Anda di halaman 1dari 23

DAYA ADAPTASI KELOMPOK TANI LESTARI DALAM

KEBERLANJUTAN USAHA TANI PADI DI ERA NEW NORMAL

MAKALAH SEMINAR

Oleh

WAHYU ROHSARI WIDOWATI


23020318120021

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah Seminar : DAYA ADAPTASI KELOMPOK TANI


LESTARI DALAM KEBERLANJUTAN
USAHA TANI PADI DI ERA NEW NORMAL

Nama Mahasiswa : WAHYU ROHSARI WIDOWATI


Nomor Induk Mahasiswa : 23020318120021
Program Studi : S1 AGRIBISNIS

Tanggal Seminar : 22 April 2021

Disetujui oleh:

Panitia Seminar Pembimbing Seminar

Agus Subhan Prasetyo, S. P., M. Si. Agus Subhan Prasetyo, S. P., M. Si.
NIP. 199308232018071001 NIP. 199308232018071001

DAYA ADAPTASI KELOMPOK TANI LESTARI DALAM


KEBERLANJUTAN USAHA TANI PADI DI ERA NEW NORMAL

i
Wahyu Rohsari Widowati
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Daya adaptasi petani menunjukkan kekuatan seorang petani untuk


melakukan suatu bentuk adaptasi terhadap permasalahan tertentu. Bentuk dan
ragam adaptasi yang dilakukan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi. Daya
adaptasi dan bentuk adaptasi yang dilakukan petani di era new normal berkaitan
dengan kemampuan petani dalam menjaga keberlanjutan usaha taninya. Semakin
tinggi tingkat keragaman pilihan atau semakin banyak bentuk adaptasi yang
dilakukan, maka semakin tinggi daya adaptasi petani. Tujuan dari penelitian ini
yaitu (1) menganalisis daya adaptasi anggota kelompok tani (2) menganalisis
bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan kelompok tani padi Lestari. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan yang disesuaikan
dengan pertimbangan tertentu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan 30
informan. Jenis daya yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Teknik
analisis menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
penyusunan laporan secara sistematis.

Kata kunci : daya adaptasi, kelompok tani , new normal, petani

ii
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020


berdampak pada semua sektor. Virus ini memberikan dampak negatif pada sektor
apapun, tidak terkecuali sektor pertanian di Jawa Tengah. Melalui laman resmi
milik Pemprov Jawa Tengah disebutkan bahwa sektor pertanian di Jawa Tengah
masih cukup aman, namun petani diminta untuk terus mengembangkan inovasi-
inovasi guna beradaptasi dengan kondisi wabah yang masih terus terjadi.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam rapat terkait rencana aksi pangan
yang digelar di aula Dinas Pertanian dan Perkebunan, Kompleks Taru Budaya,
Ungaran, Kabupaten Semarang pada tanggal 5 Juni 2020 memaparkan bahwa
pihaknya selalu berusaha mencari solusi untuk memasarkan produk-produk
pangan pokok karena beberapa komoditas terimbas dengan turunnya permintaan
akibat covid-19. Komoditas pangan pokok mengalami penurunan permintaan
yang mengakibatkan turunnya harga bahan pangan pokok dari petani.
Penurunan harga komoditas pangan pokok seperti padi, jagung dan kedelai
mengakibatkan banyak petani yang kesulitan mencari pasar yang dapat memberi
harga layak terhadap hasil panen mereka. Petani perseorangan maupun yang
tergabung dalam suatu kelompok tani di Jawa Tengah dituntut mencari jalan
keluar atas permasalahan harga dan sulitnya mencari pasar yang layak untuk
memasarkan hasil panennya yaitu dengan melakukan adaptasi. Adaptasi manusia
merupakan proses penyesuaian diri terhadap suatu perubahan yang terjadi tanpa
bermaksud untuk menghilangkan perubahan yang sedang terjadi tersebut (Sutigno
dan Pigawati, 2015). Petani yang mampu melakukan adaptasi dengan baik terkait
dengan suatu permasalahan akan bertahan dengan hasil produksi yang konsisten
seperti sebelum terjadinya suatu perubahan. Namun, petani yang memiliki daya
adaptasi yang rendah kemungkinan besar akan menemui kesulitan saat terjadi
perubahan di suatu lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

1
Daya adaptasi petani di era new normal sangat mempengaruhi produktivitas
hasil pertaniannya. Petani yang memiliki daya untuk melakukan suatu bentuk
adaptasi yang tepat akan mampu survive dan setidaknya mampu mengusahakan
keberlanjutan usaha taninya yang terkena dampak pandemi covid-19. Bentuk-
bentuk adaptasi disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi pada suatu
kelompok atau individu, hal inilah yang menjadikan bentuk adaptasi antar satu
kelompok tani dengan kelompok tani lainnya umumnya berbeda-beda. Salah satu
kelompok tani yang melakukan adaptasi adalah kelompok tani Lestari.
Kelompok tani Lestari merupakan kelompok tani padi yang terletak di Desa
Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Kelompok tani yang
diketuai oleh Bapak Sri Widodo ini merupakan satu dari sekian kelompok tani di
Indonesia yang merasakan dampak pandemi covid-19. Kelompok tani yang sudah
berusia lebih dari 35 tahun ini melakukan beberapa bentuk adaptasi selama era
new normal, bentuk-bentuk adaptasi dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan gejolak harga, sulitnya mencari pasar yang layak dan bahkan
permasalahan ketersediaan pangan di rumah tangga petani.
Bentuk dan ragam adaptasi yang dilakukan oleh anggota kelompok
diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan anggota kelompok di
era new normal saat ini. Umur kelompok yang terbilang matang dengan anggota
yang cukup banyak dibandingkan dengan kelompok tani lain di daerah tersebut
serta adanya pengarahan dari penyuluh setempat semadyanya dapat menjadikan
kelompok tani dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dengan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai Daya Adaptasi Kelompok Tani Lestari dalam Keberlanjutan
Usaha Tani Padi di Era New Normal untuk menganalisis apakah daya adaptasi
petani di kelompok tersebut masih rendah atau sudah cukup tinggi serta bentuk-
bentuk adaptasi yang dilakukan untuk keberlanjutan usaha taninya.

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian daya adaptasi kelompok tani Lestari dalam keberlanjutan


usaha tani padi di era new normal adalah sebagai berikut :

2
1. Menganalisis tingkat daya adaptasi anggota kelompok tani Lestari
2. Menganalisis bentuk adaptasi yang diterapkan di kelompok tani Lestari

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian di kelompok tani Lestari adalah sebagai


berikut :
1. Bagi penulis yaitu mengetahui kondisi umum kelompok tani Lestari,
mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan serta
daya adaptasi anggota kelompok tani.
2. Bagi kelompok tani yaitu dapat mengetahui permasalahan-permasalahan
yang berkaitan dengan adaptasi yang dilakukan serta kemampuan
adaptasi tiap-tiap anggotanya sehingga dapat menentukan tindak lanjut
terhadap permasalahan tersebut.
3. Bagi pembaca yaitu dapat dijadikan referensi bacaan serta dapat
mengetahui secara umum bentuk adaptasi yang diterapkan kelompok
tani Lestari serta mengetahui daya adaptasi anggotanya.

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan wadah bagi para petani untuk mendapatkan


relasi, informasi, dan mempermudah usaha taninya. Eksistensi dan peranan
kelompok tani tersebut sangat penting artinya bagi sebuah komunitas yang
memiliki masalah dan tujuan bersama. Kelompok tani yaitu sebuah
kelembagaan ditingkat petani yang dibentuk untuk mengorganisir para petani
dalam berusaha tani (Hermanto dan Swastika, 2011). Kelompok tani padi
merupakan kelompok tani yang usaha taninya membudidayakan padi sebagai
komoditas utamanya. Kelompok tani langsung berpartisipasi dalam kegiatan
budidaya tanaman padi sebagai pilot proyek dalam meningkatkan keberdayaan
kelompok tani (Jaya et al., 2017).
Kelompok tani apabila dikelola dengan sungguh-sungguh maka dapat
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap usaha tani setiap anggotanya.
Kelompok tani memiliki 4 fungsi yang sangat penting bagi anggotanya yaitu kelas
belajar, wahana kerja sama, unit produksi dan usaha bisnis (Elsiana et al., 2018).
Walaupun demikian keberhasilan anggota juga dipengaruhi oleh sikap anggota itu
sendiri, apabila anggota kelompok tani bersungguh-sungguh dalam berkelompok
tani dan paham akan esensi dari kelompok tani maka usaha taninya akan terbantu.
Sejatinya keberadaan kelompok tani juga tidak banyak memberikan pengaruh
yang berarti terhadap tingkat partisipasi anggotanya (Hadi et el., 2019). Anggota
kelompok tani harus aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok sehingga
mendapatkan manfaat dari adanya kelompok tani itu sendiri.

2.2. Usahatani Padi

Usahatani padi dilakukan dengan mengelola sumber daya, dalam hal ini
yaitu komoditas padi dimana kegiatan ini juga memperhatikan penggunaan tenaga
kerja, modal dan pendapatan yang diperoleh. Terdapat empat unsur pokok yang
menjadi pembentuk usahatani yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan pengelolaan

4
usaha tani Luntungan (2015). Secara sederhana usahatani dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan mengusahakan pertanian, sedangkan pertanian merupakan kegiatan
mengelola sumber daya hayati untuk kepentingan manusia (Yogi dan
Ratnaningtyas, 2020).
Usahatani mempunyai konsep dasar yang biasa disebut sebagai Tri Tunggal
Usahatani. Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat
tiga modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah petani,
lahan dan tanaman atau ternak (Dewi et al., 2012). Petani pada praktik berusaha
tani sering kali menggunakan input yang tidak optimal sehingga pemeliharaan
dalam aktivitas usahatani tidak efisien atau tidak tercapai efisiensi teknis. Efisien
teknis tercapai jika peningkatan suatu output memerlukan pengurangan minimal
satu output lainnya atau meningkatnya penggunaan minimal satu input, dan jika
pengurangan satu input membutuhkan peningkatan minimal satu input lain atau
berkurangnya minimal satu output (Tinaprilla et al., 2013).

2.3. Daya Adaptasi

Daya adaptasi petani menunjukkan kekuatan seorang petani untuk


melakukan suatu bentuk adaptasi terhadap suatu permasalahan tertentu.
Beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah membutuhkan suatu kapasitas
maksimal baik dari internal individu yang banyak dipengaruhi latar belakang
identitas sosial petani maupun dari eksternal petani (Idawati et al., 2018). Tinggi
rendahnya daya adaptasi pada tiap-tiap petani dipengaruhi oleh beberapa hal salah
satunya yaitu latar belakang pendidikan dan lama pengalaman bertani. Petani
dengan pendidikan dan pengalaman yang baik akan mudah mengidentifikasi suatu
permasalahan dan melakukan bentuk adaptasi yang sesuai. Petani padi harus
dikuatkan melalui layanan penyuluhan yang lebih baik untuk mencapai kapasitas
adaptasi yang tinggi juga untuk menolong mereka memperoleh output padi yang
lebih (Mabe et al., 2012).
Tinggi rendahnya daya adaptasi petani secara tidak langsung menunjukkan
bentuk dan jenis adaptasi yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat keragaman
pilihan, maka semakin tinggi daya adaptasi manusia (Susilo et al., 2017). Setiap

5
bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani tentunya diharapkan hasil yang
memuaskan dan sesuai dengan harapan petani sebelum melakukan bentuk
adaptasi tersebut. Suatu kelompok dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungannya tentu saja memiliki konsekuensi tertentu baik yang diharapkan
maupun tidak diharapkan.

2.4. Bentuk Adaptasi

Bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh suatu kelompok disesuaikan


dengan permasalahan yang dihadapi. Macam adaptasi manusia terhadap keadaan
geografisnya dibedakan menjadi adaptasi fisiologi, adaptasi morfologi yang
merupakan adaptasi secara fisik, adaptasi budaya yang berkaaitan dengan
perubahan kebiasaan, adaptasi bahan makanan dan adaptasi psikologis yang
merupakan adaptasi mengenai pola pikir (Sutigno dan Pigawati, 2015). Bentuk
adaptasi masyarakat di suatu lingkungan dalam menghadapi permasalahan selalu
berbeda-beda. Bentuk adaptasi yang umum dilakukan oleh masyarakat meliputi
adaptasi aktif yaitu bentuk adaptasi yang mengutamakan semua potensi yang ada,
adaptasi pasif yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan yang
sifatnya pasif, adaptasi sosial yang berkaitan dengan mengubah sesuatu untuk
meningkatkan kualitas sosial individu, adaptasi ekonomi dengan melakukan
beberapa kegiatan yang berbeda dari mata pencaharian sebelumnya dan adaptasi
budaya yang berkaitan dengan pembiasaan diri mengenai suatu lingkungan hingga
merasa nyaman (Artiningrum dan Sukmajati, 2017).
Bentuk-bentuk adaptasi individu dalam suatu masyarakat dapat dilihat dari
berbagai tipologi sesuai tujuan yang digariskan oleh kebudayaan dan sarana
institusional (Widayati, 2011). Bentuk adaptasi dilakukan dengan tujuan agar
dapat bertahan atas suatu permasalahan. Tingkah laku adaptif berhubungan
dengan respon-respon yang sesuai dengan permasalahan yang dimiliki dan dipilih
seseorang dalam pengambilan keputusan (Iksan et al., 2018).

2.5. Era New Normal

6
Era new normal atau normal baru adalah tatanan baru yang mengatur
kebiasaan manusia di masa pandemi covid-19 pada semua bidang. Era new
normal menuntut masyarakat untuk melakukan seluruh kegiatannya dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan. Lonjakan biaya sosial dan ekonomi negara
menjadi salah satu latar belakang pemerintah menempuh jalan baru “new normal”
atau menciptakan kebiasaan dan perilaku baru untuk menghadapi virus mematikan
ini (Zinn, 2020). Penerapan era new normal diharapkan dapat mengurangi dampak
negatif yang disebabkan oleh covid-19 serta strategi untuk memulihkin kondisi
perekonomian, kesehatan, pendidikan dan bidang lain yang terkena dampak
pandemi. Beberapa hal mungkin dapat berubah atau diatasi dengan new normal,
tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal yang buruk akan terjadi kedepannya
(Proffitt, 2020).
New normal merupakan tatanan dimana masyarakat dituntut untuk
beraktivitas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Diberlakukannya adaptasi
kebiasaan baru namun peningkatan kasus positif tetap tinggi, bahkan lebih besar
dari sebelumnya membuktikan bahwa masih banyak orang yang tidak mematuhi
protokol kesehatan (Aly et al., 2020). Adanya era new normal bukan berarti
kehidupan kembali semula seperti sebelum pandemi namun berkegiatan seperti
biasa dengan mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat.

7
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang digunakan oleh peneliti sebagai referensi dalam penyusunan laporan :
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Aditya Listiyan Sutigno dan Bentuk Adaptasi Masyarakat Metode penelitian yang digunakan pendekatan Terdapat 5 bentuk adaptasi yang
Bitta Pigawati (2015) Terhadap Bencana Rob di Desa kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui dilakukan oleh masyarakat desa
Triwulan Kecamatan Sayung wawancara. Analisis data menggunakan teknik Triwulan yaitu adaptasi aktif, pasif,
Kabupaten Demak analisis deskriptif, dengan teknik deskriptif adaptasi sosial, adaptasi ekonomi dan
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. adaptasi budaya.

2. Nurjihan Habiba, M.Fadhil Adaptasi Sosial Masyarakat Metode penelitian yang digunakan pendekatan Terdapat dua faktor utama yang
Nurdin dan R.A.Tachya Kawasan Banjir di Desa kualitatif dengan teknik pengumpulan data mempengaruhi masyarakat untuk
Muhamad (2017) Bojongloa Kecamatan Rancaekek melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. melakukan suatu bentuk adaptasi
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis faktor ekonomi dan faktor sosial.
kualitatif berupa pengolahan data,
pengorganisasian data dan penarikan
kesimpulan. Keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber dan metode.
3. Siti Zaenun, Titik Ekowati Daya Adaptasi Perubahan Iklim Metode analisis data yang digunakan adalah : Bentuk adaptasi petani padi terhadap
dan Endang Dwi Purbajanti Terhadap Pedapatan Petani Padi a).Analisis persentase untuk mengetahui bentuk perubahan iklim antara lain dengan :
(2017) di Kecamatan Gemuh Kabupaten dan daya adaptasi perubahan iklim petani padi, merubah pola tanam, menggeser
Kendal b). Analisis regresi linear berganda untuk waktu tanam, pengolahan tanah,
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi memperbaiki sistem irigasi dan
pendapatan usahatani padi, c). Analisis pengendalian Organisme Pengganggu
pendapatan petani padi di Kecamatan Gemuh Tanaman (OPT).
Kabupaten Kendal

8
Persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan 2 penelitian
terdahulu pertama yaitu terletak pada metode penelitian dan teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu salah satunya menggunakan teknik wawancara.
Persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu yang terakhir yaitu sama-sama
menganalisis daya adaptasi petani terhadap suatu permasalahan. Perbedaan antara
penelitian yang akan dilakukan dengan jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang
disebutkan diatas yaitu penelitian-penelitian tersebut fokus pada bentuk-bentuk
adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan suatu fenomena yang
sulit diprediksi mengenai waktu terjadinya. Bentuk adaptasi digambarkan pada
penelitian tersebut juga masih digambarkan secara umum misalnya adaptasi
ekonomi, adaptasi sosial dan adaptasi kebudayaan.
Adapun kebaharuan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu peneliti ini
akan menjabarkan bentuk dan ragam adaptasi petani secara lebih rinci mengenai
kegiatan adaptasi seperti apa yang akan dilakukan. Selain itu peneliti juga akan
menganalisis daya adaptasi anggota kelompok tani dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan kelompok tani dalam mempertahankan keberlanjutan
usaha tani padi di era new normal. Seperti yang diketahui tiga penelitian
sebelumnya hanya menjelaskan bentuk-bentuk adaptasi secara umum, bentuk
adaptasi yang dilakukan untuk mengurangi permasalahan yang berkaitan dengan
suatu fenomena alam dan kurang menerangkan mengenai bagaimana pengaruh
tinggi rendahnya daya adaptasi terhadap keberhasilan suatu adaptasi. Berdasarkan
fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan
termasuk suatu kebaharuan penelitian terhadap daya adaptasi kelompok tani yang
berkaitan dengan keberlanjutan usaha taninya.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kelompok tani Lestari merupakan salah satu kelompok tani padi yang
berlokasi di Desa Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.
Kelompok tani ini sudah berusia lebih dari 35 tahun. Kelompok tani yang diketuai
oleh Bapak Sri Widodo ini dibentuk sejak generasi ayah beliau, artinya umur
kelompok tani ini sudah sangat matang. Anggota yang tergabung dalam kelompok
tani ini terbilang cukup banyak dibandingkan dengan kelompok tani lain didaerah
tersebut yaitu sebanyak 85 orang. Berdasarkan keterangan ketua kelompok,
hampir 70% anggota kelompok tani memiliki lahannya sendiri dan sebagian
sisanya memiliki lahan garapan yang disewa dari orang lain. Rata-rata luas lahan
anggota kelompok tani adalah berkisar antara 0,5 – 6 Ha per orang dan biasa
menjual hasil panennya dalam bentuk beras karena untungnya yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan menjual dalam bentuk gabah, karena harga gabah
umumnya hanya separuh harga beras yaitu sekitar Rp 4500/kg. Namun harga
beras juga sering berubah-ubah dan tidak menentu, utamanya saat terjadi masalah
pada sektor ekonomi pertanian seperti saat pandemi covid-19 akhir-akhir ini.
Sejak pandemi covid-19 harga gabah dan beras seringkali bergejolak
sehingga menjadikan anggota kelompok tani ragu untuk menyimpan hasil
produksinya atau menggilingnya menjadi beras. Masa pandemi seperti saat ini,
banyak anggota kelompok yang mengeluhkan mengenai harga beras yang bahkan
tidak sampai harga Rp 8.000,- / kg. Harga beras yang semakin menurun nyatanya
berpengaruh terhadap kehidupan perekonomian anggota kelompok tani. Ketua
kelompok menerangkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil
panen seharusnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah
tangga anggota serta keperluan olah lahan untuk musim tanam berikutnya.
Namun, sejak pandemi harga hasil panen tidak stabil dan mempengaruhi

10
perekonomian anggota kelompok sehingga banyak anggota kelompok yang
menemui kesulitan dalam melanjutkan usaha taninya.
Kesulitan atas segala permasalahan yang disebabkan oleh pandemi covid-
19 mau tidak mau mengharuskan para anggota kelompok untuk memutar otak
mencari jalan keluar. Anggota kelompok tani berinisiatif untuk melakukan
beberapa bentuk adaptasi untuk keluar dari permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan diharapkan mampu
menstabilkan kembali kehidupan petani dimasa new normal saat ini dimana daya
adaptasi kelompok tani merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
tercapainya harapan tersebut. Semakin tinggi tingkat keragaman pilihan bentuk
adaptasi, maka semakin tinggi daya adaptasi manusia (Susilo et al., 2017). Bentuk
dan daya adaptasi yang dilakukan kelompok tani secara otomatis akan
mempengaruhi kondisi perekonomian dan kemampuan anggota kelompok dalam
menyelesaikan permasalahan terkait keberlanjutan usaha taninya. Petani yang
melakukan adaptasi dan memiliki daya adaptasi yang tinggi akan memiliki
kapasitas untuk mengusahakan keberlanjutan usaha taninya.

11
Kelompok Tani
Lestari

Usaha Tani Padi

Permasalahan Selama Era New Normal :


1. Harga hasil panen yang tidak stabil
2. Rantai pasok yang terganggu
3. Sulit mencari pasar
4. Kondisi ekonomi yang tidak stabil, sehingga
mempengaruhi keberlanjutan usaha tani padi

Adaptasi

Daya Adaptasi Bentuk Adaptasi

Keberlanjutan Usaha Tani Padi

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran


Keterangan :
= Garis Pengaruh
= Garis Hubungan

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode


penelitian kualitatif dipilih karena peneliti ingin menguraikan bagaimana

12
kelompok tani melakukan adaptasi, selain itu peneliti juga ingin mengetahui
mengapa dan bagaimana mereka melakukan adaptasi. Penelitian kualitatif adalah
melakukan penelitian dalam kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data,
menyajikan data-data dalam bentuk kata-kata atau gambar, dan tidak menekankan
pada angka-angka; mengutamakan proses dari pada produk; melakukan analisis
data secara induktif; dan lebih menekankan makna di balik data yang diamati
(Sugiyono, 2013). Penelitian kualitatif digunakan untuk mengeksplor fenomena-
fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti
proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang
suatu konsep yang beragam dan lain sebagainya (Djam’an, 2011). Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menempatkan peneliti sebagai instrumen
kunci dari penelitian itu sendiri. Pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis
data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Anggito dan Setiawan, 2018).

3.3. Metode Penentuan Lokasi

Penelitian dilakukan di kelompok tani Lestari yang berlokasi di Desa


Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
yang dipilih memiliki anggota kelompok yang paling banyak dibandingkan
dengan kelompok tani lain yang tergabung dalam gapoktan di daerah tersebut
sehingga diharapkan bentuk adaptasi yang dilakukan akan lebih beragam.

3.4. Metode Penentuan Informan

Informan yang digunakan oleh peneliti berjumlah 30 orang yang terdiri


dari seorang ketua kelompok dan 29 anggota kelompok. Informan kunci pada
penelitian ini yaitu ketua kelompok tani dengan pertimbangan bahwa ketua
kelompok dapat memberikan informasi pada peneliti terkait anggota kelompok
yang memiliki kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan yang telah ditetapkan
peneliti. Informan selanjutnya ditentukan dengan purposive sampling. Metode
penentuan informan pada penelitian ini menggunakan metode purposive

13
sampling. Purposive sampling yaitu mengambil sampel sesuai dengan kriteria
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018). Pengambilan informan dilakukan
dengan pertimbangan bahwa :
1. Anggota kelompok tani yang secara kontinyu melakukan kegiatan usaha tani
padi sepanjang tahun
2. Anggota kelompok tani yang secara nyata usaha taninya terdampak covid-19
3. Anggota kelompok tani yang aktif dalam kegiatan atau aktivitas kelompok tani,
misalnya aktif menghadiri pertemuan rutin yang dilakukan setiap 35 hari sekali

3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dari penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan
penelitian dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi. Wawancara
dilakukan kepada ketua dan anggota kelompok dengan menggunakan instrumen
pendukung berupa pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi dari informan mengenai permasalahan dan adaptasi yang
dilakukan. Wawancara yaitu kegiatan mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian, dan lain-lain,
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian dialami masa lalu;
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami
pada masa yang akan datang, memferivikasi, mengubah dan memperluas
konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota
(Moleong, 2011). Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung
kegiatan usaha tani untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai permasalahan
yang dihadapi serta bentuk adaptasi yang dilakukan. Observasi adalah
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Observasi
dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks alamiah (Gunawan, 2015).
Data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh tidak melalui tangan
pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga atau seterusnya. Data sekunder
pada penelitian ini diperoleh dari ketua gapoktan, kantor balai desa, BPS, dan
dinas pertanian Kabupaten Wonogiri. Data sekunder yang dibutuhkan pada

14
penelitian ini berupa hasil produksi kelompok sebelum dan sesudah new normal
untuk menggetahui apakah bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan berhasil. Data
sekunder pada penelitian diperoleh melalui, studi literatur, buku, jurnal ilmiah dan
dokumentasi kegiatan (Raco, 2010).

3.6. Keabsahan Data


Data yang diperoleh diuji keabsahannya menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan hal-hal (data) lain untuk pengecekan atau
perbandingan data. Penelitian kualitatif mengenal empat jenis teknik triangulasi
yaitu triangulasi sumber (data triangulation), triangulasi peneliti (investigator
triangulation), triangulasi metodologis (methodological triangulation), dan
triangulasi teoretis (theoritical triangulation) (Hadi, 2017). Jenis triangulasi yang
digunakan yaitu triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber dan metode
dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengamatan, wawancara, dan
analisis dokumen sehingga diharapkan hasil analisis dapat mencapai tingkat mutu
dan kevalidan yang tinggi (Pritandhari, 2016).
Triangulasi metode merupakan teknik menguji keabsahan data dengan cara
menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data kepada sumber
yang sama dengan metode yang berbeda (Winarmi, 2021). Penggunaan triangulasi
metode pada penelitian ini dilakukan mengingat setiap metode pengumpulan data
memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing sehingga penggunaan
setidaknya 3 metode yaitu wawancara, observasi dan penelusuran dokumen
diharapkan mampu menyempurnakan data yang diperoleh. Triangulasi sumber
bertujuan untuk mengukur kredibilitas data yang dilakukan dengan
membandingkan data yang telah diperoleh dari ketua kelompok dan anggota
kelompok yang dilakukan dengan metode serupa (Zulmiyetri et al., 2012).

3.7. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data model interaktif Miles dan Huberman. Model interaktif yang digunakan
peneliti sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Hubberman yaitu

15
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2014), terdapat beberapa tahapan analisis data model
interaktif Miles dan Huberman, yaitu :
1. Pengumpulan Data, pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam dan observasi yang menghasilkan data kompleks.
2. Reduksi Data, Reduksi data yaitu penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang
bermakna, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.
3. Penyajian data, penyajian-penyajian data yaitu menyusun informasi yang
telah diperoleh secara sistematis dan mudah dipahami untuk selanjutnya dapat
ditarik kesimpulan. Fokus data nantinya disajikan dalam bentuk teks naratif
yang menerangkan mengenai daya adaptasi dan bentuk adaptasi yang
dilakukan kelompok tani
4. Penarikan kesimpulan, merupakan tahap akhir dalam analisis data yang
dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengacu pada rumusan masalah
secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun dibandingkan
antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalahan yang ada.
5. Penyusunan laporan, yaitu kegiatan menyusun hasil pengolahan data secara
sistematis dalam bentuk laporan tertulis.
Teknik analisis data dengan model interaktif Miles dan Huberman, terdiri
dari empat langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan yang dilakukan secara berulang sampai didapatkan data
yang jenuh yang dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Pengumpulan Penyajian
data data

Reduksi data

Penarikan
Kesimpulan

16
Ilustrasi 2. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman

DAFTAR PUSTAKA

Aji, A.A., A. Satria dan B. Hariono. 2014. Strategi pengembangan agribisnis


komoditas padi dalam meningkatkan ketahanan pangan Kabupaten
Jember. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 11(1) : 6–67.
Aly, M. D., Putri, A. N. R dan Rosyida, G. 2020. Panduan aman “new normal”
menghadapi pandemi covid-19. Jurnal Layanan Masyarakat. 4(2) : 415–
422.
Anggito, A dan Setiawan, J. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. CV Jejak : Jawa
Barat.
Artiningrum, P dan Sukmajati, D. 2017. Adaptasi arsitektur vernakular kampung
nelayan bugis di Kamal Muara. Jurnal Arsitektur NALARs. 16(22) : 69-
94.
Cepriadi dan Yulinda, R. 2012. Persepsi petani terhadap usahatani lahan
pekarangan (studi kasus usahatani lahan pekarangan di Kecamatan Kerinci
Kabupaten Pelalawan). Indonesian Journal of Agricultural Economics.
3(2) : 177–194.
Dewi, I. G. A. C., Suamba, I. K dan Ambarwati, I. G. A. A. 2012. Analisis
efisiensi usahatani padi sawah (studi kasus di Subak Pacung Babakan,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung). Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata. 1(1) : 1-10.
Djam’an, S. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Elsiana., S. Satmoko dan S. Gayatri. 2018. Pengaruh fungsi kelompok terhadap
kemandirian anggota pada kelompok tani padi organik di paguyuban Al-
barokah Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 2(2) : 111–118.
Habiba, N., M. F. Nurdin dan R. A. T. Muhamad. 2017. Adaptasi sosial
masyarakat kawasan banjir di Desa Bojongloa Kecamatan Rancaekek.
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiolohi. 2(1) : 40–58.

17
Hadi, S., A. N. Akhmadi dan H. Prayuginingsih. 2019. Peran kelompok tani dan
persepsi petani terhadap penerapan budidaya padi organik di Kabupaten
Jember. Jurnal Penyuluhan. 15(2) : 154–168.
Hermanto dan Swastika Dewi KS. 2011. Farmers’Groups Empowerment as an
Initial Step to Farmers’Welfare Improvement. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian. 9(4) : 371- 390.
Idawati., Fatchiya dan Jitropranoto. 2018. Kapasitas adaptasi petani kakao
terhadap perubahan iklim. Jurnal TABARO. 2(1) : 178–190.
Iksan, A., Deeng, D dan Sandiah, N. 2018. Strategi adaptasi petani kelapa di Desa
Lelilef Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal
HOLISTIK. 11 (22) : 1–18.
Gunawan, I. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Jaya, M. N., S. Sarwoprasodjo., M. Hubeis dan B. G. Sugihen. 2017. Tingkat
keberdayaan kelompok tani pada pengelolaan usahatani padidi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah. Jurnal Penyuluhan. 13(2) : 166–180.
Juanda, Ahmad. 2019. Membangun Ekonomi Nasional yang Kokoh. Universitas
Muhammadiyah Malang : Malang.
Luntungan, A. Y. 2015. Analisis tingkat pendapatan usaha tani tomat apel di
Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Jurnal Pembangunan Ekonomi
dan Keuangan Daerah. 17(1) : 1-25.
Mabe, F.N., Sarpong, D.B., Osei-Asare, Y. 2012. Adaptive Capacities of Farmers
to Climate Change Adaptation Strategies and Their Effects on Rice
Production in the Northern Region of Ghana,. Russian Journal of
Agricultural and Socio-Economic Sciences. 11 (11)
Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Pemprov Jateng. 2020. Pandemi, Stok Pangan di Jateng Masih Aman.
https://jatengprov.go.id/publik/pandemi-stok-pangan-di-jateng-masih-
aman/ (diakses tanggal 28 April 2021).
Patton, M. Q. 1987. How to Use Qualitative Methods in Evaluation.
California: Sage Publications.

18
Pritandhari, M. 2016. Penerapan komik strip sebagai media pembelajaran mata
kuliah manajemen keuangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Metro. Jurnal Pendidikan Ekonomi. 4(2) : 1–7.
Proffitt, E. 2020. What will be the new normal for the dental industry?. British
Dental Journal. 228(9) : 678–680.
Raco. 2010. Metode penelitian kualitatif : jenis, karakteristik dan keunggulannya.
Jakarta. PT. Grasindo.
Rukajat, A. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta : Deepublish.
Scott, J.C. 1981. Moral Ekonomi Petani Pergolakan dan Substansi di Asia
Tenggara. Jakarta : LP3ES
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suryanto, A. 2019. Teknologi Produksi Tanaman Budi Daya. Malang : UB Press.
Susilo, E., Purwanti, P dan Fattah, M. 2017. Adaptasi Manusia : Pangan dan
Jaminan Sosial Sumberdaya. Malang : Universitas Brawijaya Press.
Sutigno, A. L dan B. Pigawati. 2015. Bentuk adaptasi masyarakat terhadap
bencana rob di Desa Triwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
Jurnal Teknik PWK. 4(4) : 449–513.
Tinaprilla, N., Kusnadi, N., Sanim, B dan Hakim, D. B. 2013. Analisis efisiensi
teknis usahatani padi di Jawa Barat Indonesia. Jurnal Agribisnis. 7(1) : 15-
34.
Wahyu, M. M dan Setiawan, I. 2017. BUMN Pangan “Evolusi Menuju
Kedaulatan Pangan”. Jakarta : Penebar Swadaya.
Widayati, W. 2011. Ekologi Manusia : Konsep, Implementasi dan
Pengembangannya. Kendari : Unhalu Press.
Winarmi, E. W. 2021. Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, PTK,
R&D. Jakarta : Bumi Aksara.
Yogi dan Ratnaningtyas, S. 2020. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung : ITB
PRESS.

19
Zaenun, S., T. Ekowati dan E. D. Purbajanti 2017. Daya adaptasi perubahan iklim
terhadap pedapatan petani padi di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.
Jurnal AGROMEDIA . 35(1) : 38–54.
Zinn, J. O. 2020. A monstrous threat’: how a state of exception turns into a ‘new
normal’. Journal of Risk Research. 23(7-8) : 1083–1091
Zulmiyetri., Safarudin dan Nurhastuti. 2012. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta :
Kencana.

20

Anda mungkin juga menyukai