Anda di halaman 1dari 33

d'Dreamer

1.
JUN

14

laporan pkl teknik budidaya tanaman cabai merah di


PATPKP UNAND
I.                   PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu sayuran penting
yang bernilai ekonomis tinggi dan digemari masyarakat. Selain berguna untuk
penyedap makanan, cabai merah juga mengandung zat gizi yang sangat berguna untuk
kesehatan seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe),
vitamin A dan C, dan mengandung senyawa-senyawa alkaloid seperti capsicum,
flavonoid, dan minyak esensial. Banyak manfaat tanaman cabai, sehingga produksi
cabai yang tinggi dibutuhkan untuk menjaga suplainya. (taufik, et.al, 2013).
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia didalam
(Ralahalu et, al. 2013), kandungan gizi dalam 100 gram buah cabai adalah kadar air
83.0 %, lemak 0.3 %, protein 3.0 %, karbohidrat 6.6 %, serat 7.0 %, kalori 32.0 kkal,
kalsium 15.0 mg, fosfor 30.0 mg, zat besi 0.5 mg, vitamin A 15.000 IU, thiamin
(vitamin B1) 50,0 mg, riboflavin (B2) 40,0 mg, dan vitamin C 360 mg. Kandungan
gizi yang bervariasi ini memungkinkan tanaman cabai perlu dikembangkan sehingga
dapat juga memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dilihat dari kandungan gizi dan manfaat yang dimiliki cabai, maka cabai juga
penting dikomsumsi oleh manusia. Untuk itu pembudidayaan tanaman cabai harus
diperhatikan agar produksi tanaman cabai meningkat dari tahun ketahun. Dalam satu
periode tanam, cabai dapat dipanen beberapa kali bila musim dan perawatannya baik
dapat dipanen 15-17 kali, namun umumnya sebanyak 10-12 kali. Perawatan tanaman
cabai lebih rumit dibandingkan dengan perawatan tanaman hortikultura lainnya,
sehingga biaya perawatannya lebih mahal rendahnya produksi juga dapat membuat
harga cabai meningkat (Sunarjono, (2001) cit (Tuhumury dan Amanupunyo, 2013).
Berdasarkan Biro Pusat Statistik (2011), pada tahun 2010 luas panen cabai di
Indonesia adalah sebesar 237.520 ha dengan produksi 1.332.356 ton dan produktivitas
sebesar 5,61 ton/ha. Produktivitas ini masih jauh dari potensi produktivitas cabai yang
dihasilkan dalam berbagai penelitian. Selain itu Deptan (2009) menyatakan bahwa
produksi yang dihasilkan juga belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi yang
mencapai 2,77 kg/kapita/tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) bahwa Indonesia mampu
memproduksi tanaman cabai sebesar 1.378.727 ton pada tahun 2009 dengan luas
lahan 233.904 ha atau sekitar 5,89 t ha-1, kemudian pada tahun 2010 sebesar
1.328.864 ton dengan luas lahan 237.105 ha atau menurun sekitar 3,26% dan pada
tahun 2011 produksi cabai mencapai 1.483.079 ton dengan luas lahan 239.770 ha atau
sekitar 6,19 t ha-1. Sementara produksi cabai Sulawesi Tenggara pada tahun 2010
sebesar 7.817 ton dengan luas lahan 1.959 ha atau mengalami peningkatan sebesar
3.054 ton atau sekitar 39,07% dibanding dengan produksi pada tahun 2009. Namun
sejak 2010 produksi cabai mulai menurun. Produksi tahun 2011 hanya sebesar 4.764
ton atau menurun sebesar 39% dibandingkan dengan tahun 2010.
Rendahnya produksi cabai salah satunya disebabkan oleh adanya serangan
hama dan penyakit karena dapat menyebabkan kerugian baik kualitas maupun
kuantitas cabai. Salah satu penyakit yang mempengaruhi produksi tanaman cabai di
Indonesia adalah penyakit virus yang menyerang cabai yaitu virus kuning dan virus
keriting. Virus dapat mempunyai bermacam-macam pengaruh terhadap tumbuhan,
karena virus mempunyai daya tular yang tinggi karena itu virus semakin diakui
sebagai kendala utama terhadap perkembangan tanaman cabai (Semangun, 2008).
Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman merupakan
salah faktor penyebab rendahnya produksi cabai merah. Salah satu OPT yang
menyerang tanaman cabai adalah kapang Collectricum sp yang menyebabkan
penyakit antrkanosa ( Yulianty Dan Tundjang, 2007). Penyakit antrknosa umumnya
dikendalikan dengan menggunakan pestisida berupa fungisida sintetik namun
fungisida sintetik dapat menimbulkan beberpa masalah diantaranya ialah
meningkatkan resistensi kapang Colletotrichum terhadap fungisida ( Sibarani, 2008).
            Dari uraian diatas untuk meningkatkan hasil produksi cabai merah yang tinggi
maka penulis mengambil judul “TEKNIK BUDIDAYA CABAI MERAH DI PUSAT
ALIH TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS (PATPKP UNAND).” Bertujuan untuk mengetahui
bagaiamana teknik budidaya cabai merah yang dilakukan di PATPKP UNAND

1.2. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang


Tujuan khusus dari Praktek Kerja Lapang yaitu untuk mengetahui dan
mempelajari secara langsung rangkaian kegiatan teknik budidaya tanaman cabe merah
(Capsicum annuum L ) yang ada di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan
Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND)

1.3    Manfaat Praktek Kerja Lapang


1.      Dapat mengetahui seberapa jauh ilmu yang telah di dapat di perkuliahan
dibandingkan dengan yang ada dilapangan.
2.      Memperdalam dan meningkatkan keterampilan dan kreativitas diri dalam lingkungan
yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
3.      Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman selaku generasi yang dididik
untuk siap terjun langsung di masyarakat khususnya di lingkungan kerjanya.
4.      Menambah pengalaman bagaimana teknik dilapangan khususnya dibidang pertanian.
5.      Menamabah wawasan tentang cara melakukan budidaya cabai merah yang ada
dilapangan.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Singkat Tanaman Cabai Merah


            Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki
nama ilmiah Capsicum sp. Awalnya tanaman cabai tumbuh didaratan Amerika selatan
dan Amerika Tengah, termasuk Meksiko, kira-kira sejak 2500 tahun sebelum masehi.
Masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan mengembangkan cabai adalah
orang Inca di Amerika Selatan, orang maya di Amerika Tengah, dan orang Aztek di
Meksiko. Mereka memanfaatkan tanaman berbuah pedas tersebut sebagai bumbu
penyedap makanan mereka. Salah satu prasasti yang ditemukan di Amerika juga
memperlihatkan bahwa pimpinan terakhir Aztek, Montezuma, selalu meminum
cokelat kekaisaran yang diberi dengan bubuk cabai untuk sarapan (Harpenas Dan
dermawan, 2010). Masuknya cabai ke Indonesia belum ditemukan keterangan pasti,
namun sudah sejak dahulu kala dibudidayakan di berbagai daerah, baik di dataran
rendah, di dataran menengah, maupun di dataran tinggi. Di Indonesia, tanaman cabai
tersebar luas di berbagai daerah, tetapi sebagai pusat penyebaran penting ialah
Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu, dan daerah lain
(Prajnanta, 2007).

           
2.2. Taksonomi Tanaman Cabai Merah
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Menurut klasifikasi dalam tata
nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai termasuk kedalam, Kingdom: Plantae
(tumbuh-tumbuhan); Divisi: Spermatophyta (Tumbuham berbiji);
Subdivisi: Angiospermae (Berbiji tertutup); Kelas: Dicotyledoneae (Biji berkeping
dua); Ordo: Solanales; Famili: Solanaceae; Genus: Capsicum; Spesies: Capsicum
annum L (Hanum, 2008).
2.3. Morfologi tanaman cabai merah
2.3.1.      Akar
Menurut (Harpenas dan Dermawan, 2010) cabai adalah tanaman semusim
yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman
cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain
menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang
tanaman. Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai
penegak pohon yang  memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar
tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh  horisontal  didalam tanah,
dari akar cabang  tumbuh  akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk
masa yang rapat

2.3.2.      Batang
Menurut (Hewindati, 2006) Batang utama cabai adalah tegak dan pangkalnya
berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan
berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan
mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya
cabang beraturan secara berkesinambungan. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi
50-150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas
yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter
data 5-2 cm.

2.3.3.      Daun
Menurut (Dermawan,  2010) daun cabai berbentuk hati, lonjong, atau agak
bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006),
daun cabai berbentuk memanjang oval dengan  ujung meruncing atau diistilahkan
dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun.
Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan
bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan
lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai
(panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai
elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-
12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.

2.3.4.      Bunga
Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil,
umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai
berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga
sempurna karena  terdiri  atas  tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota
bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga
berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat  kelamin jantan dan betina dalam satu
bunga. (Tjahjadi, 2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung. Warna
mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1-1,5 cm, lebar 0,5
cm, warna kepala putik kuning.

2.3.5.      Buah dan Biji


Menurut (Prajnanta, 2007), buahnya berbentuk kerucut memanjang, lurus atau
bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin
mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas.
Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk
bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk
pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air
mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah
nafsu makan.

2.4.  Syarat Tumbuh
2.4.1.      Ketinggian tempat
Tanaman cabai mampu di tanam di semua tempat, baik dilahan sawah, tegalan
(kering) atau pegunungan (dataran tinggi). Tanaman tersebut dapat tumbuh sampai
ketinggian 1300 m dpl. Didaerah dataran tinggi tanaman tersebut dapat tumbuh tetapi
mampu berproduksi secara maksimal. Sebaiknya untuk dataran tinggi menggunakan
varietas Wibawa, Provost dan Sultan. Tanaman cabe umumnya tumbuh optimum
didataran rendah hingga menengah pada ketinggian 1300 m dpl. Dan pada ketinggian
diatas 1300 m dpl tanaman ini tumbuh sangat lambat dan pembentukan buahnya juga
terhambat ( Harpenas dan Dermawan. 2010). Sedangkan menurut Kusandriani
(1996), cit. Intara et,al. (2011)  menyatakan bahwa tanaman cabai memiliki daya
adaptasi yang luas. Tanaman cabai dapat diusahakan baik didataran rendah ataupun
dataran tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh optimal sampai pada ketinggian 2000 m
dpl.

2.4.2.      Keadaan tanah
Tanaman cabai merah dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari berpasir hingga tanah liat. Untuk lahan bergambut
perlu dilakukan perlakuan khusus sebelum dilakukan penanaman. Umumnya tanah
yang baik untuk pertanaman cabai merah adalah  tanah lempung berpasir atau tanah
ringan yang banyak mengandung bahan organik dan unsur hara.cabai merah dapat
juga diusahakan di lahan pasang surut atau lahan bergambut (Harpenas dan
Dermawan, 2010).
Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis  tanah, dengan syarat
drainase dan aerase tanah yang cukup baik dengan pH tanah 5,5-7,0. Jika
menginginkan panen dengan waktu yang cepat, cabai merah sebaiknya di tanam pada
tanah lempung berpasir dan jika diharapkan panen yang lebih lambat maka  cabai
merah lebih cocok ditanam pada tanah yang berat atau tanah liat (Intara et al, 2011).
2.4.3.      Iklim
Tanaman cabai merah menghendaki suhu 16º-32º C. Dengan curah hujan
1500-2500 mm pertahun dengan distribusi yang merata. Pada saat pembungaan
sampai dengan pemasakan buah, cabai merah membutuhkan sinar matahari yang
cukup yaitu berkisar antara 10-12 jam dengan kelembaban udara 80% (Hanum, 2008).
Pengaruh temperatur terhadap perkecambahan benih cabai dapat dilihat pada gambar
2.1

Tabel 2.1. Pengaruh Temperatur Terhadap Perkecambahan Benih Cabai Merah


Temperatur (ºC) Jumlah tanaman yang baik Lamanya berkecambah
(%) (hari)

10 1 -

15 70 25,0

20 96 12,6

25 98 8,5

30 95 7,6

35 70 8,8

40 0 -

Sumber : Welles (1990)

Menurut (Hanum, 2008) menyatakan bahwa iklim yang paling cocok adalah
daerah dengan suhu 25-30º C dengan persentase 98%, dan waktu yang di butuhkan
untuk berkecambah lebih kurang 8,5 hari.

2.5.  Teknik Budidaya Cabai Merah


2.5.1.      Persiapan Lahan
Budidaya tanaman cabai harus diperhatikan sejak persiapan lahan, karena akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta sekaligus sebagai penerapan prinsip
PTT. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan mencangkul untuk
membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam gulma
yang tumbuh. Hal tersebut dilakukan agar pertumbuhan akar tanaman cabai tidak
terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan
penyakit. Apabila lahan skala luas banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya dapat
menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropil amina glifosat dengan
dosis 2 - 4 liter per hektar. Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak
ataupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk
menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan organisme
penggangu tanaman (OPT) yang bersembunyi di tanah ( Piay et, al. 2010).
2.5.2.      Persiapan Bibit
Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian biji/benih
di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum
ditanam di lapangan. Tempat persemaian berupa bedengan berukuran lebar 1 m,
diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media
persemaian terdiri dari campuran tanah halus dan pupuk kandang steril (1:1) dan
Sebelum disemai bibit direndam dalam air hangat (50º C) atau larutan Previcur N (1
cc) selama 1 jam, untuk mempercepat perkecambahan dan menghilangkan
hama/penyakit yang terbawa benih. Benih disebar rata pada bedengan dan ditutupi
tipis tanah halus, lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah  Setelah
benih berkecambah (7-8 hari) dan tutup daun pisang atau karung dibuka. Setelah
membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit dipindahkan ke dalam bumbungan dengan
media yang sama (campuran tanah dan pupuk kandang). Bumbungan dapat
mengurangi kerusakan akar bila dipindahkan ke lapangan.  Dan Bibit siap ditanam
setelah berumur 3-4 minggu dalam bumbungan yang mana Bibit tersebut sudah
membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. (Wardani dan Purwanta, 2008)

2.5.3.      Penanaman
Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan
dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit.
Sebaiknya cabai ditanam pada bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup
tersedia. Waktu tanam yang baik juga tergantung jenis lahan, pada lahan kering pada
awal musim hujan, pada lahan sawah pada akhir musim hujan sedangkan pada lahan
beririgasi teknis akhir musim hujan (Maret-April) dan awal musim kemarau (Mei-
Juni) Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau
kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos
diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah. Jarak tanam yang
digunakan adalah 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk dataran
tinggi ( Hanum, 2008). Sedangkan menurut (Hewindati, 2006) Cabai ditanam dengan
pola segitiga, jarak tanamnya adalah 50-60 cm dari lubang satu ke lubang lainnya.
Jarak antar barisan 60-70 cm dibudidaya secara monokultur tidak dicampur dengan
tanaman lain. Lubang dibuat dengan kedalaman 8-10 cm, dilakukan dengan cara
menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter lubang sesuai
dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih lebar sedikit dari
pada lubang tanam.

2.5.4.      Pemeliharaan
Menurut (Hewindati, 2006) tanaman cabai yang telah ditanam harus selalu
dipelihara dengan teknik sebagai berikut:
·         Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit yang ada.
Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu pertama dan minggu
kedua setelah tanam.
·         Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan dari lahan bedengan tanah
yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari bedeng dinaikkan
kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali).
·         Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat dilakukan
sekitar 17-21 HST di dataran rendah atau sedang, 25-30 HST di dataran tinggi. Tunas
tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga pertama atau bunga kedua (pada
dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan daun-daun yang telah tua kira-kira 75 HST.
·         Pemupukan diberikan 10-14 hari sekali. Pupuk daun yang sesuai misalnya Complesal
special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk kemiral red pada umur 35
HST. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan
perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara
ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris. Pemupukan cara ini
dilaksanakan pada umur 50-65 HST dan pada umur 90-115 HST.
·         Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering. Penyiraman
dengan kocoran diterapakn jika tanaman sudah kuat. Sistem terbaik dengan
melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air dapat meresap ke
perakaran. Penyemprotan tanaman cabai sebaiknya dikerjakan dalam satu hari yakni
pada pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.
·         Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm dibatas
terluar tajuk tanaman. Ajir dipasang pada saat tanaman mulai berdaun atau maksimal
1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya dipasang tegak atau miring.

2.5.5.      Pengendalian hama penyakit


Menurut (Harpenas dan Dermawan, 2010), salah satu faktor penghambat
peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal.
Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah
(Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp)
berkisar 5-30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai
dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Menurut (Wardani dan Purwanto,
2008) Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian
yang besar pada produksi cabai sebagai berikut:
a.       Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun
mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun cabai. Serangan
ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan sehingga proses
fotosintesis terhambat. Ulat grayak terkadang memakan daun cabai hingga
menyisakan tulang daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun.
b.      Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap cairan daun,
pucuk, tangkai bunga, dan bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan
daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya
rontok sehingga produksi cabai menurun.
c.       Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabai dengan cara meletakkan telurnya didalam
buah cabai. Telur tersebut akan menetas menjadi ulat (larva). Ulat inilah yang
merusak buah cabai.
d.      Trips (Thrips sp)
Hama trips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan
gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat
dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Trips ini kadang-kadang berperan
sebagai penular (vektor) penyakit virus.

Menurut (Hewindati, 2006) selain hama, musuh tanaman cabai adalah


penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur /cendawan ataupun bakteri.
Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu:
1.      Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
Cendawan ini merusak daun dan menyebabkan timbul bercak bulat kecil
kebasahan. Dikendalikan dengan pembersihan daun yang terkena, disemprot fungisida
tembaga misal vitagram blue 5-10 gram/liter.
2.      Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
Cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan busuk batang dengan
warna cokelat hitam. Dikendalikan dengan manual atau fungisida sanitasi lingkungan.
3.      Antraknosa/Patek
Cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan bercak hitam yang
meluas dan menyebabkan kebusukan. Dikendalikan dengan menanam benih bebas
patogen, cabai yang terkena dibuang/dimusnahkan, pemberian fungisida Derasol 60
WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan komposisi 1:5 dan dosis 2,5 gram/liter.
4.      Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm)
Bakteri ini hidup didalam jaringan batang, menyebabkan pemucatan tulang
daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan mengkondisikan
bedengan selalu kering atau pencelupan bibit ke larutan bakterisida misal Agrymicin
1,2 gram/liter.
5.      Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht)
Cendawan ini hidup di tanah masam, menyebabkan pemucatan atau layu
tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan pengupasan,
pencelupan biji pada fungisida dan pergiliran tanaman.
2.5.6.      Panen
Cabai merah dapat di panen pertama kali pada umur 70-75 hari setelah tanam
untuk dataran rendah.dan pada umur 4-5 bulan untuk dataran tinggi, dengan interval
panen 3-7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknose segera
dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim untuk
jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen
setelah matang penuh. Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai merah yang
sehat, bentuk normal dan baik. Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau
menggunakan karung jala. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup
sirkulasi udara . (Wardani dan Purwanta, 2008). Sedangkan menurut ( Susila, 2006)
pemanenan cabai merah pertama dapat dilakukan mulai 9 minggu setelah penanaman,
dan panen yang berikutnya dapat dilakukan setiap 5-7 hari sekali. Dan buah yang
telah dipanen segera disortir berdasarkan grade yang sesuai dengan pesanan pasar.

III.             METODE PELAKSANAAN

3.1.   Tempat dan Waktu


Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di Pusat Alih Teknologi dan
Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND) yang
terletak di Desa Batu Bagirik Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini di mulai pada tanggal 26
januari- 26 februari 2016.

3.2.   Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam budidaya cabai merah dialahan panjang khususnya
di PATPKP UNAND adalah  Cangkul, Traktor, Knapsack Sprayer. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah Bibit Cabai Merah, Mulsa Plastik, Pupuk Kandang, Pupuk
NPK, Pupuk POSNKA, Regent 50 SC, CPN (KNO3 merah), Daconil 75 WP, Mistick
100, Spring 80 WP.

3.3.   Metodologi
Tahapan kegiatan budidaya cabai merah yang dilakukan di Pusat Alih
Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP
UNAND) adalah sebagai berikut:
3.3.1. Sosialisasi
Sebelum pelaksanaan praktek kerja lapang, pihak Pusat Alih Teknologi dan
Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND)
memberikan penjelasan dan arahan tentang kegiatan yang akan dilakukan selama
praktek kerja lapang.

3.3.2. Observasi
Melakukan pengamatan dan ikut secara langsung dalam kegiatan yang
dilakukan di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas
Andalas (PATPKP UNAND).
3.3.3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mencari data sumber referensi terkait dengan
kegiatan praktek kerja lapang dalam penyusunan laporan praktek kerja lapang.
3.4.  Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati secara langsung bagaimana
teknik budidaya yang dilakukan petani dilapangan dan ikut aktif dalam kegiatan
petani dilapangan agar mengetahui bagaimana teknik budidaya cabai merah yang
baik. Diantara penagamatan yang dilakukan adalah mengamati tanaman cabai yang
terserang OPT, baik itu yang diserang oleh penyakit ataupun yang terserang oleh
hama. Dan penyakit yang menyerang tanaman cabai yang ada di PATPKP UNAND
adalah penyakit Antraknose, penyakit busuk Phythopthora, dan Layu fusarium
sedangkan hama yang menyerang adalah  hama kutu daun persik, hama Thrips, dan
Ulat Penggerek Buah.

3.5.  Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini secara umum di lakukan tiga tahap,
dimana pada tahap yang pertama mengikuti semua kegiatan pertanian yang ada di
lahan PATPKP UNAND baik kegiatan budidaya, pembuatan kompos, pasca panen
hasil pertanian, hingga kegiatan peternakan, pada tahap yang pertama ini dilakukan
mulai dari awal PKL hingga dua minggu berjalan.
Untuk tahap yang kedua mahasiswa PKL konsentrasi pada masing-masing
topik, dimana pada tahap ini mahasiswa melakukan proses kegiatan berdasarkan topik
apa yang di ambil, hingga mengumpulkan data dan informasi untuk kepentingan
masing-masing, tahap kedua ini di lakukan selama 1 minggu, yaitu minggu ketiga.
Tahap yang ketiga yaitu tahap minggu tenang, dimana kegiatan praktek kerja
lapang di lapangan dihentikan, sehingga waktu di gunakan untuk pembuatan laporan,
baik itu laporan untuk keperluan kampus, maupun laporan untuk kepentingan di
tempat PKL.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.   Gambaran Umum Lokasi Praktek Kerja lapang


4.1.1.      Letak dan keadaan wilayah praktek kerja lapang di Pusat Alih Teknologi dan
Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND)
Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas
Andalas (PATPKP UNAND)  meruapakan suatu kawasan diseminasi alih teknologi
pertanian. Pada kawasan tersebut dapat dilihat berbagai implementasi berbagai
kegiatan, khususnya dibidang pertanian dalam arti luas meliputi pertanian,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tempat tersebut jugiga dapat menjadi tempat
berinteraksi antara pengahasil teknologi dan pengguna teknologi. PATPKP UNAND
berlokasi di Jorong Gelagah, Kenagarian Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti, Kabupaten Solok. Lokasinya berjarak sekitar 70 km dari Kota Padang yang
berada pada 01º 05º 38.3º LS dan 100º 47º 30.3º BT dengan ketinggian tempat ±1.620
m dpl. Berbagai gedung di PATPKP UNAND dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Gedung PATPKP UNAND


4.1.2.      Sejarah PATPKP UNAND
            Inisiasi PATPKP UNAND  dimulai pada pertengahan 2011. Lokasi
tersebut pada mulanya salah satu pengujian adaptasi tanaman gandum yang berasal
dari slowakia. Pada saat pengujian gandum yang berlangsung tanggal 19 November
2011 lokasi tersebut mendapat kunjungan langsung dari Duta Besar RI untuk
Slowakia (Harsha E. Joesoef). Duta Besar Harsha E. Joesoef dan Rektor Unand pada
saat itu (Prof. Dr. Ir. H.Musliar Kasim, MS) merupakan inisiator kerja sama penelitian
gandum antara Unand dan salah satu institusi gandum di slowakia (OSIVO as)
Pada tahun 2012 lokasi tersebut ditetapkan sebagai lokasi pengembangan
kampung industri berbasis gandum atau disebut dengan Kampung Gandum. Kampung
industri adalah satu sistem terdiri atas industri primer (sarana produksi dan
infrastruktur), industri sekunder (bahan baku untuk industri di desa), industri tersier
(prosesing) yang menghasilkan produk jadi. Pengembangan Kampung Gandum
diarahkan kepada pengembangan agroindustri skala kecil dengan memberdayakan
kelompok tani atau gabungan kelompok tani (poktan/gapoktan). Untuk itu dibutuhkan
dukungan teknologi mulai dari budidaya, pengolahan gandum menjadi tepung, dan
pengolahan tepung menjadi berbagai bentuk panganan yang sederhana dan dapat
diterapkan dalam skala industri kecil di pedesaan. Dalam mengembangkan kawasan
ini, Universitas Andalas bekerjasama dengan Pondok Pesantren Muhammad Natsir
yang dipimpin oleh H. Darman.
Semenjak ditetapkan sebagai lokasi pengembangan Kampung Gandum, maka
secara berangsur-angsur dilakukan pembangunan infrastruktur untuk mendukung
berbagai kegiatan terutama yang berkaitan dengan budidaya gandum. Pada tahun
2012 dilakukan pembangunan gudang gandum dan sarana untuk
penjemuran/pengeringan gandum sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Berbagai peralatan pendukung juga mulai dilengkapi secara bertahap. Berbagai
peralatan untuk budidaya, pemanenan, dan untuk prosesing serta packing hasil olahan
gandum kini sudah tersedia.
Pada tahun 2013 pembenahan kampung industri berbasis gandum terus
berlanjut dengan dibangunnya tiga buah gedung penyokong berbagai kegiatan.
Gedung pertama berfungsi sebagai tempat pengolahan gandum menjadi tepung terigu
atau menjadi produk jadi, seperti kue krting, roti, dan mie. Gedung kedua berfungsi
sebagai tempat peralatan budidaya, seperti traktor dan mesin penyiram. Gedung kedua
ini juga sekaligus tempat dilakukannya perontokan gandum dan penyimpanan
gandum. Gedung ketiga merupakan tempat pengolahan limbah gandum untuk
dijadikan kompos. Untuk menunjang kegiatan penelitian, juga dibangun satu unit
screen house tempat dilakukannya kegiatan persilangan (pemuliaan) tanaman
gandum. Untuk kegiatan pembibitan juga telah dibangun satu unit tempat persemaian
yang dilengkapi dengan shading net.
Pada akhir tahun 2013, dari hasil diskusi dengan berbagai pihak serta dengan
berbagai masukan dan pertimbangan, maka Kawasan Industri Berbasis Gandum
diperluas cakupan komoditasnya, bahkan sekaligus dijadikan tempat untuk dijadikan
sebagai lokasi kegiatan pertanian terpadu (Integrated Farming System), yang meliputi
bidang pertanian,peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Tujuan dari
dibentuknya lokasi kegiatan pertanian terpadu yang diberi nama Pusat Alih Teknologi
dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND) ini
adalah untuk mensinergikan berbagai kegiatan pertanian secara luas, sehingga akan
memberikan dampak lebih luas kepada masyarakat tani di sekitar lokasi dan/atau
siapa saja yang membutuhkan informasi teknologi di bidang pertanian.

4.1.3.      Kerja Sama
Dalam pelaksanaan kegiatannya, PATPKP UNAND juga menjalin kerjasama
dengan berbagai stakeholders. Pengembangan pellet ikan, pejantanan ikan (sex
reversal), bioremidiasi lahan pertanian, pembuatan jerami fermentasi untuk pakan
sapi, budidaya sorgum, dan penangkaran benih padi bekerjasama dengan Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN). Kegiatan Pembibitan tanaman kehutanan,
Budidaya Jamur Tiram, dan Pembuatan Embung bekerjasama dengan Dinas
Kehutanan Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan Budidaya Sapi Potong bekerjasama
dengan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. Pengembangan Tanaman
Makadamia bekerjasama dengan PT. Mitra Kerinci. Saat ini PATPKP UNAND
sedang dalam upaya bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pertanian
Nasional agar PATPKP UNAND dapat dijadikan sebagai Tempat Uji Kompetensi
(TUK) bagi para siswa atau mahasiswa yang membutuhkan Sertifikat Kompetensi
Keahlian Bidang Pertanian. Kedepan tentunya, PATPKP UNAND akan terus
berupaya menjalin kerjasama dan mencari dukungan dari berbagai pihak agar
PATPKP UNAND dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat
luas.

4.1.4.      Fungsi PATPKP UNAND


Fungsi dari Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan pertanian
Universitas Andalas adalah sebagai kawasan Alih/diseminasi teknologi, praktikum,
magang, penelitian, pelatihan, field trip, tempat uji kompetensi (TUK) bidang
pertanian, Akademi Komunitas.

4.1.5.      Struktur Organisasi Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan


Pertanian (PATPKP UNAND)
Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegaiatn operasional untuk mencapai suatu tujuan. Struktur organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahaan kegiatan antara yang satu dengan yang
lainnya. Dan digunakan sebagai alat untuk membantu manajemen dalam mencapai
suatu tujuan.
Adapun struktur organisasi di PATPKP UNAND di kepalai oleh bapak irfan
suliansyah, dan pengurus adalah dosen-dosen dari UNAND serta di bantu oleh
karyawan-karyawan tetap ataupun tidak tetap. Struktur organisasi Pusat Alih
Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian (PATPKP UNAND) dibuat
berdasarkan kebijakan perusahaan yang dapat dilihat pada gambar 4.2

Direktur / ketua

Dr. Ir. Irfan Suliansyah, M.S

Pengurus

Dosen-dosen UNAND

Karyawan tetap

Karyawan tidak tetap

Triana

Pekerja lepas

Gambar 4.2. Struktur Organisasi PATPKP UNAND

4.1.6.      Visi dan Misi PATPKP UNAND


Berikut ini adalah visi dan misi PATPKP UNAND:
A.    Visi :
Menjadikan kelompok tani yang mandiri, berkualitas dan berinteraksi untuk
kesejahteraan anggota kelompok.

B.     Misi :
1.      Menjadikan anggota kelompok tani agrobisnis rimbo tinggi yang mandiri dan berdaya
saing tinggi
2.      Meninkatka kesejahteraan anggota kelompok
3.      Manjadikan kelompok yang berilmu dan daya kretivitas tinggi
4.      Meningkatkan pendapatan kelompok dan kesejahteraan mayarakat petani jorong
gelagah
5.      Menjadi pusat percontohan usaha tani terpadu di sumatera barat
6.      Menjadikan kelompok sebagai pusat alih teknologi pertanian
7.      Menjadikan pusat kegiatan studi banding agrobisnis di sumetera barat.

4.1.7.      Fasilitaas di PATPKP UNAND


Gambar 4.3. fasilitas di PATPKP UNAND

            Fasilitas yang ada dari segi peralatan di PATPKP UNAND berupa peralatan
untuk budidaya gandum hingga panen gandum diantaranya mesin pemanenan
gandum, mesin penggilingan tepung gandum, mesin pemisah bulir gandum dengan
batangnya. Selain itu ada juga mesin pembuat pelet ikan, mesin pencacah, mesin
pembuatan media jamur, mesin bajak untuk pembajakan lahan. Sedangkan fasilitas
lain berupa Aula, sebagai tempat pertemuan,rapat, dan kegiatan pelatihan. Mess,
untuk penginapan pengunjung yang mengunjungi PATPKP UNAND. Musholla,
sebagai tempat beribadah para pengunjung. Fasilitas di PATPKP UNAND dapat
dilihat pada gambar 4.3.

  
4.2.       Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang Budidaya Cabai Merah
4.2.1.      Penyiapan Lahan
Tahap awal dari kegiatan persiapan lahan adalah perencanaan yang meliputi
penentuan arah bedengan,terutama pada lahan yang berbukit, pembuatan selokan,
pemeliharaan tanaman dan pemupukan. Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah.
Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman cabai di PATPKP UNAND dilakukan dengan
sistem modern seperti menggunakan traktor untuk membajak lahan sedalam kurang
lebih 30-40 cm hingga gembur, namun ada juga dilakukan dengan cara konvensional.
Setelah tanah diolah sempurna. dibuat bedengan dengan ukuran lebar 100 - 120 cm,
tinggi bedengan 40 - 60 cm, jarak antar bedengan 40 cm, panjang bedengan
diesusuaikan dengan kondisi lahan dilapangan, Mengingat sifat tanaman cabai yang
tidak bisa tergenang air, maka dalam pengaturan/ploting bedengan dan pembuatan parit
harus ada saluran drainase yang baik. Perbedaan bedengan tanpa mulsa dengan
memakai mulsa dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4. Bedengan Tanpa Mulsa Dan Bedengan Dengan Memakai Mulsa

Setelah pembuatan bedengan maka langakah selanjutnya adalah pemberian


pupuk kandang atau pupuk organik dan pupuk dasar berupa ZA, SP36, KCL,
POS_N_KA pada bedengan yang telah dibuat dengan kebutuhan Pupuk kandang
sebanyak 10 - 20 t/ha atau 0,3 kg/tanaman, dan pupuk dasar dengan dosis 20
gr/tanaman. Dan pemberian pupuk kandang serta pupuk dasar ini bisa dilakukan
sekaligus dengan pemasangan mulsa plastik. Mulsa plastik hitam perak dipasang dan
dibuat lubang tanam, dengan jarak tanam 50 x 65 cm pada daerah rendah dan 60 x 70
cm pada daerah tinggi, yang dilakukan secara zigzag atau sejajar dan pemberian pupuk
kandang bisa dilakukan dengan menabur nya di atas bedengan sebelum ditutup dengan
mulsa plastik atau jika tidak menggunakan mulsa maka pupuk kandang bisa di masukan
pada lubang tanam secara satu persatu dan ditutup lagi dengan tanah.
Pengolahan tanah ditunjukan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah,
meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma, sehingga akar-akar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Untuk keperluan tersebut diperlukan
tindakan-tindakan pengolahan tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah),
pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman, perataan permukaan tanah, serta
pembuatan bedengan dan garitan-garitan. Sampai saat ini pengolahan tanah dianggap
perlu dan harus dilakukan setiap kali akan bertanam cabai merah. Namun, dalam jangka
waktu lama pengolahan tanah yang intensif dapat menurunkan produktivitas lahan.
Pengolahan tanah yang minimum merupakan salah satu cara untuk memelihara
produktivitas lahan. Pada umumnya pengolahan tanah minimum dapat meningkatkan
hasil pada keadaan lingkungan yang agak kering, tapi dapat menurunkan hasil bila
dilakukan pada tanah yang mempunyai drainase buruk. Di dataran tinggi (jenis tanah
Andisol), cara-cara pengolahan tanah tidak mempengaruhi hasil cabai merah (Prajnanta,
2007.)

4.2.2.      Persiapan Bibit
Pada budidaya cabai di PATPKP UNAND persiapan bibit diperlukan
pemeliharaan terhadap pembibitan cabai merah sebelum ditanam dilapangan.
Pembibitan dilakukan didalam wadah yang telah disiapkan dengan panjang wadah lebih
kuranng 2 x 1 meter, atau bisa juga dibuat bedengan kecil dan bibit cabai merah disemai
diatasnya. Untuk persiapan bibit, di PATPKP ini umumnya menggunakan bibit lokal
(turun-temurun). Kelebihan dari bibit lokal yang ada PATPKP UNAND dipilih karena
kadar airnya yang rendah, umurnya yang panjang dan rasanya pedas. Penyemaian
benih cabai merah dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5. Penyemaian Benih Cabai Merah

Penyemaian benih dalam pembibitan cabai diperlukan benih yang berkualitas


dan media tumbuh yang baik. Sungkup atau naungan dibuat dengan mempertimbangkan
arah sinar matahari bergerak. Prinsipnya pada pagi hari bisa mendapatkan sinar
matahari secara optpenyemaianimal. Bila perlu dipersiapkan insect screen untuk
menjaga agar bibit tidak terserang serangga, terutama pada lokasi endemik hama
tanaman cabai ( Piay et, al. 2010)  
Penggunaan benih bermutu merupakan kunci utama untuk memperoleh hasil
cabai merah yang tinggi. Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan pertumbuhan
dan hasil yang tinggi, diperlukan benih bermutu tinggi. Benih bermutu tinggi untuk cabai
merah harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.      Berdaya kecambah tinggi (di atas 80%)
2.      Mempunyai vigor yang baik (benih tumbuh serentak, cepat dan sehat)
3.      Murni (tidak tercampur oleh varietas lain)
4.      Bersih (tidak tercampur kotoran, biji-biji rumput/tanaman lain).
5.      Sehat (bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan).
Benih cabai merah yang baik dan sehat dapat diperoleh dengan menyeleksi
tanaman yang akan diambil buahnya untuk benih. Tanaman yang dipilih harus sehat,
berbuah lebat, bentuk buahnya seragam, tidak cacat, serta bebas dar hama dan
penyakit. Setelah dipanen, buah dibelah membujur dan diambil bijinya lalu dijemur
sampai kering. Biji yang keriput dan hitam dibuang, karena kemungkinan telah
terinfeksi penyakit antraknos. Setelah kering, biji dimasukan ke dalam botol dan
ditutup dengan abu, lalu disimpan di tempat kering bersuhu rendah. Sebagai
gambaran, untuk menghasilkan 1 kg benih diperlukan ± 50 kg buah cabai merah
matang, dan di dalam 1 gram biji terdapat 120 biji yang dapat menghasilkan ± 90
tanaman yang baik (Susilo, 2006).

4.2.3.      Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman.
Waktu tanam yang paling baik untuk dataran tinggi adalah pada konidsi cerah.
Sebelum penanaman , lahan yang telah dipersiapkan berupa garitan-garitan atau
lubang-lubang tanaman diberi pupuk kandang atau kompos dengan dosis sesuai
dengan anjuran. Dalam pemberian pupuk kandang atau kompos ini terdapat dua cara
yang dapat dilakukan, yaitu diberikan secara dihamparkan dalam garitan-garitan atau
diberikan secara setempat pada lubang-lubang tanaman. Kegiatan penanaman bibit
cabai merah kelapangan dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6. Penanaman Bibit Cabai Merah Kelapangan

Setalah itu bibit cabai merah yang sehat dan telah berumur 3-4 minggu yang
ada dalam media semai diangkut ke lapangan. Selanjutnya bibit ditanam pada lubang
yang telah disiapkan, satu bibit per lubang tanaman. Jarak tanam cabai merah yang
dipakai di PATPKP ini berkisar antara 40 x 70 cm.  sedangkan menurut ( Piay et, al.
2010)  Jarak tanam yang digunakan adalah 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x
75 cm untuk dataran tinggi dan penanaman diharapkan selesai dalam satu hari untuk
menyeragamkan pertumbuhan dan setelah bibit cabai ditanam maka disiram agar bibit
cabai yang ditanam tidak layu.

4.2.4.      Pengairan
Pengairan pada budidaya cabai merah Dialahan panjang ini khususnya di
PATPKP UNAND jarang dilakukan petani mengingat lahan yang ada di alahan
panjang ini berbentuk bukit dan tidak efisien juga di buat pengairan. Selain itu tanah
dialahan panjang ini sangat sejuk dan lembab oleh karena itu jika tidak dibuatkan
pengairan hal tersebut bukan masalah yang fatal dalam budidaya cabai merah di
alahan panjang ini. Walaupun fungsi air itu sangat tinggi dalam pertumbuhan tanaman
cabai karena Kekurangan air pada tanaman cabai akan menyebabkan tanaman kerdil,
buah cabai menjadi kecil dan mudah gugur.
Menurut (Piay et, al. 2010) Ada empat cara pengairan yang dapat dilakukan
pada tanaman cabai yaitu : 1) pemberian air permukaan tanah meliputi penggenangan
(flooding), biasanya dipersawahan dan pemberian air melalui saluran-saluran dan
dalam barisan tanaman; 2) Pemberian air di bawah permukaan tanah dilakukan
dengan menggunakan pipa yang dibenamkan di dalam tanah; 3) Pemberian air dengan
cara penyiraman sangat efisien, misalnya pada tanah bertekstur kasar, efisiensi dengan
menyiram dua kali lebih tinggi dari pemberian air permukaan; 4) Pemberian air
dengan irigasi tetes, air diberikan dalam kecepatan rendah di sekitar tanaman
dengan menggunakan emitter. Pada pemberian air dengan menyiramdan irigasi tetes
dapat ditambahkan pertisida atau pupuk.

4.2.5.      Pemasangan Ajir
Pada budidaya cabai yang dilakukan di alahan panjang khususnya yang ada di
PATPKP UNAND, pemasangan ajir dilakukan agar tanaman tidak roboh dan agar
bunga tidak rontok saat diterjang angin kencang. Pemasangan ajir dilakukan pada
tanaman umur 1 bulan setelah tanam, ajir dibuat dari bambu dengan tinggi 1 - 1,5 m.
Apabila ajir terlambat dipasang akan menyebabkan kerusakan pada akar yang sedang
berkembang.
Gambar 4.7. Kegiatan Pemasangan Ajir

Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan mulai umur 3 minggu sampai dengan
1 bulan yaitu mengikatkan batang yang berada di bawah cabang utama dengan tali
plastik pada ajir. Pada saat tanaman berumur 30 - 40 hst, ikat tanaman di atas cabang
utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 - 60 hst, agar
tanaman tidak rebah dan buah tidak jatuh (Piay et, al. 2010). Kegiatan pemasangan
ajir dapat dilihat pada gambar 4.7.

4.2.6.      Pewiwilan/Perempelan
Tujuan perempelan adalah untuk menghilangkan tunas ketiak yang ada pada
tanaman cabai agar pertumbuhannya optimal. Tunas yang tumbuh di ketiak daun
perlu dihilangkan dengan menggunakan tangan yang  bersih. Perempelan dilakukan
sampai terbentuk cabang utama yang di tandai dengan munculnya bunga pertama.
Pembuangan tunas ketiak secara visual mempengaruhi postur tanaman.
Tanaman tanpa tunas ketiak memperlihatkan postur yang jangkung. Tanaman
mengompensasi pemangkasan tunas ketiak kepada pertumbuhan cabang ke atas,
sehingga tanaman menjadi sangat tinggi. Sebaliknya, tanaman dengan tunas ketiak
memiliki postur yang lebih pendek ( Hatta, 2012).

4.2.7.      Pemupukan
Pemeliharaan tanaman cabai biasanya memerlukan pupuk tambahan/ susulan.
Pada budidaya cabai merah di PATPKP UNAND pemupukan susulan dilakukan pada
saat tanaman berumur 1 bulan atau pada saat mulai terbentuk bunga maka diberikan
pupuk berupa NPK (16-16-16) dengan dosis 10 gr/tanaman dan POS_N_KA dengan
dosis 10-15 gr/tanaman diberikan dua kali dalam satu bulan setelah panen pertama.
gambar 4.8. Pupuk yang digunakan di PATPKP UNAND

Setelah pemberian pupuk susulan tersebut, maka satu minggu sekali setelah itu
diberikan perlakuan pupuk berupa KNO3 + kotoran sapi dengan ukuran kurang lebih
100 ml/ tanaman. Jenis pupuk yang digunakan pada budidaya cabai merah di
PATPKP UNAND dapat dilihat pada gambar 4.8.
Menurut (Purnomo, 2011) bahwa neraca hara di dalam tanah dapat
memberikan pendekatan untuk menentukan jenis dan takaran pupuk yang
diaplikasikan sesuai dengan kemampuan tanah menyediakan unsur hara dan
kebutuhan tanaman untuk memproduksi hasil yang memadai. Perlakuan pemupukan
berdasarkan kebutuhan tanaman-status hara tanah (15.000 pukan + 150 N + 150 P2O5
kg ha-1) dibandingkan perlakuan petani (20.000 pukan + 90 N + 160 P2O5 + 90 K2O
kg ha-1) dan kontrol dapat meningkatkan produksi cabai sebesar 23,6 - 70,9%. Rata-
rata produksi masing-masing perlakuan pemupukan antara 7,2 – 8,9 t/ ha

4.2.8.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan menghilangkan tanaman pengganggu
atau gulma yang ada pada tanaman cabai agar pertumbuhan tanaman cabai tidak
tergaggu dan gulma dapat juga sebagai tempat berkembangnya hama dan penyakit
tanaman, selain itu gulma juga bisa sebagai pesaing tanaman cabai dalam
pengambilan unsur hara maka penyiangan harus dilakukan sebaik mungkin agar
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dapat meningkat. Penyiangan dapat
dilakukan dengan garu atau mencabutnya dengan hati-hati.
Pada prinsipnya Gulma merupakan masalah penting dalam budidaya cabai
merah. Tumbuhan pengganggu ini berkompetisi memperebutkan ruang, cahaya, air
dan unsur hara, serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Periode kritis tanaman
cabai merah karena adanya persaingan dengan gulma terjadi pada umur 30-60 hari
setelah tanam. Gulma yang mengganggu selama periode tersebut dapat menurunkan
bobot kering tanaman. Penyiangan yang dilakukan pada umur 30-60 hari dapat
meningkatkan hasil cabai merah. Hasil cabai merah yang paling tinggi terdapat pada
tanaman yang bebas gulma selama 60 dan 90 hari setelah tanam (HST). Selain dengan
penyiangan, gulma juga dapat dikendalikan dengan penggunaan mulsa dan
penyemprotan herbisida ( Harpenas dan Dermwan, 2010)

4.2.9.      Pengendalian Hama Dan Penyakit


Produktivitas yang dicapai petani pada umumnya masih berada pada tingkat di
bawah potensi hasil. Salah satu penyebab masih belum dicapainya potensi hasil
tersebut adalah gangguan hama dan penyakit tanaman jika tidak mendapat perhatian.
Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman mengalami kerusakan
parah, dan berakibat gagal panen.

Gambar 4.9. Penyemprotan pada tanaman cabai merah.

Budidaya cabai merah di PATPKP UNAND  untuk pengendalian hama dan


penyakit tanaman dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida kimiawi. Dan yang
paling umum digunakan dalam budidaya cabai merah dialahan panjang adalah Regent
50 SC, CPN (KNO3 merah), Daconil 75 WP, Mistick 100, Spring 80 WP dan sebagai
tambahan untuk perkembangan tanaman adalah dengan pemberian ZPT hantu SL,
pupuk patenkali butir (untuk buah) dan ZPT Atonik 6,5 L pada konsentrasi 1,5-2 ml/l
yang diaplikasikan pada umur 30, 50 dan 72 hari setelah tanam (hst) meningkatkan
hasil cabai merah sebesar 55%. Pemeberian ZPT dilakukan secara khusus dan tidak
bisa dicampur dengan pupuk yang lain, dan pemberiannya dilakukan sebelum jam 9
pagi atau pada sore hari setelah jam 4 sore. Kegiatan penyemprotan pada tanaman
cabai merah dapat dilihat pada gambar 4.9.

Adapun hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai di PATPKP


UNAND ini berupa:
A.      Hama
1.        Kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)
Menurut (Meilin, 2014) Kutu daun persik dapat menyebabkan kerugian secara
langsung, yaitu mengisap cairan tanaman. Tanaman yang terserang daunnya menjadi
keriput dan terpuntir, dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil).
Kerusakan pada daun muda yang menyebabkan bentuk daun keriput menghadap ke
bawah adalah ciri spesifik gangguan kutu daun. Bagian daun bekas tempat isapan
kutu daun berwarna kekuningan. Populasi kutu daun yang tinggi dapat menyebabkan
klorosis dan daun gugur, juga ukuran buah menjadi lebih kecil. Kutu daun
menghasilkan cairan embun madu yang dapat menjadi tempat untuk pertumbuhan
cendawan embun jelaga pada permukaan daun dan buah. Selain itu, kutu daun persik
dapat menyebabkan kerugian secara tidak langsung, karena perannya sebagai vektor
penyakit virus. Penyakit virus yang dapat ditularkan oleh kutu daun persik pada
tanaman cabai merah, antara lain penyakit virus menggulung daun kentang (PLRV)
dan penyakit virus kentang Y (PVY) ( Gejala serangan hama kutu daun persik dapat
dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10. Gejala serangan kutu daun persik

Pada kondisi ekosistem yang masih seimbang, beberapa musuh alami di


lapangan sangat potensial dalam mengurangi populasi kutu daun. Musuh alami
tersebut antara lain parasitoid Aphidius sp., kumbang macan Menochillus sp., dan
larva Syrphidae, Ischiodon scutellaris. (Harpenas dan Dermawan, 2010)
Pengendalian: Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada tingkat
kerusakan daun/tanaman contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang berbahan
aktif fipronil  atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore
hari. (Piay et, al. 2010).  

2.      Thrips (Thrips parvispinus Karny).
Hama Thrips menyukai daun muda. Mula-mula daun yang terserang
memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari
cara makan hama tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut berubah
menjadi kecoklatan terutama pada bagian tepi tulang daun. Daun-daun mengeriting ke
arah atas. Pada musim kemarau perkembangannya sangat cepat sehingga populasinya
lebih tinggi. Penyebarannya sangat terbantu oleh angin, karena Thrips dewasa tidak
bisa terbang dengan sempurna. Pada musim hujan populasinya relatif rendah karena
banyak Thrips yang mati tercuci oleh curah hujan. Pada kondisi ekosistem yang masih
seimbang, populasi hama Thrips di alam dikendalikan oleh musuh alami. Musuh
alami hama Thrips yang potensial antara lain, kumbang Coccinellidae,
kepik Anthocoridae, kumbang Staphylinidae, dan larva Chrysopidae (Meilin, 2014).
Gejala serangan hama Thrips dapat dilihat pada gambar 4.11.

Gambar 4.11. Gejala serangan hama thrips

Pengendalian:  Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada tingkat


kerusakan daun/tanaman contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang berbahan
aktif fipronil  atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari
(Meilin, 2014).

3.      Hama Ulat Penggerek Buah (Helicoverpa armigera Hubner)


Buah cabai merah yang terserang ulat penggerek buah menunjukkan gejala
berlubang dan tidak laku di pasaran. Jika buah dibelah, di dalamnya terdapat ulat.
Hama ulat buah menyerang buah cabai dengan cara mengebor dinding buah cabai
sambil memakannya. Umumnya instar pertama ulat penggerek buah menyerang buah
yang masih hijau. Pada musim hujan, serangan ulat penggerek buah ini akan
terkontaminasi oleh cendawan, sehingga buah yang terserang akan membusuk. Hama
ini tersebar luas di Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Pada stadia
ulat dewasa akan turun ke dalam tanah dan berubah menjadi kepompong. Beberapa
saat kemudian kepompong menjadi ngengat, ngengat betina dapat bertelur sampai
1000 butir selama hidupnya (Piay et, al. 2010). Gejala serangan hama ulat penggerek
buah dapat dilihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12. Gejala serangan ulat penggerek buah

Pengendalian: Penggunaan insektisida kimia. Insektisida yang dapat dipilih


antara lain yang berbahan aktif emamektin benzoat 5 % atau lamda sihalotrin 25 g/lt.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari dengan ditambah bahan perekat
perat (Meilin, 2014).

B.       PENYAKIT
1.      Antraknose
Penyebab (patogen) dan gajala penyakit Penyakit antraknose disebabkan oleh
dua jenis jamur yaitu Colletotrichum capsici  dan Colletotrichum gloeosporioides.
Gejala pada biji berupa kegagalan berkecambah dan pada kecambah menyebabkan
layu semai. Pada tanaman yang sudah dewasa menyebabkan mati pucuk, pada daun
dan batang yang terserang menyebabkan busuk kering. Buah yang terserang C.
capsici  menjadi busuk dengan warna seperti terekspos sinar matahari (terbakar) yang
diikuti busuk basah berwarna hitam, karena penuh dengan rambut hitam (setae),
jamur ini pada umumnya menyerang buah cabai menjelang masak (buah berwarna
kemerahan). Jamur C. Gloeosporioides memiliki dua strain yaitu strain R dan G.
Strain R hanya menyerang buah cabai masak yang berwarna merah, sedangkan strain
G dapat menyerang semua bagian tanaman, termasuk buah cabai yang masih
berwarna hijau maupun buah yang berwarna merah.Populasi C. Gloeosporioides di
alam jauh lebih banyak daripada C. capsici. Kedua jenis patogen tersebut dapat
bertahan di biji dalam waktu yang cukup lama dengan membentuk acervulus,
sehingga merupakan penyakit tular biji ( Laksono et, al. 2010) Gejala penyakit
Antraknose dapat dilihat pada gambar 4.13.

Gambar 4.13. Gejala Penyakit Antraknose

Pengendalian: Menanam benih yang sehat dan bebas patogen di lahan yang


juga bebas dari patogen, Melakukan perawatan benih (biji) dengan merendam dalam
air hangat (55º C) selama 30 menit, atau perawatan benih dengan fungisida efektif
yang direkomendasikan, Menggunakan fungisida efektif yang direkomendasikan
menekan perkembangan patogen secara bijaksana, terutama pada saat pematangan
buah (Duriat et, al 2007).

2.      Busuk Phytophthora
Penyebab (patogen) dan gajala penyakit Penyakit tersebut disebabkan oleh
jamur  Phytophthora capsici. Patogen dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman.
Serangan pada tanaman yang masih di persemaian dapat menimbulkan gejala layu
semai. Infeksi pada batang dimulai dari pangkal batang, yang menunjukkan
gejala busuk basah, berwarna coklat kehitaman. Infeksi pada tanaman yang muda
menyebabkan kematian tanaman. Infeksi pada tanaman yang telah dewasa
menyebabkan batang tanaman mengeras dan akhirnya layu. Infeksi pada daun
menyebabkan daun tampak seperti disiram air panas dan akhirnya daun mengering
dan gugur. Infeksi pada buah menyebabkan buah berwarna hijau gelap dan busuk
basah. Jamur dapat bertahan di dalam tanah maupun biji, mampu bertahan dari
kondisi yang tidak menguntungkan dengan membentuk oospora (Piay et, al.
2010).  Gejala busuk phytopthora dapat dilihat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14. Gejala Busuk Phytophthora

Pengendalian: Sanitasi lapangan dari gulma yang dapat menjadi inang


alternatif dan tanaman sakit, untuk meminimalkan sumber inokulum awal,
Menggunakan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran patogen dari buah, daun,
dan batang atas ke dalam tanah atau sebaliknya dan Menggunakan fungisida efektif
yang bersifat sistemik yang direkomendasikan secara bijaksana, terutama untuk
tanaman dewasa. (Duriat et, al 2007).

3.      Layu Fusarium
Penyebab (patogen) dan gajala penyakit Penyebab penyakit layu  Fusarium
adalah jamur Fusarium oxysporum var. vasinfectum.  Infeksi pertama umumnya
terjadi pada pangkal batang yang langsung berhubungan dengan tanah. Pangkal
batang tersebut menjadi busuk dan berwarna coklat tua. Infeksi lanjut menjalar ke
daerah perakaran dan  menyebabkan kerusakan pada akar (busuk basah).
Apabila  kelembaban lingkungan cukup tinggi, bagian pangkal batang tersebut
berubah warna menjadi keputih-putihan karena banyak terbentuk spora. Infeksi yang
parah menyebabkan seluruh bagian tanaman menjadi layu karena transport air dan
nutrisi ke bagian atas tanaman terganggu (Sutarini et, al. 2015). Gejala layu fusarium
dapat dilihat pada gambar 4.15.
Gambar 4.15. Gejala layu fusarium

Suhu untuk pertumbuhan optimal jamur berkisar antara 24 - 27º C, sehingga


penyakit layu Fusarium tersebut banyak berkembang di daerah dataran rendah,
terutama yang berdrainase kurang baik. Patogen dapat menyebar melalui hembusan
angin dan aliran air. (Piay et, al. 2010).  
Pengendalian: Pengolahan tanah yang baik dan ditutup dengan plastik putih
selama 3 hari. Dengan cara tersebut suhu tanah dapat mencapai 70º  C yang berakibat
pada penekanan sumber inokulum awal, Menggunakan fungisida efektif yan
direkomandasikan secara bijaksana, Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman
yang bukan sebagai inang patogen. (Duriat et, al 2007) 
  
4.2.10.  Panen
Tanaman cabai merah lokal yang dibudidayakan di PATPKP Jorong Gelagah,
Kenagarian Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok,
Sumatera Barat mulai bisa dipanen dari umur 5 bulan setelah penanaman.

Gambar 4.16. Pemanenan cabai merah

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang


bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama
atau penyakit harus tetap dipanen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman
cabai lain yang sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan
optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan antara
12 - 16 kali dengan selang waktu 3 hari. Buah yang dipetik setelah matang
berwarna orange sampai merah (Susila, 2006). Setelah melakukan pemanenan, untuk
pemasaran cabai merah yang ada di PATPKP UNAND Kenagarian Alahan Panjang
ini pada umumnya di pasarkan ke provinsi Riau dan Jambi tergantung keadaan pasar.
Kegiatan panen dapat dilihat pada gambar 4.16.

V.                KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.  Kesimpulan
1.      Dalam budidaya cabai merah yang dilakukan masyarakat kenagarian alahan panjang
khususnya di PATPKP UNAND sudah memadai  dengan tahapan yang sangat teratur
mulai penyiapan media semai, pemeraman benih, persemaian, persiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan buah dan
panen.
2.      Penggunaan bibit lokal lebih besar penggunaannya dari bibit hibrida di karenakan
bibit cabai merah lokal tersebut lebih mudah beradptasi dan memiliki kelebihan
seperti rasanya pedas, kadar airnya rendah dan umurnya panjang.

5.2.      Saran
1.      Dalam budidaya cabai merah yang ada di PATPKP UNAND petani masih bergantung
pada pestisida kimia, penulis menyarankan agar kedepannya dikembangkan
penggunaan pestisida alami agar kesuburan dari tanah itu masih tetap terjaga dengan
baik.
2.      Untuk menunjang kegiatan PKL berikutnya, penulis menyarankan kepada pihak
PATPKP UNAND untuk meningkatkan fasilitas yang ada. Sehingga kegiatan PKL
dapat berjalan dengan lancar.
3.      Laporan praktek kerja lapang ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang
membangun penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Cabai, 2009-2010. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Statistik Indonesia. Jakarta.


Duriat, A.L., N. Gunaeni dan A. W. Wulandari. 2007. Penyakit penting tanaman cabai dan
pengendaliannya. Balai penelitian tanaman sayuran. Bandung.

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 Untuk SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Harpenas, A. Dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya

Hatta, Muhammad. 2012. Pengaruh Pembuangan Pucuk Dan Tunas Ketiak Terhadap


Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai. Jurnal Floratek 7: 85-90
Hewindati dan Y. Tri. 2006. Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka

Intara, Y.I., A. Sapei., Erizal., N. Sembiring., dan M.H.B. Djoefrie. 2011. Mempelajari


Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Cara Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai (Capsicum annuum L). Jurnal EMBRYO 1 (8): 32-39
Laksono, D.K., C. Nasahi. Dan N. Susniahti. 2010. Inventarisasi Penyakit Pada Tanaman
Jarak Pagar (Jatropa Curcas L) Pada Tiga Daerah Di Jawa Barat. Jurnal
Agrikultura 21(1): 31-38
Meilin, A. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya. Balai
pengkajian teknologi pertanian jambi. Jambi.

Piay, S. S., A. Tyasdjaja, Y. Ermawati dan F. Rudi Prasetyo Hantoro. 2010.  Budidaya dan
Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L). Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa tengah.

Prajnanta, F. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar Swadaya.


Jakarta. 
Ralahalu, M.A., M.L. Hehanussa., Dan L. L. Oszaer. 2013. Respon Tanaman cabai Besar
(Capsicum annuumn L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Hormon Tanaman
Tunggal. Jurnal Agrologia 2 (2): 86-169

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Penerbit


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sibarani. M.F. 2008. Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan
Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai Dilapangan. Skripsi.  Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutarini, N., I. K. Sumiartha., N. W. Suniti., I. P. Sudiarta.,G. N. Wirya dan M. S. Utama.
2015. Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum
annum) Dengan Kompos Dan Pupuk Kandang Yang Dikombinasikan Dengan
Trichoderma sp. Di rumah Kaca. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 2(4): 71-81

Taufik, M., 2013. Analisis Pengaruh Suhu Dan Kelembapan Terhadap Perkembangan


Penyakit Tobacco Mosaic Virus Pada Tanaman Cabai. Jurnal Agroteknologi 2 (3): 94-
100
Tuhumury, G.N.C., dan H.R.D. Amanupunyo. 2013. Kerusakan   Tanaman Cabai Akibat
Penyakit Virus Didesa Waimital Kecamatan Kairatu. Jurnal Agrologi 1(2): 1-85
Wardani, N. Dan Purwanta, J.H. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Lampung. Bandar lampung.
Yulianty dan Tudjang, T.H. 2007. Pengaturan Lama Perendaman Benih Cabai (Capsicum
Annuum L) Dalam Fungisida Berbahan Aktif Benomyl Untuk Menekan
Perkembangan Penyakit Antraknosa. Jurnal Sains MIPA (13): 49-54.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Jadwal Kerja Praktek Kerja Lapang di PT. Asam Jawa


No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Selasa/ 26 ·      Berangakat dari kampus UIN SUSKA RIAU menuju lokasi PKL
januari  2016

2 Rabu/ 27 ·      Penjelasan tentang kegiatan PKL yang dilakukan oleh pihak


januari 2016 PATPKP UNAND

3 Kamis/ 28 ·      Memindahkan alat penggilingan gandum


januari 2016
4 Jumat/ 29 ·      Membuat jemuran
januari 2016
·      Memindahkan traktor

·      Menanam bawang merah di lahan PATPKP UNAND

5 Sabtu/ 30 ·      Penjelasan dari dosen UNAND tentang budidaya gandum


januari 2016
·      Menanam gandum di lahan PATPKP UNAND

·      Membuat label plot gandum

6 Minggu/ 31 ·      Menggiling tepung gandum


januari 2016
·      Mencari rumput untuk makanan sapi

·      Memanen bawang merah

7 Senin/ 1 ·       Memanen bawang merah


februari 2016
·       Membuat media tanam dari campuran tanah dan sekam padi

8 Selasa/ 02        Menanam bibit kopi


februari 2016

9 Rabu/ 03        Membuat media tanam dari campuran tanah dan sekam


februari 2016
       Memasang denah plot gandum

       Memindahkan bibit kopi dan penyiangan bibit kopi

10 Kamis/ 04        Membuat media tanam


februari 2016
       Memanen gandum

11 Jumat/ 05        Memanen gandum


februari 2016

12 Sabtu/ 06        Gotong royong membersihkan lingkungan PATPKP


februari 2016
       Memupuk gandum

       Kuliah umum tentang


13 Minggu/ 07        Membajak lahan dikawasan PATPKP UNAND
februari 2016
       Kuliah umum tentang pembuatan dan manfaat PGPR

14 Senin/ 08        Membersihkan gulma di lahan PATPKP UNAND


februari 2016
       Memanen kentang

15 Selasa/ 09        Memanen gandum


februari 2016

16 Rabu/ 10        Mengisi polibeg


februari 2016
       Menggiling jerami gandum untuk dijadikan selase

       Menggiling jerami gandum untuk dijadikan kompos

17 Kamis/ 11        Memanen gandum di lahan PATPKP UNAND


februari 2016
       Mengisi polibeg untuk pembibitan

       Pemberian pupuk kandang di lahan cabai merah

       Memanan cabai merah di lahan budidaya

18 Jumat/ 12        Memasang ajir pada tanaman cabai merah


februari 2016
       Membuat bawang goreng

       Membuat media jamur tiram

19 Sabtu/ 13        Gotong royong membersihkan lingkungan


februari 2016
       Praktek membuat donat

       Liburan ke kebun teh

20 Minggu/ 14        Proteksi HPT di kebun cabai merah


februari 2016

21 Senin/ 15        Membajak lahan di PATPKP UNAND


februari 2016
22 Selasa/ 16        Membajak lahan
februari 2016
       Menggilig gandum

       Menggiling titonia

22 Rabu/ 17        Mengisi polibeg untuk menanam minyak kayu putih


februari 2016
       Menanam tanaman minyak kayu putih

23 Kamis/ 18        Mengisi polibeg


februari 2016

24 Jumat/ 19        Membuat bedengan untuk menanam gandum


februari 2016
       Membuat lobang sampah

25 Sabtu/ 20        Memabantu melakukan penelitian dosen tentang respirasi


februari 2016 tanah

       Menanam kopi

26 Minggu/ 21        Membuat bedengan untuk penanaman gandum


februari 2016
       Membuat acara dengan PONPES M.Natsir

       Olahraga bersama anak pesantren

27 Senin/ 22        Membuat laporan PKL


februari 2016

28 Selasa/ 23        Kunjungan dosen UIN SUSKA RIAU ke PATPKP UNAND


februari 2016
       Membuat taman

29 Rabu/ 24        Berkunjung ke UNAND


februari 2016
       Liburan ke pantai carocok, painan
30 Kamis/ 25        Membuat laporan PKL
februari 2016

31 Jumat/ 26        Membuat laporan PKL


februari 2016

31 Sabtu/ 27        Presentasi kegiatan PKL selama 1 bulan


februari 2016
       Gotong royong

32 Minggu/ 28        Pulang ke pekanbaru


februari 2016

Lampiran 2. Jurnal Harian PKL

JURNAL HARIAN PKL

Nama                   :    Nama Mahasiswa
NIM                    :    12324234
Hari / Tanggal      :    Senin, 01 Februari 2016

No. Kegiatan
1. Lembar ini diisi setiap hari dengan tulis tangan dan ditandatangani oleh
pembimbing lapangan

                                                                              Nama Tempat, 01 Februari 2016


                                                                              Pembimbing Lapangan

                                                                              Nama Lengkap PL

Lampiran 3. Photo-Photo Kegiatan budidaya cabai merah


kegiatan membajak lahan menaburkan pupuk kandang

kegiatan penanaman bibit kelapangan pencampuran pestisida

memasukan pestisida ke knapsack sprayer kegiatan penyemprotan

proses pemasangan ajir proses pemanenan

bibit cabai merah dalam penyemaian bahan yang digunakan dalam budidaya
cabai

Diposting 14th June 2016 oleh Anonymous


 

Lihat komentar

1.

Anonymous1 Juli 2018 02.34

Super.
Ujinkan di copas
Balas

2.

Yan Vinna29 Agustus 2021 11.11

BUTUH UANG CEPAT ?? BUTUH UANG TAMBAHAN ?? SEDANG LAGI MASALAH


DALAM KEUANGAN ??? ATAU SERING KALAH DALAM BERMAIN TOGEL ??
ini ada solusi nya MADAM TOGEL merupakan situs agen judi togel online resmi
terpercaya dan terpopuler 24 jam yang menyediakan 14 pasaran internasional
dengan bayaran jackpot tertinggi sebesar Rp.9.800.000,-.

Dengan minimal deposit 10.000 dan minimal betting 100 perak bebas invest tanpa
batasan line!!!
ayo daftar kan sekarang juga d https://165.22.110.99/

PROMO & BONUS MADAMTOGEL


- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS HARIAN 5.000 PERAK
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS TERBALIK LURUS
- BONUS PRIZE 2 & 3
- BONUS REFFERAL TOGEL 2%
MADAM TOGEL Juga menyediakan prediksi pasaran SDY , SGP dan HK pools
dengan angka win rate d atas 90% lo ,,,

Di setiap PASARAN SYDNEY POOLS Kami sudah berkerja sama dengan pakar ahli
dalam merumus tabel PREDIKSI SYDNEY ,untuk mempermudah anda dalam
memasang / betting di PASARAN SYDNEY POOLS
MADAM TOGEL juga mengikut sertakan PREDIKSI SINGAPORE & PREDIKSI
HONGKONGPOOLS . Dengan WIN rate yang TINGGI !!

Masih belum cukup ??? Selain 3 pasaran TOGEL SYDNEY , SINGAPORE DAN
HONGKONG .. MADAM TOGEL JUGA MENYEDIAKAN PREDIKSI DI 14 PASARAN
INTERNASIONAL PREDIKSI MADAM TOGEL yang telah di rancang langsung oleh
pakar ahli nya lo ,,,,

Jadi.... tunggu apa lagi , jangan ragu untuk daftar di MADAM TOGEL
https://165.22.110.99/
jadilah member MADAM TOGEL untuk mudah meraih kemenangan dalam bermain
TOGEL bersama kami ...
Balas
Memuat

Anda mungkin juga menyukai