Anda di halaman 1dari 25

MUTU SELAI RUMPUT LAUT Eucheuma denticulatum

DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI GULA


DAN PEWARNA YANG BERBEDA

RENCANA KERJA PENELITIAN


(Program Studi Teknologi Hasil Perikanan)

Oleh:
ROMARYO SAVSAVUBUN
NIM. 15051404015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Mutu Selai Rumput Laut Eucheuma denticulatum Dengan Perlakuan


Konsentrasi Gula Dan Pewarna Yang Berbeda

RENCANA KERJA PENELITIAN


(Program Studi Teknologi Hasil Perikanan)

Oleh:
Romaryo Savsavubun
NIM. 15051404015

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Lena J. Damongilala, M.Si Ir. Joyce Ch. V. Palenewen, M.Sc
NIP. 19620221 198803 2 002 NIP. 19690613 199402 2 001

Mengetahui :

Koordinator Program Studi Wakil Dekan


Teknologi Hasil Perikanan Bidang Akademik

Dr. Ir. Feny Mentang, M.Sc Dr. Ir. Johnny Budiman, M.Si.,M.Sc
NIP. 19690814 199402 2 001 NIP. 19670519 199403 1 002

Diseminarkan Tanggal, 17 Maret 2022


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah memberikan nafas, kesehatan dan kekuatan dalam melaksanakan

perkuliahan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi

Manado hingga sampai pada saat ini saya bisa menyelesaikan Rencana Kerja

Penelitian ini dengan baik.

Rencana kerja penelitian yang berjudul “Mutu Selai Rumput Laut

Eucheuma denticulatum dengan Perlakuan Konsentrasi Gula dan Pewarna

yang berbeda” disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam

menyelasaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam

Ratulangi Manado.

Melalui kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Lena J. Damongilala, M.Si., selaku dosen

pembimbing 1 dan Ir. Joyce Ch. V. Palenewen, M.Sc., selaku dosen pembimbing

2 yang telah meluangkan waktu untuk menuntun, mengajarkan dan mengarahkan

dalam penyusunan proposal penelitian ini, kedua orang tua penulis yang selalu

mendukung penulis serta teman-teman yang telah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat

membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Demikian penulis sampaikan

terima kasih.

Manado, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

1. PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................2

2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1. Rumput laut...........................................................................................3
2.2. Selai.......................................................................................................5
2.2.1. Rumput laut Eucheuma denticulatum.......................................6
2.2.2. Gula...........................................................................................6
2.2.3. Air..............................................................................................7
2.2.4. Asam Sitrat................................................................................7
2.3. Metode Pengolahan Selai......................................................................7
2.3.1. Proses perendaman....................................................................7
2.3.2. Persiapan bahan.........................................................................8
2.3.3. Proses penghalusan...................................................................8
2.3.4. Proses pemanasan/pemasakan...................................................8

3. METODE PENELITIAN...............................................................................9
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................9
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................10
3.2.1. Alat..........................................................................................10
3.2.2. Bahan.......................................................................................10
3.3. Pengolahan Selai Rumput Laut (Damopolii et al., 2021)...................10
3.3.1. Penyiapan bahan baku.............................................................10
3.3.2. Pelumatan bahan baku.............................................................10
3.3.3. Pemasakan...............................................................................11
3.4. Metode Penelitian................................................................................13
3.5. Parameter Pengamatan........................................................................13
3.5.1. Viskositas (Anisuzzaman et al., 2014)....................................13
3.5.2. Angka Lempeng Total (SNI 01-2332.3-2006)........................14
3.5.3. Kadar Serat Kasar (Sudarmadji dkk., 1989)............................15

4. RENCANA KERANGKA LAPORAN PENELITIAN...............................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Komposisi kimia rumput laut kering Eucheuma denticulatum............................4

2. Baku Mutu Selai Buah.........................................................................................5

3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.............................................................................9


DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Rumput Laut Eucheuma denticulatum.................................................................3

2. Prosedur Pengolahan Selai Rumput Laut...........................................................12


1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya laut yang besar

dengan keanekaragaman biota lautnya. Salah satu biota laut yang dimiliki

Indonesia ialah alga merah Eucheuma denticulatum. Alga merah ini memiliki

kandungan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas sebagai

antioksidan, antibakteri terhadap bakteri patogen maupun non patogen. Saat ini

rumput laut sedang gencar dikembangkan sebagai bahan pangan di Indonesia.

Begitu pula di Indonesia saat ini banyak dikembangkan produk-produk olahan

baru dari rumput laut seperti dodol rumput laut, manisan rumput laut, selai rumput

laut, sirup rumput laut, serta permen jelly rumput laut (Alamsyah dkk, 2013).

Eucheuma denticulatum mengandung karbohidrat sebesar 13,38% dan

lemak yang rendah yaitu 0,13% serta mengandung serat kasar sebesar 1,39%.

Komposisi nutrisi tersebut dibutuhkan sebagai bahan makanan terutam selai.

Oleh karena itu, dapat dimanfaatkan dan dilakukan suatu upaya sebagai suatu

produk olahan yang bermutu dan memiliki nilai tambah (Utomo, 2011).

Diversifikasi produk dari rumput laut masih sangat terbatas. Selama ini

hanya digunakan untuk pembuatan agar-agar dan sebagai bahan tambahan dalam

pembuatan es buah, padahal rumput laut merupakan salah satu komoditas yang

kurang disenangi masyarakat karena rasanya yang kurang enak. Upaya

meningkatkan daya guna rumput laut dan nilai ekonominya dapat dilakukan

berbagai bentuk olahan lain seperti pembuatan selai yang berbahan baku rumput

laut. Sejauh ini produk selai dari rumput laut yang sudah ada dipasaran terbuat

1
dari bahan baku rumput laut Eucheuma cotonii (Kappaphycus alvarezii). Padahal

rumput laut Eucheuma denticulatum tersedia banyak di Sulawesi Utara. Oleh

karena itu, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang mutu selai

rumput laut eucheuma denticulatum dengan perlakuan konsentrasi gula dan

pewarna yang berbeda.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengolahan selai rumput laut merah Eucheuma

denticulatum?

2. Bagaimana nilai viskositas, angka lempeng total, dan kadar serat dari

selai rumput laut Eucheuma denticulatum dengan perlakuan konsentrasi

gula dan pewarna yang berbeda?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan yaitu :

1. untuk mengetahui proses pengolahan selai rumput laut merah Eucheuma

denticulatum dengan

2. Mendapatkan nilai viskositas, angka lempeng total, dan kadar serat

kasar dari selai yang diberikan perlakuan yang berbeda.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dibidang teknologi hasil perikanan tentang proses pengolahan selai dari rumput

laut merah Eucheuma denticulatum dan seberapa besar kandungan gizishingga

dapat meningkatkan pemanfaatan hasil.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput laut

Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumya tumbuhan

melekat pada subtract tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati,

tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam

dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur pasir, batu, dan benda keras

lainnya (Anggadiredja dkk., 2010).

Eucheuma denticulatum adalah salah satu jenis rumput laut dari kelas

Rhodophyceae (ganggang merah). Klasifikasi Eucheuma denticulatum menurut

Anggadiredja dkk., (2010) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae

Divisi: Rhodophyta

Kelas: Rhodophyceae

Ordo: Gigartinales

Famili: Solieriaceae

Genus: Eucheuma

Spesies: Eucheuma denticulatum

Gambar 1. Rumput Laut Eucheuma denticulatum


(Dokumentasi Pribadi, 2021)

3
Eucheuma muricatum dan Eucheuma denticulatum merupakan penghasil

utama iota karaginan. Ciri fisik Eucheuma denticulatum mempunyai bentuk

thallus bulat tegak, dengan ukuran panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat

kekuningan sampai merah kekuningan. Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan

yang berbentuk seperti duri-duri runcing yang tidak beraturan, duri tersebut ada

yang memanjang seolah berbentuk seperti cabang. Tanaman tegak karena

percabangannya yang rimbun dapat membentuk rumpun. Percabangan thallus

tumbuh pada bagian yang tua ataupun muda tidak beraturan. Komposisi senyawa

organik dari rumput laut Eucheuma denticulatum yang tumbuh di Indonesia dapat

dilihat pada (Tabel 1).

Menurut (Podungge et al., 2018) Eucheuma denticulatum yang diekstrak

dengan metanol dan etanol mempunyai kemampuan aktivitas antioksidan

penghambat radikal bebas dan senyawa fitokimia seperti alkaloid, steroid,

saponin, terpenoid, polifenol, dan flavonoid. Senyawa fitokimia yang diekstrak

dari Eucheuma denticulatum kering menggunakan ekstrak etanol dan metanol

yaitu flavonoid, saponin, alkaloid, steroid, terpenoid, tanin, dan fenol. Sedangkan

total kapang yang terkandung dari Eucheuma denticulatum kering 3,1 x 102 CFU/g

(Mayore et al., 2018).

Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut kering Eucheuma denticulatum

Komponen Jumlah
Air (%) 12,90
Protein kasar (%) 5,12
Lemak (%) 0,13
Karbohidrat (%) 13,38
Serat kasar (%) 1,39
Abu (%) 14,21
Kalsium (ppm) 52,85

4
Besi (ppm) 0,108
Tembaga (ppm) 0,768
Vitamin B1 (mg/100 g) 0,21
Vitamin B2 (mg/100 g) 2,26
Vitamin C (mg/100 g) 43,00
Karaginan (%) 65,75
Sumber: (Poncomulyo, 2006).

2.2. Selai

Selai merupakan makanan yang diolah dari buah-buahan matang yang

dicampur dengan gula untuk mempengaruhi keseimbangan pektin agar

menggumpal dan membentuk serabut halus yang bisa mengikat cairan sehingga

teksturnya menjadi kental, padat ataupun semi padat (Merda dan Novitasari,

2017). Dapat disimpulkan bahwa selai merupakan makanan yang memiliki tekstur

semi padat yang diolah dari buah-buahan matang. Namun dalam penelitian ini

bahan baku selai tidak menggunakan buah melainkan rumput laut Eucheuma

denticultum.

Menurut Damopolii, et al., (2021), selai rumput laut dari Eucheuma

denticulatum mempunyai kenampakan, rasa, aroma, dan tekstur yang baik.

Sedangkan uji proksimat dari selai ini yang meliputi kadar abu, kadar air, dan

kadar serat kasar memenuhi standar baku mutu dari SNI 01-3746-1995.

Tabel 2. Baku Mutu Selai Buah

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan


1 Keadaan
- Bau - Normal
- Rasa - Normal
- Warna - Normal
- Tekstur - Normal
2 Padatan Terlaurt % (b/b) Minimal 65
3 Bahan Tambahan
- Pewarna
- Pengawet

5
- Pemanis buatan (sakarin & siklamat) Negatif
4 Cemaran Logam
- Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,5
- Tembaga (Cu) mg/kg maks. 10,0
- Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0
- Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0
5 Cemaran Arsen (As) mg/kg maks. 1,0
6 Cemaran Mikrobial
- Angka lempeng total koloni maks. 5,0 x 102
- Bakteri bentuk E. coli APM <3
- Kapang dan khamir koloni maks. 50
Sumber : SNI 01-3746-1995

Adapun bahan baku pembuatan selai rumput laut Eucheuma spinosum

yaitu sebagai berikut :

2.2.1. Rumput laut Eucheuma denticulatum

Nama Eucheuma denticulatum termasuk kedalam spesies dari golongan

Rhodophyceae atau alga merah. Eucheuma spinosum memiliki kandungan

kalsium yang cukup tinggi, magnesium, kalium dan natrium. Rumput laut ini

aman dikonsumsi karena tidak mengandung zat berbahaya seperti merkuri, arsen,

timbal dan kadmium (Nurshahida dkk., 2020).

Selain itu, rumput laut ini juga memiliki kandungan protein sebesar 3,40%,

lemak 3,58%, serat 12,59%, abu 23,28%, air 29,72% dan karbohidrat 40,02%

(Lumbessy dkk., 2020). Dalam penelitian ini, rumput laut Eucheuma denticulatum

dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan selai sebagai alternatif pengganti buah.

2.2.2. Gula

Penambahan gula dalam pembuatan selai selain untuk memberi rasa manis

juga berfungsi sebagai pengawet alami untuk mencegah pertumbuhan kapang dan

berperan penting dalam pembentukan gel pada selai (Nurani, 2020). Selain itu,

6
gula juga memberikan pengaruh terhadap warna selai. Semakin banyak

konsentrasi gula yang diberikan maka selai akan cenderung berwana cokelat

(Mutia & Yunus, 2016).

2.2.3. Air

Air berfungsi untuk mempengaruhi tingkat kesegaran, keawetan, stabilitas,

memudahkan terjadinya reaksi kimia, pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim

dalam makanan (Kusnandar, 2019). Dalam beberapa penelitian, fungsi air dalam

pembuatan selai rumput laut yaitu untuk mencuci bahan baku, sebagai campuran

untuk membuat bubur rumput laut dan sebagai pelarut.

2.2.4. Asam Sitrat

Penambahan asam sitrat pada selai berfungsi untuk memberikan rasa asam,

pembentuk gel dan penyeimbang PH (Nurani, 2020). Dalam penelitian ini,

penambahan asam sitrat dalam proses pembuatan selai rumput laut sebagai

alterantif pengawet.

2.3. Pengolahan Selai

Pengolahan selai rumput laut selama ini masih mengacu pada proses

pengolahan selai buah dikarenakan proses pengolahan selai buah mengacu pada

standar baku mutu yang ditetapkan, hal ini dapat dilihat pada penelitian Tenriware

& Husniah, 2018 yaitu sebagai berikut :

2.3.1. Proses perendaman

Penyiapan rumput laut kering, kemudian rumput laut direndam dalam air

selama 24 jam dengan tetap mengganti air rendaman setiap 10-12 jam sekali.

Tujuan dari proses perendaman yaitu untuk mengurangi bau amis dan

memutihkan rumput laut. Menurut Datunsolang dkk., 2019, lama waktu

7
perendaman rumput laut berpengaruh terhadap aroma dan tekstur selai. Dimana

semakin lama waktu perendaman maka aroma bau amis rumput laut akan semakin

berkurang dan tekstur rumput laut menjadi lembek dan encer. Waktu perendaman

rumput laut terbaik yaitu selama tiga hari, karena menghasilkan tekstur selai yang

lembut dengan aroma rumput laut sedikit sehingga disukai oleh konsumen.

2.3.2. Persiapan bahan

Setelah rumput laut dilakukan proses perendaman, langkah selanjutnya

yaitu pencucian. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir secara

berulang. Pencucian berulang ini bertujuan untuk menghilangkan bau amis dan

rasa pekat dari rumput laut. Kemudian dilakukan penimbangan rumput laut serta

bahan-bahan lainnya seperti gula, air, asam sitrat dan gum arab sesuai dengan

takaran yang sudah ditentukan.

2.3.3. Proses penghalusan

Sebelum proses pemasakan, rumput laut terlebih dahulu harus dilakukan

penghalusan menggunakan blender untuk mendapatkan bubur rumput laut.

2.3.4. Proses pemanasan/pemasakan

Langkah selanjutnya yaitu bubur rumput laut dilakukan pemanasan dengan

api sedang kemudian penambahan perasa alami dari sari buah ataupun esen,

setelah mendidih dilakukan penambahan asam sitrat untuk memberi rasa asam dan

menetralkan pH selai.

8
3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Mutu

Hasil Perikanan dan Laboratorium Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Manado. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini kurang lebih selama 4

(empat) bulan mulai dari penyusunan rencana kerja penelitian sampai penulisan

Skripsi yang diperkirakan mulai bulan Januari sampai dengan April 2022.

Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Kegitan Bulan
No. Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi * * * * * * * * * * * * * * *
Penyusunan
2. * * * * * *
Proposal
Ujian
3. Seminar *
Proposal
4. Penelitian * * * * *
Penyusunan
5. Laporan * * * * *
Penelitian
Pelaksanaan
6. *
Ujian

9
3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah Spatula, gunting / alat

pemotong, blender/Mixer, wadah perebusan, kompor, dandang, botol jam, colony

counter, gelas ukur 500 ml, gelas beaker 500 ml, cawan petri, jarum ose, pipet

mikro, viskometer haake, inkubator, oven, timbangan analitik, laminar flow,

bunsen, dan kertas label.

3.2.2. Bahan

Rumput laut kering (Eucheuma denticulatum) kering sebanyak 200g, gula

pasir 450 g, asam sitrat 6 sdt, garam 24 g, dan pewarna makanan 30 ml, Gum arab

3 g, koloni mikroorganisme dalam media, media agar/media.

3.3. Pengolahan Selai Rumput Laut (Modifikasi SNI 01-3746-1995)

Prosedur pembuatan selai rumput laut adalah sebagai berikut:

3.3.1. Penyiapan bahan baku

 Rumput laut kering 200 g direndam dengan air dingin selama 24 jam.

Lakukan pergantian air rendaman setiap 6 Jam.

 Perendaman dianggap cukup jika thallus rumput laut sudah

mengembang dan dapat dipotong dengan jari tangan.

 Rumput laut dilakukan pencucian berulang dengan air mengalir sampai

hilang bau amis dan rasa pekat.

3.3.2. Pelumatan bahan baku

 Timbang rumput laut sebanyak 200 g dan dihaluskan menggunakan

blender.

10
 Atur blender dengan kecepatan sedang, kemudian lanjutkan dengan

kecepatan tinggi hingga rumput laut benar-benar halus.

3.3.3. Pemasakan

 Tuangkan lumatan rumput laut ke dalam wadah pemasakan.

 Tambahkan gula pasir sebanyak 100g aduk hingga rata dan tambahkan

air secukupnya dan dipanaskan hingga mendidih.

 Tambahkan 1 sdt asam sitrat dan garam 4 g.

 Matikan api kompor, tambahkan pewarna makanan sebanyak 5 ml,

aduk rata.

 Diamkan hingga dingin.

11
Rumput Laut kering sebanyak 200 g direndam
selama 24 jam (ganti air rendaman setiap 6 jam)

Pencucian dengan air mengalir sampai hilang bau


amis dan rasa pekat

Timbang rumput laut sebanyak 200 g

Blender sampai halus

Aduk dan tambahkan air kemudian panaskan

Tambahkan gula (100g dan 200 g),1 sdt asam sitrat


dan garam 4g

Tambahkan gum arab 0,5 g, berfungsi untuk


menstabilkan tekstur selai

Matikan kompor dan tambahkan pewarna


(0 mL, 5 mL, 10 mL0

Dinginkan

Selai rumput laut


(Masukan dalam kemasan)

Analisa Viskositas, ALT dan Kadar Serat

Gambar 2. Proses Pengolahan Selai Rumput Laut

12
3.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk menganalisis data, dimana

penelitian yang dilakukan dengan cara mengubah suatu keadaan untuk melihat

kejadian yang timbul akibat dari perubahan itu (Datunsolang dkk., 2019).

Peneliti menggunakan kode sampel dengan pengulangan yaitu A1

konsentrasi gula 50g (25% dari berat sampel), A2 konsentrasi gula 100g (50%

dari berat sampel), B1 konsentrasi pewarna 0 ml, B2 konsentrasi pewarna 5 ml

dan B3 konsentrasi pewarna 10 ml. Dengan demikian dapat dilakukan penelitian

dengan kombinasi A1B1, A1B2, A1B3, A2B1, A2B2 dan A2B3.

3.5. Parameter Pengamatan

3.5.1. Viskositas (Anisuzzaman et al., 2014)

Viskositas (kekentalan) adalah kemampuan suatu fluida untuk mengalir

oleh karena gaya gesekan. Maksud dari pengukuran ini adalah untuk menentukan

nilai kekentalan suatu larutan yang dinyatakan dalam centipoises (cP). Cara

analisis viskositas selai yang dimulai dengan mengambil sampel 1,5 g dan

dilarutkan dalam 100 ml air pada suhu 90°C. Larutan kemudian diaduk selama 20

menit. Pengukuran nilai viskositas menggunakan Viskometer Haake dengan

pengaturan suhu di atas 70°C untuk mencegah terjadinya pembentukan gel.

Nilai viskositas dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

ɳ = K (p₁ − p₂)t

Keterangan:

ɳ = viskositas larutan dinyatakan dalam milipascal detik atau centiPoise


(mPa.s atau cP)
K = konstanta viskometer (mPa.s.cm3/g.s)
p₁ = massa jenis bola (g/cm3)

13
p₂ = massa jenis larutan selai (g/cm3)
t = waktu alir dinyatakan dalam detik (s)

3.5.2. Angka Lempeng Total (SNI 01-2332.3-2006)

Angka lempeng total (ALT) atau perhitungan jumlah bakteri bertujuan

untuk menentukan secara kuantitatif jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada

media agar. Prosedur perhitungan jumlah koloni bakteri sebagai berikut;

1. Semua peralatan yang digunakan dalam analisis mikrobiologi disterilkan

dengan menggunakan autoklaf pada tekanan 15 psi pada suhu 121 oC

selama 15 menit.

2. Disiapkan larutan NaCl 0.9% lalu dimasukan ke dalam Erlenmeyer

sebanyak 225 ml 10-1. Masukan larutan NaCl sebanyak 9 ml ke dalam

tabung reaksi yang sudah diberi tanda 10-2 dan 10-3 , kemudian disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 121oC pada tekanan 15 psi selama 1 menit.

3. Disiapkan Nutrient Agar (NA) dengan cara ditimbang sebanyak 27,44

gram, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian diberi aquades

sebanyak 980 ml. Selanjutnya homogenkan dengan menggunakan

magnetic stirrer kemudian di boil selama 20 menit pada air mendidih dan

sterilkan di dalam autoklaf pada tekanan 15 psi dengan suhu 121 oC selama

15 menit.

4. Sampel ditimbang sebanyak 25 gram secara aseptis kemudian dimasukan

ke dalam larutan NaCl 0,9% steril yang berisi 225 ml larutan NaCl

sehingga diperoleh larutan dengan pengenceran 10-1, dipipet 1 ml ke dalam

tabung reaksi kedua dengan pengenceran 10-2 kemudian homogenkan.

Selanjutnya ganti pipet kemudian pipet sebanyak 1 ml larutan dalam

14
pengenceran 10-2 kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi ketiga

dengan pengenceran 10-3, kemudian homogenkan. Lakukan seterusnya

tergantung berapa kali pengenceran yang akan dilakukan.

5. Dari setiap pengenceran diambil masing-masing 1 ml dan dimasukan ke

dalam 2 seri cawan petri steril yang telah diberi kode menurut jenis sampel

dan tingkat pengencerannya.

6. Tuangkan 20 ml Nutrient Agar (NA) masing-masing cawan petri. Setelah

penuangan, cawan petri digoyang-goyang perlahan ke arah kiri, kanan,

maju dan mundur dan biarkan media mengeras.

7. Masukkan cawan petri ke dalam inkubator yang bersuhu 37oC selama 24-

48 jam dalam posisi terbalik.

8. Setelah masa inkubasi berakhir, jumlah koloni bakteri yang dihitung pada

cawan petri yaitu berjumlah 30-300 koloni.

Jumlah koloni x 1
Total Bakteri=
Faktor Pengenceran Per Cawan

3.5.3. Kadar Serat Kasar (Sudarmadji dkk., 1989)

15
4. RENCANA KERANGKA LAPORAN PENELITIAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan
3.2.2 Alat
3.3. Pengolahan Selai Rumput Laut
3.4. Viskositas
3.5. Angka Lempeng Total
3.6. Kadar Serat Kasar
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

16
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R., Lestari, N., & Hasrini, R. F. (2013). Kajian Mutu Bahan Baku
Rumput Laut (Eucheuma sp.) dan Teknologi Pangan Olahannya. Jurnal
Dinamika Penelitian Industri, Vol. 24(1), Hal. 57–67.

Anggadiredja, J.T, Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S. (2010). Rumput Laut.
Seri Agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya.

Anisuzzaman, S. M., Bono, A., Krishnaiah, D., Hussin, N. A., and Wong, H. Y.
(2014). Effects of Extraction Process Conditions On Semi Refined
Carrageenan Produced by using Spray Dryer. Journal of Applied Sciences
Vol. 14, No. 12. p 1283-1288, 2014.

Damopolii, N. S., Kaseger, B., Damongilala, L., Onibala, H., Pandey, E.,
Makapedua, D., (2021). Analisis Kimia dan Uji Organoletik Selai Rumput
Laut Euchema denticulatum. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan,
Vol. 9(3).

Datunsolang, A. B., Naiu, A. S., & Yusuf, N. (2019). Pengaruh Lama


Perendaman Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Terhadap Nilai
Organoleptik Selai Buah Mangrove Pedada (Sonneratia Caseolaris).
Jambura Fish Processing Journal, Vol. 1(2), Hal. 69–76.

Kusnandar, F. (2019). Kimia Pangan Komponen Makro (L. Darojah (ed.); 1 ed.).
Jakarta : Bumi Aksara.

Lumbessy, S. Y., Setyowati, D. N., Mukhlis, A., Lestari, D. P., & Azhar, F.
(2020). Komposisi Nutrisi dan Kandungan Pigmen Fotosintesis Tiga
Spesies Alga Merah (Rhodophyta sp.) Hasil Budidaya. Journal of Marine
Research, Vol. 9(4), Hal. 431–438.

Mayore, S., Damongilala, L. J., Mewengkang, H. W., Salindeho, N., Makapedua,


D. M., & Sanger, G. (2018). Analisis Fitokimia dan Uji Total Kapang
pada Rumput Laut Kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus
alvarezii. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 6(3), Hal. 77-81.

Merda, I. L., & Novitasari, R. (2017). Studi Pembuatan Selai Campuran Timun
Suri (Cucumis lativus) dan Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus). Jurnal
Teknologi Pertanian, Vol. 6(2), Hal. 1–10.

Mutia, K., & Yunus, R. (2016). Pengaruh Penambahan Sukrosa pada Pembuatan
Selai Langsat. Jtech, Vol. 4(2), Hal. 80–84.

17
Nurani, F. P. (2020). Penambahan Pektin, Gula, dan Asam Sitrat dalam
Pembuatan Selai dan Marmalade Buah-Buahan. Journal of Food
Technology and Agroindustry Vol. 2(1), Hal. 27–32.

Nurshahida, M. S. F., Nazikussabah,Z., Subramaniam, S., Faizal, W. I.W., &


Aini, M. A. N. (2020). Physicochemical, Physical Characteristics and
Antioxidant Activities of Three Edible Red Seaweeds (Kappaphycus
alvarezii, Eucheuma spinosum and Eucheuma striatum) from Sabah,
Malaysia Physicochemical, Physical Characteristics and Antioxidant
Activit. IOP Publishing, Vol. 1(2), Hal. 96-112.

Podungge, A., Damongilala, L. J., & Mewengkang , H. W. (2018). Kandungan


Antioksidan pada Rumput Laut Eucheuma denticulatum yang Diekstrak
dengan Metanol dan Etanol. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan,
Vol. 6(1), Hal. 1-5.

Poncomulyo, T. (2006). Budidaya dan pengolahan rumput laut. Jakarta. Agro


Media Pustaka.

Rajagukguk, M.M. (2009). Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar
Internasional. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Standar Nasional Indonesia (1995). SNI 01-3746-1995. Selai Buah. Jakarta.


Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (2006). SNI 01-2332.3-2006. Uji Mikrobiologi


Pangan. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

Sudarmadji, S. B. Haryono dan Suhardi, 1989. Analisa Bahan Makanan dan


Pertanian. Yogyakarta. Penerbit Liberty bekerjasama dengan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.

Tenriware, & Husniah. (2018). Pengujian Organoleptik Terhadap Selai Rumput


Laut Varian Rasa Nanas dan Durian di Pulai Battoa, Kabupaten Mandar.
Prosiding Seminar Hasil Pengabdian (SNP2M), 371–375. ISBN :
9786026076656.

Utomo, B.S.B., (2011). Prospek Pengembangan Teknologi Pengolahan Rumput


Laut di Indonesia. Jakarta. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.

18

Anda mungkin juga menyukai