Anda di halaman 1dari 54

i

PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI KELENGKENG


DI KEBUN BUAH AGRO CEPOKO, KECAMATAN GUNUNGPATI,
KOTA SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh :

DEANO MAHARDIAN SAHARI


23020317130044

PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL : PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO


PRODUKSI KELENGKENG DI KEBUN
BUAH AGRO CEPOKO, KECAMATAN
GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG

Nama Mahasiswa : DEANO MAHARDIAN SAHARI

NIM : 23020317130044

Program Studi/Fakultas S1 AGRIBISNIS/PETERNAKAN DAN


: PERTANIAN

Telah disidang di hadapan Tim Penguji


dan dinyatakan lulus pada tanggal …………………

Mengesahkan

Koordinator Laboratorium Dosen Pembimbing


Manajemen Agribisnis

Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si Suryani Nurfadillah, S.E., M.Si


NIP. 19590130 198601 2 002 NIP. 19930727 201803 2 002
iii

RINGKASAN
Deano Mahardian Sahari. 23020317130044. Pelaksanaan Manajemen Risiko
Produksi Kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota
Semarang. (Pembimbing: Suryani Nurfadillah, S.E., M.Si.).

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 6 Januari sampai 8


Februari 2020. Lokasi pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan berada di Kebun Buah
Agro Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Praktik Kerja Lapangan
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam produksi kelengkeng serta
mengkaji penerapan manajemen risiko produksi kelengkeng di Kebun Buah Agro
Cepoko. Manfaat dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai sumber
pengetahuan, sarana pembelajaran dan pengembangan keterampilan tentang
manajemen risiko produksi kelengkeng yang terjadi di lapangan untuk mahasiswa
serta sebagai sumber informasi tambahan dan bahan evaluasi penanganan risiko
produksi kelengkeng untuk perusahaan.
Metode pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan adalah metode partisipatif
aktif dalam kegiatan budidaya kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko,
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Pengumpulan data dalam Praktek Kerja
Lapangan dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dengan koordinator
kebun beserta jajaran staff kebun. Data yang diambil adalah data primer dan
sekunder. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif dan metode Koefisien
Varians (KV).
Hasil Praktek Kerja Lapangan dapat diketahui bahwa nilai koefisien
varians dari jumlah produksi pada tahun 2019 sebesar 71% dapat mempengaruhi
fluktuasi buah kelengkeng. Dapat diketahui terdapat beberapa indikator risiko
produksi yang dihadapi Kebun Buah Agro Cepoko. Manajemen risiko produksi
dilakukan dengan cara perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controling). Strategi pencegahan risiko
produksi dilakukan dengan strategi risk-reducing input, risk-reducing
technologies, selecting low-risk activities, system flexibility, dan production
diversification.

Kata Kunci : kelengkeng, KV, produksi, risiko


iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan praktik kerja lapangan

dengan baik.

Penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada beberapa orang yang

secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bimbingan kepada

penyusun selama penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan. Pada kesempatan

ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Suryani Nurfadillah, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penyusun selama penyusunan laporan.

2. Ir. Kustopo Budiraharjo, M.P. selaku Ketua Program Studi Agribisnis.

3. Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si. selaku Koordinator Laboratorium

Manajemen Agribisnis.

4. Dr. Ir. Bambang Waluyo H.E.P., M.S., M.Agr. selaku Dekan Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.

5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Program Studi Agribisnis dan

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro yang telah

membantu dalam proses belajar mengajar serta dalam pengurusan

administrasi.

6. Bapak Juli Kurniawan, S. Pt., selaku Kepala UPTD Kebun Dinas Kota

Semarang yang telah memberikan ijin Praktek Kerja Lapangan di Kebun

Buah Agro Cepoko Semarang.


v

7. Ibu Sri Handayani, A.Md., selaku koordinator Kebun Buah Agro Cepoko

Semarang dan seluruh staf dan pekerja di Kebun Buah Agro Cepoko

Semarang yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan.

8. Reifida Nugrahayu W. selaku staf UPTD Kebun Dinas Kota Semarang

yang telah membantu segala administrasi terkait Praktek Kerja Lapangan.

9. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, doa, dan kasih sayang

kepada penyusun.

10. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberikan bantuan dan

dukungan dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan.

Demikian pula ucapan terimakasih dan penghargaan atas kesempatan yang

diberikan serta kepada seluruh pihak yang telah membantu pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan hingga penyusunan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi terciptanya kesempurnaan laporan ini.

Demikian penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat

menambah wawasan khususnya untuk penyusun maupun pembaca pada

umumnya.

Semarang, Juli

2020
vi

Penulis
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii

RINGKASAN............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR............................................................................... iv

DAFTAR ISI............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL..................................................................................... viii

DAFTAR ILUSTRASI.............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. x

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3

2.1. Kelengkeng.................................................................................. 3
2.2. Risiko Usaha Pertanian............................................................... 4
2.3. Risiko Produksi........................................................................... 5
2.4. Risiko Produksi Kelengkeng....................................................... 6
2.5. Manajemen Risiko Produksi....................................................... 7

BAB III. METODELOGI PENELITIAN................................................. 11

3.1. Kerangka Pemikiran.................................................................... 11


3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................... 12
3.3. Metode Penelitian........................................................................ 12
3.4. Pengolahan Data.......................................................................... 12
viii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 14

4.1. Keadaan Umum Kebun Buah Agro Cepoko ............................... 14


4.1.1. Profil Perusahaan............................................................. 14
4.1.2. Struktur Organisasi Kebun Buah Agro Cepoko.............. 15
4.2. Proses Produksi Buah Kelengkeng.............................................. 17
4.2.1. Persiapan Media Tanam................................................. 18
4.2.2. Pembuatan Lubang Tanam............................................. 18
4.2.3. Pemberian Pupuk Dasar.................................................. 19
4.2.4. Persiapan Bibit Kelengkeng........................................... 19
4.2.5. Penanaman Bibit............................................................. 20
4.2.6. Perawatan Tanaman........................................................ 20
4.2.7. Pemanenan...................................................................... 21
4.3. Identifikasi Risiko Produksi pada Buah Kelengkeng.................. 22
4.3.1. Penilaian Risiko pada Produksi Buah Kelengkeng........ 23
4.3.2. Pengendalian Risiko Produksi Buah Kelengkeng.......... 25

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 31

5.1. Simpulan................................................................................... 31
5.2. Saran......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 32

LAMPIRAN................................................................................................... 36
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Risiko Produksi Buah Kelengkeng.............................. 22

Tabel 2. Hasil Koefisien Varians Produksi Buah Kelengkeng.................. 24


x

DAFTAR ILUSTRASI

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran................................................................ 11

Ilustrasi 2. Struktur Organisasi Kebun Buah Agro Cepoko...................... 15

Ilustrasi 3. Proses Produksi Buah Kelengkeng.......................................... 17


xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Lokasi PKL di Kebun Buah Agro Cepoko................ 36

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan............................ 37

Lampiran 3. Perhitungan KV..................................................................... 39

Lampiran 4. Surat Telah Melaksanakan PKL............................................ 40

Lampiran 5. Dokumentasi......................................................................... 41
1

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan dan

keragaman dari tanamannya. Salah satu jenis tanaman buah yang ditanam di

Indonesia adalah Tanaman Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour). Kelengkeng

merupakan salah satu tanaman buah tropis yang cukup digemari masyarakat di

Indonesia. Buah kelengkeng juga merupakan buah yang memiliki kandungan gizi

yang berguna bagi kesehatan dan kesegaran tubuh. Buah kelengkeng memiliki

kandungan kimia yang terdiri dari glukosa, sukrosa, fruktosa, asam tartat, vitamin

A, vitamin B, saponin, tanin dan lemak (Puspitasari et al., 2013).

Kelengkeng merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat

Indonesia sehingga permintaan buah kelengkeng cenderung meningkat dari tahun

ke tahun. Karena ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga

pemerintah terpaksa melakukan impor. Impor buah lengkeng diperkirakan

mencapai 200.000 ton per tahun yang berasal dari Thailand dan China (Pratiwi,

2018). Impor dilakukan karena dalam budidaya kelengkeng memiliki berbagai

permasalahan. Permasalahan yang terjadi pada budidaya kelengkeng adalah

kelengkeng memiliki hasil produksi yang tidak sebanding dengan luas lahan.

Fluktuasi hasil produksi tanaman kelengkeng tersebut dapat disebabkan oleh

beberapa hal seperti tanaman kelengkeng yang sebagian besar dibudidayakan di

dataran tinggi. Hanya terdapat beberapa jenis kelengkeng yang dapat

dibudidayakan di dataran rendah. Jenis kelengkeng yang dapat dibudidayakan di


2

dataran rendah kebanyakan merupakan jenis kelengkeng lokal yang memiliki

kualitas dibawah jenis kelengkeng introduksi impor. Jenis kelengkeng introduksi

impor yang dapat dibudidayakan di dataran rendah adalah Diamond River,

Pingpong, Itoh dan Kristalin (Habib, 2011). Selain itu kualitas buah kelengkeng

juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu. Ketidakpastian yang terjadi pada

kelengkeng tersebut dapat dikatakan sebagai risiko. Adanya fluktuasi produksi

pada tanaman kelengkeng mengindikasi terdapat risiko produksi. Hal tersebut

dapat diatasi dengan menggunakan manajemen risiko.

Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini yaitu untuk meningkatkan

keterampilan dalam produksi kelengkeng, menghitung tingkat risiko produksi

kelengkeng, serta mengidentifikasi sumber dan manajemen penanganan risiko

produksi kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko.

Manfaat dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah

1. Bagi Mahasiswa

Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan, sarana pembelajaran dan

pengembangan keterampilan tentang manajemen risiko produksi

kelengkeng yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi tambahan dan bahan evaluasi

terkait penanganan risiko produksi kelengkeng.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelengkeng

Tanaman kelengkeng adalah salah satu komoditas penting yang dan

bernilai ekonomis tinggi yang banyak diminati baik didalam negeri maupun luar

negeri khususnya di daerah sub tropis (Munthe et al., 2017). Tanaman kelengkeng

diduga berasal dari Myanmar yang kemudian menyebar ke daerah China, Taiwan

dan Thailand. Buah kelengkeng sendiri berbentuk bulat sebesar kelereng dan

bergerombol. Daging buah kelengkeng sendiri berwarna putih, mengandung

karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin (Sunarjono, 2007). Seluruh komponen

dalam kelengkeng dapat dimanfaatkan. Tak hanya daging buah, kulit dan bijinya

pun berguna (Susilo, 2013).

Tanaman Kelengkeng di Indonesia banyak ditemukan di daerah dataran

tinggi. Tanaman Kelengkeng dibudidayakan tersebar di Pulau Jawa antara lain

Ambarawa, Magelang, Temanggung, Wonogiri di Jawa Tengah dan Tumpang di

Jawa Timur (Daryono et al., 2016). Di Indonesia terdapat dua macam tanaman

kelengkeng yang dibudidayakan yaitu kelengkeng lokal dan kelengkeng

introduksi. Kelengkeng lokal yang saat ini dibudidayakan yaitu kelengkeng lokal

varietas batu, kelengkeng lokal varietas selarong dan kelengkeng lokal varietas

mutiara (Tamura et al., 2015). Selain kelengkeng lokal yang banyak tumbuh,

lengkeng introduksi seperti Pingpong, Diamond River dan Itoh juga mampu

tumbuh dan berproduksi dengan baik (Mariana dan Sugiyatno, 2013). Kehadiran
4

kelengkeng introduksi tersebut membuat bertambahnya keragaman jenis lengkeng

yang ada di Indonesia.

2.2. Risiko Usaha Pertanian

Pertanian merupakan usaha yang memiliki beragam jenis risiko seperti

pengaruh perubahan alam, bersifat mudah busuk, bersifat musiman dan rentan

terhadap hama dan penyakit. Risiko pertanian memainkan peranan penting dalam

pengambilan keputusan di tingkat petani. Faktor risiko di bidang pertanian berasal

dari produksi, harga dan pasar, usaha dan finansial, teknologi, kerusakan,

sosialdan hukum, serta manusia (Soedjana, 2007). Menurut Kahan (2008) Risiko

dalam sektor pertanian disebabkan oleh 5 aspek antara lain:

1. Risiko produksi dan teknis

Risiko produksi merupakan risiko yang dipengaruhi oleh ketidakpastian

fluktuasi input yang berakibat pada fluktuasi jumlah produksi dan kualitas

produksi. Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh proses biologis yang

dipengaruhi oleh faktor seperti perubahan cuaca serta hama dan penyakit.

2. Risiko pasar dan harga

Risiko pasar dan harga merupakan risiko yang dipengaruhi oleh

ketidakpastian harga output. Harga produk pertanian dipengaruhi oleh permintaan

produk, penawaran produk dan biaya produksi. Risiko yang ditimbulkan pasar

antara lain adalah kondisi pasar yang dinamis dan kompleks sedangkan kegiatan

produksi yang relatif lama, persaingan, inflasi yang menyebabkan daya beli

masyarakat rendah.
5

3. Risiko finansial

Risiko finansial merupakan risiko yang disebabkan oleh ketidakpastian

suku bunga, kesedian pinjaman, kemampuan untuk terus menyediakan modal

ketika dibutuhkan dan kemampuan petani untuk menghasilkan pendapatan guna

mengembalikan pinjaman uang dari pihak tertentu.

4. Risiko Institusional

Risiko institusional merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan

kebijakan dari lembaga pendukung pertanian yang tidak dapat diprediksi.

Kelembagaan tersebut dapat berupa lembaga formal dan nonformal seperti bank,

koperasi, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Contohnya adalah

kebijakan dari pemerintah untuk mengurangi atau memberikan subsidi, perubahan

bea masuk, dan lainnya.

5. Risiko sumber daya manusia

Risiko sumber daya manusia merupakan risiko yang disebabkan oleh

penyakit atau kematian dan situasi pribadi dari petani dan keluarganya. Kejadian

penyakit dan kematian dapat mengganggu produktivitas petani. Kelangkaan

pekerja atau buruh yang disebabkan urbanisasi juga merupakan penyebab risiko

ini, dimana petani kesulitan menjadi buruh.

2.3. Risiko Produksi

Risiko merupakan suatu ketidakpastian yang tidak dapat dihindari dalam

menjalankan usaha. Risiko yang sering dihadapi dalam usahatani dan agribisnis

salah satunya adalah risiko produksi (Lamusa, 2010). Risiko produksi adalah
6

risiko yang terkait pada kapasitas produksi, proses produksi, penggunaan

teknologi produksi dan mutu bahan baku (Aini et al., 2014). Risiko produksi

memiliki pengaruh besar terhadap pendapatan usahatani.

Risiko produksi memiliki berbagai faktor yang menjadi penyebab risiko

tersebut terjadi. Risiko produksi terjadi karena variasi hasil akibat berbagai faktor

yang sulit diduga, seperti cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan waktu

pelaksanaan kegiatan (Soedjana, 2007). Serangan hama dan penyakit yang

menyerang secara mendadak dan bersifat meluas menjadi penyebab terbesar risiko

produksi sehingga dapat mengakibatkan penurunan hasil yang dapat

mengakibatkan gagal panen (Cahyono, 2008). Keterbatasan adanya informasi

pasar bagi petani, baik informasi mengenai sarana produksi maupun informasi

harga juga menjadi penyebab terjadinya risiko. Selain itu, pengetahuan petani

mengenai informasi gejala-gejala alam yang sulit diprediksi masih kurang,

sehingga hal tersebut juga menjadi penyebab terjadinya risiko produksi (Heriani et

al., 2013).

2.4. Risiko Produksi Kelengkeng

Risiko adalah suatu konsekuensi negatif yang harus diterima akibat dari

ketidakpastian dalam mengambil keputusan (Firdayanti, 2012). Risiko dapat

dikatakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Risiko dapat muncul

kapan saja walaupun suatu usaha sudah direncanakan karena didalamnya tetap

mengandung ketidakpastian bahwa tidak akan berjalan sesuai rencana. Risiko

menghasilkan konsekuensi negatif yang harus diterima maupun dapat dihindari.


7

Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara

keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan

kualitas pekerjaan (Labombang, 2011).

Dalam usahatani kelengkeng memiliki berbagai jenis risiko. Risiko yang

sering terjadi pada usahatani kelengkeng adalah risiko produksi. Risiko produksi

pada umumnya terjadi karena bencana alam, serangan hama dan penyakit

tanaman, kebakaran, dan karena faktor-faktor lainnya (Suharyanto et al., 2016).

Budidaya kelengkeng di Indonesia juga sering mengalami kendala tidak

tercukupinya kebutuhan bibit (Jamilah, 2018). Selain itu kelengkeng pada

umumnya dibudidaya di dataran tinggi. Di Indonesia hanya terdapat beberapa

jenis kelengkeng yang dapat dibudidayakan di dataran rendah. Jenis kelengkeng

yang dapat dibudidayakan di dataran rendah kebanyakan merupakan jenis

kelengkeng lokal yang memiliki kualitas dibawah jenis kelengkeng introduksi

impor. Jenis kelengkeng introduksi impor yang dapat dibudidayakan di dataran

rendah adalah Diamond River, Pingpong, Itoh dan Kristalin (Habib, 2011). Hal-

hal tersebut dapat menurunkan hasil produksi buah kelengkeng.

2.5. Manajemen Risiko Produksi

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko,

serta membentuk strategi untuk mencegah terjadinya risiko (Anisa, 2012).

Manajemen risiko digunakan oleh perusahaan untuk merespon berbagai macam

risiko. Manajemen risiko sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengelola

suatu risiko yang dimiliki. Manajemen risiko digunakan perusahaan untuk


8

mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang berhubungan dengan

pencapaian tujuan perusahaan (Taures, 2009).

Aktivitas manajemen mencakup aspek planning, organizing, actuating, dan

controlling untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Planning

merupakan proses dasar manajemen dalam menentukan sasaran dan bagaimana

cara mencapainya. Tahap-tahap dalam suatu perencanaan meliputi menetapkan

tujuan, merumuskan keadaan saat ini, mengumpulkan data serta menetapkan

dugaan-dugaan serta ramalan-ramalan, menetapkan alternatif cara bertindak dan

memilih alternatif (Arumsari, 2017). Organizing merupakan proses yang

menyangkut strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan.

Actuating ialah tindakan menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan

rencana. Controlling dilakukan untuk mengawasi apakah semuanya telah berjalan

sesuai rencana agar tujuan dapat dicapai (Manalu, 2019).

Dalam manajemen risiko terdapat beberapa strategi dalam menangani

risiko. Menurut Kahan (2008) terdapat beberapa strategi untuk menangani risiko

produksi antara lain:

1. Risk-reducing input

Risk-reducing input merupakan straregi manajemen risiko produksi yang

meningkatkan peluang jumlah dan kualitas dari produk pertanian yang lebih baik.

Penggunaan strategi Risk-reducing input harus mempertimbangkan cost dan

benefit yang didapat dari penggunaan input tersebut. Risk-reducing input dapat

mengurangi risiko kemungkinan hasil produksi yang rendah atau tidak stabil.
9

2. Risk-reducing technologies

Risk-reducing technologies merupakan strategi manajemen risiko produksi

yang dilaksanakan dengan cara belajar dan menerapkan teknologi terbaru serta

berlatih merancang cara untuk mengatasi risiko spesifik yang sering terjadi di area

produksi. Penerapan teknologi memang sedikit sulit untuk dilaksanakan namum

akan berdampak sangat besar apabila berhasil dilaksanakan.

3. Selecting low-risk activities

Selecting low-risk activities merupakan strategi manajemen risko produksi

yang memilih usaha yang memiliki risiko kecil dengan cara memilih keadaan

diatas potensi keuntungan yang didapat dalam situasi tertentu.

4. System flexibility

System flexibility merupakan strategi manajemen risiko produksi yang

menggunakan sistem pertanian yang fleksibel. Sistem pertanian yang fleksibel

memungkinkan petani dapat membuat perubahan dalam produksi dan penjualan

dengan cepat dalam jangka pendek. Sistem pertanian yang fleksibel

memungkinkan membuat keputusan sebagai respon dari perubahan keadaan.

5. Production diversification

Production diversification merupakan strategi manajemen risiko produksi

yang mudah dilakukan karena tidak semua usahatani terpengaruh pada cara yang

sama dengan mengubah situasi. Beberapa tekniknya antara lain adalah mengelola

beberapa usaha dalam waktu yang sama, terlibat dalam usahatani yang sama pada

lokasi yang sama pada lokasi yang berbeda, terlibat dalam usahatani yang sama
10

selama periode waktu yang beruntunan dan menghasilkan pendapatan dari luar

usahatani.
11

BAB III

METODOLOGI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Identifikasi Analisis
Risiko Evaluasi
Risiko

Analisis
Kuantitatif
Masalah

Perhitungan
Koefisien Varians

Penentuan
Manajemen
Risiko

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran

Kebun Buah Agro Cepoko adalah agrowisata yang bergerak dalam

produksi buah kelengkeng. Usaha produksi kelengkeng yang dilakukan oleh

Kebun Buah Agro Cepoko adalah pembudidayaan buah kelengkeng. Karena

memiliki skala usaha yang besar sehingga perlu dipertimbangkan risiko-risiko

yang akan terjadi dan bagaimana manajemen penanganan risiko tersebut.

Dilakukan identifikasi dan penanganan risiko agar dapat meminimalisir kerugian

yang disebabkan oleh risiko.


12

3.2. Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada 6 Januari 2020 sampai

dengan 8 Februari 2020 di Kebun Buah Agro Cepoko, Kecamatan Gunungpati,

Kota Semarang.

3.3. Metode Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan berpartisipasi aktif

dalam seluruh kegiatan budidaya kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko,

Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang mulai dari persiapan lahan hingga ke

pascapanen. Pengumpulan data yang dilakukan pada Praktik Kerja Lapangan

(PKL) yaitu meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu mengenai risiko apa saja yang terjadi pada saat kegiatan produksi

kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota

Semarang yang diperoleh melalui observasi dan hasil wawancara kepada ketua

kelompok tani untuk memperoleh data risiko terkait proses produksi dan

koordinator kebun untuk memperoleh data risiko terkait tenaga kerja. Data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan atau arsip perusahaan serta

literatur lain yang relevan

3.4. Pengolahan Data


13

Data yang diperoleh dari praktek kerja lapangan dan wawancara yang

masih berupa data mentah diolah sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Analisis data yang digunakan yaitu analisa deskriptif dan metode Koefisien

Varians (KV). Analisa deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk

menggambarkan keadaan yang terjadi di lapangan. Metode KV merupakan

metode penelitian perbandinagn antara standar deviasi dengan rata-rata yang

dinyatakan dengan (%). Metode KV berguna untuk mengetahui apakah

perusahaan mengalami fluktuasi atau tidak. Nilai KV dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Rata-rata (X̅) =

Standar deviasi (σ) =

σ
Koefisien varians (KV) = ...............................................(Suryatini et al., 2014)

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Kebun Buah Agro Cepoko

4.1.1 Profil Perusahaan

Kebun Buah Agro Cepoko merupakan kebun buah yang dimiliki oleh

Dinas Pertanian Kota Semarang dibawah naungan UPTD Kebun Kota Semarang.

Kebun Buah Agro Cepoko terletak di Jalan Cepoko Raya No. 9 Kelurahan

Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Kebun Buah Agro Cepoko

semula adalah kebun kelapa yang kurang produktif sehingga pada tahun 2012

dirubah menjadi kebun buah hortikultura dan pada tahun 2017 diresmikan oleh

Pemerintah Kota Semarang.

Kebun Buah Agro Cepoko didirikan di dataran dengan ketinggian 300

meter dan memliki luas area sebesar 2,7 hektar dengan beberapa sumberdaya

fisik. Sumberdaya fisik yang dimiliki adalah bangunan seperti kantor, 2 aula,

kamar mandi, mushola, gazebo, greenhouse, dan taman bermain serta lahan

dengan jumlah 14 petak. Selain itu sumberdaya fisik lainnya adalah peralatan

seperti sprayer, cangkul, sabit, gunting pangkas, brongsong, plastik, pisau,

gunting, dan mesin pemotong rumput.

Kebun Buah Agro Cepoko memiliki komoditas unggulan yaitu kelengkeng

itoh dan jambu kristal, dimana jumlah pohon yang ditanam mencapai 359 pohon

kelengkeng dan 97 pohon jambu kristal. Selain itu, Kebun Buah Agro Cepoko
15

juga memiliki pembibitan tanam buah lain yaitu srikaya grand anoa sebanyak 21

pohon, sirsat madu sebanyak 96 pohon, dan durian sebanyak 19 pohon.

Harga buah yang ditawarkan untuk kelengkeng sebesar Rp 30.000 per kg

dan jambu kristal sebesar Rp 15.000 per kg. Kebun Buah Agro Cepoko juga

menyediakan bibit tanaman seperti kelengkeng, jambu kristal, alpukat, dan sirsat

madu.

4.1.2. Struktur Organisasi Kebun Buah Agro Cepoko

Struktur organisasi dalam perusahaan merupakan susunan yang digunakan

untuk mengelompokkan sumberdaya manusia berdasarkan tugas yang telah

ditetapkan. Kebun Buah Agro Cepoko memiliki struktur organisasi seperi berikut:

Kepala UPTD Kebun


Kota Semarang

Koordinator Kebun
Kebun Buah Agro Cepoko

Divisi Pemasaran Divisi Pendamping Staf Malam


Petani

Ketua
Kelompok Tani

Petani

Ilustrasi 2. Struktur Organisasi Kebun Buah Agro Cepoko


16

Adapun penjelasan dari Ilustrasi 2 Struktur Organisasi Kebun Buah Agro

Cepoko adalah sebagai berikut:

1. Kepala UPTD Kebun Kota Semarang

Kepala UPTD Kebun berperan sebagai mengawasi, melakukan

pembinaan, dan memberikan saran serta pertimbangan kepada koordinator Kebun

Buah Agro Cepoko.

2. Koordinator Kebun Buah Agro Cepoko

Koordinator kebun berperan sebagai pengawas dan penanggungjawab

penuh terhadap semua aktivitas yang ada di Kebun Buah Agro Cepoko.

3. Divisi Pemasaran

Divisi pemasaran berperan sebagai perantara antara produsen dengan

konsumen yang bertugas untuk melayani konsumen yang hendak melakukan

transaksi.

4. Divisi Pendampingan Petani

Divisi pendampingan petani berperan sebagai penghubung antara

koordinator kebun dengan kelompok tani yang bertugas untuk mendampingi dan

membantu petani dalam bekerja. Selain itu biasanya juga bertugas sebagai

kebersihan kebun.

5. Staf Malam

Staf malam berperan sebagai penjaga pada saat malam hari yang bertugas

patroli keliling kebun untuk memastikan kebun dalam keadaan aman.


17

6. Ketua Kelompok Tani

Ketua kelompok tani berperan sebagai penanggungjawab dari seluruh

kegiatan kelompok tani dan bertugas sebagai pengawas dan pengambil kebijakan

dalam kelompok tani.

7. Petani

Petani berperan sebagai eksekutor kebun di lapangan dan berhubungan

dengan seluruh aktivitas di dalam kebun.

4.2. Proses Produksi Buah Kelengkeng

Persiapan Media Tanam

Pembuatan Lubang Tanam

Pemberian Pupuk Dasar

Persiapan Bibit Kelengkeng

Penanaman Bibit

Perawatan Tanaman

Pemanenan

Ilustrasi 3. Proses Produksi Buah Kelengkeng

Berdasarkan Ilustrasi 3 Proses Produksi Buah Kelengkeng dapat diketahui

bahwa untuk menghasilkan buah kelengkeng memerlukan beberapa tahapan.


18

Tahapan untuk memproduksi buah kelengkeng terdiri dari persiapan media tanam,

pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk dasar, persiapan bibit kelengkeng,

penanaman bibit, perawatan tanaman, dan pemanenan.

4.2.1 Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam merupakan tahap awal dalam proses produksi buah

kelengkeng. Persiapan media tanam sangat penting dilakukan karena berkaitan

dengan perakaran tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Mismawarni (2014)

yang menyatakan bahwa media tanam mempunyai hubungan erat dengan sistem

perakaran sehingga perlu dilakukan dengan baik. Dalam melakukan persiapan

media tanam harus diperhatikan karena kelengkeng memiliki syarat tanam. Syarat

tanam untuk kelengkeng adalah tanah dengan tekstur halus dengan pH 5,5 – 6,5.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanta (1990) yang menyatakan bahwa

kelengkeng dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang bertekstur halus dengan

pH antara 5,5 – 6,5. Selain itu kelengkeng juga dapat hidup di daerah yang

memiliki iklim basah dan berada ditempat yang terkena sinar matahari.

4.2.2. Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam adalah tahap kedua setelah persiapan media

tanam. Kelengkeng memerlukan lubang tanam dengan besar sekitar 50 cm x 50

cm x 50 cm dengan kedalaman 50 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosdianto

(2015) yang menyatakan bahwa kelengkeng ditanam pada lubang tanam


19

berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm dengan kedalaman tanam 40 cm – 50 cm.

Lubang tanam sebaiknya diberi jarak agar memudahkan proses perawatan dan

panen buah.

4.2.3. Pemberian Pupuk Dasar

Pupuk dasar pada kelengkeng menggunakan pupuk kandang dengan

tambahan pupuk SP-36, NPK, dam KCl. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulianto

et al. (2008) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk dasar untuk kelengkeng

dapat menggunakan pupuk organik yang dicampur SP-36, NPK, dan KCl. Pupuk

kandang sebelum digunakan sebagai pupuk dasar sebaiknya diurai terlebih dahulu

oleh mikroorganisme menggunakan EM4.

4.2.4. Persiapan Bibit Kelengkeng

Bibit kelengkeng diperoleh dari perbanyakan tanaman secara vegetatif

yaitu okulasi. Batang bawah untuk bibit kelengkeng diperoleh dari penyemaian

biji kelengkeng atau seedling yang berusia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rosyida (2017) yang menyatakan bahwa penyiapan batang bawah untuk

okulasi adalah bibit tanaman kelengkeng yang berasal dari penyemaian biji

kelengkeng yang sudah berumur 6 bulan. Batang atas atau entres diperoleh dari

pohon indukan kelengkeng yang memiliki kualitas baik. Keberhasilan okulasi

dipengaruhi oleh kecocokan antara batang atas atau entres dengan batang bawah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo et al. (2015) yang menyatakan bahwa
20

salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu kompabilitas

antara batang bawah dan entres (batang atas).

4.2.5. Penanaman Bibit

Kelengkeng yang berhasil okulasi dipindahkan dari polybag ke tanah.

Kelengkeng ditanam pada kedalaman sekitar 60 cm x 60 cm x 50 cm dengan jarak

tanam sekitar 8 m x 8 m. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosdianto (2015) yang

menyatakan bahwa kelengkeng ditanam pada jarak tanam 8 m x 8 m atau 8 m x

10 dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Lubang tanam diberi

media tanam pupuk kandang, sekam, dan tanah dengan perbandingan 1:1:1. Hal

ini sesuai dengan pendapat Anam et al. (2017) yang menyatakan bahwa media

tanam yang digunakan adalah perbandingan campuran 1:1:1 masing-masing untuk

tanah : pasir atau sekam : pupuk kandang.

4.2.6. Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman kelengkeng dilakukan setelah penanaman. Tanaman

kelengkeng dirawat dengan cara penyiraman pada pagi dan sore hari dan

pemupukan rutin. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryono et al. (2016) yang

menyatakan bahwa perawatan meliputi penyiraman rutin pada pukul 06.00 dan

16.00 waktu setempat dan pemupukan rutin seminggu sekali menggunakan pupuk

kandang dari kotoran kambing. Pemangkasan juga perlu dilakukan agar tanaman

kelengkeng cepat berbuah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanta (1990) yang
21

menyatakan bahwa tanaman kelengkeng yang buahnya sedikit harus selalu

dilakukan pemangkasan, sebab dengan dilakukan pemangkasan kelengkeng akan

cepat berbuah.

4.2.7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah kelengkeng melewati fase bunga dan

menjadi fase buah selama 180 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk

meminimalisir penguapan pada buah akibat sinar matahari. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tamura et al. (2015) yang menyatakan bahwa pemanenan buah

dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan

menghindari panas karena sengatan matahari. Buah dipanen dengan cara

memotong langsung ranting yang ada pada buah secara bersamaan. Buah dipanen

secara bersamaan, kecuali apabila ada buah yang tingkat kematangannya berbeda.

Buah kelengkeng yang matang memiliki ciri-ciri berwarna coklat dengan kulit

buah yang tipis dan sedikit kasar serta mengeluarkan aroma. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hartina (2018) yang menyatakan bahwa pada saat matang buah

kelengkeng memiliki warna coklat muda, kulit yang tipis dengan permukaan ada

yang kasar maupun halus, serta mengeluarkan aroma manis yang khas.

Produktivitas kelengkeng di Kebun Buah Agro Cepoko sebesar 55 kg per pohon.

Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Sugiharto (2017) yang menyatakan

bahwa pohon kelengkeng produktif di Indoneisa dapat menghasilkan 70 - 110 kg

buah kelengkeng per pohon.


22

4.3. Identifikasi Risiko Produksi pada Buah Kelengkeng

Adapun indikasi risiko proses produksi buah kelengkeng di Kebun Buah

Agro Cepoko yang terjadi seperti Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Indikator Risiko Produksi Buah Kelengkeng.

No Indikator Risiko
1 Kekurangan stok bibit kelengkeng
2 Kualitas bibit kurang baik
3 Kekurangan sarana pendukung/media tanam (pupuk, pestisida, dll)
4 Kerusakan pada peralatan berkebun
5 Kekeringan pada lahan
6 Persiapan lahan yang kurang baik
7 Cuaca yang tidak menentu
8 Terjadi bencana alam
9 Terjadi serangan hama pada tanaman
10 Terjadi wabah penyakit pada tanaman
11 Gagal panen
12 Tanaman mati
13 Kualitas buah kelengkeng yang dihasilkan kurang baik
14 Kuantitas buah kelengkeng yang dihasilkan tidak sesuai target
15 Kekurangan tenaga kerja
16 Kualitas tenaga kerja yang kurang baik
17 Kesiapan tenaga kerja yang kurang baik (sakit, cuti, dll)
18 Kelalaian tenaga kerja dalam bekerja
19 Kecelakaan kerja

Berdasarkan Tabel 1 secara garis besar, indikator risiko pada buah

kelengkeng disebabkan oleh dua hal yaitu risiko sumberdaya fisik dan manusia

serta proses risiko produksi buah kelengkeng. Risiko sumberdaya fisik dan

manusia terdiri dari kekurangan sarana pendukung, kerusakan alat, kekurangan

tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, kesiapan tenaga kerja, kelalaian tenaga kerja,

serta kecelakaan kerja. Kurangnya sarana pendukung seperti pupuk dan media

tanam dapat membuat pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hal ini sesuai
23

dengan pendapat Khotimah et al. (2018) yang menyatakan bahwa kekurangan

dosis pupuk menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang bagus. Kerusakan alat

juga selaras akibatnya dengan kekurangan sarana pendukung. Kerusakan alat

membuat pekerjaan dalam berkebun terhambat sehingga dapat berpengaruh

terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan pada produksi. Kuantitas dan

kualitas tenaga kerja berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas produksi

kelengkeng. Apabila perusahaan memiliki kuantitas dan kualitas tenaga kerja

yang kurang maka berpengaruh kepada hasil produksi perusahaan tersebut. Hal ini

sesuai dengan pendapat Adianto dan Fedryansyah (2018) yang menyatakan bahwa

kekurangan kualitas dan kuantitas tenaga kerja akan berpengaruh terhadap daya

saing produk dan jasa karena rendahnya kualitas dan kuantitas hasil produksi.

Risiko proses produksi buah kelengkeng terdiri dari kekurangan stok bibit,

kualitas bibit, kekeringan lahan, perisapan lahan, cuaca, bencana alam, wabah

penyakit, serangan hama, gagal panen, dan tanaman mati. Risiko produksi

tersebut terjadi karena kegiatan produksi buah kelengkeng sangat bergantung

kepada alam. Hal ini sesuai dengan pendapat Apriyani dan Unteawati (2019) yang

menyatakan bahwa risiko dalam produksi pertanian diakibatkan oleh adanya

ketergantungan aktivitas pertanian pada alam. Pengaruh buruk alam dapat

mempengaruhi total hasil panen buah kelengkeng.

4.3.1. Penilaian Risiko pada Buah Kelengkeng


24

Penilaian risiko produksi pada produksi buah kelengkeng di Kebun Buah

Agro Cepoko dinilai berdasarkan jumlah produksi buah kelengkeng pada tahun

2019. Jumlah produksi tersebut kemudian dihitung menggunakan Koevisien

Varians. Adapun hasil Koefisien Varians dari jumlah produksi buah kelengkeng

pada tahun 2019 seperti Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Koefisien Varians Produksi Buah Kelengkeng Tahun 2019.

Bulan Jumlah Produksi per Bulan (kg)


Januari 116
Februari 58
Maret 60
April 103
Mei 117
Juni 35
Juli 34
Agustus 0
September 0
Oktober 43
November 45
Desember 50
Total 661
Rata-rata 55,08
Standar deviasi 39,38
Koefisien varians 0,71 (71%)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil koefisien varians

produksi buah kelengkeng periode tahun 2019 di Kebun Buah Agro Cepoko

sebesar 71%. Nilai koefisien varians tersebut tergolong kedalam tingkat tinggi

karena berada pada nilai 61-80%. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman et al.

(2019) yang menyatakan bahwa nilai KV berkisar 0 sampai dengan 100%, dengan

lima tingkatan risiko produksi yang terdiri dari sangat rendah berkisar 0-20%,

rendah berkisar 21-40%, sedang berkisar 41-60%, tinggi berkisar 61-80%, dan

sangat tinggi berkisar 81-100%. Nilai koefisien varians menunjukkan bahwa data
25

produksi buah kelengkeng per bulan heterogen sehingga besar kemungkinan

terjadi fluktuasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizqiyah et al. (2013) yang

menyatakan bahwa semakin besar koefisienvariasinya maka data semakin

heterogen.

4.3.2. Pengendalian Risiko Produksi Buah Kelengkeng

Berdasarkan Tabel 2 diketahui Kebun Buah Agro Cepoko memiliki

tingkat risiko yang cukup tinggi apabila dilihat dari hasil perhitungan Koevisien

Varians. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan manajemen risiko.

Manajemen risiko merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko,

serta membentuk strategi untuk mencegah terjadinya risiko. Manajemen risiko

bertujuan untuk perusahaan mengelola risikonya untuk mencapai tujuan

perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Taures (2009) yang menyatakan

bahwa manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau

menangkap kesempatan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Manajemen risiko yang dapat diterapkan untuk Kebun Buah Agro Cepoko

mencakup 4 aspek yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.

Planning yang dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko adalah planning secara

individu sesuai lahan masing-masing petani sehingga setiap petani memiliki

planning yang berbeda. Planning yang berbeda disebabkan oleh tidak adanya

Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga dapat membuat hasil produksi yang

tidak stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijaya (2016) yang menyatakan

bahwa tidak adanya SOP membuat proses produksi tidak dapat menghasilkan
26

produk yang sesuai standar dan menghasilkan produk yang tidak stabil. Planning

yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko adalah pembuatan SOP untuk

produksi buah kelengkeng. Pembuatan SOP ditujukan nantinya SOP produksi

tersebut digunakan sebagai acuan dalam menjalankan proses produksi buah

kelengkeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Analianasari et al. (2019) yang

menyatakan bahwa SOP terutama untuk kegiatan proses produksi akan menjadi

acuan bagi industri pangan dalam proses pengolahannya.

Kebun Buah Agro Cepoko menggunakan sistem satu petak lahan untuk

satu petani. Sistem tersebut membuat petani hanya terfokus pada lahan masing-

masing sehingga pengambilan keputusan yang secara individu membuat risiko

produksi ditanggung secara individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunus

(2009) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan dapat

membuat seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh produsen.

Organizing yang dapat dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko dalam

mengangani masalah tersebut adalah pengorganisasian petani. Pengorganisasian

petani dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok yang berbeda dengan

pembagian kerja yang disesuaikan setiap harinya untuk melakukan proses

produksi. Pengelompokan ini bertujuan agar mempermudah pengelola kebun

dalam menentukan orang yang dibutuhkan dengan membagi tugas besar menjadi

beberapa tugas kecil dan dapat meringankan beban petani satu sama lain. Hal ini

sesuai dengan pendapat Apriliana (2018) yang menyatakan bahwa

pengorganisasian mempermudah manajemen dalam melakukan pengawasan dan


27

menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah

dibagi-bagi tersebut.

Actuating yang dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko adalah

pelaksanaan proses produksi secara individu oleh petani karena sistem lahan yang

telah disebutkan diatas. Pelaksanaan tersebut membuat produk yang dihasilkan

tidak maksimal. Actuating yang perlu dilakukan adalah pelaksanaan SOP produksi

yang telah dibuat dan disepakati dengan kelompok regu yang sudah dirancang

sebelumnya. Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan pelatihan dan

pengarahan tentang SOP produksi tersebut. Pelatihan dan pengarahan yang baik

dapat membuat petani termotivasi sehingga dapat memaksimalkan kinerjanya. Hal

ini sesuai dengan pendapat Putri (2018) yang menyatakan bahwa pelaksanaan

merupakan proses memotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung

jawabnya dengan penuhkesadaran dan produktifitas yang tinggi.

Controlling yang dilakukan oleh Kebun Buah Agro Cepoko adalah kontrol

produksi oleh petani secara individu. Cara tersebut kurang efektif karena

kurangnya ketelititan sehingga memungkinkan adanya kesalahan dapat terlewat.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurpratiwiningsih et al. (2015) yang

menyatakan bahwa keberhasilan produksi dapat dilihat dari tingkat kesalahan

yang terjadi maka para petugas harus teliti dalam melaksanakan pekerjaan setiap

hari. Controlling yang dapat dilakukan Kebun Buah Agro Cepoko dalam

menangani masalah tersebut adalah menentukan penanggung jawab setiap

kelompok. Penanggung jawab berperan sebagai pengawas dalam kelompok

tersebut ketika melaksanakan proses produksi. Pengawasan dilakukan untuk


28

memastikan semua kegiatan sesuai dengan pelatihan yang telah diberikan

sehingga apabila terjadi kesalahan dapat dikoreksi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Negoro (2008) yang menyatakan bahwa pengawasan dilakukan untuk

mengadakan penilaian dan koreksi sehingga apa yang dilakukan dapat diarahkan

ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.

Penanggung jawab juga berperan sebagai perantara antara koordinator kebun

dengan kelompok petani yang bertugas.

Untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari risiko produksi buah

kelengkeng diperlukan beberapa strategi tambahan. Strategi yang dapat digunakan

yaitu risk-reducing input, risk-reducing technologies, system flexibility, dan

production diversification. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahan (2008) yang

menyatakan bahwa dalam mengurangi dan menghindari dari dampak risiko yang

diketahui dapat merugikan usaha terdapat beberapa strategi, antara lain risk-

reducing input, risk-reducing technologies, system flexibility, dan production

diversification.

Kebun Buah Agro Cepoko menggunakan bibit kelengkeng hasil

perbanyakan secara mandiri. Perbanyakan secara mandiri dapat mengakibatkan

human error yang berakibat bibit yang dihasilkan tidak sesuai atau cacat. Hal ini

sesuai dengan pendapat Masitoh et al. (2014) yang menyatakan bahwa manusia

berpotensi untuk melakukan kesalahan kerja (human error) karena manusia

memiliki keterbatasan yang dapat menyebabkan produk tidak memenuhi

spesifikasi atau dengan kata lain produk cacat. Risk-reducing input yang dapat

diterapkan dalam proses produksi buah kelengkeng adalah penggunaan bibit


29

kelengkeng berkualitas pada saat awal mulai penanaman. Penggunaan bibit

kelengkeng berkualitas dapat membuat petani memperoleh keuntungan lebih

karena bibit kelengkeng berkualitas dapat menghasilkan buah kelengkeng yang

berkualitas pula serta dapat dijadikan indukan yang baik untuk perbanyakan bibit.

Penggunaan bibit kelengkeng dapat meningkatkan peluang jumlah dan kualitas

buah kelengkeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahan (2008) yang menyatakan

bahwa risk-reducing input merupakan straregi manajemen risiko produksi yang

meningkatkan peluang jumlah dan kualitas dari produk pertanian yang lebih baik.

Kebun Buah Agro Cepoko dalam melakukan proses produksi masih

menggunakan alat konvensional. Contoh penggunaan alat konvensional yaitu

penggunaan perangkap hama sederhana. Penggunaan perangkap tersebut kurang

efisien sehingga serangan hama masih sering terjadi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kardinan (2003) yang mengatakan bahwa cara pengendalian hama

secara konvensional kurang efisien apabila diterapkan di kebun yang luas. Risk-

reducing technologies yang dapat digunakan dalam proses produksi buah

kelengkeng adalah penggunaan teknologi yang dapat mengurangi risiko dan

meningkatkan hasil produksi. Teknologi yang dimaksud adalah penggunaan

biopestisida, yaitu pestisida yang terbuat dari bahan hayati dan tidak memiliki zat

berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Sebelum menggunakan biopestisida,

diperlukan pembekalan dari para ahli untuk melakukan edukasi kepada petani

sehingga petani dapat belajar menerapkan metode tersebut. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kahan (2008) yang menyatakan bahwa risk-reducing technologies


30

merupakan strategi manajemen risiko produksi yang dilaksanakan dengan cara

belajar dan menerapkan teknologi terbaru

Kebun Buah Agro Cepoko selama produksi buah kelengkeng sering

mengalami kekurangan stok buah kelengkeng siap jual. Kekurangan tersebut

dikarenakan hanya mengandalkan stok yang ada. System flexibility yang dapat

dilakukan dalam proses produksi buah kelengkeng adalah pemahaman kondisi

pasar. Pemahaman kondisi pasar yang dapat dilakukan yaitu memahami jumlah

permintaan buah kelengkeng dan ketersediaan buah kelengkeng. Pemahaman

kondisi pasar dapat membuat sistem pertanian yang fleksibel sehingga petani

dapat merubah konsep proses produksi sewaktu-waktu. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kahan (2008) yang menyatakan bahwa sistem pertanian yang fleksibel

memungkinkan petani dapat membuat perubahan dalam produksi dan penjualan

dengan cepat dalam jangka pendek.

Production diversification yang dapat dilakukan dalam proses produksi

buah kelengkeng adalah menambah penanaman tanaman buah lain. Strategi ini

telah diterapkan oleh Kebun Buah Agro Cepoko namun kurang maksimal karena

masih terfokus terhadap produksi buah kelengkeng. Penanaman tanaman buah ini

dapat digunakan agar proses produksi tidak hanya berfokus kepada produksi buah

kelengkeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kahan (2008) yang menyatakan

bahwa production diversification dilakukan dengan mengelola beberapa usaha

dalam waktu yang sama untuk meningkatkan keuntungan yang akan didapat.
31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan di Kebun Buah Agro Cepoko dapat

disimpulkan bahwa hasil perhitungan Koefisien Varians berdasarkan jumlah

produksi buah kelengkeng pada tahun 2019 sebesar 71% yang mana nilai tersebut

tergolong tinggi. Dalam mengatasi risiko produksi buah kelengkeng, manajemen

risiko dilakukan dengan memperhatikan 4 komponen, antara lain planning,

organizing, actuating, dan controling. Dalam pencegahan risiko produksi

dilakukan dengan strategi risk-reducing input, risk-reducing technologies, system

flexibility, dan production diversification.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk Kebun Buah Agro Cepoko adalah untuk

mengatasi risiko sumberdaya fisik dan manusia dapat dilakukan dengan

pembuatan SOP produksi agar semua proses produksi berjalan dengan satu

pedoman sehingga dapat meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan kerja atau

kerusakan peralatan. Untuk mengatasi risiko proses produksi dapat menggunakan

penggunaan bibit berkualitas agar nantinya tidak mengalami kerugian di akhir dan

penggunaan biopestisida yang ramah lingkungan sehingga hama dapat diatasi

tanpa merusak lingkungan.


32

DAFTAR PUSTAKA

Adianto, J., dan M. Fedryansyah. 2018. Peningkatan kualitas tenaga kerja dalam
menghadapi Asean Economy Community. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial. 1
(2): 77 – 86.

Aini, H., M. Syamsun dan A. Setiawan. 2014. Risiko rantai pasok kakao di
Indonesia dengan metode analytic network process dan failure mode effect
analysis terintegrasi. J. Manajemen & Agribisnis. 11 (3): 209 – 219.

Anam, C., A. Amiroh, dan M. I. Aminuddin. 2017. Pemberdayaan Masyarakat


dalam Peningkatan Produktivitas Lahan Pekarangan Melalui Sistem
Pertanian Terpadu Berbasis Kearifan Lokal. Seminar Nasional Sistem
Informasi (SENASIF). 1 (1): 795 – 808.

Apriliana, D. 2018. Fungsi Pengorganisasian dalam Meningkatkan Kualitas


Kinerja Pengurus di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Sumber
Jaya Lampung Barat. Skripsi. Universitas Raden Intan, Lampung.

Apriyani, M., dan B. Unteawati. 2019. Perilaku petani dalam menghadapi risiko
usahatani jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah ESAI. 4 (2):
42 – 48.

Arumsari, N. R. 2017. Penerapan planning, organizing, actuating, dan controlling


di UPDT Dikpora Kecamatan Jepara. J. Ekonomi dan Bisnis Kontemporer.
3 (2): 1 – 7.

Budiman, K., K. Kartono, dan N. R. Timisela. 2019. Risiko usahatani kakao di


Kabupaten Kolaka. Jurnal Budidaya Pertanian. 15 (2): 119 – 126.

Daryono, B. S., A. Rabbani, dan P. Purnomo. 2016. Aplikasi teknologi budidaya


kelengkeng super sleman di Padukuhan Gejayan. Bioedukasi. Jurnal
Pendidikan Biologi. 9 (1): 57 – 61.

Firdayanti, R. 2012. Persepsi risiko melakukan e-Commerce dengan kepercayaan


konsumen dalam membeli produk fashion online. Journal of Social and
Industrial Psychology. 1 (1): 1 – 7.

Habib, M. 2011. Strategi Pengembangan Pembibitan Kelengkeng Pingpong Pada


“Telaga Nursery” Melalui Pendekatan Analisis Hierarki Proses (AHP) Di
Kabupaten Klaten. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hartina, S. 2018. Uji Aktifitas Antidioksi dan Ekstrak Etanol Daun Kelengkeng
(Europhia Longan (L) Steud) Dengan Metode DPPH (1.1-Diphnyel-2-
Picryhydrazil). Skripsi. STIK Siti Khadijah, Palembang.
33

Heriani, N., W. A. Zakaria, dan A. Soelaiman. 2013. Analisis keuntungan dan


risiko usahatani tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. J.
Ilmu-Ilmu Agribisnis. 1 (2): 169 – 173.

Jamilah, J. 2018. Pertumbuhan Stek Kelengkeng (Nephelium Longan L.) pada


Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh.
Skripsi. Univesitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta.

Kahan, D. 2008. Managing Risk in Farming. FAO, Rome, Italy.

Kardinan, I. A. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. AgroMedia. Yogyakarta.

Khotimah, A. K., N. Hidayat, dan M. C. Mahfud. 2018. Optimasi komposisi


pupuk tanaman jagung menggunakan algoritme genetika. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 2 (8): 2534 –
2541.

Labombang, M. 2011. Manajemen risiko dalam proyek konstruksi. J. SMARTek.


9 (1): 39 – 46.

Lamusa, A. 2010. Risiko usahatani padi sawah rumah tangga di daerah Impenso
Provinsi Sulawesi Tengah. Agroland. 17 (3): 226 – 232.

Manalu, D. T. 2019. Analisis Manajemen Risiko pada Rantai Pasok Kopi Non-
Ekspor. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mariana, B. D. dan A. Sugiyatno. 2015. Keragaman morfologi dan genetik


lengkeng di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Informatika Pertanian. 22 (2): 95
– 102.

Masitoh, S., Y. H. Yadi, dan A. S. Mariawati. 2014. Analisa tingkat keandalan


operator inside welding dengan metode human error assessment and
reduction technique. Jurnal Teknik Industri Untirta. 2 (2).

McDermott, R. E., R. J. Mikulak dan M. R. Beauregard. 2009. The Basics of


FMEA 2nd Edition. New York. CRC Press.

Mismawarni, D. 2013. Pengaruh Media Tanam dan Kedalaman Tanam Terhadap


Viabilitas Benih Lengkeng (Nephelium Longan L.). Skripsi. Universitas
Teuku Umar, Meulaboh.

Munthe, R. R., P. Marbun dan P. Marpaung. 2017. Evaluasi kesesuaian lahan


untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) dan kelengkeng
(Euphoria longan Lamk.) di Kecamatan Na Ix-X Kabupaten Labuhanbatu
Utara. J. Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. 5 (1): 144 – 151.
34

Negoro, N. B. 2012. Analisis Manajemen Risiko pada Pelaksanaan Ibadah Haji


tahun 2008 KBIHI Istiqlal Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Pratiwi, S. K. 2018. Pengaruh Pemupukan Dan Pemangkasan Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Lengkeng (Dimocarpus Longan Lour). Skripsi.
Universitas Sriwijaya, Palembang.

Puspitasari, I., A. N. M. Al-Baarri, Y. B. Pramono dan M. Masykuri. 2013.


Pengaruh tingkat penambahan ekstrak buah kelengkeng terhadap ph,
viskositas, citarasa, dan kesukaan yoghurt kelengkeng. J. Aplikasi
Teknologi Pangan. 3 (4): 154 – 167.

Putri, S. 2018. Manajemen Risiko Badan Usaha Milik Kampung (Bumka) Dayun
Mandiri dalam Menyalurkan Modal Kepada Masyarakat di Kampung
Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Ditinjau menurut Ekonomi
Syariah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.

Rizqiyah, F., R. Wirosoedarmo, dan B. R. Widiatmono. 2013. Dampak pengaruh


perubahan iklim global terhadap produksi tanaman kedelai (Glicine max L
merril) di Kabupaten Malang. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem 1 (2).

Rosdianto, A. 2015. Peran Kelompok Tani Dan Prospek Pengembangan


Agribisnis Komoditas Kelengkeng Di Desa Gunungsari Kecamatan
Umbulsari. Skripsi. Universitas Jember, Jember.

Rosyida, N. L. 2017. Pengaruh Letak Entres Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan


Bibit Okulasi Tanaman Kelengkeng (Dimocarpus longan). Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik.

Soedjana, T. D. 2007. Sistem usaha tani terintegrasi tanaman-ternak sebagai


respons petani terhadap faktor risiko. J. Litbang Pertanian. 26 (2): 82 – 87.

Sunanta, I. H. 1990. Budidaya Lengkeng: dan Aspek Ekonominya. Yogyakarta.


Kanisius.

Sunarjono, H. 2007. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah, Penerbit Swadaya.


Jakarta.

Susilo, J. 2013. Sukses Bertanam Kelengkeng Varietas Unggul. Pustaka Baru


Press. Yogyakarta.
35

Tamura, M. D., L. Setyobudi, dan Y. B. Heddy. 2015. Variasi jenis dan kultivar
kelengkeng (Nephellium longan L.) Unggulan di kecamatan Poncokusumo
kabupaten Malang. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (7): 535 – 541.

Taures, N. S. I. 2011. Analisis Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dengan


Pengungkapan Risiko (Studi empiris pada laporan tahunan perusahaan-
perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009) Skripsi.
Universitas Diponegoro, Semarang.

Widodo, W., S. Z. Arifin, & M. R. Asmur. 2015. Keberhasilan okulasi tiga


kultivar kelengkeng pada ruas batang yang berlainan. Seminar Nasional
Universitas PGRI Yogyakarta. 338 – 343.

Wijaya, W. 2016. Penyusunan standard operational procedure produksi pada


bisnis bakso pepo. PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis. 1
(1): 69 – 76.

Yulianto. J. Susilo, dan D. Juanda. 2008. Keefektifan teknik perangsangan


pembungaan pada kelengkeng. Jurnal Hortikultura. 18 (2): 148 – 154.

Yunus, R. 2009. Analisis efisiensi produksi usaha peternakan ayam ras pedaging
pola kemitraan dan mandiri di kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis.
Universitas Diponegoro, Semarang.
36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi PKL di Kebun Buah Agro Cepoko


37

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (Lanjutan)


38
39

Lampiran 3. Perhitungan Koefisien Varians (KV)

Tahu Bulan Jumlah Produksi per Bulan


n
2019 Januari 116
2019 Februari 58
2019 Maret 60
2019 April 103
2019 Mei 117
2019 Juni 35
2019 Juli 34
2019 Agustus 0
2019 September 0
2019 Oktober 43
2019 November 45
2019 Desember 50
Total 661
Rata-rata 55,08
Standar deviasi 39,38
Koefisien varians 0,71 (71%)

Rata-rata (X̅) =

1
= (661) = 55,08
12

Standar deviasi (σ) =

1551,174
=
√ 12
= 39,38

σ 39,38
Koefisien varians (KV) = = = 0,71 = 71%
X̅ 55,08
40

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan PKL


41

\
42

Lampiran 5. Dokumentasi

Pemberian Pupuk Pembungkusan Buah

Pemasangan Penyangga Tanaman Pemasangan Perangkap Hama

Perbanyakan Bibit Tanaman Pembungkusan Buah sebelum


Dipasarkan
43

Pemangkasan Pohon Pendampingan Kunjungan Wisata

Wawancara kepada Narasumber Foto Bersama Staff Kebun Buah Agro


Cepoko

Anda mungkin juga menyukai