Anda di halaman 1dari 25

KARYA ILMIAH

ANALISIS USAHATANI CABAI MERAH BESAR DI KEBUN BAPAK


OCTORY GASPERSZ DESA NOELBAKI KECAMATAN KUPANG
TENGAH KABUPATEN KUPANG

OLEH:
PETSY THESSALONICA DJOMIHA
NIM. 1804020120

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBSNIS
KUPANG
2022
LEMBARAN PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS USAHATANI CABAI MERAH BESAR DI KEBUN


BAPAK OCTORY GASPERSZ DESA NOELBAKI KECAMATAN
KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

NAMA : PETSY THESSALONICA DJOMIHA


NIM : 1804020120
JURUSAN / MINAT : AGRIBISNIS / MANAJEMEN AGRIBISNIS

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Agribisnis, Dosen Pembimbing

Ir. Lika Bernadina, M.Sc.Agr Ir. M. R. Pellokila, MP,Ph.D


NIP. 19620223 198601 2 001 NIP. 19650317198903 1 002

Disetujui pada Tanggal: ...............................Desember 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman hortikultura, utamanya sayuran yang menjadi unggulan
dalam sektor pertanian dan menjadi salah satu produk yang banyak diminati
masyarakat karena memiliki banyak kandungan gizi yang baik untuk
kesehatan. Komoditi sayuran yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat salah
satunya adalah cabai. Cabai merah besar merupakan salah satu komoditas
pertanian yang terdapat di kebun milik bapak Octory Gaspersz.
Cabai penting untuk dikembangkan karena tergolong komoditas bernilai
ekonomi tinggi, merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional.
Cabai merah besar sudah dikenal oleh masyarakat terlebih lagi sangat diperlukan
oleh sebagian besar ibu rumah tangga karena menjadi bahan penyedap masakan
dan perlengkapan berbagai menu masakan. Permintaan akan cabai merah
semakin meningkat karena semakin banyak jenis dan menu masakan yang
menggunakan cabai merah. Cabai merah masih termasuk komoditas unggulan
walaupun harga cabai merah selalu mengalami fluktuasi harga yang cukup
tinggi, namun minat petani untuk membudidayakan cabai merah tersebut tidak
pernah berhenti.
Usahatani merupakan salah satu cara untuk melihat, menafsirkan,
menganalisa, memikirkan dan berbuat sesuatu (penyuluhan, penelitian,
kunjungan, kebijakan, dll) untuk keluarga tani dan penduduk desa yang lain
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Ilmu
usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana
menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian
agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal
dan manajemen (Shinta, 2011).
Mempertimbangkan peluang pasar yang ada pada cabai merah
besar, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai usahatani cabai
merah besar dengan memperhatikan berbagai aspek yang mendukung
pengembangan usahatani cabai merah besar di Kebun Bapak Octory Gaspersz.

1
Pada penulisan karya ilmiah ini akan dilihat dari aspek ekonomi
usahatani cabai merah yang nantinya akan diperoleh gambaran mengenai
pendapatan, penerimaan, biaya-biaya yang digunakan petani cabai merah dan
tingkat kelayakan usahatani cabai merah besar. Hal ini dapat bermanfaat bagi
para petani untuk mengetahui secara rinci bagaimana keadaan aspek ekonomi
dari usahatani cabai merah tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


Mengetahui, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan cara budidaya cabai,
khususnya cabai merah dan mengetahui kegiatan usahatani dari proses penyiapan
lahan, besarnya biaya yang dikeluarkan, penerimaan dan pendapatan, pemasaran
produk cabai merah besar serta serta mengetahui kelayakan usahatani cabai merah di
Kebun Bapak Octory Gaspersz Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa dapat memberi informasi bagi petani cabai merah dalam
mengembanggkan usahatani.
2. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani
Usahatani adalah suatu jenis kegiatan pertanian rakyat yang
diusahakan oleh petani dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja,
modal dan pengelolaan yang ditujukan pada peningkatan produksi. Adapun
pengertian usahatani lainnya dapat dilihat dari masing-masing pendapat para
ahli sebagai berikut.
Usahatani adalah sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang ada di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-
bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya (Mosher, 1968).
Usahatani disebut efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, serta dikatakan efisien
apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi
input (Soekartawi,1995). Analisis usahatani mempunyai peranan cukup penting,
karena dengan melakukan analisa usahatani dapat diketahui secara pasti besaran
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selama melakukan usaha pertaniannya.
Selain besaran biaya yang dikeluarkan, hasil dan keuntungan dapat diketahui dengan
jelas.

2.2 Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L)


Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-terungan (Solanaceae) yang
tumbuh sebagai perdu atau semak. Cabai termasuk tanaman semusim atau
berumur pendek. Menurut Haryanto, (2018), dalam sistematika tumbuh-tumbuhan
cabai diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)

3
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Cabai merah masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran
tinggi. Organ penting dalam tanaman cabai meliputi bagian cabai merah merupakan
tanaman tahunan yang tumbuh tegak. Tanaman cabai merupakan tanaman yang
menyerbuk sendiri. Namun demikian, persilangan antar varietas secara alami
sangat mungkin terjadi dilapangan yang dapat menghasilkan ras-ras cabai baru
dengan sendirinya (Cahyono, 2003).
Cabai merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting dan banyak
dibudidayakan. Cabai termasuk tanaman semusim (annual) berbentuk perdu, berdiri
tegak dengan batang berkayu, dan banyak memiliki cabang. Tinggi tanaman
dewasa antara 65 - 120 cm. Lebar mahkota tanaman 50 - 90 cm (Setiadi, 2006).
Tanaman cabai mudah dikenali, yaitu tanaman yang berupa perdu yang
berkayu yang tumbuh tegak mempunyai tinggi 50 - 90 cm, dan batang cabai
sedikit mengandung zat kayu, terutama yang dekat dengan permukaan tanah,
tanaman cabai adalah tanaman yang memproduksi buah yang mempunyai gizi
yang cukup tinggi.

2.2.1 Morfologi Tanaman Cabai


1. Daun
Daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap tergantung
varietasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun, tulang daun berbentuk
menyirip, Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan
ujung daun meruncing (Prajnanta, 2007).
2. Batang
Batang utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30-
37,5cmdan diameter batang antara 1,5‐3cm. Batang utama berkayu dan
berwarna coklatkehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai
terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (HST).

4
Setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10
hari setelah tanam namun tunas‐tunas ini akan dihilangkan sampai batang
utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara batang primer, inilah yang
terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari
batang utama ke cabang primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara
cabang primer dan cabang sekunder (Prajnanta, 2007).
3. Akar
Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang
cabang ke samping membentuk akar serabut. Akar serabut bisa menembus
tanah sampai kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm (Setiadi,
2006).
4. Bunga
Bunga umumnya suku solanaseae, bunga cabai berbentuk seperti
terompet. Bunga cabai tergolong bunga yang lengkap karena terdiri dari
kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Alat kelamin jantan
(benang sari) dan alat kelamin betina (putik) pada cabai terletak dalam satu
bunga sehingga disebut berkelamin dua.
Bunga cabai bisanya menggantung, terdiri dari 6 helai kelopak
bunga berwarna kehijauan dan bunga berwarna putih. Bunga keluar dari
ketiak duan (Prajnanta, 2007). Tangkai putik berwarna putih dengan kepala
putik berwarna kuning kehijauan. Dalam satu bunga terdapat benang sari,
tangkai sari berwana putih dengan kepala sari berwarna biru keunguan.
Setelah terjadi penyerbukan akan terjadi pembuahan. Pada saat
pembentukan buah, mahkota bung rontok tetapi kelopak bunga tetap
menempel pada buah (Prajnanta, 2007).
5. Buah
Buah tanaman cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan.
Buah memiliki beragam dalam jumlah hal, bentuk, warna, dan rasa buah.
Buah cabi rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/bentuk
kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya cabai rawit yang
kecil- kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm dan lebar 5 mm.

5
Sementara cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran yang mencapai 12
mm.Warna buah cabai rawit bervariasi, buah mudah berwarna hijau atau
putih sedangkan buah yang sudah masak berwarna merah. (Nurul Sofiati,
2009).
6. Biji
Biji cabai memiliki ukuran kecil, berbentuk bulat dan pipih serta
berwarna putih atau krem. Biji ini berjumlah banyak dan melekat pada
plasenta berwarna putih. Biji cabai memiliki rasa yang pedas, dan biasanya
rasa yang lebih pedas terdapat pada biji-biji cabai tipe liar.
Cabai merah merupakan tanaman berkayu dengan panjang
batang utama berkisar antara 20-28 cm dan diameter batang antara 1.5-
2.5 cm (Herdiawati, 2006). Percabangan batang berwarna hijau dengan
panjang mencapai 5-7 cm dengan diameter cabang sekitar 0.5-1 cm. Bentuk
percabangan menggarpu dengan posisi daun berselang-seling, daun berbentuk
hati, lonjong atau agak bulat telur (Dermawan, 2010).

2.2.2 Kesesuaian Lingkungan Tumbuh Tanaman Cabai Merah


Tanaman cabai merah dapat ditanam pada dataran tinggi maupun
dataran rendah, di sawah ataupun lahan kering atau tegalan, daerah tropik
maupun subtropik.Tanaman cabai dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah,
asal drainase dan aerasi cukup baik. Tanah yang paling ideal untuk
tanaman cabai merah adalah yang mengandung bahan organik
sekurang-kurangnya 1.5% dan mempunyai pH 6.0-6.5 (Gultom, 2006).
Suhu tanah juga merupakan faktor penting karena sangat erat
hubugannya dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman.

2.3 Biaya
Biaya adalah pengeluaran sejumlah uang yang dilakukan oleh seseorang
dalam menjalankan suatu kegiatan bisnis atau usahatani. Menurut Henry
Simamora (2002:36) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan
untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di
masa mendatang bagi organisasi.

6
Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dihasilkan seperti pajak, sewa tanah,
penyusutan alat produksi, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang bisa berubah-ubah secara proporsional tergantung oleh produksi yang
diperoleh. Biaya variabel sifatnya berubah-ubah tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diinginkan. Yang termasuk dalam biaya variabel antara lain biaya
bibit pupuk, pestisida, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa
tenaga kerja tidak langsung, dan alat-alat kecil lainnya.
Biaya total (total cost) merupakan semua biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan usahatani dari persiapan lahan sampai hasil panen dijual, komponen
biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Menurut
Soekartawi(1995) pengeluaran total usahatani didefinsiskan sebagai nilai semua
masukan yang habis di pakai atau dikeluarkan dalam produksi.
Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan tersebut secara matematis
dapat dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut (Firdaus Muhammad,
2007) :

TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total biaya (Rp).
TFC = Total biaya tetap (Rp).
TVC = Total biaya variabel (Rp).

2.4 Penerimaan
Penerimaan dalam usahatani adalah total pamasukan yang diterima
oleh produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang
telah menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan
selama produksi (Husni, et al., 2014).
Penerimaan dalam usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
luas usahatani, jumlah produksi, jenis komoditi yang diusahakan dan harga
komoditi usahatani tersebut. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dan
penting karena jika salah satu faktor mengalami penurunan atau kenaikan maka
dapat mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh petani atau produsen yang
7
melakukan usahtani. Semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka
hasil produksinya akan semakin banyak, sehingga penerimaan yang akan diterima
oleh produsen atau petani semakin besar pula (Sundari, 2011).
Untuk mengetahui total penerimaan tersebut, secara matematik dapat
dihitung dengan memakai rumus :

TR = P x Q

Keterangan :
TR = Total Revenue/Penerimaan total (Rp)
P = Price/Harga (Rp)
Q = Quantity/Jumlah produksi (Rp)

2.5 Pendapatan
Pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diperoleh masyarakat atas
prestasi kerjanya dalam periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun
tahunan (Sukirno, 2006).
Menurut Soekartawi (2004), bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Pendapatan kotor (penerimaan) usahatani adalah nilai produksi
total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi
oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun.
2. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor
usahatani dengan biaya produksi seperti upah buruh, pembelian bibit,
obat -obatan dan pupuk yang digunakan oleh usahatani.
Pendapatan usahatani sangat dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan
biaya produksi. Fluktuasi harga yang tinggi menyulitkan petani untuk menentukan
keputusan dalam berusahatani, karena harga merupakan pertemuan antara
permintaan dan penawaran. Dengan demikian perkembangan harga dari waktu
kewaktu sangat di tentukan oleh kedua hal tersebut dan juga ada kebijakan
pemerintah.

8
Untuk menganalisis pendapatan yang diperoleh, maka dapat digunakan
analisis yang dikemukakan oleh Mosher (1998) sebagai berikut :
π = TR – TC

Keterangan :
π = Keuntungan/Pendapatan
TR = Total Revenue/Penerimaan total (Rp)
TC = Total Cost/Biaya total (Rp)

2.6 Kelayakan Usaha


Salah satu indikator untuk mengetahui kelayakan dalam suatu usaha
adalah dengan menghitung Revenue Cost Ratio atau R/C Ratio. Revenue Cost
Ratio atau R/C Ratio adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui
keuntungan yang relatif pada usahatani. R/C Ratio dapat dicari dengan
menggunakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi yang
dikeluarkan (Panjaitan et al., 2014).
Besarnya kelayakan usaha pada usahatani cabai merah besar dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
R/C = TR/TC
Keterangan :
TR = Total Revenue / Penerimaan total (Rp).
TC = Total Cost / Biaya total (Rp).
Menurut Pebriantari et al. (2016) Kriteria kelayakan usaha pada analisis
R/C Ratio yaitu:
1. Apabila hasil perhitungan R/C Ratio > 1 maka penerimaan yang diterima
lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, artinya usaha tersebut
layak untuk terus dijalankan.
2. Apabila hasil perhitungan R/C Ratio < 1 maka penerimaan yang diterima
lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan, artinya usaha tersebut
tidak layak untuk terus dijalankan.
3. Apabila kegiatan usaha menghasilkan R/C Ratio = 1 maka usaha tersebut
dalam keuntungan normal.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Singkat Kebun Bapak Octori Gaspersz


Lahan milik Bapak Octori Gasperz ini merupakan lahan warisan dari
keluarga yang dikelolanya sejak tahun 2011. Berlokasi di Desa Noelbaki, Kecamatan
Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Usahatani yang dijalankan adalah usahatani
hortikultura dengan sistem pertanian tumpang sari. Sistem pertanian tumpang sari
yang dibudidayakan dalam satu area lahan yaitu: tomat, terong, semangka, cabai
besar, cabai keriting, dan petsay. Luas lahan budidaya hortikultura ini adalah 1 ha,
dengan luas lahan cabai merah besar yakni 20 are.
Sumber air dilahan perkebunan menggunakan sumur dan kolam lalu dengan
bantuan alat pemompa air dialirkan melalui pipa, drainase buatan dan selang serta
alat penyiraman tanaman supaya menghemat tenaga kerja.

