Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR AGRIBISNIS

PENERAPAN SUBSISTEM AGRIBISNIS PADA TANAMAN BAWANG


MERAH (Allium cepa var.aggregatum)

Dosen Pengampu :

Ir. Sri Hindarti M.Si

Disusun oleh :
Nama
Vina Muvinadia
Ahmad Ilyas
M.Walid Saban Usman
Dini Rizkyoni
Andika Khairul Mustaqim
Andika Eka S

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan taufiq dan karunia-Nya
kepada kita, yang selalu memberikan petunjuk dan pertolongan kepada hamba-hamba-
Nya. Ia maha pengasih dan lagi maha penyayang. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Selanjutnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Studi
Pengantar Agribisnis yang diampu oleh Ir. Sri Hindarti M.Si serta semua pihak yang telah
banyak membantu kami, sehingga kami bisa menyusun tugas ini meskipun masih jauh
dari kata sempurna. Kami telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan baik. Jika
ada kekeliruan baik dari segi teknik penulisan maupun isi, maka kami mohon maaf dan
mohon kritik beserta sarannya.
Akhirnya mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi kami sebagai penulis, semoga Allah SWT senantiasa menunjukkan jalan
yang lurus dan melimpahkan berkah serta ridho-Nya. Amin

Malang, 29 November 2019


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agrarisdengan luas lahan yang sangat luas dan
keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Di negara agraris seperti Indonesia,
pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, apalagi dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan
juga semakin meningkat. Selain itu, ada peran tambahan dari sektor pertanian yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang berada di bawah
garis kemiskinan.
Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki berbagai tipe iklim,
sehinggamemungkinkan untuk mengembangkan berbagai jenis hortikultura. Bawang
merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim dan salah satu komoditas
sayuran bernilai ekonomi tinggi yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
serta tidak sedikit memberikan sumbangan dalam peningkatan kesejahteraan
petani.
Kebutuhan akan komoditas ini semakin meningkat karena hampir semua masakan
membutuhkan komoditas ini. Selain dipakaisebagai bahan bumbu masakan, bawang
merah juga digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit tertentu. Karena kegunaannya
sebagai bahan bumbu dapur dan bahan obat-obatan, maka bawang merah juga dikenal
sebagai tanaman rempah dan obat (Wibowo,2008).
Prospek usahatani bawang merah berpola agribisnis cukup cerah, bahkan dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah, bawang merah diharapkan menjadi komoditas
unggulan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dari sektor pertanian. Pertumbuhan
ekonomi dapat mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat. Disamping
itu, dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat juga akan memacu permintaan
terhadap produk-produk pangan atau bahan baku yang sejenisnya semakin beragam.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkembangnya segmen-segmen konsumen
tertentu terhadap permintaan produk sayuran yang bersifat spesifik, termasuk prospek
pemasaran komoditas bawang merah (Sunarjono,2001).
Pengembangan agribisnis hortikultura mempunyai keunggulan dibandingkan
komoditas pertanian lainnya. Pertama dalam satuan luas lahan yang kecil dapat
memberikan keuntungan besar. Kedua, dapat memberikan jaminan pendapatan yang
tinggi.Petani merupakan pelaku dari proses produksi tanaman. Proses produksi tanaman
dimulai dari perencanaan, persiapan lahan, pemilihan benih atau bibit, penanaman,
pemupukan, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Dalam perjalanannya petani dapat
memahami sifat-sifat dan karakteristik tanaman yang diusahakannya, karena itu petani
merupakan sumber informasi dalam proses produksi tanaman.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura seperti bawang
merah diperlukan usaha peningkatan produksi yang mengarah kepada peningkatan
efesiensi usaha atau produktivitas, mutu produk, keanekaragaman, dan kuantitas produk.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan penguasaan dan aplikasi ilmu dan teknologi
pemanfaatan sumber daya alamsecara bijaksana dan optimal, pelaksanaan kegiatan dalam
skala usaha yang layak, peningkatan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia
dalam manajemen usaha serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan
swasta dalam melaksanakan agribisnis hortikultura.
Pengembangan hortikultura perlu terus dilaksanakan mengingat:
1. Potensi lahan dan keragaman hayati yang memungkinkan pengembangan sayuran
2. Potensi permintaan sejalan dengan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan.
Konsumsi per kapita sayuran masih rendah ( 37 kg/ kapita/tahun dibandingkan standar
FAO sebesar 73 kg/kapita/tahun).
3. Peluang ekspor sayuran tinggi.
4. Peran sayuran sebagai sumber pertumbuhan: sumber pendapatan dan lapangan kerja
masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem agribisnis itu mampu berjalan dengan baik


2. Bagaimana proses sub sistem input pada komoditas bawang merah
3. Bagaimana proses sub sistem produksi komoditas bawang merah
4. Bagaimana proses sub sistem agroindustry komoditas bawang merah
5. Bagaimana proses sub sistem agroniaga komoditas bawang merah
6. Bagaimana sub sistem penunjang mengatur jalannya sistem agribisnis pada
komoditas bawang merah

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana sistem agribisnis berjalan


2. Mengetahui proses sub sistem input yang baik
3. Mengetahui proses sub sistem produksi komoditas bawang merah
4. Mengetahui proses sub sistem agroindustry komoditas bawang merah
5. Mengetahui proses sub sistem agroniaga komoditas bawang merah
6. Mengetahui tugas penunjang dalam sistem agribisnis
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Definisi bawang merah


Tanaman bawang merah diduga berasl dari Asia Tengah, terutama Palestina dan
India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan Mediteranian.
Pendapat lain menyatakan bawang merah berasal dari Iran dan pegunungan sebelah Utara
Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia Barat,
yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki (Wibowo, 2005).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan
dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya.
Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai
30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat
benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang
disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat
2 calon biji.Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji
bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk ke
dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna
menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu, tanaman ini juga berkhasiat
sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes melitus, disentri
dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono, 2005). Wibowo (2005) menyatakan
bahwa, bawang merah mengandung protein 1,5 g, lemak 0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40
mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan air 88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak
90%. Komponen lain berupa minyak atsiri yang dapat menimbulkan aroma khas dan
memberikan citarasa gurih pada makanan.
Secara morfologi, bagian tanaman bawang merah dibedakan atas akar, batang,
daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary
root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu
akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat
hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan
jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang merah (Pitojo, 2003).
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan kuncup-
kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati
merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal
daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak dan berdaging,
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Apabila dalam pertumbuhan tanaman
tumbuh tunas atau anakan, maka akan terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang
dikenal dengan istilah “siung”. Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan
bawang merah dari benih umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah
dan biji. Warna kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan,
tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat
(Wibowo, 2005).
Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda hingga hijau
tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujung meruncing,
berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru bertunas biasanya belum
terlihat adanya rongga.
Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan yang
masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan persarian akan
tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan mengering dan mati.
Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat biji yang berbentuk agak pipih
dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih bening dan setelah tua
berwarna hitam (Pitojo, 2003).
2.2 Pengertian Sistem Agribisnis

Sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semuaaktifitas, mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi (input) sampaidengan pemasaran produk-produk yang
dihasilkan oleh usaha tani sertaagroindustri, yang saling terkait satu sama lain.

2.3 Pengertian Subsistem Input

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih,bibit,
makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembagakredit, bahan
bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan
pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan,perusahaan swasta,
pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem inimengingat perlunya keterpaduan
dari berbagai unsur itu guna mewujudkansukses agribisnis. Industri yang meyediakan
sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream).
2.4 Pengertian Subsistem Produksi

Subsistem produksi ialah usaha tani yang menghasilkan produk pertanian berupa
bahan pangan, hasilperkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak,
hewan danikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri
daripetani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.

2.5 Pengertian Subsistem Pengolahan

Subsistem agroindustri atau subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness)


merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk
olahan (siap dimasak, siap saji, atau siap konsumsi).

2.6 Pengertian Subsistem Agroniaga

Subsistem agroniaga merupakan kegiatan penyaluran hasil prduk pertanian primer


maupun olahan dari produsen sampai ke konsumen akhir, baik melalui kegiatan
perdagangan di pasar domestic maupun internasional.

2.7 Pengertian Subsistem Agrosupporting

Subsistem agro support subsistem jasa pelayanan pendukung ( agro support )


seperti Lembaga keuangan dan pembiayaan, penelitian dan pengembangan, transportasi,
penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis,
dan sebagainya.
BAB III

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai