Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO AGRIBISNIS

Dosen Pengampu :

Hendra Saputra, S.E., M. Si.

Disusun oleh : Kelompok 8

1. Ahmad Adrian Hasibuan (7193210015)


2. Dahlia Jelita Novriani Hutagaol (7193210028)
3. Debrina Tamara Lumban Gaol (7193210006)
4. Febrina Adriana (7193210013)
5. Fitriani Simbolon (7192510010)
6. Saut R Sibuea (7193210005)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas mata

kuliah Manajemen Agribisnis. Kami juga berterima kasih kepada Dosen mata kuliah

Manajemen Agribisnis yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami. Kami

sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita tentang mengenai bagaimana Manajemen Risiko Agribisnis.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap

adanya kritikan, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat

tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga tugas ini dapat

dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat

berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Risiko dalam Agribisnis ......................................................................................... 3

2.2 Macam- Macam Manajemen Risiko dalam Agribisnis ......................................................... 5

2.3 Hal Yang Mempengaruhi Risiko ................................................................................................ 7

2.4 Faktor Penyebab Resiko ............................................................................................................... 8

2.5 Analisa Risiko .................................................................................................................................. 8

2.6 Aplikasi Manajemen Risiko di Industri Pangan ..................................................................... 9

2.7 Contoh Kasus dalam Manajemen Risiko Agribisnis ................................................................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 17

3.2 Saran................................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang Masalah


Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectation)
ke salah satu dari dua arah, artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan
dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang
menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah
risiko (risk). Sedangkan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan karena
mengandung risiko. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Secara umum risiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan. Begitupun dalam bidang agrobisnis, segala kegiatan
didalamnya juga mengandung risiko yang harus ditangani agar tidak menimbulkan
kerugian yang fatal. Untuk menangani risiko tersebut bisa dilakukan dengan manajemen
risiko.

Menurut Smith : 1990, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,


pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau
kerugian pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, manajemen risiko adalah suatu cara
dalam mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun
yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko
kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu
pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Resiko ?
2. Bagaimana mengidentifikasi Resiko ?
3. Hal apa yang mempengaruhi Resiko ?
4. Bagaimana Teknik mengurangi resiko ?
5. Bagaimana Analisa resiko ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui manajemen risiko secara umum.
2. Untuk mengetahi macam-macam manajemen risiko.
3. Untuk mendeskripsikan aplikasi manajemen risiko di bidang agribisnis.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Risiko dalam Agribisnis


Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika
terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami
kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan
kelangsungan usaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko merupakan alat untuk
melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan (Ramli, 2010).
Manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat
diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko
tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh
penyebab legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang
tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun
seluruh konsekuensi dari resiko tertentu.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan
manajemen resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas
manajemen resiko (manusia, staff, organisasi).

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 3


Agribisnis tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty).
Risiko merupakan kejadaian yang telah diketahui probabilitasnya, misalnya kematian pada
budidaya tanaman obat-obatan sekitar 4%, kematian pada pengangkutan buah ke pasar
sekitar 2%, penyusutan pada pengangkutan ternak potong ke luar daerah mencapai 10-20%
dan sebagainya. Probabilitas kejadian pada ketidakpastian tidak diketahui sebelumnya,
seperti wabah penyakit dalam bencana alam. Ada lima macam risiko yang dihadapi oleh
manajer agribisnis, meliputi risiko produksi (production risk), risiko pemasaran (marketing
risk), risiko keuangan (financial risk ), risiko hukum (legal risk), dan risiko sumber daya
manusia (human resources risk). Untuk menghadapi kelima risiko tersebut terdapat lima
cara yang dapat ditempuh, yaitu dipertahankan (retain), digeser (shift), dikurangi (reduce),
diasuransikan (insure), dan dihindari (avoid) (Sutawi, 1999).
Aktivitas pada manajemen risiko meliputi identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan
penanganan risiko. Identifikasi risiko merupakan aktivitas awal yang akan menghasilkan
output daftar risiko. Dalam identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi
pemegangan saham, kreditur, pemasok, karyawam, pemain industri yang sama, pemerintah,
manajemen itu sendiri, masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya
perusahaan. Metode dalam identifikasi risiko meliputi analisis data historis, pengamatan
dan survei, dan pendapat ahli. Analisis kontrak dalam manajemen risiko bertujuan untuk
melihat risiko yang muncul karena kontak tertentu.
Pengukuran risiko dapat dilihat dengan besar kecilnya risiko yang akan berdampak
bagi perusahaan dan dengan melakukan prioritas risiko dapat mempermudah serta dapat
menghasilkan output berupa peta risiko. Terdapat 4 cara dalam penanganan risiko yaitu
penghindaran risiko (risk avoidance), pengukuran risiko yang dapat dilakukan dengan
metode pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural heging), pemindahan
risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention).

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 4


2.2 Macam- Macam Manajemen Risiko dalam Agribisnis
Macam- macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Risiko berdasarkan sifatnya
 Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-
kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang
dihadapi seperti adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
Jenis risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar
terjadinya ketidakpastian memberikan peluang keuntungan kepadanya. Umumnya tidak
bisa diasuransikan. Contoh dari risiko ini adalah : kita menggunakan modal untuk
membuka usaha rumah makan, atau digunakan untuk investasi membangun pembangkit
baru. Dalam membuka usaha baru ini pasti akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada
peluang untuk memperoleh keuntungan.
 Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contohnya adalah
kebakaran, apabila perusahaan mengalami kebakaran, maka perusahaan tersebut akan
mengalami kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan
demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan,
kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu.
Salah satu cara menghindari risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. Itu sebabnya risiko murni dapat dikenal dengan
istilah risiko yang dapat diansuransikan (insurable risk).

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 5


Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan
untuk ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung,
sedangkan untuk risiko murni tidak dapat keuntungan. Maka kita sebagai masyarakat,
terlebuh pengusaha harus mempelajari manajemen resiko karena sasaran dari pelaksanaan
manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan
dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.

2. Risiko Berdasarkan Dapat Tidaknya Dialihkan


 Risiko yang dapat dialihkan
Risiko yang dapat dialihkan yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai
obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi.
Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi.
 Risiko Yang Tidak Dapat Dialihkan
Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko
spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.
3. Risiko Berdasarkan Asal Timbulnya
 Risiko Internal
Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko
kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja,
risiko mismanagement, dan sebagainya.
 Risiko Eksternal
Risiko Eksternalyaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar
perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan
sebagainya.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 6


2.3 Hal Yang Mempengaruhi Risiko
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi risiko bisnis suatu perusahaan.
Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing industri, namun pada
tingkat tertentu perusahaan dapat mengendalikannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko bisnis antara lain (Brigham dan Houston, 2001) :
1. Variabilitas permintaan Risiko bisnis akan semakin kecil apabila permintaan atas produk
perusahaan semakin konstan dimana hal-hal lainnya tetap.
2. Variabilitas harga jual Perusahaan akan menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi dari
perusahaan sejenis apabila harga jual atas produk perusahaan lebih fluktuatif.
3. Variabilitas harga input Perusahaan yang memperoleh input dengan harga yang sangat
tidak pasti juga menghadapi risiko bisnis yang tinggi.
4. Kemampuan untuk menyesuaikan harga output terhadap perubahan harga input Sejumlah
perusahaan menghadapi kesulitan dalam meningkatkan harga produknya apabila biaya
input meningkat. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga output
(produk), semakin kecil risiko bisnisnya. Kemampuan ini sangat diperlukan perusahaan
ketika tingkat inflasi tinggi
5. Proporsi biaya tetap Risiko bisnis akan meningkat ketika sebagian besar biaya
perusahaan merupakan biaya tetap. Hal ini terjadi ketika permintaan menurun, namun biaya
tetap yang ditanggung perusahaan tidak menurun.
Dengan demikian, suatu perusahaan memiliki risiko bisnis kecil apabila perusahaan
menghadapi permintaan produk yang stabil, harga-harga input dan produknya yang relatif
konstan, harga produknya dapat segera disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan sebagian
besar biayanya bersifat variabel sehingga akan menurun. Risiko bisnis merupakan salah
satu indikator penting bagi perusahaan untuk sistem pendanaannya terutama dalam
keputusan penggunaan hutang. Dengan demikian apabila hal-hal lainnya tetap sama,
semakin rendah risiko bisnis perusahaan, semakin tinggi rasio hutang.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 7


2.4 Faktor Penyebab Resiko

Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir,
tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang
secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas beberapa
jenis :
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas bangunan
suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat mengabaikan
undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

Cara Mengurangi Resiko Gagal Saat Memulai Usaha

a. Cari Tau Resiko Yang Mungkin Di Hadapi Usaha Kamu.


b. Lakukan Riset Pada Usaha Kamu.
c. Buat Daftar Resiko Sesuai Dampaknya.
d. Pertimbangkan Ulang Resiko Dengan Kesempatan.
e. Jangan mudah menyerah.
f. Cari informasi tentang prospek bisnis yang kita jalani.
g. Cerdas Melihat Peluang.

2.5 Analisa Risiko

Proses Analisis Risiko Dapat Dilakukan Secara Sederhana Dengan Menambahkan 4


Kolom Pada Register Risiko, Yaitu Pengendalian, Nilai Kemungkinan, Nilai Dampak, Dan
Nilai Risiko. Gambar Di Bawah Ini Memberikan Contoh Tabel Yang Dihasilkan Setelah
Tahap Analisis Risiko. Kolom Yang Berwarna Biru Dihasilkan Dari Proses Identifikasi
Risiko, Sedangkan Kolom Yang Berwarna Hijau Dihasilkan Dari Proses Analisis Risiko.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 8


2.6 Aplikasi Manajemen Risiko di Industri Pangan
Salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan di industri pangan untuk
menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap
dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen
adalah HACCP. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem
kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-
titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. Tujuan dari penerapan HACCP
dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat
dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat
sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir
diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem
HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan.
Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global
yang memiliki daya saing kompetitif.

Konsep HACCP menurut Codex Alimentarius Commision (CAC) terdiri dari 12


langkah, dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah
penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagai berikut:

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 9


1. Pembentukan Tim HACCP
Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah
membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industri yang terlibat
dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya terdiri dari
individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu yang beragam, dan
memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya ahli
mikrobiologi, ahli mesin/engineer, ahli kimia, dan lain sebagainya sehingga dapat
melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan. Jika keahlian tersebut tidak dapat
diperoleh dari dalam perusahaan, saran-saran dari para ahli dapat diperoleh dari luar.

2. Deskripsi Produk
Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari
produk pangan yang akan disusun rencana HACCP-nya. Deskripsi produk yang dilakukan
berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk, komposisi, formulasi,
proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan
dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP untuk melakukan
evaluasi secara luas dan komprehensif.

3. Identifikasi Kelompok Konsumen yang Dituju


Dalam kegiatan ini, tim HACCP menuliskan kelompok konsumen yang mungkin
berpengaruh pada keamanan produk. Tujuan penggunaan produk harus didasarkan pada
pengguna akhir produk tersebut. Konsumen ini dapat berasal dari orang umum atau
kelompok masyarakat khusus, misalnya kelompok balita atau bayi, kelompok remaja, atau
kelompok orang tua. Pada kasus khusus harus dipertimbangkan kelompok populasi pada
masyarakat beresiko tinggi.
4. Penyusunan Diagram Alir Proses
Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat
seluruh proses sejak diterimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk jadi
untuk disimpan. Pada beberapa jenis produk, terkadang disusun diagram alir proses sampai
dengan cara pendistribusian produk tersebut. Hal tersebut tentu saja akan memperbesar

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 10


pekerjaan pelaksanaan HACCP, akan tetapi pada produk-produk yang mungkin mengalami
abuse (suhu dan sebagainya) selama distribusi, maka tindakan pencegahan ini menjadi amat
penting.
Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan
proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP
dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau
lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya.
5. Verifikasi Diagram Alir Proses
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan
di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan
membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata
diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan
modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan.
6. Analisa Bahaya (Prinsip HACCP 1)
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan suatu
rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah bahaya keamanan
pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan pencegahan harus
diidentifikasi. Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko
secara fisik, kimia, dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia.
7. Penetapan Critical Control Point (Prinsip HACCP 2)
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah atau
prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat
dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima. Pada setiap
bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses sebelumnya, maka dapat ditentukan satu atau
beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat dikendalikan. Suatu CCP dapat digunakan untuk
mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama dapat
dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 11


8. Penetapan Critical Limit (Prinsip HACCP 3)
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk
setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya
sampai batas aman. Batas ini akan memisahkan antara yang diterima dan yang ditolak,
berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa
CCP dapat dikendalikan dengan baik. Penetapan batas kritis haruslah dapat dijustifikasi,
artinya memiliki alasan kuat mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi
artinya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan serta dapat diukur. Penentuan batas kritis
ini biasanya dilakukan berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para ahli di bidang
mikrobiologi maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya.
9. Prosedur Pemantauan CCP (Prinsip HACCP 4)
Kegiatan pemantauan (monitoring) adalah pengujian dan pengamatan terencana dan
terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan CL untuk menjamin bahwa
CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP dan CL dipantau oleh personel yang
terampil serta dengan frekuensi yang ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan,
misalnya kepraktisan. Pemantauan dapat berupa pengamatan (observasi) yang direkam
dalam suatu checklist atau pun merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu
datasheet. Pada tahap ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenai cara pemantauan,
waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan siapa orang yang
melakukan pemantauannya.
10. Penetapan Tindakan Koreksi (Prinsip HACCP 5)
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis
suatu CCP. Tindakan koreksi ini sangat tergantung pada tingkat resiko produk pangan.
Pada produk pangan beresiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat berupa penghentian
proses produksi sebelum semua penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk
ditahan/tidak dipasarkan dan diuji keamanannya.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 12


11. Verifikasi (Prinsip HACCP 6)
Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk menentukan
bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dengan verifikasi
maka diharapkan bahwa kesesuaian program HACCP dapat diperiksa
efektifitaspelaksanaannya dapat dijamin.
12. Dokumentasi (Prinsip HACCP 7)
Dokumentasi program HACCP meliputi pendataan tertulis seluruh program
HACCP sehingga program tersebut dapat diperiksa ulang dan dipertahankan selama
periode waktu tertentu. Dokumentasi mencakup semua catatan mengenai CCP, CL,
rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang dilakukan terhadap penyimpangan, catatan
tentang verifikasi dan sebagainya. oleh karena itu dokumen ini dapat ditunjukkan kepada
inspektur pengawas makanan jika dilakukan audit eksternal dan dapat juga digunakan oleh
operator.

Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko di


industri pangan tidak hanya risiko hazard saja. Risiko lain yang mungkin saja terjadi
diantaranya adalah risiko operasional, yaitu suatu risiko kerugian yang disebabkan karena
tak berjalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan sistem, serta oleh peristiwa
eksternal; risiko finansial, yaitu resiko yang mengarah ke finansial suatu proyek misalnya
proyek yang menghasilkan untung lebih sedikit daripada keuangan yang telah terpakai; dan
risiko strategik, yaitu risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat
mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara
signifikan.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 13


2.7 Contoh Kasus dalam Manajemen Risiko Agribisnis
a. MANAJEMEN RISIKO USAHA PEMBIBITAN TANAMAN BUAH DALAM
PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DESA
SUKAHATI (Study Kasus Di Kelompok Tani Tunas Hijau)

Secara umum Kelompok Tani Tunas Hijau telah mengaplikasikan sistem


manajemen risiko dengan sangat baik. semua aspek-aspek didalam manajemen risiko telah
diterapkan dengan baik oleh kelompok tani tunas hijau. Adapun dari segi peraturan dan
disiplin yang diterapkan oleh para pimpinan perusahaan tunas hijau sudah dipraktekan
dengan baik oleh para karyawan dan manajemen. sumber risiko dan ancaman yang
mengancam operasional perusahaan yang ada di tunas hijau sudah ditangani dengan baik,
meski masih ada beberapa sumber risiko yang lolos dalam penangan manajemen risiko
kelomppok tani tunas hijau.

Manajemen perusahaan dalam kelompok tani tunas hijau memiliki beberapa cara
dalam menanggulangi beberapa ancaman risiko yang akan menimpa perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, dalam menanggulangi sumber– sumber risiko seperti, risiko sosial, fisik
dan ekonmi. manajemen tunas hijau memiliki beberapa cara agar ancaman risiko tersebut
tidak terjadi kepada sebuah perusahaan, dan jika kemungkinan terburuknya itu terjadi,
maka kerugian yang menimpa tidak begitu besar. Dan ini ditanggulangi berdasarkan
sumber-sumber risiko yang ada.

1. Dalam mengatasi sumber risiko sosial beberapa manajemen perusahaan yang berada
di tunas hijau, melakukan sweeping setiap malam dan menseleksi secara ketat
sumber daya manusia yang akan di rekrut sebagai karyawan. Dalam hal ini,
kelompok tani tunas hijau lebih memilih sumber daya manusia yang berasal dari
garut dikarenakan pengetahuannya tentang agribisnis sudah mumpuni, tunas hijau
tidak mengambil sumber daya manusia ddari daerah sekitar dikarenakan minat
warga sekitar yang masih tidak mau untuk bekerja sebagai petani agribisnis.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 14


2. Dalam mengatasi sumber risiko fisik, beberapa manajemen perusahaan yang ada di
tunas hijau mempunyai caranya tersendiri agar sumber risiko fisiko bisa
terminimalisir dengan baik. Dalam meminialisir Risiko Fisik ini, tunas hijau
mencari lahan yang strategi untuk dijadikan tempat usahanya kelak, dan lahan itu
tepat di dekat sungai ciliwung, tepatnya lahan yang dijadikan lahan untuk memulai
usaha dibidang agribisnis ini hanya berjarak beberapa meter saja dari bibir sungai
ciliwung, pemilhan lahan ini bukanlah tanpa didasari oleh alasan.

3. Dalam meminimalisir kemungkinan risiko ekonomi manajemen risiko dalam tunas


hijau lebih mengutamakan kesehatan bibit-bibit tanaman yang di kembangbiakan,
dan juga bagaimana bibit-bibit tanaman ini terawat dengan baik. karena, harga
didalam penjualan produk agribisnis sangat fluktuatif tergantung dari tingkat
kondisi dari bibit tanaman itu sendiri jika bibit yang dijual tidak bagus, maka harga
nya pun akan turun drastis. Namun, Tunas Hijau dapat meminimalisirkan hal itu
dengan baik.

Tingkat efisiensi dari manajemen risiko yang diterapkan oleh kelompok tani tunas
hijau belum efisien. Adapun faktor yang menyebabkan manajemen risiko kelompok tani
tunas hijau belum efisien dan masih perlu pembaharuan diantaranya, Persaingan usaha yang
begitu ketat dan perkembangan teknologi yang semakin pesat serta pengawasan yang harus
diberikan secara ekstra dalam meminimalisir risiko-risiko yang ada.

Berkembangnya pendapatan masyarakat desa sukahati yang mayoritas pengusaha


tanaman bibit buah ini, menunjukan bahwa peluang bisnis yang ditawarkan dalam bisnis ini
cukup besar. Diharapkan pemerintah dapat memberikan lahan yang lebih kepada pengusaha
yang bergerak dibidang agribisnis agar gerak laju bisnis para pegusaha ini dapat ternaungi
dengan baik dengan adanya bntuan danri pemerintah.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 15


b. ANALISIS RISIKO USAHATANI BUNGA KRISAN POTONG
(Chrysanthenum indicum L) (Studi kasus di PT Alam Indah Bunga
Nusantara)

Risiko usahatani menyangkut seluruh kegiatan proses produksi yang dilakukan PT


Alam Indah Bunga Nusantara mulai dari proses pembibitan, persiapan lahan, pemeliharaan,
pemanenan, hingga pasca panen. Selain itu faktor hama dan penyakit, cuaca dan iklim,
bencana alam, tenaga kerja serta teknologi juga termasuk didalamnya. Apabila hal tersebut
terjadi maka akan mempengaruhi produksi krisan di PT Alam Indah Bunga Nusantara baik
secara kuantitas maupun kualitas dari krisan itu sendiri.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 16


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang akan
dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan
yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,menghindari risiko, mengurangi
efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu.Macam-macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu risiko berdasarkan sifatnya, yang terdiri atas risiko spekulatif dan risiko
murni, risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan, yang terdiri atas risiko yang dapat
dialihkan dan risiko yang tidak dapat dialihkan, serta risiko berdasarkan asal timbulnya,
yang terdiri atas risiko internal dan risiko eksternal.
Pengaplikasian manajemen risiko yang dikembangkan di industri dilakukan dengan
cara berbeda-beda, tergantung dari kebijakan industri tersebut. Contohnya pada industri
pangan, salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan di industri pangan untuk
menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap
dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen
adalah HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
Resiko adalah kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sedangkan Manajemen Risiko yaitu upaya-upaya
dalam bentuk aturan maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan
(meminimalisir) risiko atas suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-
masing dana kelolaan. Penerapan sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta
ketentuan yang tertuang dalam kebijakan perusahaan. Manajemen risiko dan pengendalian
internal memiliki kesamaan materi dan komponen, dan saling terkait satu dengan lainnya.
Manajemen risiko yang ada perlu dievaluasi keandalannya. Sementara itu, aktifitas
pengendalian akan menjadi optimal dengan menggunakan pendekatan risiko.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 17


3.2 Saran

Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan manusia, oleh karena itu pemakaian teknik analisis risiko, yang
diadopsi dari disiplin ilmu manajemen dalam proses pengambilan keputusan pada kegiatan
investasi di sektor industri konstruksi, khususnya subsektor sangat penting, karena dalam
setiap kegiatan, seperti bisnis properti, pasti ada berbagai ketidakpastian (uncertainty).

Demikian makalah yang kami buat, kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam tulisan maupun dari referensi yang diperlukan, untuk itu kami harap saran yang bisa
membangun demi kesempurnaan makalah ini.semoga makalah inidapat bermanfaat bagi
semuanya.

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. Manajemen Resiko. 2012. http://www.anneahira.com/manajemen-resiko.htm


[Terhubung Berkala] (10 Maret 2012)

Siagian, Faira dan Sekarsari, Jane. 2001, Penerapan Model Manajemen Risiko pada Proyek
Konstruksi Joint Venture di Indonesia Suatu Studi Kasus. Universitas Trisakti,
Jakarta.
Basuki, Minto. 2008. Studi Pengembangan Manajemen Risiko Usaha BangunanBaru Pada
Industri Galangan Kapal.
Jurnal.journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/article/view/2106[Terhubung Berkala](9
Maret 2012)
Nasution Zulfikar. 2011. Standar Keamanan Pangan Global.
http://zulkiflinasution.blogspot.com/2011/01/standar-keamanan-pangan-global.html
[Terhubung Berkala] (29 Februari 2012)

Sutawi. 1999. Kemitraan sebagai Strategi Manajemen Risiko.[Online]. Tersedia:


http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=manajemen%20resiko%20agribisnis&so
urce=web&cd=1&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Flambertus-
ahen.blogspot.com%2F2009%2F03%2Fmanajemen-risiko-agribisnis-
disampaikan.html&ei=vG1QT6mwPITirAf_zMy6DQ&usg=AFQjCNEpsAOLovk3k
JJH1Y68p7V8CWZA6g [2 Maret 2012].

http://www.spexotics.com/2012/09/pengertian-manajemen-risiko. Ahira, Anne. Manajemen


Resiko. 2012.

http://www.anneahira.com/manajemen-resiko.htm Darmawi, Herman. Manajemen Risiko.


Bumi Aksara, 2005.

http://sangid-com.blogspot.com/2013/12/makalah-manajemen-resiko.html

Manajemen Keuangan Agribisnis – Kelompok 8 Page 19

Anda mungkin juga menyukai