3.2 Tenaga Kerja


Lahan hortikultura ini mempekerjakan satu orang petani penggarap. Jumlah
tenaga kerja masih dalam skala kecil dan bersifat pemberdayaan dalam keluarga.
Lahan hortikultura ini membatasi jumlah tenaga kerja karena menerapkan teknik
pengelolaan dengan sistem modern dan tradisonal.

3.3 Pemasaran
Lahan hortikultura ini menerapkan sistem pemasaran offline. Pemasaran
offline ini biasanya didatangi langsung oleh konsumen di lahan dan penjualannya
bisa langsung ke pelanggan yang juga penjual dan bisa juga dijual langsung ke pasar
tradisional yaitu pasar oesao dan pasar oeba.

3.4 Teknologi
Teknologi yang digunakan yaitu teknologi modern dan tradisional. Teknologi
modern yang digunakan yaitu dengan menggunakan traktor bajak tanah, mesin
pompa air, dan alat penyemprot disinfektan (sprayer elektrik manual). Sedangkan
alat tradisional yang digunakan berupa cangkul dan sabit.

10
3.5 Budidaya Cabai Rawit
3.5.1 Persiapan Lahan (Pengolahan Tanah)
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul untuk
membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam
gulma yang tumbuh. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperoleh media
tumbuh yang subur, tidak becek (drainase baik), pertumbuhan akar
tanaman cabai tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang
menjadi inang hama dan penyakit. Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan
tractor bajak. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan,
memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan organisme penggangu
tanaman (OPT) yang tersembunyi di tanah. Tahap-tahap pengolahannya sebagai
berikut:
a. Pembersihan sisa tanaman sebelumnya
Pembersihan tanaman lama dilakukan dengan mencabut gulma (tanaman
pengganggu) di seluruh bagian tanaman beserta akar-akarnya.
b. Pembajakan atau pencangkulan pertama
Pembajakan atau pencangkulan pertama ini bertujuan untuk membalik tanah,
mendapatkan bongkahan tanah, mematikan gulma, mendapatkan sinar
matahari, dan menghilangkan zat-zat yang merugikan.
c. Pembajakan atau penggaruan kedua
Pembajakan kedua ini dilakukan sebelum pembuatan bedengan kasar agar
tanah mudah dibentuk menjadi bedenga-bedengan kasar. Setelah tanah
diolah sempurna dibuat bedengan dengan jarak antar bedengan 40 cm, panjang
bedengan disesuaikan lebar parit, dan lebar parit 50 - 60 cm. Mengingat sifat
tanaman cabai yang tidak bisa tergenang air, maka dalam pengaturan
bedengan dan pembuatan parit harus ada saluran drainase yang baik.
d. Penaburan pupuk
Pupuk dan bahan yang digunakan antara lain: Pupuk Petroganik sebagai pupuk
dasar (10 karung). Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk secara
merata di atas bedengan. Pemupukan dilakukan pada pagi menjelang siang
hari dengan cara pupuk tersebut diletakkan pada bedengan setengah jadi.
e. Lapisan luar bedengan sampai penutup diusahakan halus karena akan
menjadi tempat (permukaan) melekatnya mulsa plastik hitam perak (MPHP).

11
f. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) Kegunaan menggunakan
mulsa adalah :
➢ Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus sebelum pemasangan
mulsa
➢ Manfaat mulsa warna perak yaitu dapat memantulkan sinar matahari dan
mempengaruhi perkembangan hama terhambat;
➢ Suhu dan kelembaban tanah relatif stabil; Menghindarkan hilangnya unsur
hara oleh guyuran air hujan dan penguapan;
➢ Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air
tanah sehingga dapat mengurangi risiko berjangkitnya penyakit busuk
buah;
➢ Mengurangi pekerjaan penyiangan dan penggemburan tanah
➢ Menekan penguapan air dari dalam tanah.
Bagian tepi dan tiap sudut diklip dengan fiber. Bedengan dibiarkan
selama 2–3 hari agar kondisinya menjadi baik dan pupuk terurai.
g. Pelubangan bedeng Plastik mulsa dilubangi dengan alat pelubang yaitu silet.
Jarak antar lubang 40 cm. Kemudian tanah di bawahnya dilubangi juga. Pada
kondisi ini bedengan telah siap digunakan.

3.5.2 Penyiapan Benih dan Pembibitan


Penyemaian benih dalam pembibitan cabai diperlukan benih yang
berkualitas dan media tumbuh yang baik. Naungan dibuat dengan
mempertimbangkan arah sinar matahari bergerak. Prinsipnya pada pagi hari
bisa mendapatkan sinar matahari secara optimal. Media pembibitan dibuat
dengan campuran sebagai berikut :
➢ Mencampurkan pupuk kompos + sekam bakar + tanah yang telah
diayak halus lalu diaduk rata.
➢ Media dimasukan ke dalam polybag ukuran 8 x 9 cm dan disusun di
bawah naungan yang telah disiapkan. Susunan harus teratur agar tanaman
mudah dihitung dan mudah dalam pemeliharaan.
➢ Polybag yang tersusun rapi diberi/disemprot air secukupnya sampai
basah.
Cara penyemaian benih sebagai berikut :

12
➢ Merendam benih cabai dengan air hangat secukupnya, diamkan
minimal 3 jam untuk siap ditanam. Benih yang mengambang dalam
rendaman jangan digunakan. Setiap benih cabai dimasukkan ke dalam
media sedalam 0,5 cm, lalu ditutup dengan kompos yang halus.
➢ Menutup polybag yang telah ditanam benih cabai dengan kertas
koran, lalu disiram sampai basah agar kelembabannya terjaga, lalu
naungan ditutup dengan jerami padi.
➢ Menyiram koran yang menutupi polybag dengan air sampai basah pagi
dan sore hari. Setelah 3 hari atau setelah terlihat cabai mulai tumbuh,
maka kertas koran diangkat. Penyiraman berikutnya dengan sprayer,
usahakan media tanaman tetap basah.
➢ Bibit cabai dapat ditanam di bedengan setelah umur 21 - 24 hari atau
tumbuh 3 helai daun sejati.

3.5.3 Penanaman
Bibit cabai merah besar dapat dipindahkan dari persemaian jika sudah
berumur 3 minggu dan bibit memiliki 3-4 helai daun. Untuk menanggulangi
stres saat pindah tanam, penananaman dilakukan pada sore hari. Setelah
selesai tanam dilakukan penyiraman air secukupnya dengan cara
menggunakan gayung kecil. Penanaman dilakukan serentak selesai dalam 1 hari.

3.5.4 Pemeliharaan Tanaman


1. Penyulaman
Setelah penanaman perlu dilakukan pengecekan keliling untuk mengetahui
ada tidaknya tanaman yang mati. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman
yang mati, layu, rusak, atau kurang baik tumbuhnya. Sebelum satu minggu
menemukan tanaman yang mati maka penyulaman perlu dilakukan secara
cepat. Bibit pengganti berasal dari bibit cadangan yang umurnya sama
dengan bibit yang ditanam.
2. Penyiraman
Penyiraman pada tanaman cabai sendiri bertujuan agar tanaman tampak
segar dan tidak layu. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Penyiraman harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak tanaman cabai sendiri.

13
3. Pengajiran
Pemasangan ajir memiliki tujuan yaitu sebagai penopang tanaman
supaya tanaman setelah besar tidak rebah, antara ajir satu sama yang lainnya
dipasang palang dan diikat untuk menguatkan cabang dan ranting- ranting bila
tanaman telah dewasa banyaknya buah kadang-kadang cabang bisa patah. Ajir yang
digunakan sengaja dibuat lebih tinggi dari tanaman agar dapat bertahan lama dan
bisa digunakan untuk beberapa kali tanam, sehingga lebih efisien biaya.
Ajir dibuat dari bambu dengan tinggi 1-1,5 m. Apabila ajir terlambat
dipasang akan menyebabkan kerusakan pada akar yang sedang berkembang. Tali
yang di gunakan untuk mengikat batang cabai dengan ajir yaitu Rel atau tali
Gawar dengan membentuk angka delapan (8) agar ikatan kuat tetapi tidak melukai batang
dan panjang tali 27-30cm untuk setiap tanaman cabai.
4. Perempelan/Pemangkasan
Perempelan/pemangkasan bertujuan untuk memangkas cabang- cabang
air atau tunas-tunas muda pada tanaman cabai dan mengoptimalkan pertumbuhan.
Tunas-tunas muda tersebut apabila dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan
tanaman, pohon menjadi semakin rimbun, produksi berkurang, dan
patogen mudah menyerang karena kondisi tanaman lembab. Cara pemangkasan
yaitu dengan memotong tunas yang terdapat pada ketiak daun dengan
menggunakan tangan yang bersih atau gunting.
Pemangkasan dilakukan saat terik matahari. Hal ini bertujuan agar bekas
luka segera kering, sehingga tidak mudah diserang (dimasuki) patogen.
Pemangkasan harus dilakukan secara hari-hati agar gunting tidak melukai batang
dari tanaman cabai karena jika batang dari tanaman cabai terluka akan mudah
terserang penyakit.
5. Pemupukan
Pemeliharaan tanaman cabai biasanya memerlukan pupuk tambahan/susulan.
Pemupukan berfungsi untuk menyuburkan tanaman, juga merangsang tanaman
agar cepat berbuah dan berfungsi sebagai penyedia hara bagi tanaman. Pupuk yang
digunakan antara lain : NPK MUTIARA 16-16 dan PHONSKA PLUS dengan cara
pengaplikasian :

Pupuk di atas dilarutkan ke dalam air sebanyak 200-250 Liter air. Untuk
setiap pohon diberikan dosis sebanyak 250 ml pupuk yang sudah dilarutkan.

14
Teknologi yang digunakan dalam pemupukan yaitu tengki dengan
ukuran 250 liter, masukkan pupuk Phonska Plus ditambah NPK Mutiara 16-16
sebagai wadah untuk pencampuran pupuk dan botol air untuk menjadi takaran
dosis pemupukan.
6. Pengendalian Gulma
Walaupun telah menggunakan MPHP, tanaman cabai perlu dilakukan
penyiangan juga terutama pembersihan gulma (rumput) yang masih tumbuh di
lubang tanam karena gulma dapat menyebabkan berkembangnya hama dan
penyakit tanaman cabai. Pembersihan gulma yang terlambat dilakukan maka akan
menyebabkan rumput sulit dicabut. Pencabutan yang tidak hati-hati
kemungkinan juga akan merusak (mematahkan) akar cabai. Penyiangan dapat
dilakukan secara manual dengan mencabut gulma secara hati-hati.
Selain pada lubang tanam, sanitasi juga dilakukan pada daerah sekitar
bedengan. Sanitasi akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tanaman dan unsur
hara tidak banyak yang berkurang karena diserap gulma. Sanitasi dilakukan
pada waktu pagi atau siang hari.
7. Pengendalian hama dan penyakit
a. Pengendalian Hama:
➢ Lalat Buah
Lalat ini memiliki tipe mulut penusuk yang kemudian digunakan untuk
menusuk buah cabai dengan tujuan menempelkan telurnya. Buah yang rusak
akan membusuk dan berjamur.
Cara pengendalian :
Secara mekanik dilakukan dengan mengumpulkan semua buah cabai yang
rontok kemudian dibakar, karena larva di dalam buah cabai akan
berubah jadi pupa yang akhirnya menjadi lalat buah baru. Dengan cara
ini, siklus hidup lalat buah akan terputus.
➢ Penggunaan atraktan yang berbahan aktif metyl eugenol,
caranya diteteskan pada kapas dan dimasukkan ke dalam botol bekas air
mineral. Penggunaan perangkap ini diaksudkan untuk menekan serangan lalat
buah. Pemasangan atraktan ini dilakukan sampai akhir panen; Penggunaan
insektisida secara berselang-seling. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari
ketika sayap lalat buah masih basah sehingga menyulitkan dirinya untuk
terbang.

15
b. Pengendalian Penyakit
Cara pengendalian penyakit :
➢ Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma yang menjadi inang
alternatif patogen serta tanaman yang terinfeksi dan dimusnahkan,
untuk mengurangi sumber inokulum awal;
➢ Membuat tata air yang baik untuk menjaga kelengasan tanah dan
kelembaban lingkungan yang dapat menghambat perkembangan
patogen;
➢ Menggunakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara makro,
mikro, dan zat pengatur tumbuh sehingga tanaman menjadi sehat yang
dapat bereaksi lebih tahan terhadap serangan pathogen.
➢ Mengendalikan serangga vektor penyakit dengan insektisida.

3.5.5 Panen
Cabai merah dapat di panen pertama kali pada umur 60-75 hari
setelah tanam. Cabai yang dipanen adalah cabai yang sudah memenuhi beberapa
kriteria seperti cabai yang sudah berwarna merah cerah. Buah cabai yang
rusak akibat hama atau penyakit tetap dipanen agar tidak menjadi sumber
penyakit bagi tanaman cabai lain yang sehat. Waktu panen dilakukan pada saat
pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada
malam hari dan belum terjadi penguapan.
Teknologi yang digunakan dalam proses panen adalah gunting dan ember
sebagai wadal penyimpanan cabai pada saat panen.

3.5.6 Pemasaran
Cabai merah besar setelah di panen langsung dipasarkan kepada tengkulak
yang datang, selain itu juga dijual langsung kepada konsumen yang datang ke
kebun ataupun langsung dijual ke pasar.

3.6 Analisis Biaya Usahatani


Biaya usahatani atau biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat dan biaya tidak tetap meliputi
biaya produksi, biaya tenaga kerja dan biaya bahan penunjang. Biaya tetap

16
merupakan jenis biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi adalah
tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan.

3.6.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi yang dihasilkan seperti pajak, sewa tanah, penyusutan alat produksi,
dan lain-lain.
Dalam melakukan proses produksi cabai merah besar di Kebun
Bapak Octory Gaspersz yang termasuk biaya tetap adalah penyusutan peralatan
yang digunakan, yang dihitung berdasarkan umur ekonomis masing-masing
peralatan. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
yang tidak tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Faktor-
faktor yang menjadi biaya tetap pada masing-masing usaha antara lain biaya
peralatan, biaya penyusutan peralatan, dan biaya-biaya lain-lain.
Perhitungan biaya tetap cabai merah besar di Kebun Bapak Octory
Gaspersz dapat dilihat pada Tabel 3.1. Berdasarkan Tabel tersebut dapat
diketahui bahwa jenis-jenis barang yang mempengaruhi biaya penyusutan cabai
merah besar yaitu cangkul, sabit, tray, gunting, ember, tangki semprot, drum
dan dinamo dengan jumlah ekono misnya rata-rata 2-10 tahun. Hasil
perhitungan menunjukkan total biaya penyusutan selama satu tahun adalah
Rp829.100 dan Rp138.182 penyusutan 2 bulan.
Tabel 3.1 Biaya Penyusutan Cabai Merah Besar

No Jenis Jumlah Harga/Satuan Jumlah Umur Nilai Penyusutan Penyusutan


. Peralatan (Unit) (Rp) Biaya Ekonomis Sisa Per tahun 2 bulan
(Rp) (Tahun) (Rp)

1. Cangkul 1 60.000 60.000 5 12.000 9.600 1.600


2. Sabit 1 80.000 80.000 5 16.000 12.800 2.133
3. Tray 140 18.000 2.520.000 5 504.000 403.200 67.200
4. Gunting 5 10.000 50.000 2 25.000 12.500 2.083
5. Ember 10 15.000 150.000 5 30.000 24.000 4.000
6. Tangki 1 700.000 700.000 10 70.000 63.000 10.500
Semprot
7. Drum 1 300.000 300.000 5 60.000 48.000 8.000
8. Dinamo 1 1.600.000 1.600.000 5 320.000 256.000 42.666
Total Nilai Penyusutan 829.100 138.182

17
3.6.2 Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang bisa berubah-ubah secara
proporsional tergantung oleh produksi yang diperoleh. Biaya variabel
sifatnya berubah-ubah tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diinginkan. Yang termasuk dalam biaya variabel antara lain biaya bibit pupuk,
pestisida, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja
tidak langsung, dan alat-alat kecil lainnya. Biaya variabel per2 bulan (1 kali
musim tanam) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Biaya Variabel cabai merah besar per 2 bulan (1 kali musim tanam)

No. Jenis Jumlah Harga/Satuan Total Harga


(Rp) (Rp)
1. Kultivator 1 unit 500.000 500.000
2. Mulsa 2 rol 800.000 1.600.000
3. Ajir 5000 batang 1.000 5.000.000
4. Tali Ajir 1 rol 50.000 50.000
5. Polybag 4 pack 30.000 120.000
6. Benih 3 bungkus 140.000 420.000
7. NPK Mutiara 2 karung 575.000 1.150.00
(100kg)
8. Phonska 2 karung (50kg) 175.000 350.000
9. Petro Organik 10 karung 32.000 320.000
10. Petrogenol 1 dos 230.000 230.000
11. Pestisida Curacron 1 botol (500ml) 140.000 140.000
12. Pestisida Decis 1 botol (500ml) 135.000 135.000
13. Calcium Super 1 bungkus 15.000 15.000
14. Roundup 1 botol 110.000 110.000
15. Tenaga Kerja 3 orang 250.000 750.000
Total 10.890.000

18
3.6.3 Biaya Total (Total Cost)
Biaya total (total cost) merupakan semua biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan usahatani dari persiapan lahan sampai hasil panen dijual,
komponen biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Perhitungan biaya total cabai merah besar untuk 1 tahun adalah sebagai
berikut:
TC = FC + VC
TC = Rp829.100 + Rp10.890.000
TC = Rp11.719.100
Biaya total cabai merah besar untuk 1 kali musim panen adalah sebagai
berikut:
TC = FC + VC
TC = Rp138.182 + Rp10.890.000
TC = Rp11.028.182

3.6.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan harga jual produk cabai merah besar (P) jumlah
dikalikan dengan produk yang dihasilkan dalam produksi cabai merah besar
(Q).
Secara matematis dapat ditulis TR = P.Q. Produksi yang
dihasilkan selama satu kali musim panen adalah 675 kg. Harga jual
cabai merah besar per kg adalah Rp10.000.
Total penerimaan cabai merah besar dalam satu kali panen dapat
dihitung sebagai berikut:
TR =P.Q
= Rp10.000 x 675 kg
= Rp6.750.000

19
3.6.5 Pendapatan
Pendapatan atau keuntungan akan didapat setelah mengetahui nilai
biaya (TC) dan nilai penerimaan (TR).
Perhitungan pendapatan cabai merah besar selama 1 tahun adalah :
π = TR – TC
π = Rp6.750.000 – Rp11.028.182
π = Rp -4.278.182

