Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA TEMBOKREJO

KECAMATAN MUNCAR BANYUWANGI

Dosen Pengampu :
Sandryas Alief Kurniasanti, S.ST., M.M.
Teknisi :
Christine Ylia Iswani, S.ST

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Leoni Agustin (362141311126)
2. Galuh Ardhanawikanesri Utari (362141311132)
3. Divaldo Dewa Septama (362141311133)
4. Mohamad Hikmal Hisyam (362141311145)
5. Yessi Amelia Gono (362141311148)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelaisaikan tugas yang berjudul “Analisis Usahatani
Bawang Merah Di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Banyuwangi” ini tepat pada
waktunya.
Adapaun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Manajemen Usahatani. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menganalisa
suatu usaha tani di bidang Agribisnis sehingga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sandryas A.
Kurniasanti, S.ST., M.M. selaku Dosen Manajemen Usahatani yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini.

Banyuwangi, 30 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hortikultura merupakan gabungan bahasa Latin, hortus yang mengandung arti kebun
dan culture yang berarti bercocok tanam. Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara
budidaya tanaman yang dilakukan di kebun dan halaman rumah. Bawang merah (Allium
ascalonicum L) merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran yang banyak
dibutuhkan karena manfaatnya yang begitu besar terutama sebagai bumbu masakan.
Kebutuhan terhadap bawang merah bisa terpenuhi apabila diimbangi dengan peningkatan
produksinya. Tanah gambut merupakan lahan marginal yang cukup potensial sebagai
lahan pertanian dan belum dimanfaatkan secara optimal. Lahan ini memiliki banyak
kendala yang menyebabkan rendahnya produktifitas, sehingga memerlukan usaha tertentu
agar menjadi lebih produktif dalam pemanfaataimya seperti usaha tani tanaman bawang
merah.
Selain itu, bawang merah juga mengandung gizi dan senyawa yang tergolong zat non
gizi serta enzim yang bermanfaat untuk terapi, serta meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan tubuh manusia. Kebutuhan Bawang Merah Di Indonesia Dari Tahun Ke Tahun
Mengalami Peningkatan Sebesar 5%. Hal Ini Sejalan Dengan Bertambahnya Jumlah
Populasi Indonesia Yang Setiap Tahunnya Juga Mengalami Peningkatan. Konsumsi rata-
rata bawang merah untuk tahun 2004 adalah 4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38
kg/kapita/bulan (Dirjen Hortikultura, 2004). Estimasi permintaan domestik untuk
komoditas tersebut pada tahun 2004 mencapai 915 550 ton (konsumsi = 795 264 ton;
benih, ekspor dan industri = 119 286 ton).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menganalisis penerimaan dan keuntungan usaha bawang merah di
Desa Tembokrejo?
2. Bagaimana cara menganalisis kelayakan usaha bawang merah di Desa Tembokrejo?
3. Bagaimana cara menganalisis sensivitas kelayakan usaha bawang merah di Desa
Tembokrejo, apabila terjadi peningkatan harga dan penurunan produksi kopi?

1.3 Tujuan
1. Mengerahui cara menganalisis penerimaan dan keuntungan usaha bawang merah di
Desa Tembokrejo.
2. Mengetahui cara menganalisis kelayakan usaha bawang merah di Desa Tembokrejo.
3. Mengetahui cara menganalisis sensivitas kelayakan usaha bawang merah di Desa
Tembokrejo, apabila terjadi peningkatan harga dan penurunan produksi kopi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bawang Merah


Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum[1]) adalah salah satu bumbu masak
utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah
utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis maupun
tropis. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar,
obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula
digunakan untuk campuran sayur. Tanaman penghasilnya disebut dengan nama sama.
Bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan
50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah
menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan
bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30–50 cm.
Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan
kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel,
yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah
berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.

2.2 Bagian Bawang Merah


Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem
perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam
tanah dengan diameter akar 2-5 mm (AAK, 2004). Tanaman bawang merah (Allium
Ceppa L.) termasuk tanaman semusim ( annual), berumbi lapis, berakar serabut, berdaun
silindris seperti pipa, memiliki batang sejati (diskus) yang berbentuk sperti cakram, tipis
dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh).
 Akar
Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang
berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar
yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat zat
hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna
putih, dan jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang merah (Pitojo,
2003).
 Anakan dan Umbi
Pada pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan terbentuk
beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah siung. Pertumbuhan
siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih umbi dan
kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna kulit umbi
beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan, tergantung
spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat.
 Batang
Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang berbentuk
seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata tunas, diatas
discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang
semua yang berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis
(Sudirja, 2007).
 Daun
Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah.
Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat
dengan umbi, sehingga memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan
(Sunarjono, 2003). Menurut Sudirja (2007), daun bawang merah berbentuk
silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya
runcing berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai
yang ukurannya relatif pendek , sedangkan bunga bawang merah keluar dari ujung
tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm.
 Bunga
Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benangsari dan
putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih,
enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik,
kadang-kadang di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang
memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter, yang diduga sebagai
bunga steril. Meskipun jumlah kuntum bunga banyak, namun bunga yang
berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Wibowo, 2005). Diujung daun
terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung.
Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga berwarna putih, 6 benang sari
berwarna hijau atau kekuning- kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir
segitga (Sudirja, 2007). Setelah seludang terbuka, secara bertahap tandan akan
tampak dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari 2
cm (Sumadi, 2003).
 Biji
Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat biji yang berbentuk
agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih
bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003). Buah bawang merah
berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir.
2.3 Varietas Bawang Merah
Berikut beberapa jenis bawang merah yang dibudidayakan oleh petani Indonesia,
antara lain :
 Bawang merah maja cipanas
 Bawang merah keling
 Bawang merah medan
 Bawang merah ampenan
 Bawang merah sumenep
 Bawang merah bima brebes

2.4 Manfaat Bawang Merah Bagi Kesehatan


Berikut beberapa manfaat bawang merah bagi kesehatan :
 Baik untuk jantung
 Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
 Memperbaiki sistem pencernaan
 Mencegah diare
 Mengatur gula darah
BAB III
PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Respoden


Karakteristik responden dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, dan jumlah tanggungan keluarga Data responden
petani dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.1 Jenis Kelamin


Petani responden dalam penelitian ini merupakan petani yang memiliki usahatani bawang
merah Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa petani responden dalam penelitian ini
didominasi oleh petani dengan jenis kelamin laki- laki yaitu sebesar 98% dengan jumlah 44
responden Petani responden dengan jenis kelamin perempuan sebesar 2% dengan jumlah 1
responden.

4.1.2 Usia Responden


Aini (2015) menyatakan bahwa, usia responden memiliki kaitan dengan kemampuan petani
dalam memproduksi hasil usahataninya. Tenaga produktif berada pada usia 15 sampai dengan
64 tahun, sedangkan tenaga kerja yang tidak produktif berada di atas 65 tahun. Usia
responden petani bawang merah berkisar antara usia 28-63 tahun Rentang usia responden
didapatkan.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Petani Bawang Merah
Kelompok Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Presentase
28-32 3 7%
33-37 4 8,8%
38-42 9 20%
43-47 8 17,7%
48-52 9 20%
53-57 8 17,7%
>58 4 8,8%
Total 45 100%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa petani bawang merah Desa Tembokrejo banyak didominasi
oleh petani pada kisaran usia 38-42 tahun dan 48-52 tahun, yaitu sebesar 18 orang dengan
presentase sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani bawang merah Desa
Tembokrejo berada pada usia produktif untuk bekerja, sehingga akan mempengaruhi
produktivitas bekerja dan produksi output yang semakin meningkat. Suratiyah (2015)
menyatakan bahwa ditinjau dari segi umur, semakin tua akan semakin berpengalaman
sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya.

4.1.3Tingkat Pendidikan Responden


Aini (2015) menyatakan bahwa, selain faktor usia, lamanya tingkat pendidikan yang
ditempuh oleh petani juga memberikan terhadap pengambilan keputusan dalam menjalankan
usahataninya.
Tabel 4.2 Penerimaan Usahatani Bawang Merah Desa Tembokrejo dalam Satu Kali
Musim Panen.
No Uraian Jumlah
1 Total produksi (Y) (kg) 109.037
Produksi dikonsumsi (kg) 1.135
Produksi dijual (kg) 20.011
2 Harga jual (P) (Rp.) 2.181 939 407
3 Total penerimaan (TR-Y. P) 2.159226992
(Rp.)

Penerimaan tunai (Rp.) 22.712.485


Penerimaan diperhitungkan 2.159.226.922
(Rp.)
4 Biaya tunai
Biaya pupuk (Rp.) 22.712.485
Biaya pestisida (Rp.) 248.665.000
Biaya Tenaga Kerja Luar 54 244 200
Keluarga (TKLK)(Rp.)
Biaya irigasi (Rp.) 76.166.250
Biaya sewa mesin (Rp.) 222.610.000
Biaya sewa lahan (Rp.) 5.525.000
Biaya pajak tanah (Rp.) 16.200.000
5 Biaya diperhitungkan 100.000
Biaya Tenaga Kerja Dalam
Biaya Tenaga Kerja Dalam 36.090.000
Keluarga (TKDK) (Rp.)
Biaya penyusutan alsintan 16.290.071
(Rp.)
Biaya tidak tetap (VC) (Rp.) 640.775:450
Biaya tetap (FC) (Rp.) 88.370 071
Total biaya (VC+FC) (Rp.) 729.145.521
Keuntungan (TR-TC) (Rp.) 1.452.793.886
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh petani dalam usahatani bawang
merah ditentukan oleh jumlah produksi dan harga jual bawang merah. Total produksi yang
diperoleh petani ditentukan oleh luas lahan, serangan hama dan penyakit, penggunaan pupuk,
dan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan).

4.2.1 Total Produksi


Total produksi merupakan jumlah produksi per usahatani dengan satuan kilogram (Suratiyah,
2015). Total produksi yang diperoleh petani berasal dari bawang merah dengan umur siap
panen 60 hari. Secara keseluruhan hasil produksi yang diperoleh petani dibagi menjadi 2
bagian, yaitu sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi sendiri. Namun, sebagian besar petani
langsung menjual hasil produksi bawang merah. Berikut adalah total produksi bawang merah
Desa Tembokrejo.
Total produksi - produksi yang dikonsumsi + produksi yang dijual
=1.135 kg+ 107.902 kg
=109.037 kg

Total produksi bawang merah Desa Tembokrejo dalam satu kali musim panen adalah sebesar
109.037 kg. Hasil produksi tersebut diperoleh dari luas lahan sekitar 11,9 ha. Bawang merah
yang dihasilkan oleh petani sebagian besar langsung dijual dalam bentuk umbi. Tercatat
sebanyak 1.135 kg bawang merah dikonsumsi sendiri oleh petani, sedangkan 107.902 kg
bawang merah langsung dijual kepada tengkulak.

4.2.2 Harga Bawang Merah


Harga merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi besar kecilnya penerimaan
usahatani. Harga jual bawang merah yaitu Rp. 20.011 (Lampiran 25). Parinsi (2017)
menyatakan bahwa, perbedaan harga bawang merah disebabkan oleh kualitas produksi
bawang merah misalnya ukuran bawang merah, bentuk, warna umbi, kekenyalan, ketahanan
terhadap hama dan penyakit, umur tanam, tahan terhadap air dan hujan
4.2.3 Total Penerimaan
Penerimaan merupakan jumlah uang yang diterima petani dari hasil penjualan bawang merah
yang diukur dengan satuan uang dalam bentuk rupiah (Parinsi, 2017). Penerimaan yang
diterima oleh petani dalam jumlah besar atau kecilnya sangat bergantung dari jumlah
produksi yang dihasilkan, yaitu jumlah produksi bawang merah dengan harga yang berlaku.
Semakin besar jumlah produksinya maka semakin besar pula penerimaan yang akan
diperoleh. Rincian penerimaan petani bawang merah Desa Tembokrejo dapat dilihat pada
Lampiran 25.
Penerimaan dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan,
Penerimaan tunai merupakan sejumlah uang yang diterima petani dari penjualan output atau
hasil panen. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan
produk usahatani. Penerimaan usahatani tidak mencakup pinjaman uang usahatani dan tidak
mencakup benda (Soekartawi, 2006). Penerimaan diperhitungkan merupakan pendapatan
yang diterima petani bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang tidak dijual atau
dikonsumsi sendiri.
Total produksi bawang merah yang dijual sebanyak 107.902 kg dengan harga jual sebesar
Rp. 20.011, sehingga penerimaan tunai sebesar Rp. 2.159.226.922 Total produksi bawang
merah yang dikonsumsi sebanyak 1.135 kg dengan harga jual sebesar Rp. 20.011, sehingga
penerimaan diperhitungkan sebesar Rp. 22.712.485. Total penerimaan petani dalam satu kali
musim panen adalah sebesar Rp 2181.939.407 Berikut adalah perhitungan total penerimaan
petani bawang merah Desa Tembokrejo.
Total Penerimaan
Penerimaan tunai + Penerimaan diperhitungkan
=Rp 2.159.226.922+ Rp 22.712.485
=Rp 2.181.939.407

4.3 Biaya Usahatani


Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya
usahatani adalah biaya yang digunakan petani dalam proses produksi meliputi input, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya lain-lain. Biaya produksi yaitu semua pengeluaran petani
dalam mengelola usahatani bawang merah untuk menghasilkan output produksi. Total biaya
produksi bawang merah dapat dilihat pada Lampiran 24. Biaya produksi dalam usahatani
terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan selama satu musim tanam dengan umur
tanam 2 bulan.

4.3.1. Biaya Tunai

Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dikeluarkan oleh petani. Biaya tunai
merupakan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani Biaya tunai pada usahatani
bawang merah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi meliputi biaya
benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), biaya
irigasi, biaya sewa mesin, biaya sewa lahan, dan biaya pajak tanah.
4.3.2 Biaya pajak tanah

Biaya pajak lahan merupakan biaya tunai yang dibayarkan petani setiap satu tahun sekali.
Pajak merupakan pungutan yang dibebankan oleh petani terhadap lahan yang dimilikinya.
Pajak tanah atau lahan ini dibayarkan oleh petani kepada petugas pajak setiap tahunnya.
Besamya pajak yang dibebankan kepada petani tergantung oleh besarnya luas lahan yang
dimiliki. Total biaya pajak tanah yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp. 100.000.

4.3.3 Biaya Diperhitungkan

Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada usahatani untuk penggunaan
Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan penyusutan alat dan mesin pertanian Biaya untuk tenaga
kerja dalam keluarga tidak termasuk kedalam biaya tidak diperhitungkan oleh petani karena
berasal dari dalam keluarganya sendiri. Biaya yang diperhitungkan ini tidak benar-benar
dikeluarkan dalam bentuk tunai, tapi diperlukan untuk memperhitungkan seberapa besar nilai
sumberdaya yang telah dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Total biaya diperhitungkan
dalam usahatani bawang merah adalah sebesar Rp. 53.190.071.

Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)


1. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)
Biasanya dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang ada di dalam keluarga petani,
meliputi suami. istri, dan anak. Biaya untuk Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) biasanya
tidak diperhitungkan oleh petani karena berasal dari dalam keluarga sendiri.
Kegiatan yang dikerjakan oleh TKDK meliputi: persiapan lahan, penanaman benih,
penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, pengeringan, dan pengemasan. Total
biaya diperhitungkan TKDK adalah sebesar Rp 36.090.000 Rincian total biaya TKDK.
2. Biaya Penyusutan Alsintan

Biaya penyusutan alat dan mesin pertanian merupakan biaya yang dikategorikan ke dalam
biaya diperhitungkan. Hal ini dikarenakan biaya penyusutan tidak benar-benar dikeluarkan
secara tunai oleh petani. Biaya tersebut tetap dihitung untuk memperoleh gambaran
pengeluaran secara utuh dari penggunaan peralatan dalam usahatani. Alat dan mesin
pertanian yang digunakan oleh petani meliputi cangkul, sprayer mesin, garuk tanam, dan
garak pupuk. Besar kecilnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh umur ekonomi alat dan
mesin tersebut. Total biaya penyusutan alsintan yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp.
16.290.071.
Selain dibedakan atas biaya unit dan biaya diperhitungkan, biaya usahatani juga dibedakan
atas biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang
umumnya berubah-ubah secara proporsional dengan skala proses produksi dan kuantitas
output yang dihasilkan (Suheli, dkk, 2013). Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya
bervariasi sesuai dengan variasi produksi yang dihasilkan. Semakin besar produksi yang
dihasilkan, maka biaya variabel juga semakin besar. Biaya-biaya yang tergolong biaya tidak
tetap usahatani bawang merah meliputi biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya
tenaga kerja.
4.3.4 Analisis Keuntungan Usahatani
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya produksi usahatani
bawang merah. Keuntungan atau pendapatan petani dapat diketahui dengan mengurangi
penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan per musim tanam. Biaya yang dikeluarkan
per musim tanam meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Keuntungan usahatani bawang
merah Desa Tembokrejo adalah sebagai berikut.
Keuntungan =
Total penerimaan- Total biaya
=Rp. 2.181.939.407-Rp. 729.145.521
=Rp. 1.452.793.886
Keuntungan usahatani bawang merah Desa Tembokrejo sebesar Rp. 1.452.793.886 dalam
satu kali panen, yaitu 60 hari. Keuntungan tersebut diperoleh dari hasil pengurangan total
penerimaan usahatani sebesar Rp. 2.181.939.407 dengan total biaya usahatani sebesar Rp.
729.145.521. Besar kecilnya total keuntungan dapat dipengaruhi oleh luas lahan, produksi
yang dihasilkan, harga jual, dan total biaya yang dikeluarkan oleh petani. Rincian keuntungan
usahatani bawang merah.
4.5 Analisis Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani digunakan untuk mengetahui apakah usahatani bawang merah
Desa Tembokrejo layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan yang digunakan pada penelitian
ini meliputi analisis R/C Ratio untuk ratio penerimaan, analisis B/C Ratio untuk mengetahui
ratio keuntungan usahatani, analisis Break Event Point (BEP) untuk mengetahui titik balik
modal, dan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah. 4.5.1 Analisis R/C Ratio
Kelayakan suatu usahatani dapat diketahui dengan menggunakan analisis R/C Ratio. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu usahatani layak secara ekonomi
(menguntungkan) atau tidak secara ekonomi (tidak menguntungkan atau merugikan). Jika
R/C 1, maka usaha layak dijalankan karena memberikan keuntungan. Jika R/C < 1, maka
usaha tidak layak dijalankan karena mengalami kerugian. Jika R/C 1, maka usaha tidak
mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas). Analisis R/C Ratio usahatani
bawang merah Desa Tembokrejo.

4.6 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh-pengaruh
yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah Analisis sensitivitas perlu dilakukan
untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat
mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak
(Susilowati dan Kurniati2018). Perubahan yang sering terjadi pada kegiatan usahatan dapat
disebabkan olch beberapa faktor, yaitu perubahan harga, keterlambatan usaha, kenaikan biaya
dan hasil produksi. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
skenario penurunan tingkat produksi dan penurunan harga output. Penurunan tingkat
produksi sebesar 10% dan 40%, sedangkan penurunan harga output sebesar 20% dan 40%.
1. Analisis Sensitivitas dengan Penurunan Tingkat Produksi Sebesar 10% dan 40%
Analisis sensitivitas yang digunakan yaitu penurunan tingkat produksi sebesar 10%
dan 40%. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang mungkin terjadi
dimasa yang akan datang akibat dari menurunnya tingkat produksi bawang merah.
Produksi merupakan variabel yang sering berubah dalam sebuah usaha yang terjadi
akibat faktor bahan baku, sumber daya manusia, teknologi atau faktor lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan (Pasaribu, 2012).
BAB IV
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai