Dosen Pengampu :
Sandryas Alief Kurniasanti, S.ST., M.M.
Teknisi :
Christine Ylia Iswani, S.ST
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Leoni Agustin (362141311126)
2. Galuh Ardhanawikanesri Utari (362141311132)
3. Divaldo Dewa Septama (362141311133)
4. Mohamad Hikmal Hisyam (362141311145)
5. Yessi Amelia Gono (362141311148)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengerahui cara menganalisis penerimaan dan keuntungan usaha bawang merah di
Desa Tembokrejo.
2. Mengetahui cara menganalisis kelayakan usaha bawang merah di Desa Tembokrejo.
3. Mengetahui cara menganalisis sensivitas kelayakan usaha bawang merah di Desa
Tembokrejo, apabila terjadi peningkatan harga dan penurunan produksi kopi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa petani bawang merah Desa Tembokrejo banyak didominasi
oleh petani pada kisaran usia 38-42 tahun dan 48-52 tahun, yaitu sebesar 18 orang dengan
presentase sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani bawang merah Desa
Tembokrejo berada pada usia produktif untuk bekerja, sehingga akan mempengaruhi
produktivitas bekerja dan produksi output yang semakin meningkat. Suratiyah (2015)
menyatakan bahwa ditinjau dari segi umur, semakin tua akan semakin berpengalaman
sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya.
Total produksi bawang merah Desa Tembokrejo dalam satu kali musim panen adalah sebesar
109.037 kg. Hasil produksi tersebut diperoleh dari luas lahan sekitar 11,9 ha. Bawang merah
yang dihasilkan oleh petani sebagian besar langsung dijual dalam bentuk umbi. Tercatat
sebanyak 1.135 kg bawang merah dikonsumsi sendiri oleh petani, sedangkan 107.902 kg
bawang merah langsung dijual kepada tengkulak.
Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dikeluarkan oleh petani. Biaya tunai
merupakan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani Biaya tunai pada usahatani
bawang merah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi meliputi biaya
benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), biaya
irigasi, biaya sewa mesin, biaya sewa lahan, dan biaya pajak tanah.
4.3.2 Biaya pajak tanah
Biaya pajak lahan merupakan biaya tunai yang dibayarkan petani setiap satu tahun sekali.
Pajak merupakan pungutan yang dibebankan oleh petani terhadap lahan yang dimilikinya.
Pajak tanah atau lahan ini dibayarkan oleh petani kepada petugas pajak setiap tahunnya.
Besamya pajak yang dibebankan kepada petani tergantung oleh besarnya luas lahan yang
dimiliki. Total biaya pajak tanah yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp. 100.000.
Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada usahatani untuk penggunaan
Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan penyusutan alat dan mesin pertanian Biaya untuk tenaga
kerja dalam keluarga tidak termasuk kedalam biaya tidak diperhitungkan oleh petani karena
berasal dari dalam keluarganya sendiri. Biaya yang diperhitungkan ini tidak benar-benar
dikeluarkan dalam bentuk tunai, tapi diperlukan untuk memperhitungkan seberapa besar nilai
sumberdaya yang telah dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Total biaya diperhitungkan
dalam usahatani bawang merah adalah sebesar Rp. 53.190.071.
Biaya penyusutan alat dan mesin pertanian merupakan biaya yang dikategorikan ke dalam
biaya diperhitungkan. Hal ini dikarenakan biaya penyusutan tidak benar-benar dikeluarkan
secara tunai oleh petani. Biaya tersebut tetap dihitung untuk memperoleh gambaran
pengeluaran secara utuh dari penggunaan peralatan dalam usahatani. Alat dan mesin
pertanian yang digunakan oleh petani meliputi cangkul, sprayer mesin, garuk tanam, dan
garak pupuk. Besar kecilnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh umur ekonomi alat dan
mesin tersebut. Total biaya penyusutan alsintan yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp.
16.290.071.
Selain dibedakan atas biaya unit dan biaya diperhitungkan, biaya usahatani juga dibedakan
atas biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang
umumnya berubah-ubah secara proporsional dengan skala proses produksi dan kuantitas
output yang dihasilkan (Suheli, dkk, 2013). Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya
bervariasi sesuai dengan variasi produksi yang dihasilkan. Semakin besar produksi yang
dihasilkan, maka biaya variabel juga semakin besar. Biaya-biaya yang tergolong biaya tidak
tetap usahatani bawang merah meliputi biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya
tenaga kerja.
4.3.4 Analisis Keuntungan Usahatani
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya produksi usahatani
bawang merah. Keuntungan atau pendapatan petani dapat diketahui dengan mengurangi
penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan per musim tanam. Biaya yang dikeluarkan
per musim tanam meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Keuntungan usahatani bawang
merah Desa Tembokrejo adalah sebagai berikut.
Keuntungan =
Total penerimaan- Total biaya
=Rp. 2.181.939.407-Rp. 729.145.521
=Rp. 1.452.793.886
Keuntungan usahatani bawang merah Desa Tembokrejo sebesar Rp. 1.452.793.886 dalam
satu kali panen, yaitu 60 hari. Keuntungan tersebut diperoleh dari hasil pengurangan total
penerimaan usahatani sebesar Rp. 2.181.939.407 dengan total biaya usahatani sebesar Rp.
729.145.521. Besar kecilnya total keuntungan dapat dipengaruhi oleh luas lahan, produksi
yang dihasilkan, harga jual, dan total biaya yang dikeluarkan oleh petani. Rincian keuntungan
usahatani bawang merah.
4.5 Analisis Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani digunakan untuk mengetahui apakah usahatani bawang merah
Desa Tembokrejo layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan yang digunakan pada penelitian
ini meliputi analisis R/C Ratio untuk ratio penerimaan, analisis B/C Ratio untuk mengetahui
ratio keuntungan usahatani, analisis Break Event Point (BEP) untuk mengetahui titik balik
modal, dan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah. 4.5.1 Analisis R/C Ratio
Kelayakan suatu usahatani dapat diketahui dengan menggunakan analisis R/C Ratio. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu usahatani layak secara ekonomi
(menguntungkan) atau tidak secara ekonomi (tidak menguntungkan atau merugikan). Jika
R/C 1, maka usaha layak dijalankan karena memberikan keuntungan. Jika R/C < 1, maka
usaha tidak layak dijalankan karena mengalami kerugian. Jika R/C 1, maka usaha tidak
mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas). Analisis R/C Ratio usahatani
bawang merah Desa Tembokrejo.