Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 23020317130044
Mengesahkan
RINGKASAN
Deano Mahardian Sahari. 23020317130044. Pelaksanaan Manajemen Risiko
Produksi Kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota
Semarang. (Pembimbing: Suryani Nurfadillah, S.E., M.Si.).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
dengan baik.
Manajemen Agribisnis.
4. Dr. Ir. Bambang Waluyo H.E.P., M.S., M.Agr. selaku Dekan Fakultas
administrasi.
6. Bapak Juli Kurniawan, S. Pt., selaku Kepala UPTD Kebun Dinas Kota
7. Ibu Sri Handayani, A.Md., selaku koordinator Kebun Buah Agro Cepoko
Semarang dan seluruh staf dan pekerja di Kebun Buah Agro Cepoko
Kerja Lapangan.
9. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, doa, dan kasih sayang
kepada penyusun.
10. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberikan bantuan dan
diberikan serta kepada seluruh pihak yang telah membantu pelaksanaan Praktek
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
umumnya.
Semarang, Juli
2020
vi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
RINGKASAN............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR ILUSTRASI.............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
2.1. Kelengkeng.................................................................................. 3
2.2. Risiko Usaha Pertanian............................................................... 4
2.3. Risiko Produksi........................................................................... 5
2.4. Risiko Produksi Kelengkeng....................................................... 6
2.5. Manajemen Risiko Produksi....................................................... 7
5.1. Simpulan................................................................................... 31
5.2. Saran......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 32
LAMPIRAN................................................................................................... 36
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5. Dokumentasi......................................................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
keragaman dari tanamannya. Salah satu jenis tanaman buah yang ditanam di
merupakan salah satu tanaman buah tropis yang cukup digemari masyarakat di
Indonesia. Buah kelengkeng juga merupakan buah yang memiliki kandungan gizi
yang berguna bagi kesehatan dan kesegaran tubuh. Buah kelengkeng memiliki
kandungan kimia yang terdiri dari glukosa, sukrosa, fruktosa, asam tartat, vitamin
mencapai 200.000 ton per tahun yang berasal dari Thailand dan China (Pratiwi,
kelengkeng memiliki hasil produksi yang tidak sebanding dengan luas lahan.
Pingpong, Itoh dan Kristalin (Habib, 2011). Selain itu kualitas buah kelengkeng
juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu. Ketidakpastian yang terjadi pada
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelengkeng
bernilai ekonomis tinggi yang banyak diminati baik didalam negeri maupun luar
negeri khususnya di daerah sub tropis (Munthe et al., 2017). Tanaman kelengkeng
diduga berasal dari Myanmar yang kemudian menyebar ke daerah China, Taiwan
dan Thailand. Buah kelengkeng sendiri berbentuk bulat sebesar kelereng dan
dalam kelengkeng dapat dimanfaatkan. Tak hanya daging buah, kulit dan bijinya
Jawa Timur (Daryono et al., 2016). Di Indonesia terdapat dua macam tanaman
introduksi. Kelengkeng lokal yang saat ini dibudidayakan yaitu kelengkeng lokal
varietas batu, kelengkeng lokal varietas selarong dan kelengkeng lokal varietas
mutiara (Tamura et al., 2015). Selain kelengkeng lokal yang banyak tumbuh,
lengkeng introduksi seperti Pingpong, Diamond River dan Itoh juga mampu
tumbuh dan berproduksi dengan baik (Mariana dan Sugiyatno, 2013). Kehadiran
4
pengaruh perubahan alam, bersifat mudah busuk, bersifat musiman dan rentan
terhadap hama dan penyakit. Risiko pertanian memainkan peranan penting dalam
dari produksi, harga dan pasar, usaha dan finansial, teknologi, kerusakan,
sosialdan hukum, serta manusia (Soedjana, 2007). Menurut Kahan (2008) Risiko
fluktuasi input yang berakibat pada fluktuasi jumlah produksi dan kualitas
dipengaruhi oleh faktor seperti perubahan cuaca serta hama dan penyakit.
produk, penawaran produk dan biaya produksi. Risiko yang ditimbulkan pasar
antara lain adalah kondisi pasar yang dinamis dan kompleks sedangkan kegiatan
produksi yang relatif lama, persaingan, inflasi yang menyebabkan daya beli
masyarakat rendah.
5
3. Risiko finansial
4. Risiko Institusional
Kelembagaan tersebut dapat berupa lembaga formal dan nonformal seperti bank,
penyakit atau kematian dan situasi pribadi dari petani dan keluarganya. Kejadian
pekerja atau buruh yang disebabkan urbanisasi juga merupakan penyebab risiko
menjalankan usaha. Risiko yang sering dihadapi dalam usahatani dan agribisnis
salah satunya adalah risiko produksi (Lamusa, 2010). Risiko produksi adalah
6
teknologi produksi dan mutu bahan baku (Aini et al., 2014). Risiko produksi
tersebut terjadi. Risiko produksi terjadi karena variasi hasil akibat berbagai faktor
yang sulit diduga, seperti cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan waktu
menyerang secara mendadak dan bersifat meluas menjadi penyebab terbesar risiko
pasar bagi petani, baik informasi mengenai sarana produksi maupun informasi
harga juga menjadi penyebab terjadinya risiko. Selain itu, pengetahuan petani
sehingga hal tersebut juga menjadi penyebab terjadinya risiko produksi (Heriani et
al., 2013).
Risiko adalah suatu konsekuensi negatif yang harus diterima akibat dari
dikatakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Risiko dapat muncul
kapan saja walaupun suatu usaha sudah direncanakan karena didalamnya tetap
Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara
sering terjadi pada usahatani kelengkeng adalah risiko produksi. Risiko produksi
pada umumnya terjadi karena bencana alam, serangan hama dan penyakit
rendah adalah Diamond River, Pingpong, Itoh dan Kristalin (Habib, 2011). Hal-
controlling untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Planning
risiko. Menurut Kahan (2008) terdapat beberapa strategi untuk menangani risiko
1. Risk-reducing input
meningkatkan peluang jumlah dan kualitas dari produk pertanian yang lebih baik.
benefit yang didapat dari penggunaan input tersebut. Risk-reducing input dapat
mengurangi risiko kemungkinan hasil produksi yang rendah atau tidak stabil.
9
2. Risk-reducing technologies
yang dilaksanakan dengan cara belajar dan menerapkan teknologi terbaru serta
berlatih merancang cara untuk mengatasi risiko spesifik yang sering terjadi di area
yang memilih usaha yang memiliki risiko kecil dengan cara memilih keadaan
4. System flexibility
5. Production diversification
yang mudah dilakukan karena tidak semua usahatani terpengaruh pada cara yang
sama dengan mengubah situasi. Beberapa tekniknya antara lain adalah mengelola
beberapa usaha dalam waktu yang sama, terlibat dalam usahatani yang sama pada
lokasi yang sama pada lokasi yang berbeda, terlibat dalam usahatani yang sama
10
selama periode waktu yang beruntunan dan menghasilkan pendapatan dari luar
usahatani.
11
BAB III
Identifikasi Analisis
Risiko Evaluasi
Risiko
Analisis
Kuantitatif
Masalah
Perhitungan
Koefisien Varians
Penentuan
Manajemen
Risiko
Kota Semarang.
(PKL) yaitu meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu mengenai risiko apa saja yang terjadi pada saat kegiatan produksi
Semarang yang diperoleh melalui observasi dan hasil wawancara kepada ketua
kelompok tani untuk memperoleh data risiko terkait proses produksi dan
koordinator kebun untuk memperoleh data risiko terkait tenaga kerja. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan atau arsip perusahaan serta
Data yang diperoleh dari praktek kerja lapangan dan wawancara yang
masih berupa data mentah diolah sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Analisis data yang digunakan yaitu analisa deskriptif dan metode Koefisien
Rata-rata (X̅) =
σ
Koefisien varians (KV) = ...............................................(Suryatini et al., 2014)
X̅
14
BAB IV
Kebun Buah Agro Cepoko merupakan kebun buah yang dimiliki oleh
Dinas Pertanian Kota Semarang dibawah naungan UPTD Kebun Kota Semarang.
Kebun Buah Agro Cepoko terletak di Jalan Cepoko Raya No. 9 Kelurahan
semula adalah kebun kelapa yang kurang produktif sehingga pada tahun 2012
dirubah menjadi kebun buah hortikultura dan pada tahun 2017 diresmikan oleh
meter dan memliki luas area sebesar 2,7 hektar dengan beberapa sumberdaya
fisik. Sumberdaya fisik yang dimiliki adalah bangunan seperti kantor, 2 aula,
kamar mandi, mushola, gazebo, greenhouse, dan taman bermain serta lahan
dengan jumlah 14 petak. Selain itu sumberdaya fisik lainnya adalah peralatan
itoh dan jambu kristal, dimana jumlah pohon yang ditanam mencapai 359 pohon
kelengkeng dan 97 pohon jambu kristal. Selain itu, Kebun Buah Agro Cepoko
15
juga memiliki pembibitan tanam buah lain yaitu srikaya grand anoa sebanyak 21
dan jambu kristal sebesar Rp 15.000 per kg. Kebun Buah Agro Cepoko juga
menyediakan bibit tanaman seperti kelengkeng, jambu kristal, alpukat, dan sirsat
madu.
ditetapkan. Kebun Buah Agro Cepoko memiliki struktur organisasi seperi berikut:
Koordinator Kebun
Kebun Buah Agro Cepoko
Ketua
Kelompok Tani
Petani
penuh terhadap semua aktivitas yang ada di Kebun Buah Agro Cepoko.
3. Divisi Pemasaran
transaksi.
koordinator kebun dengan kelompok tani yang bertugas untuk mendampingi dan
membantu petani dalam bekerja. Selain itu biasanya juga bertugas sebagai
kebersihan kebun.
5. Staf Malam
Staf malam berperan sebagai penjaga pada saat malam hari yang bertugas
kegiatan kelompok tani dan bertugas sebagai pengawas dan pengambil kebijakan
7. Petani
Penanaman Bibit
Perawatan Tanaman
Pemanenan
Tahapan untuk memproduksi buah kelengkeng terdiri dari persiapan media tanam,
Persiapan media tanam merupakan tahap awal dalam proses produksi buah
dengan perakaran tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Mismawarni (2014)
yang menyatakan bahwa media tanam mempunyai hubungan erat dengan sistem
media tanam harus diperhatikan karena kelengkeng memiliki syarat tanam. Syarat
tanam untuk kelengkeng adalah tanah dengan tekstur halus dengan pH 5,5 – 6,5.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanta (1990) yang menyatakan bahwa
kelengkeng dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang bertekstur halus dengan
pH antara 5,5 – 6,5. Selain itu kelengkeng juga dapat hidup di daerah yang
memiliki iklim basah dan berada ditempat yang terkena sinar matahari.
Lubang tanam sebaiknya diberi jarak agar memudahkan proses perawatan dan
panen buah.
tambahan pupuk SP-36, NPK, dam KCl. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulianto
et al. (2008) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk dasar untuk kelengkeng
dapat menggunakan pupuk organik yang dicampur SP-36, NPK, dan KCl. Pupuk
kandang sebelum digunakan sebagai pupuk dasar sebaiknya diurai terlebih dahulu
yaitu okulasi. Batang bawah untuk bibit kelengkeng diperoleh dari penyemaian
biji kelengkeng atau seedling yang berusia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rosyida (2017) yang menyatakan bahwa penyiapan batang bawah untuk
okulasi adalah bibit tanaman kelengkeng yang berasal dari penyemaian biji
kelengkeng yang sudah berumur 6 bulan. Batang atas atau entres diperoleh dari
dipengaruhi oleh kecocokan antara batang atas atau entres dengan batang bawah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo et al. (2015) yang menyatakan bahwa
20
tanam sekitar 8 m x 8 m. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosdianto (2015) yang
media tanam pupuk kandang, sekam, dan tanah dengan perbandingan 1:1:1. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anam et al. (2017) yang menyatakan bahwa media
kelengkeng dirawat dengan cara penyiraman pada pagi dan sore hari dan
pemupukan rutin. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryono et al. (2016) yang
menyatakan bahwa perawatan meliputi penyiraman rutin pada pukul 06.00 dan
16.00 waktu setempat dan pemupukan rutin seminggu sekali menggunakan pupuk
kandang dari kotoran kambing. Pemangkasan juga perlu dilakukan agar tanaman
kelengkeng cepat berbuah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanta (1990) yang
21
cepat berbuah.
4.2.7. Pemanenan
menjadi fase buah selama 180 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk
meminimalisir penguapan pada buah akibat sinar matahari. Hal ini sesuai dengan
dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan
memotong langsung ranting yang ada pada buah secara bersamaan. Buah dipanen
secara bersamaan, kecuali apabila ada buah yang tingkat kematangannya berbeda.
Buah kelengkeng yang matang memiliki ciri-ciri berwarna coklat dengan kulit
buah yang tipis dan sedikit kasar serta mengeluarkan aroma. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hartina (2018) yang menyatakan bahwa pada saat matang buah
kelengkeng memiliki warna coklat muda, kulit yang tipis dengan permukaan ada
yang kasar maupun halus, serta mengeluarkan aroma manis yang khas.
Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Sugiharto (2017) yang menyatakan
No Indikator Risiko
1 Kekurangan stok bibit kelengkeng
2 Kualitas bibit kurang baik
3 Kekurangan sarana pendukung/media tanam (pupuk, pestisida, dll)
4 Kerusakan pada peralatan berkebun
5 Kekeringan pada lahan
6 Persiapan lahan yang kurang baik
7 Cuaca yang tidak menentu
8 Terjadi bencana alam
9 Terjadi serangan hama pada tanaman
10 Terjadi wabah penyakit pada tanaman
11 Gagal panen
12 Tanaman mati
13 Kualitas buah kelengkeng yang dihasilkan kurang baik
14 Kuantitas buah kelengkeng yang dihasilkan tidak sesuai target
15 Kekurangan tenaga kerja
16 Kualitas tenaga kerja yang kurang baik
17 Kesiapan tenaga kerja yang kurang baik (sakit, cuti, dll)
18 Kelalaian tenaga kerja dalam bekerja
19 Kecelakaan kerja
kelengkeng disebabkan oleh dua hal yaitu risiko sumberdaya fisik dan manusia
serta proses risiko produksi buah kelengkeng. Risiko sumberdaya fisik dan
tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, kesiapan tenaga kerja, kelalaian tenaga kerja,
serta kecelakaan kerja. Kurangnya sarana pendukung seperti pupuk dan media
tanam dapat membuat pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hal ini sesuai
23
kualitas tenaga kerja berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas produksi
yang kurang maka berpengaruh kepada hasil produksi perusahaan tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Adianto dan Fedryansyah (2018) yang menyatakan bahwa
kekurangan kualitas dan kuantitas tenaga kerja akan berpengaruh terhadap daya
saing produk dan jasa karena rendahnya kualitas dan kuantitas hasil produksi.
Risiko proses produksi buah kelengkeng terdiri dari kekurangan stok bibit,
kualitas bibit, kekeringan lahan, perisapan lahan, cuaca, bencana alam, wabah
penyakit, serangan hama, gagal panen, dan tanaman mati. Risiko produksi
kepada alam. Hal ini sesuai dengan pendapat Apriyani dan Unteawati (2019) yang
Agro Cepoko dinilai berdasarkan jumlah produksi buah kelengkeng pada tahun
Varians. Adapun hasil Koefisien Varians dari jumlah produksi buah kelengkeng
produksi buah kelengkeng periode tahun 2019 di Kebun Buah Agro Cepoko
sebesar 71%. Nilai koefisien varians tersebut tergolong kedalam tingkat tinggi
karena berada pada nilai 61-80%. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman et al.
(2019) yang menyatakan bahwa nilai KV berkisar 0 sampai dengan 100%, dengan
lima tingkatan risiko produksi yang terdiri dari sangat rendah berkisar 0-20%,
rendah berkisar 21-40%, sedang berkisar 41-60%, tinggi berkisar 61-80%, dan
sangat tinggi berkisar 81-100%. Nilai koefisien varians menunjukkan bahwa data
25
terjadi fluktuasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizqiyah et al. (2013) yang
heterogen.
tingkat risiko yang cukup tinggi apabila dilihat dari hasil perhitungan Koevisien
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Taures (2009) yang menyatakan
Manajemen risiko yang dapat diterapkan untuk Kebun Buah Agro Cepoko
Planning yang dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko adalah planning secara
planning yang berbeda. Planning yang berbeda disebabkan oleh tidak adanya
Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga dapat membuat hasil produksi yang
tidak stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijaya (2016) yang menyatakan
bahwa tidak adanya SOP membuat proses produksi tidak dapat menghasilkan
26
produk yang sesuai standar dan menghasilkan produk yang tidak stabil. Planning
yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko adalah pembuatan SOP untuk
kelengkeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Analianasari et al. (2019) yang
menyatakan bahwa SOP terutama untuk kegiatan proses produksi akan menjadi
Kebun Buah Agro Cepoko menggunakan sistem satu petak lahan untuk
satu petani. Sistem tersebut membuat petani hanya terfokus pada lahan masing-
produksi ditanggung secara individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunus
Organizing yang dapat dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko dalam
dalam menentukan orang yang dibutuhkan dengan membagi tugas besar menjadi
beberapa tugas kecil dan dapat meringankan beban petani satu sama lain. Hal ini
dibagi-bagi tersebut.
pelaksanaan proses produksi secara individu oleh petani karena sistem lahan yang
tidak maksimal. Actuating yang perlu dilakukan adalah pelaksanaan SOP produksi
yang telah dibuat dan disepakati dengan kelompok regu yang sudah dirancang
pengarahan tentang SOP produksi tersebut. Pelatihan dan pengarahan yang baik
ini sesuai dengan pendapat Putri (2018) yang menyatakan bahwa pelaksanaan
Controlling yang dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko adalah kontrol
produksi oleh petani secara individu. Cara tersebut kurang efektif karena
yang terjadi maka para petugas harus teliti dalam melaksanakan pekerjaan setiap
hari. Controlling yang dapat dilakukan Kebun Buah Agro Cepoko dalam
sehingga apabila terjadi kesalahan dapat dikoreksi. Hal ini sesuai dengan pendapat
mengadakan penilaian dan koreksi sehingga apa yang dilakukan dapat diarahkan
ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.
production diversification. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahan (2008) yang
menyatakan bahwa dalam mengurangi dan menghindari dari dampak risiko yang
diketahui dapat merugikan usaha terdapat beberapa strategi, antara lain risk-
diversification.
human error yang berakibat bibit yang dihasilkan tidak sesuai atau cacat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Masitoh et al. (2014) yang menyatakan bahwa manusia
spesifikasi atau dengan kata lain produk cacat. Risk-reducing input yang dapat
berkualitas pula serta dapat dijadikan indukan yang baik untuk perbanyakan bibit.
buah kelengkeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahan (2008) yang menyatakan
meningkatkan peluang jumlah dan kualitas dari produk pertanian yang lebih baik.
efisien sehingga serangan hama masih sering terjadi. Hal ini sesuai dengan
secara konvensional kurang efisien apabila diterapkan di kebun yang luas. Risk-
biopestisida, yaitu pestisida yang terbuat dari bahan hayati dan tidak memiliki zat
diperlukan pembekalan dari para ahli untuk melakukan edukasi kepada petani
sehingga petani dapat belajar menerapkan metode tersebut. Hal ini sesuai dengan
dikarenakan hanya mengandalkan stok yang ada. System flexibility yang dapat
pasar. Pemahaman kondisi pasar yang dapat dilakukan yaitu memahami jumlah
kondisi pasar dapat membuat sistem pertanian yang fleksibel sehingga petani
dapat merubah konsep proses produksi sewaktu-waktu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kahan (2008) yang menyatakan bahwa sistem pertanian yang fleksibel
buah kelengkeng adalah menambah penanaman tanaman buah lain. Strategi ini
telah diterapkan oleh Kebun Buah Agro Cepoko namun kurang maksimal karena
masih terfokus terhadap produksi buah kelengkeng. Penanaman tanaman buah ini
dapat digunakan agar proses produksi tidak hanya berfokus kepada produksi buah
kelengkeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahan (2008) yang menyatakan
dalam waktu yang sama untuk meningkatkan keuntungan yang akan didapat.
31
BAB V
5.1. Simpulan
produksi buah kelengkeng pada tahun 2019 sebesar 71% yang mana nilai tersebut
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Kebun Buah Agro Cepoko adalah untuk
pembuatan SOP produksi agar semua proses produksi berjalan dengan satu
penggunaan bibit berkualitas agar nantinya tidak mengalami kerugian di akhir dan
DAFTAR PUSTAKA
Adianto, J., dan M. Fedryansyah. 2018. Peningkatan kualitas tenaga kerja dalam
menghadapi Asean Economy Community. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial. 1
(2): 77 – 86.
Aini, H., M. Syamsun dan A. Setiawan. 2014. Risiko rantai pasok kakao di
Indonesia dengan metode analytic network process dan failure mode effect
analysis terintegrasi. J. Manajemen & Agribisnis. 11 (3): 209 – 219.
Apriyani, M., dan B. Unteawati. 2019. Perilaku petani dalam menghadapi risiko
usahatani jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah ESAI. 4 (2):
42 – 48.
Hartina, S. 2018. Uji Aktifitas Antidioksi dan Ekstrak Etanol Daun Kelengkeng
(Europhia Longan (L) Steud) Dengan Metode DPPH (1.1-Diphnyel-2-
Picryhydrazil). Skripsi. STIK Siti Khadijah, Palembang.
33
Lamusa, A. 2010. Risiko usahatani padi sawah rumah tangga di daerah Impenso
Provinsi Sulawesi Tengah. Agroland. 17 (3): 226 – 232.
Manalu, D. T. 2019. Analisis Manajemen Risiko pada Rantai Pasok Kopi Non-
Ekspor. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Putri, S. 2018. Manajemen Risiko Badan Usaha Milik Kampung (Bumka) Dayun
Mandiri dalam Menyalurkan Modal Kepada Masyarakat di Kampung
Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Ditinjau menurut Ekonomi
Syariah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.
Tamura, M. D., L. Setyobudi, dan Y. B. Heddy. 2015. Variasi jenis dan kultivar
kelengkeng (Nephellium longan L.) Unggulan di kecamatan Poncokusumo
kabupaten Malang. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (7): 535 – 541.
Yunus, R. 2009. Analisis efisiensi produksi usaha peternakan ayam ras pedaging
pola kemitraan dan mandiri di kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis.
Universitas Diponegoro, Semarang.
36
LAMPIRAN
Rata-rata (X̅) =
1
= (661) = 55,08
12
1551,174
=
√ 12
= 39,38
σ 39,38
Koefisien varians (KV) = = = 0,71 = 71%
X̅ 55,08
40
\
42
Lampiran 5. Dokumentasi