Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN AGRIBISNIS

“ Usaha Agribisnis Di Bidang Kehutanan dan Perikanan “

Oleh
Nama : Dian Safitri
NIM : D31170798
Gol :B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
BAB 2. USAHA AGRIBISNIS ............................................................................. 5
2.1 Usaha Agribisnis di Bidang Kehutanan ........................................................ 5
2.2 Usaha Agribisnis di Bidang Perikanan ........................................................ 10
BAB 3. USAHA AGRIBISNIS BIDANG KEHUTANAN ............................... 13
3.1 Agribisnis Bidang Kehutanan ..................................................................... 13
3.2 Pengertian Bambu ....................................................................................... 14
3.3 Peranana Bambu dalam beberapa Bidang ................................................... 15
3.4 Jenis-Jenis Bambu ....................................................................................... 17
3.5 Bisnis Menumbuhkan Bambu ..................................................................... 19
3.6 Peranan Bambu Terhadap Pemanasan Global ............................................. 19
3.7 Prospek Usaha Bambu................................................................................. 21
BAB 4. PENUTUP............................................................................................... 23
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................23
4.2 Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, kegiatan agribisnis sudah dilakukan sejak zaman dahulu,
namun demikian popularitas agribisnis baru muncul sejak tahun 1990-an. Hal ini
tidak perlu diperdebatkan, yang terpenting bagaimana semua pihak
mempersepsikan sama terhadap agribisnis, yaitu mulai dari kegiatan praproduksi,
produksi, pengolahan/industri, pemasaran, hingga kegiatan konsumsi dan jasa
pendukung semua rangkaian agribisnis.
Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer, berbagai macam
pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal
katanya, "agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture =
pertanian) dan "bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis
adalah kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat
diartikan sebagai jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecimpung dalam
industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan
produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi
komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg,
1957 dalam Soemarno, 1996).
Masih dalam Soemarno (1996), menurut Snodgrass dan Wallace (1974),
kegiatan agribisnis tersebut merupakan kegiatan pertanian yang kompleks sebagai
akibat dari pertanian yang semakin modern. Pertanian meliputi perkebunan,
pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis dapat
memfokuskan kegiatannya pada satu segmen dari keseluruhan industri atau
keseluruhan kegiatan secara terintegrasi. Agribisnis dapat berupa perusahaan
besar seperti perkebunan besar, pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik minyak,
pabrik susu, perusahaan perikanan, dan lainnya. Selain itu juga dapat berupa
perusahaan kecil, seperti perkebunan rakyat, nelayan, petani, pedagang (bakul),
peternak, dan lainnya. Berikutnya, menurut Balbin dan Clemente (1986).
Agribisnis adalah bisnis yang berbasis pertanian dalam pengertian
agrokompleks, meliputi bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
3
Untuk menunjang kegiatan utama di pertanian, beberapa kegiatan lain turut
mendukung sukses bisnis pertanian, yaitu berbagai usaha jasa terkait pertanian,
usaha penyedia sarana penunjang, maupun penyediaan prasarana pendukung
kegiatan pertanian oleh pemerintah, kegiatan penelitian dan pengembangan,
berbagai kelembagaan yang secara langsung maupun tidak langsung namun
mendukung kegiatan pertanian, serta usaha pembiayaan atau keuangan.
Saat ini usaha di bidang agribisnis memang banyak digemari dan
diusahakan mengingat bahwa usaha di bidang agribisnis tergolong ke dalam usaha
yang menjanjikan. Beberapa sektor agribisnis yang layak untuk diusahakan
diantaranya yaitu usaha di bidang kehutanan dan perikanan. Usaha di bidang
kehutanan dan perikanan merupakan salah satu usaha yang saat ini banyak
digemari dan sangat potensial untuk dikembangkan dan diusahakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa
rumusan masalah antara lain :
1. Tanaman apa saja yang termasuk dalam usaha di bidang agribisnis kehutanan?
2. Komoditas ikan apa saja yang termasuk dalam usaha di bidang agribisnis
perikanan?
3. Bagaimana pengembangan bisnis bambu?
4. Bagaimana potensi dan penyebaran serta pemanfaatan bambu?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka terdapat tujuan
antara lain :
1. Dapat mengetahui tanaman yang termasuk dalam usaha di bidang agribisnis
kehutanan.
2. Dapat mengetahui komoditas ikan yang termasuk dalam usaha di bidang
agribisnis perikanan.
3. Dapat mengetahui pengembangan bisnis bambu
4. Dapat mengetahui potensi dan penyebaran serta pemanfaatan bambu

4
BAB 2. USAHA AGRIBISNIS BIDANG KEHUTANAN DAN PERIKANAN

2.1 Usaha Agribisnis di Bidang Kehutanan


Usaha agribisnis dibidang kehutanan terdiri dari usaha kayu dan non kayu.
Contoh usaha dibidang agribisnis kehutanan antara lain:
1. Budidaya pohon bambu
Merupakan tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh tertinggi di dunia.
Pertumbuhan rebung menjadi bambu muda dapat berlangsung sangat cepat. Di
daerah temperate (daerah dengan 4 musim), bambu mengalami masa ”tidur”
(dormasi) di musim dingin, tanaman tampak seperti mati. Namun saat suhu mulai
menghangat dan dalam kondisi lingkungan yang mendukung, tanaman bambu
mampu tumbuh hingga setinggi 200 cm dalam waktu 24 jam.
Dapat tumbuh pada hampir semua kondisi lingkungan, mulai dari tanah
subur hingga gersang, daerah kering maupun banyak hujan, dengan ataupun tanpa
pupuk dan pestisida, dan pada wilayah tropis maupun subtropis. Kemampuan
beradaptasi yang tinggi, menjadi pertimbangan pemerintah Jepang untuk memilih
bambu sebagai tanaman yang ditanam pertama kali dalam program konservasi
alam pasca peristiwa pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun
1945.

2. Budidaya sutera alam


Pengembangan persuteraan alam yang merupakan kegiatan agroindustri yang
meliputi pembibitan ulat sutera, budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat
sutera, pemintalan benang, pertenunan, pembatikan/pencelupan, garmen dan
pembuatan barang jadi lain termasuk pemasarannya. Sebagai contoh studi kasus
pengembangan ulat sutera si Cianjur. Dalam penyediaan ulat sutera, setiap petani
menerima ulat kecil instar 3 dari perusahaan intinya untuk memelihara ulat
tersebut atau kelompok tani yang telah mampu memelihara ulat kecil. Bibit telur
yang diproduksi adalah jenis Bivoltin, dengan sumber bibit telur ulat berasal dari
Perum Perhutani. Namun, sampat saat ini, sertifikasi telur belum dapat dilakukan.

5
3. Budidaya tanaman sengon
Sengon yang mempunyai nama latin Falcataria Moluccana merupakan
salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman
industri maupun hutan rakyat. Tanaman jenis ini merupakan tanaman yang cepat
tumbuh dan paling banyak dibudidayakan dengan pola agroforesty oleh
masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Tanaman ini mempunyai mempunyai
masa masa tebang relatif pendek yaitu 5-7 tahun, pengelolaannya relatif mudah,
persyaratan tempat tumbuh tidak rumit, kayunya serbaguna dan dapat
memberikan kegunaan serta keuntungan yang relatif tinggi. budidaya tanaman
sengon meliputi perbenihan, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan
(penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemupukan, pemangkasan, penjarangan),
pengendalian hama dan penyakit dan pertumbuhan. Kayu sengon dapat
dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan peti, papan penyekat, bahan baku
pulp dan kertas, pengecoran konstruksi, industri korek api, papan partikel, bahan
baku konstruksi ringan, kerajinan tangan. Daunnya dapat digunakan sebagai
pakan ternak serta limbah gergaji kayu sengon dapat dipergunakan sebagai media
tanam jamur tiram.
4. Budidaya tanaman jati
Tanaman jati merupakan sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi dan
memiliki nilai ekonomis tinggi. Pohon jati mempunyai kekuatan dan keawetan
yang baik dan tidak mudah berubah bentuk atau lapuk akibat perubahan cuaca.
Bagi pembudidaya, usaha agribisnis kayu jati menjadikan peluang yang tinggi
karena memiliki banyak keunggulan daripada kayu yang lainnya, terlebih saat ini
kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar. Kayu jati dapat
digunakan sebagai bahan baku furniture dan meubel, infrastruktur bangunan,
dalam industri kayu jati diolah menjadi venir serta dijadikan keping-keping parket
penutup lantai, dan lain-lain. Budidaya kayu jati meliputi persipan lahan,
penanaman (penanaman dengan cara membuat lubang 40 cm x 40 cm x 40 cm
dengan jak ideal 3 m x 3 m), perawatan dan panen. Tanaman ini dapat tumbuh
pada topografi yang relatif datar (hutan dataran rendah) atau memiliki kemiringan
lereng <20 %.

6
5. Budidaya pohon cendana
Cendana atau cendana wangi merupakan sejenis pohon penghasil kayu.
Kayu cendana memang tergolong langka sehingga harganya cukup tinggi. kayu
cendana dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi, campuran parfum, kosmetik,
obat-obatan, rempah-rempah dan lain-lain. permintaan di pasar akan kayu cendana
sangat tinggi, berbagai industri memang membutuhkan pasokan cendana yang
besar namun stok yang tersedia terbilang rendah. Hal ini menjadikan peluang
budidaya bagi masyarakat.
6. Budidaya pohon damar
Damar atau bahasa latinnya Agathis Dammara merupakan salah satu
tanaman yang dikenal sebagai tanaman khas Indonesia dan telah dibudidayakan
hingga ke Filiphina. Tanaman ini dibudidaya untuk diambil getahnya. Getah
pohon damar dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna dalam dunia industri,
sebagai bahan baku pembuatan cat, bahan baku pembuatan tinta seperti tinta
spidol atau bolpoin, bahan baku kosmestik, bahan membuat korek api, bahan
pembuatan plastik, bahan pembuatan lilin, dan lain-lain. Budidaya pohon damar
meliputi pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.
7. Budidaya rotan
Rotan merupakan hasil hutan non kayu yang mempunya nilai ekonomis
yang sangat tinggi dan hampir digunakan hampir disemua segi kehidupan
manusia, tetapi secar umum rotan ini digunakan sebagai meubel. Rotan
merupakan sumber devisa bagi negara yang besar, karena Indonesia merupakan
satu-satunya negara penghasil rotan terbesar di dunia. Rotan mencapa masa
tebang antara 7 sampai 10 tahun. Budidaya rotan meliputi persiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemungutan hasil. Rotan dapat hidup
dalam berbagai kondisi tanah, terutama tanah-tanah yang lokasinya berada
dipinggiran sungai, dengan permukaan air tanah relatif dangkal. Rotan tumbuhnya
merambat oleh karena itu diperlukan pohon sebagai panjatannya. Pohon yang
akan menjadi panjatannya harus mempunyai habitat yang sama dengan rotan.
Disamping itu, pohon juga harus memiliki percabangan yang rendah,
pertumbuhan yang cepat dan mudah diperbanyak. Pada proses pembibitan, bibit

7
rotan yang dipergunakan dari anakan yang diambil dari alam yang dipilih dan
tingginya sudah mencapai 20-30 cm. Pada proses penanaman dilakukan pada awal
musim penghujan dan pada proses pemeliharaan, penyiangan tanaman dilakukan
3 sampai 4 kali dalam setahun yaitu pada periode tanaman hingga menghadapi
masa kritis sampai berumur 3 tahun. Pada proses pemungutan hasil, cara yang
baik yaitu dengan tebang pilih (selectif cutting) atau hanya menebang batang rotan
pada umur yang sudah tua. Tanda-tanda batang yang sudah tua atau sudah siap
tebang yaitu apabila upil atau pelepah daunnya sudah kering dan mengelupas dari
batangnya. Bagi rotan yang tidak berupih, batang yang sudah tua ditandai dengan
warnanya yang menguning.
8. Budidaya tanaman nilam
Nilam merupakan salah satu tanaman semak tropis yang dapat
menghasilkan minyak nilam dari pengolahan daunnya. Minyak nilam dalam
perdagangan internasional dikenal dengan minyak pathcouli karena minyak ini
berasal dari sulingan daun. Minyak nilam sering digunakan sebagai pembuatan
wangi-wangian seperti parfum, sabun dan lain-lan. Daun nilam dapat
dimanfaatkan menjadi minyak nilam ynag mempunyai nilai jual tinggi dibanding
dengan jenis minyak atsiri lainnya. Tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik
dengan ketinggian 10 mdpl hingga 700 mdpl. Budidaya tanaman nilam meliputi
persipan bibit, penanaman dan pemeliharaan. Pada persiapan bibit, bibit nilam
diperoleh dengan cara vegetatif (stek). Pada penanaman dilakukan secara
langsung dengan cara langsung ditanam ke lahan tanam dan dapat dilakukan
secara tidak langsung yaitu dengan cara bibit stek harus disemai terlebih dahulu.
Pada tahap pemeliharaan dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti
penyulaman, pemupukan, penyiangan, pembumbunan dan pemangkasan.
9. Budidaya pohon jabon
Jabon merupakan satu-satunya pohon komorsial yang cepat tumbuh dan
penyebarannya merta secara alami di seluruh Indonesia. Tanaman jabon termasuk
dalam famili Rubiaceae atau suku kopi-kopian. Pohon jabon cocok ditanam pada
tanah lempung, podsolik cokelat, aluvial lembab dipinggir sungai, daerah
peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang digenangi air. Tipe

8
iklim yang tepat untuk pertumbuhan jabon yaitu iklim basah sampai kering
dengan tipe curah hujan A sampai D. Tanaman jabon dapat dipanen pada umur 5
tahun untuk kepentingan produksi bahan baku pulp dan korek api, dan dapat
dipanen umur 10 tahun untuk bahan bangunan. Jabon memiliki prospek yang baik
untuk dikembangkan karena bernilai ekonomis tinggi, memiliki pangsa pasar yang
baik, daur yang relatif singkat dengan pertambahan rata-rata per tahun relatif
tinggi serta kualitas kayunya yang baik. Selan itu, pemasaran kayu jabon cukup
tinggi baik untuk keperluan domestik maupun ekspor.
10. Usaha gaharu
Usaha gaharu dilakukan guna pengembangan bisnis yang mendukung
kegiatan aneka usaha kehutanan. Gaharu merupakan komoditas hasil hutan yang
bernilai tinggi. Gaharu merupakan sebuah produk yang berbentuk gumpalan padat
berwarna coklat kehitamana sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada
bagian kayu atau akar tanaman pohon inang yang telah mengalami perubahan
fisika dan kimia akibat terinfeksi oleh jamur. Manfaat gaharu sendiri yatu untuk
pengobatan, incense, parfum, antijamur, kayunya dapat dimanfaatkan sebagai
desain interior, kerajinan dan lain-lain.
11. Usaha industri wood pellet
Usaha wood pellet bertujuan untuk mendukung pengembangan aneka usaha
kehutanan. Wood pellet (WP) merupakan sumber energi alternatif yang
ketersediaan bahan bakunya sangat melimpah terutama didaerah kalimantan.
Bahan baku wood pellet ini yaitu limbah industri penggergajian, limbah tebangan
hutan, dan limbah industri kayu lainnya. Limbah-limbah tersebut diolah dan
dikemas dalam bentuk pellet. Wood pellet dapat digunakan sebagai bahan bakar
kebutuhan rumah tangga, pertanian dan industri besar bahkan juga bisa digunakan
sebagai sember energi pada industri pembangkit tenaga. Peluang mengembangkan
bahan bakar dari wood pellet sangat terbuka luas, mengingat limbah hasil hutan
sangat besar baik dari limbha industri kayu maupun dari hutan tanaman. Saat ini
pengembangan aneka usaha wood pellet sedang dikembangkan di daerah
Wonosobo, Jawa Tengah oleh PT. Solar Park yang bekerja sama dengan perum

9
perhutani mengolah limbah kayu sengon dan kaliandra dan di daerah Kalimantan
Selatan oleh PT. SL Agro Industri yang bekerja sama dengan PT. Inhutani III.
12. Usaha bioprospeksi jamur hutan tropis
Usaha bioprospeksi jamur hutan tropis bertujuan untuk mendukung aneka
usaha kehutanan. Bioprospeksi didefinisikan sebagai kegiatan mengeksplorasi,
mengoleksi, meneliti, memanfaatkan sumber daya genetik dan biologi secara
sistematis untuk memperoleh sumber-sumber baru senyawa kimia. Kegiatan
bioprospeksi yang banyak dilakukan saat ini yaitu bioprospeksi terhadap
mikroorganisme yang ada di alam, salah satunya adalah jamur. Jamur dikenal
memiliki peran sebagai dekomposer pada rantai makanan. Bioprospeksi jamur
hutan tropis dapat digunakan sebagai sumber pembuatan obat-obatan, didunia
pertanian bioprospeksi jamur hutan tropis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian contohnya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan
penyerapan nutrisi tanaman, dan lain-lain.

2.2 Usaha Agribisnis di Bidang Perikanan


Berdasarkan Undang-Undang 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan
perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.
Menurut UndangUndang 45 Tahun 2009, yang dimaksud usaha perikanan
adalah usaha yang dilaksanakan dalam sistem bisnisperikanan, meliputi
praproduksi, produksi,pengolahan, dan pemasaran. Dengan demikian, usaha
perikanan bukan hanya usaha di bidang produksi (budidaya ikan dan penangkapan
ikan), namun demikian juga usaha pendukung produksi (usaha pra produksi) dan
usaha pasca produksi (pengolahan dan pemasaran) untuk meningkatkan nilai
tambah (added value) hasil-hasil perikanan. Sedangkan berdasarkan BPS dalam
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009, yang termasuk dalam
sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup penangkapan dan

10
budidaya ikan, jenis crustacea (seperti udang, kepiting), moluska, dan biota air
lainnya di laut, air payau dan air tawar. Dari berbagai pemahaman di atas, maka
usaha perikanan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Usaha pra produksi perikanan
Usaha pra produksi perikanan merupakan usaha pendukung dan penyedia
sarana, input,saprodi, dan berbagai perbekalan nelayan maupun pembudidaya
ikan, misalnya usaha pembuatan kapal ikan, usaha penyedia alat tangkap ikan
(jaring, pancing, pelampung, dan lain-lain), usaha produksi mesin penangkapan
ikan (diesel, sparepart, dan lain-lain), usaha penyediaan pupuk, pakan ikan, es,
keranjang, box, cold box, obat-obatan perikanan, usaha penyediaan teknologi
reproduksi buatan, usaha pertokoan sembako, makanan dan minuman untuk
perbekalan melaut dan budidaya, sampai usaha jasa penyediaan tenaga kerja
produksi perikanan, dan lain-lain.
2. Usaha pembudidayaan ikan (aquaculture effort)
Usaha pembudidayaan ikan (aquaculture effort) adalah kegiatan
untukmemelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen
hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkannya. Orang yang mata pencahariannya
melakukan pembudidayaan ikan disebut pembudidaya ikan. Contoh usaha
pembudidayaan ikan : usaha budidaya ikan lele, ikan nila, ikan mujaer, dll.
3. Usaha Penangkapan ikan (fishing effort)
Usaha Penangkapan ikan (fishing effort) adalah kegiatan untuk
memperolehikan di perairan yang tidak dalam keadaandibudidayakan dengan alat
atau cara apa pun,termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untukmemuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan,menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya. Orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan
disebut nelayan (fisherman).
Menurut Ningsih (2005) sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan
ke dalam empat kelompok besar yaitu: (1) sumber daya ikan demersal, yaitu jenis
ikan yang hidup di atau dekat dasar perairan; (2) sumber daya ikan pelagis, yaitu

11
jenis sumber daya ikan yang hidup di sekitar permukaan perairan; (3) sumber
daya ikan pelagis besar, yaitu jenis ikan oceanik seperti tuna, cakalang, tenggiri
dan lain-lain; (4) sumber daya udang dan biota laut non ikan lainnya seperti kuda
laut. Contoh usaha penangkapan ikan : penangkapan ikan sarden, ikan tuna, ikan
bawal laut, dsb.
4. Usaha pengolahan ikan(fish processing effort)
Usaha pengolahan ikan(fish processing effort) merupakan usaha yang
bertujuan menciptakan dan atau menambah kegunaan (utility) ikan, baik kegunaan
waktu (time utility) maupun kegunaan bentuk (form utility). Orang yang
melakukan usaha pengolahan ikan disebut pengolah ikan (fish processor). Contoh
usaha pengolahan ikan : usaha nugget ikan, bakso ikan, sarden, kerupuk ikan, dsb.
5. Usaha pemasaran ikan (fish marketing effort)
Usaha pemasaran ikan (fish marketing effort) merupakan semua upaya
untuk menyampaikan ikan dari produsen ke konsumen. Orang yang melakukan
kegiatan pemasaran ikan disebut pedagang atau pemasar ikan (fish middlemen).
Menurut Crawford (1997), kegiatan pemasaran menurut fungsinya ada 3
kelompok, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitasi. Dari ketiga
fungsi tersebut terbagi menjadi 9 kegiatan, yaitu buying, selling, storage,
transportation, processing, standardization, financing, risk bearing, market
intelligence. Berdasarkan apa yang ditulis oleh Crawford, ternyata pengolahan
(processing) merupakan bagian kegiatan pemasaran, sedangkan pemerintah RI
melalui UU 31/2004 tentang Perikanan dan UU 45/2009 tentang Perubahan atas
UU Perikanan 31/2004 mengklasifikasikan usaha pengolahan sebagai salah satu
usaha mandiri dalam sistem bisnis perikanan yang meliputi usaha praproduksi,
produksi,pengolahan, dan pemasaran.
6. Sebagai tambahan, ada usaha jasa dan kelembagaan pendukung keseluruhan
usaha perikanan (rantai agribisnis perikanan), misalnya lembaga keuangan
penyedia kredit/permodalan untuk usaha agribisnis perikanan seperti bank,
koperasi, bakul (pedagang) ikan yang sekaligus meminjami modal ke nelayan,
dan sejenisnya.

12
BAB 3. USAHA AGRIBISNIS BIDANG KEHUTANAN

3.1 Agribisnis Bidang Kehutanan


Hutan saat ini tidak hanya dinilai dari segi kayunya saja. Hutan memiliki
banyak sumber daya yang dapat dimanfaatkan guna meningkatkan ekonomi suatu
negara. Anggapan bahwa hutan hanya bernilai dari segi produksi kayunya saja
adalah kesalahan. Hutan merupakan sumber plasma nutfah, memiliki banyak
sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memilki potensi hutan tropis
terbesar ketiga di dunia seharusnya dapat memanfaatkan hasil hutannya dengan
baik. Menurut Baharuddin dan Taskirawati (2009), hutan tropis secara tradisional
dilihat sebagai sumberdaya penting : lahan dan kayu gergajian. Di dalam
pemrolehan lahan, jutaan hektar hutan tropis telah diuka dan dikonversi untuk
pemanfaatan lahan alternatif. Dalam bagian ini kita akan membicarakan produk
yang ketiga yang dapat diperoleh dari hutan tropis yaitu Non Timber Forest
Products (NTFPs) atau Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Produk ini meliputi
resin, kulit, tanaman pangan, material konstruksi, produk hewan dan obat-
obatan.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) penting untuk konservasi, kelestarian
dan ekonomi. Penting untuk konservasi sebab untuk mengeluarkan hasil hutan
bukan kayu biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan minimal terhadap hutan.
HHBK penting untuk kelestarian sebab proses panen biasanya dapat dilakukan
secara lestari dan tanpa kerusakan. Penting untuk ekonomi karena bukan timber,
produk ini berharga dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pada beberapa
keadaaan (Circumtimes), pendapatan dari HHBK dapat lebih banyak jika
dibandingkan pendapatan dari semua alternatif yang lain. Mengeluarkan HHBK
dapat memperkembangkan antara pengawetan dan pengembangan hutan tropis.
Keuntungan lain dari penggunaan HHBK adalah dapat mengurangi kerusakan
hutan alam, selama masyarakat memperoleh pendapatan dari lahan hutan.

13
Inventarisasi hasil hutan non kayu (IHHNK) dilakukan untuk
mengumpulkan data potensi dan penyebaran hasil hutan non kayu yang pada saat
ini mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti bambu. IHHNK dilakukan pada areal
yang berisi hasil-hasil hutan tersebut baik secara murni maupun bagian dari
ekosistem hutan (Rahmawaty, 2006). Dengan ketersediaan data mengenai potensi
dan penyebaran rotan dan bambu sebagai salah satu komodity hasil hutan bukan
kayu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, semoga dapat berguna untuk
sistem pengelolaannya pada tahapan selanjutnya. Bambu adalah tanaman jenis
rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak
tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu
merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena
memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh
sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah
dan klimatologi tempat ia ditanam.
Jenis-jenis Bambu yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 159
spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88
jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik. Bambu
merupakan jenis rumput-rumputan yang dan beruas. Bambu merupakan anggota
famili Poaceae yang terdiri atas 70 genus. Bambu termasuk jenis tanaman yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu
tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari. Indonesia merupakan salah satu
wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang disebut juga sebagai buluh,
aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di
Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia.

3.2 Pengertian Bambu


Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga
Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh)
yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa
pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-
ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat

14
mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan
beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh
menjadi batang. Tanaman bambu hidup merumpun, kadang-kadang ditemui
berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik
dengan batas desa di Jawa. Bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk berbagai
macam konstruksi seperti rumah, gudang, jembatan, tangga, pipa saluran air,
tempat air, serta alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat dibuat bilik,
dinding atau lantai, reng, pagar, kerajinan dan sebagainya.

3.3 Peranana Bambu dalam beberapa Bidang


1. Bambu dalam Bidang Pelestarian Lingkungan (Ekologi)
Merupakan tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh tertinggi di dunia.
Pertumbuhan rebung menjadi bambu muda dapat berlangsung sangat cepat. Di
daerah temperate (daerah dengan 4 musim), bambu mengalami masa ”tidur”
(dormasi) di musim dingin, tanaman tampak seperti mati. Namun saat suhu mulai
menghangat dan dalam kondisi lingkungan yang mendukung, tanaman bambu
mampu tumbuh hingga setinggi 200 cm dalam waktu 24 jam.
Dapat tumbuh pada hampir semua kondisi lingkungan, mulai dari tanah
subur hingga gersang, daerah kering maupun banyak hujan, dengan ataupun tanpa
pupuk dan pestisida, dan pada wilayah tropis maupun subtropis. Kemampuan
beradaptasi yang tinggi, menjadi pertimbangan pemerintah Jepang untuk memilih
bambu sebagai tanaman yang ditanam pertama kali dalam program konservasi
alam pasca peristiwa pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun
1945.

2. Bambu dalam Bidang Ekonomi


Serat bambu dimanfaatkan dalam pembuatan pulp atau bubur kertas. Serat
bambu, dalam industri tekstil, menghasilkan bahan pakaian dengan tekstur halus,
daya serap tinggi, anti-bakterial, anti-alergi, dan nyaman dipakai saat kondisi
panas maupun dingin.Bahan dasar pembuatan skate board, snowboard, dan
papan surfing.Sebagai bahan pelengkap pada barang-barang elektronik,
seperti casing laptop.

15
3. Bambu dalam Bidang Budaya
Digunakan dalam pembuatan anyaman, kerajinan tangan, maupun lukisan.
Bahan baku pembuatan alat musik seperti suling, angklung, dan beberapa alat
musik tradisional Cina.Rongga pada batang bambu digunakan untuk memasak
makanan.Sebagai bahan pembuat rumah, atap, tiang, dinding, penyekat ruangan
hingga lantai rumah. Rumah yang 100% terbuat dari bambu telah terbukti tahan
terhadap gempa bumi.Sebagai bahan baku furnitur yaitu kursi, meja, lemari, dan
lain-lain. Sebagai bahan bangunan untuk pembuatan jembatan, pagar, toilet, pipa
air, dan sebagainya. Sebagai bahan baku pembuatan peralatan makan (sumpit,
mangkok, gelas,dll), pisau, arang bakar, mainan anak-anak, topi, keranjang,
sepeda, kandang hewan, senjata pada seni bela diri tradisional hingga kano atau
perahu kecil.
4. Bidang kesehatan
Rebung dan daun bambu dijadikan pakan pada ternak dan sumber pangan
utama binatang yang dilindungi di Cina, yaitu panda. Rebung, bagian pucuk
bambu, merupakan bagian yang dapat dimakan. Masyarakat mengolahnya dalam
masakan tradisional, seperti gulai rebung, sayur lodeh, hingga lumpia. Diolah
menjadi acar, minuman (soft drink), dan penyedap rasa. Kandungan serat rebung
yang tinggi mencegah penyakit konstipasi yang kronis, penyakit cacingan,
mengurangi kandungan kolesterol yang merugikan, mengatasi obesitas, mencegah
hipertensi dan obat pada beberapa kasus keracunan. Terdapat jenis rebung yang
mengandung zat sianida yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga pemilihan dan
pengolahan rebung harus dilakukan secara tepat. Bambu mengandung silicic
acid yang efektif sebagai penyerap racun dalam perut. Di Cina, daun bambu
digunakan sebagai bahan tambahan pada salah satu jenis minuman
beralkohol, Zhúyèqing jiu.
5. Bambu dalam Bidang Estetika
Sebagai tanaman hias, karena keanekaragaman ukuran hingga warna daun.
Hal ini telah menarik insan perfilman dunia yang menggunakan bambu sebagai
latar, contohnya beberapa film terkenal produksi Hollywood, yaitu Crouching

16
Tiger Hidden Dragon dan The Last Samurai. Simbol umur panjang dan
kesejahteraan masyarakat Cina, simbol persahabatan di India, karena tumbuh
secara berkelompok (rumpun bambu), dan tanaman “3 Sahabat” di Jepang, yaitu
bambu, cemara dan plum.

3.4 Jenis-Jenis Bambu


a. Bambu Tutul (Bambusa maculata)
Bambusa maculata atau pring tutul/bambu tutul dapat tumbuh hingga
ketinggin 15 meter, dengan diameter 4-8 cm. Bambu ini umumnya dipakai untuk
membuat perabot kursi dan meja. Penyebarannya di Bali. Dapat tumbuh baik di
lahan kering dan tandus. jenis ini memeliki diameter antara 5-9 cm. Banyak
dipakai untuk furniture. Kurang cocok untuk struktur bangunan karena dindingnya
lebih tipis dari pada apus.
b. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)
Bambu Kuning memiliki beberapa nama daerah yaitu Bambu ampel, awi
ampel (Sunda), pring ampel (Banyuwangi), Pereng ampef (Madura), Tiing ampel
Domar (Ambon), Aulote (Halmahera), dan Ampel kuning (Ternate). Buluh muda
hijau mengkilat atau kuning bergaris hijau. Panjang buluh mencapai 25-45 cm,
diameter 5-10 cm, tebal 7-15 mm. Percabangan 1,5 diatas permukaan tanah setiap
ruas terdiri 2 – 5 cabang, termasuk Un equal. Daun gundul, berseting,
berpelepah, kuping pelepah buluh kecil, lanset, ujung meruncing, tepi rata,
pangkal membulat, panjang 15-27 cm, lebar 2-3 cm, pertulangan sejajar, hijau.
Pelepah buluh mudah luruh tertutup bulu hitam dan coklat, kuping pelepah buluh
membulat dengan ujung melengkung keluar. Rebung berwarna kuning atau hijau
tertutup bulu coklat hingga hitam. Bambusa vulgaris merupakan tumbuhan yang
berasal dari Dunia Lama, khususnya dari kawasan Asia tropis. Jenis ini diyakini
sebagai bambu yang paling banyak dibudidayakan di seluruh penjuru kawasan
tropis dan sub-tropis.
Di kawasan Asia Tenggara, bambu jenis ini banyak dibudidayakan, sering
dijumpai di desa- desa, di pinggir-pinggir sungai, dan sebagai tanaman ornamnetal
di perkotaan. Seperti bambu lainnya, Bambusa vulgaris dapat digunakan sebagai

17
bahan bangunan rumah, pondok, pagar, jembatan, alat angkutan (rakit), pipa
saluran air, alat peraga, mebel dan berbagai peralatan rumah tangga serta sebagai
bahan baku untuk pulp kertas. Selain itu, tunas mudanya (rebung) dapat dimakan
serta dapat digunakan sebagai obat liver atau hepatitis/sakit kuning dan obat
bengkak.
c. Bambu Apus (Gigantochloa apus)
Nama Daerahnya Bambu apus, awi tali (Sunda), Deling apus, pring kera,
Bambu Apus, Bambu tali (banyuwangi). Buluh kasar, daun pelepah buluh
berketuk balik. Tinggi mencapai 22 m, warna hijau, Panjang 20-50 cm, diameter
4-15 cm, tebal 1,5 mm. Percabangan sekitar 1,5 diatas permukaan tanah,
termasuk un equal, jumlah percabangan 5-11 cabang. Daun Pada permukaan
bawah daun agak berbulu, kuping pelepah daun kecil dan membulat, gundu ligula
rata dan gundul. Pelepah buluh tidak mudah luruh, tertutup bulu coklat, kuping
pelepah buluh seperti bingkai, daun pelepah buluh berketuk balik menyegi tiga
dengan ujung sempit. Rebung hijau tertutup bulu hitam dan coklat. Sebarannya
India, Indo-China: Myanmar, Thailand; Malesia: Indonesia – Jawa. Biasanya
digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat dipakai sebagai
alat pembuatan pegangan payung, peralatan memancing, kerajinan tangan (rak
buku), industri pulp dan kertas dan penghalau angin kencang (wind-break).
d. Bambu Legi (Gigantochloa atter)
Nama daerahnya yaitu awi temen, Awi teme (Sunda), Bambu ater, pring
benel, pring jawa, Bambu Jawa, Bambu legi (Banyuwangi). Buluh lurus dengan
akar udara dari node, tinggi bisa mencapai 22 m, panjang bisa mencapai 50
cm, berdinding tipis, diameter 5-10 cm, tebal 8 mm. Percabasngan jauh
diatas permukaan tanah, termasuk Un equal (percabangan tidak sama). Daun
gundul, kuping plepah buluh kecil, ligula rata tinggi kurang 2 mm dan gundul.
Pelepah buluh Tertutup bulu hitam, mudah luruh, kuping pelepah buluh membulat
dengan ujung melengkung keluar, daun pelepah buluh berketuk balik dan
menyegi tiga. Rebung berwarna hijau hingga keunguan tertutup bulu hitam.
Sebarannya di Asia Tenggara, dikepulauan Sunda kecil tersebar di Pulau Lombok

18
hingga Pulau Timor. Memiliki manfaat sebagai Mebel, Konstruksi, Alat-alat
musik, penenunan serta Kerajinan.

3.5 Bisnis Menumbuhkan Bambu


Bambu adalah kayu di masa yang akan datang. Peningkatan permintaan
bahan mentah oleh industri bambu adalah sebuah tanda jika uang dapat di
hasilkan dari bisnis pengembangbiakan bambu.
Biaya untuk membuat perkebunan yang baru tergantung dari biaya tenaga
kerja, persiapan tanah, fertilizer, pengairan, dan tanaman. Biayanya hampir sama
dengan membuat perkebunan kayu. Akan tetapi ada perbedaan yang sangat besar
pada periode pengembalian modal, kayu membutuhkan waktu yang lebih lama
dari perkebunan bambu. Investasi pada perkebunan bambu akan kembali hanya
dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Dan karena alasan tersebutlah maka
perkebunan bambu menghasilkan keuntungan yang lebih cepat dari pada kayu.
Perkebunan bambu akan menjadi sangat menguntungkan setelah 5 tahun.
Untuk dapat dipanen setiap tahun hanya perlu mempertimbangkan tingkat
kekakuan batang yang telah dewasa saja. Selain itu kita cukup menanam bambu
sekali saja dan akan dapat di panen sampai dengan 50 tahun. Sedangkan kayu
umumnya setelah di panen kita perlu menanam lagi dan tentu membutuhkan biaya
dan waktu yang lebih lama lagi. Selain dapat tumbuh lebih cepat, bambu juga
menyerap air lebih tinggi serta dapat mencegah erosi. Maka dari itu selain lebih
menguntungkan secara ekonomi, bambu juga lebih menguntungkan dari segi
ekologi. Keuntungan lain yang sangat penting adalah selain memproduksi
biomass yang sangat tinggi, bambu juga sangat efisien sebagai penghasil pulp.
Bambu mampu menghasilkan pulp 7 kali lebih banyak dibandingkan dengan kayu
untuk setiap hektarnya.

3.6 Peranan Bambu Terhadap Pemanasan Global


Pencegahan Pemanasan Global dengan Hutan Bambu. Pemanasan global
merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan kehidupan di bumi. Beberapa
fakta menunjukkan akan kebenaran hal ini diantaranya es di kutub utara dan
selatan telah mencair, naiknya permukaan air laut, perubahan iklim, terjadinya

19
gelombang panas, dan habisnya sumber air bersih dunia. Semua itu akibat dari
pemanasan global.
Penyebab terbesar terjadinya pemanasan global yaitu gas Karbon Dioksida
(CO2), metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO), dan Chlorofluorocarbon (CFC).
Hutan yang diharapkan menjadi tempat penimbunan gas CO2 telah rusak. Bahkan
rusaknya hutan ini menambah jumlah CO2 di udara. Pohon-pohon yang telah mati
akan menghasilkan gas CO2 dan melepasnya ke atmosfer. Oleh karena itu, yang
harus dilakukan adalah menghilangkan Karbon Dioksida di udara yang dapat
menumpuk di lapisan atmosfer. Untuk menghilangkan gas Karbon Dioksida di
udara dilakukan penghijauan yaitu memperbanyak menanam pohon sehingga gas-
gas CO2 dari berbagai sumbernya dapat diserap dan tidak sampai ke atmosfer.
Gas-gas CO2 tersebut diserap dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh
tanaman hijau tersebut.
Berkaitan dengan upaya penghijauan maka tanaman hijau yang sebaiknya
ditanam adalah tanaman bambu, bukan tanaman kayu-kayuan ataupun buah-
buahan. Alasan ini berdasarkan pada prediksi seorang ahli iklim NASA bernama
dr. H. J. Zwally yang mengatakan bahwa hampir semua es di kutub utara akan
lenyap pada akhir musim panas 2012 akibat pemanasan global. Tanaman bambu
dapat tumbuh dengan cepat yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun
saja, dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai usia dewasa. Selain itu,
dalam hal penyerapan Karbon Dioksida, bambu lebih banyak menyerap Karbon
Dioksida dari pada tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Studi
menunjukkan bahwa satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton
karbon dioksida di udara. Ini merupakan jumlah yang cukup besar. Dengan
melestarikan hutan bambu, berarti kita telah memiliki mesin penyedot karbon
dioksida dalam kapasitas yang besar.

20
3.7 Prospek Usaha Bambu
Bambu dapat dikategorikan sebagai hasil hutan non-
kayu yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku industri charcoal, furniture,
bambu lapis, laminasi bambu dan bahan bangunan serta bahan bakar/energi ramah
lingkungan (seperti arang) untuk mengatasi krisis energi. Adanya perkembangan
industri berbasis bambu tersebut, membuka peluang
untuk dikembangkannya HHBK bambu. Pengembangan HHBK bambu dapat
dimulai dengan usaha budidaya bambu. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada tahun 2009 terkait dengan “Kelayakan pengembangan hutan
bambu untuk bahan baku industri pengolahan bamboo” di daerah Jawa Barat dan
Banten. Budidaya bambu dapat dikembangkan sebagai sistem inti-plasma, dimana
petani bambu berperan sebagai plasma dan perusahaan berperan sebagai inti kuat,
yang dapat memanfaatkan bambu. Selain hal tersebut, sebagai alternative bamboo
dapat dikembangkan menjadi perkebunan. Perkebunan bambu dapat
dikembangkan sebagai sistem kehutanan industri.
Prospek perkebunan bambu untuk mendukung bambu berbasis industri
seperti arang bambu, mebel, laminasi bambu, papan partikel bambu, industri
kertas dll. Untuk tujuan ini, 13 variabel dari bambu telah diidentifikasi sebagai
varietas yang sesuai untuk bahan baku industri, terutama arang. Kelayakan
ekonomi pembangunan hutan bambu akan ditinjau dalam mendukung industri
primer maupun sekunder yang terintegrasi dengan hutan bambu yaitu sebagai
konsep kawasan bambu berbasis industri. Analisis ini menggunakan 2
variabel bambu, yaitu bambu temen (Gigantochioa pseudoarundinacae) dan
bambu andong (Giganthoochica pseudoarundinacae). Berdasarkan hasil analisis
kelayakan usaha yang dilakukan, dalam unit bambu perkebunan seluas 500 ha,
dengan 50 tahun investasi, pada tingkat suku bunga 10,95% memiliki
nilai kelayakan sebagai berikut : Biaya (diskon) sebesar Rp
35.028.510.000; pendapatan diskon sebesar Rp 80.521.716.000; NPV ( Net
Present Value) sebesar Rp 45.493.206.000; BCR (Benefit Cost Ratio) 2,30% dan
IRR (Internal Rate of Return) 32,30%. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa pengusahaan budidaya bambu memiliki prospek yang bagus untuk

21
dikembangkan, karena hasil kelayakan menunjukan hasil yang sangat layak yaitu
nilai BCR lebih besar sama dengan 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang
ditetapkan (Effendi, 2009).

22
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Usaha di bidang agribisnis memang banyak digemari dan diusahakan
mengingat bahwa usaha di bidang agribisnis tergolong ke dalam usaha yang
menjanjikan. Beberapa sektor usaha di bidang agribisnis yang layak untuk
diusahakan yaitu sektor kehutanan dan perikanan. Banyak usaha-usaha yang dapat
diusahakan di bidang kehutanan dan perikanan, dan banyak sekali potensi usaha
baik di bidang kehutanan dan perikanan yang dapat diusahakan. Usaha di bidang
kehutanan sangat berpotensi untuk diusahakan mengingat bahwa Indonesia
memiliki banyak hutan dan merupakan salah satu paru-paru dunia, begitu pula
dengan sektor usaha perikanan mengingat Indonesia merupakan negara maritim
yang dikelilingi oleh laut, usaha agribisnis di bidang perikanan sangat berpotensi
baik di bidang perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan perikanan,
maupun pemasaran perikanan.

4.2 Saran
Sebaiknya usaha di bidang agribisnis di bidang kehutanan dan perikanan
lebih ditingkatkan lagi, mengingat bahwa potensi kehutanan dan perikanan di
Indonesia sangat melimpah sehingga dapat membuka peluang usaha dan juga agar
para wirausaha lebih bisa berpikir inovatif dan kreatif untuk memanfaatkan
potensi alam agar lebih maksimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2012/11/makalah-jenis-dan-peranan-
hasil-hutan.html

Effendi, Rachman. 2009. Kelayakan Pengembangan Hutan Bambu Untuk Bahan


Baku Industri Pengolahan Bambu. Laporan Hasil Penelitian. (Tidak
dipublikasikan).

http://umyhailah.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-potensi-hail-hutan-
dan.html

(Sumber: Pramudiwati, Riana. 2003. Geografi Untuk Kelas 2 Sekolah Menengah


Pertama.Klaten: PT IntanPariwara.)

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Perikanan. Penerbit Papyrus. Surabaya.

Firdaus, Muhammad. 2010. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

MMAF, 2011. Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014.


Jakarta.

Ningsih, 2005. Strategi Mengelola dan Memanfaatkan Sumber Daya Laut dan
Perikanan. Majalah Info Kajian Bappenas, Volume 2, 2005.

Pasaribu, Ali M. 2012. Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Penerbit ANDI.


Yogyakarta.

Undang 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun


2004 Tentang Perikanan.

24

Anda mungkin juga menyukai