Kisaran suhu tersebut masih ditoleransi dalam budidaya
4.2.2 Salinitas
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak kedua
antara 23-27‰. Nilai salinitas pada kedua bak tersebut masih dikategorikan dalam
salinitas yang cukup optimal untuk pertumbuhan rumput laut jenis Caulerpa sp.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai salinitas ialah curah hujan
yang tinggi. Curah hujan yang tinggi inilah yang berpengaruh secara langsung
yang rasanya netral. Rumput laut akan mengalami pertumbuhan yang lambat
apabila salinitas terlalu rendah (<20‰) atau lebih tinggi dari kisaran salinitas
yang sesuai. Salinitas yang tidak optimal menyebabkan badan golgi tidak mampu
sel, sehingga sel mengecil dari ukuran sebelumnya. Nilai optimal untuk
4.2.3 pH
Derajat keasaman (pH) sangat penting untuk kinerja pertumbuhan anggur
laut. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak kedua
antara 8,10-8,53. Nilai pH yang dihasilkan baik pada bak pertama dan bak kedua
dalam pertumbuhan Caulerpa sp. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa nilai pH
optimal untuk pertumbuhan Caulerpa sp. berkisar antara 6,0 – 8,5 (Ardiansyah et
al., 2020) Nilai pH pada siang hingga sore hari lebih tinggi daripada malam
hingga pagi hari. Kondisi ini diduga akibat terjadinya proses fotosintesis pada
siang hari. Nilai pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara
pembibitan Caulerpa sp. selama 4 minggu menghasilkan nilai nitrat yang berkisar
antara 0,006-0,532 mg/L; sedangkan pada fosfat menghasilkan nilai yang berkisar
antara 0,011-0,128 mg/L. Nilai nitrat tersebut dikategorikan ke dalam nilai yang
layak untuk pertumbuhan rumput laut jenis Caulerpa sp ini. Nitrat yang optimum
untuk kelayakan budidaya anggur laut pada kisaran 0,1-0,7 mg/L. Nitrat
merupakan salah satu unsur hara yang diserap oleh rumput laut dengan perannya
sebagai penyusun atau bahan dasar protein dan pembentukan klorofil. Nitrat yang
blooming. Kadar nitrat sangat erat kaitannya dengan kandungan limbah organik
yang umumnya mengandung protein seperti sisa pakan yang terakumulasi. Nilai
34
anggur laut. Kadar fosfat akan semakin tinggi dengan menurunnya kedalaman,
karena biasanya terjadi pengendapan nutrien. Kandungan fosfat yang cocok untuk
(Burhanuddin, 2014)
berat, sedangkan jika dilihat lebih lanjut pertumbuhan merupakan proses nitrat
lingkungan seperti cahaya, substrat, pH, zat hara (nitrat dan fosfat), maupun
dilakukan pada minggu pertama PKL dengan bobot 300 gram pada bak 1 dan 600
gram pada bak 2. Sampling minggu kedua pada bak 1 menghasilkan bobot sebesar
194,3 gram sedangkan pada bak 2 bertambah menjadi 707,4 gram. Sampling
ketiga bobot menjadi 256,1 gram pada bak 1 dan 675 gram pada bak 2. Sampling
minggu terakhir bobot Caulerpa sp. menjadi 276,7 gram pada bak 1 dan 254,7
gram pada bak 2. Pertumbuhan Caulerpa sp. yang telah ditebar selama 4 minggu
nutrien yang diserap oleh rumput laut. Selain itu faktor yang menjadi kendala
hidroponik AB mix dengan dosis 10 gram/l pada bibit saat minggu pertama
dibandingkan dengan bibit yang langsung ditebar tanpa adanya perendaman air
pupuk. Budidaya rumput laut dengan menggunakan dosis pupuk dapat diterapkan
V.1Kesimpulan
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara adalah sebagai
berikut :
1. Metode pengukuran kualitas air pada bak budidaya yang meliputi pH yaitu
dan
2. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di bak pertama dan bak kedua
Caulerpa sp. selama 4 minggu menghasilkan nilai suhu yang berkisar antara
anggur laut; nilai salinitas antara 23 - 27‰ termasuk kedalam nilai yang
nilai pH antara 8,10 - 8,53 termasuk nilai yang optimal untuk pertumbuhan
anggur laut; nilai nitrat dan fosfat berkisar antara 0,006 - 0,532 mg/L dan
0,011 -0,128 mg/L. Nilai nitrat dan fosfat dikategorikan ke dalam nilai yang
36
37
V.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada Praktik Kerja Lapangan ini ialah sebagai
berikut:
kemarau karena pada saat musim penghujan untuk pertumbuhan rumput laut
jenis;
2. Caulerpa sp. masih kurang cocok dan sering mengalami kegagalan baik dari
dan
DAFTAR PUSTAKA
Aliyas, D.U.Putri dan M.Taufik. 2019. Pengaruh Pupuk NPK Phonska Dengan
Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Euchema
spinosum). Jurnal Penelitian, 1(2): 85-91.
Iskandar, S.N., S. Rejeki., dan T. Susilowati. 2015. Pengaruh Bobot Awal Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Caulerpa lentilifera Yang di
Budidayakan Dengan Metode Longline di Tambak Bandeng Jepara.
Journal of Aquaculture Management and Technology. 4(4): 21-27.
Kusumawati, I., F. Diana., dan L. Humaira. 2018. Studi Kualitas Air Budidaya
Latoh (Caulerpa racemosa) di Perairan Lhok Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Akuakultura. 2(1): 33 – 43
Zulfia, N dan Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau Dari
Kandungan Unsur Hara (NO3– dan PO4) Serta Klorofil-a. Jurnal BAWAL. 5
(3): 189-199.
40
LAMPIRAN
40
42