3.6.6 Analisis R/C Ratio


Analisis R/C ratio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
usahatani tanaman cabai merah besar secara finansial. Efisiensi usahatani
tanaman cabai merah besar bisa ditentukan dengan menghitung per cost
ratio yaitu pembagian antara penerimaan suatu usaha (TR) dengan total
biaya produksi (TC).
Besarnya kelayakan usaha pada usahatani cabai merah besar dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
R/C = TR/TC
R/C = Rp6.750.000/ Rp11.719.100
R/C = 0,57
Dengan demikian, nilai R/C ratio pada cabai merah besar di Kebun
Bapak Octory Gaspersz adalah sebesar 0,57. Yang dalam artian usahatani
cabai merah besar di Kebun Bapak Octory Gaspersz tidak layak untuk
diusahakan atau rugi karena nilai R/C < 1.
Nilai R/C ratio menjadi negatif karena beberapa faktor yaitu
penerimaan yang diterima petani rendah sedangkan biaya yang dikeluarkan
petani lumayan tinggi, hingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan
petani lebih besar dari pada penerimaan yang diterima petani dan
karena panen yang bersamaan di dalam satu daerah penghasil cabai sehingga
menyebabkan adanya stok di pasaran yang berlimpah sementara permintaan
pasar tetap, menyebabkan harga cabai merah besar turun. Akibat dari
beberapa faktor tersebut imbasnya pada penerimaan yang tidak sesuai
dengan harapan yang menyebabkan perhitungan R/C ratio <1.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah
diuraikan, usahatani cabai merah besar di Kebun Bapak Octory Gaspersz Desa
Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dalam hal pembudidayaan tanaman perlu diperhatikan cara-cara
yang tepat dalam mengelola lahan. Baik buruknya tanaman tergantung
pada saat awal mulai mempersiapkan lahan, lahan yang steril
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Budidaya tanaman cabai merah besar yang perlu dipersiapkan
adalah mengelola tanah, persiapan benih dan bibit, penanaman,
pemeliharaan, panen, dan pemasaran hasil.
3. Pengolahan lahan dilakukan pada saat benih dan bibit masih di semaikan.
Bibit hasil persemaian siap ditanam pada umur berumur 21 – 24 hari.
Penanaman yang tepat adalah sore hari dengan intensitas cahaya
matahari yang cukup.
4. Pemeliharaan tanaman meliputi yaitu penyiraman,
penyulaman, perempelan atau pemangkasan, pengajiran, pemupukan,
pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit.
5. Cabai dapat dipanen setelah berumur kira-kira 60-75 hari. Pada saat
itu buah cabai sudah berwarna kemerahan.
6. Besaran total biaya dari masing-masing biaya variabel dan biaya
tetap selama satu tahun adalah sebagai berikut : Biaya Variabel sebesar
Rp10.890.000 dan Biaya Tetap sebesar 829.100. Jadi biaya total cabai
merah besar untuk 1 tahun adalah sebesar Rp11.719.000.
7. Besar jumlah penerimaan pada usahatani cabai merah besar di
adalah Rp6.750.000.
8. Besar pendapatan usahatani cabai merah besar selama 1 musim tanam
adalah sebesar Rp-4.278.18

21
Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha (R/C), yaitu perbandingan
total penerimaan dengan total biaya produksi yang lebih kecil dari satu, yaitu
memiliki angka perbandingan 0,57 < 1, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani
ini tidak layak dilanjutkan atau rugi.

4.2 Saran
Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
bagi usahatani khususnya cabai merah besar di Kebun Bapak Octory Gaspersz
agar dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik dengan memperhatikan
kondisi pasar sehingga tidak mengalami kerugian lagi melainkan dapat
meningkatkan pendapatan. Perlu adanya perhatian yang lebih maksimal lagi
tentang pemeliharaan termasuk pada pengendalian penyakit karena melihat
kondisi cabai merah besar yang terkena penyakit sehingga tidak dapat mengalami
pertumbuhan dengan baik.
Selain itu, cara perhitungan mulai dari biaya tetap, biaya variabel, biaya
total, penerimaan, pendapatan hingga R/C ratio dapat digunakan sebagai contoh
untuk komoditas lainnya yang ada di Kebun Bapak Octory Gaspersz.

22
DAFTAR PUSTAKA

AGUNG, I., PUTU ARTINI, N., & RATNA DEWI, N. (2000). Analisis Usahatani
Cabe Merah (Capsicum Annum L) Di Desa Perean Tengah, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan. SOCA: Socioeconomics of Agriculture and
Agribusiness, 0(1), 1–10.
Kamisi, H. La. (2013). Analisis usahatani bayam (Studi kasus di Kelurahan Sasa
Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate). Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan, 6(1), 58. https://doi.org/10.29239/j.agrikan.6.1.58-63
Puspitasari, Rika(2012): Tugas Akhir. Budidaya Tanaman Cabai Merah
(Capsicum Annum .L) Varietas Krida 99. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret
Santoso, Nova., Sapja Anantanyu, Arip Wijianto (2016): Analisis Kelayakan
Usahatani Cabai Keriting (Capsicum Annum L) Di Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang.AGRISTA. Vol. 4 No.1
http://eprints.umm.ac.id/55812/3/BAB%20II.pdf
https://www.trigonalmedia.com/2015/03/pengertian-biaya-menurut-para-ahli.html
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/9109/budidaya%26pa
scapanencabaimerah.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-54201-614408050-bab1-
16082012011613.pdf
http://eprints.undip.ac.id/55225/3/BAB_II.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai