Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN UJIAN PRAKTEK BIOLOGI

MENANAM CABAI RAWIT

DISUSUN OLEH:

AHMAD ROKHI

XII IPA 5 (02)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 MEJAYAN

TAHU PELAJARAN 2023/2024

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. Latar Belakang ........................................................................................................3


B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4

A. Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit...........................................................................4


B. Morfologi Tanaman Cabai Rawit............................................................................4

BAB III METODE PRAKTIKUM..................................................................................5

A. Alat dan Bahan........................................................................................................5


B. Cara Menanam.........................................................................................................5
C. Lampiran..................................................................................................................6

BAB IV PENUTUP............................................................................................................7

A. Saran........................................................................................................................7
B. Kesimpulan..............................................................................................................7
C.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran unggulan yang bernilai
ekonomi tinggi. Cabai rawit merupakan sayuran yang keberadaannya tidak dapat
ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, cabai rawit
digunakan sebagai bahan bumbu dapur, bahan utama industry saus, industri bubuk cabai,
industri mie instan, sampai industri farmasi.

Cabai rawit akan bertumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada
lingkungan yang optimum, baik iklim maupun tanah tempat tumbuhnya. Menurut Hanafi
(2010) tanah yang baik untuk cabe rawit adalah gembur, subur, porous, dan banyak
mengandung humus atau bahan organik.

Untuk pertumbuhannya diperlukan bahan kimia yang berguna untuk mempercepat


pertumbuhan. Biasanya dilakukan dengan pupuk. Pupuk biasanya terdiri dari pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman,
hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos baik yang berbentuk
cair maupun padat. Pupuk organik berfungsi memperbaiki kesuburan tanah kimia, fisik dan
biologis tanah (Pranata, 2004). Pupuk anorganik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang
diambil dari alam dengannjumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat
dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam
Upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang
dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga
aman dikonsumsi.

Penggunaan pupuk anorganik (N,P,K) secara terus-menerus dan berlebihan, tidak


diimbangi dengan penggunaan pupuk organik menyebabkan tanah menjadi keras dan
produktivitasnya menurun. Pemupukan dengan pupuk anorganik secara terus-menerus akan
menurunkan tingkat kesuburan tanah, misalnya unsur K dalam pupuk anorganik (N,P,K)
merupakan salah satu unsur hara yang mudah tercuci, sehingga tanah akan kekurangan unsur
K yang dapat menurunkan kesuburan tanah (Dinata, 2012). Lebih lanjut (Supadma, 2006)
menyatakan sejak tahun 1984 pemakaian pupuk buatan (anorganik) oleh petani di Indonesia
nampak sangat dominan untuk meningkatkan hasil pertanian secara nyata dan cepat.

Sebaliknya petani hampir melupakan peranan pupuk organik karena responnya yang
lambat dalam meningkatkan hasil. Samekto (2006) mengatakan pupuk organik tidak
menimbulkan efek buruk bagi kesehatan karena bahan dasarnya alamiah, sehingga mudah
diserap secara menyeluruh oleh tanaman. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan
sebagai pupuk yaitu urin sapi. Urin sapi merupakan pupuk kandang cair yang mengandung
unsur hara N, P, K dan bahan organik (Sutanto, 2002). Urin sapi juga mengandung hormon
auksin jenis Indole Butirat Acid (IBA) yang dapat merangsang perakaran tanaman,
mempengaruhi proses perpanjangan sel, plastisitas dinding sel dan pembelahan sel
(Suparman dkk., 1990). Selain itu urin sapi memiliki bau yang khas bersifat menolak hama
atau penyakit pada tanaman (Raharja, 2005). Urin sapi dapat digunakan langsung sebagai
pupuk dasar maupun pupuk susulan (Sutanto, 2002). Lebih lanjut dijelaskan bahwa urin sapi
selain dapat diserap lebih cepat oleh tanaman karena berbentuk cair, juga mengandung unsur
N dan K yang cukup tinggi.

3
Di Gorontalo pemanfaatan urin sapi ini belum di manfaatkan sebagai pupuk sehingga
masih banyak pemeliharaan sapi membuang urin atau membiarkan urin sapi terbuang. Hal ini
disebabkan karena adanya ketidaktahuan masyarakat akan manfaat urin sapi untuk
memperbaiki proses pertumbuhan tanaman. Dari uraian kandungan urin sapi diatas, maka
perlu dilakukan penelitian dengan pemberian urin sapi untuk memperbaiki pertumbuhan dari
tanaman. Pada penelitian ini akan dilihat apakah pemberian urin sapi akan berpengaruh pada
pertumbuhan generatif dari tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) Varietas Cengek.

B. Rumusan Masalah
 Apa saja manfaat dari tumbuhan cabai rawit?
 Bagaimana cara membudidayakan tanaman cabai rawit?

C. Tujuan
 Mengetahui teknik budidaya tanaman cabai rawit
 Mengetahui cara pemeliharaan tanaman cabai rawit

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman cabai


Cabai diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Keluarga : Convolvulaceae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L
B. Morfologi Tanaman Kangkung
 Akar
Tanaman cabai memiliki akar tunggang yang sangat kuat. Akar tunggang tersebut
terdiri atas akar utama dan lateral. Akar tersier merupakan akar serabut yang keluar
dari akar lateral. Panjang akar primer mencapai 35—50 cm dan akar lateral mencapai
35—45 cm.
 Batang
Batang cabai umumnya berwarna hijau tua dan berkayu. Panjangnya dapat mencapai
30—37,5 cm dan berdiameter 1,5—3 cm. Sementara itu, panjang cabangnya sekitar 5
—7 cm dengan diameter sekitar 0,5—1 cm. Di daerah percabangan terdapat banyak
tangkai daun dan daun. Tangkai daun berfungsi untuk menopang daun. Ukuran
tangkai daun sangat pendek hanya sekitar 2—5 cm.
 Daun
Tanaman cabai memiliki daun tunggal. Daun tersebut muncul di tunas-tunas samping
secara berurutan di batang utama yang tersusun spiral. Umumnya, daun cabai
berwarna hijau hingga hijau tua.
 Bunga
Bunga tanaman cabai bersifat tunggal dan muncul di bagian ujung ruas tunas. Warna
mahkota bunga bervariasi, mulai dari putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu. Warna tersebut bergantung pada varietas
yang Anda pilih.
Alat kelamin jantan dan betina bunga cabai terletak di satu bunga sehingga bunga
tanaman ini terbilang bunga sempurna. Putik bunga panjangnya sekitar 0,5 cm,
berwarna putih dengan kepala berwarna hijau. Bunga cabai ada yang menggantung,
horizontal, dan tegak.
 Buah
Buah cabai berongga dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan varietasnya. Di
dalam buah terdapat plasenta tempat biji cabai melekat. Umumnya, daging buah cabai
terasa renyah dan kadang-kadang lunak. Ukuran buah cabai bervariasi, bergantung
pada varietasnya. Sementara itu, bentuk buah cabai dibedakan menjadi panjang, bulat,
segitiga, campanulate, dan blocky.
 Biji

5
Biji cabai melekat di sepanjang plasenta. Warna biji cabai beragam, mulai dari
putih hingga kuning jerami. Bagian luar biji merupakan lapisan yang keras. Biji
cabai merupakan bibit untuk menghasilkan tanaman baru.

6
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah:
 Galon bekas Le Minerale I buah
 Paku 1 buah
 Korek api 1 buah
 Media tanam 1 plastik
 Cutter 1 buah
 Bibit cabai rawit 1 buah
 Pupuk 1 plastik

B. Cara Menanam
1. Siapkan galon bekas Le Minerale, kemudian potong bagian atas dan sesuaikan
dengan garis agar mudah memotongnya.
2. Lubangi bagian bawah dengan menggunakan paku yang telah dipanaskan
menggunakan korek api.
3. Masukkan tanah ke dalam galon yang sudah di potong dan diberi lubang lalu beri
sedikit ruang untuk pupuk.
4. Isi galon dengan media tanam kemudian campur dengan tanah hingga rata, lalu
beri pupuk secukupnya sisakan 10-15 cm dari bibir galon.
5. Masukkan bibit cabai ke dalam ruang yang sudah disiapkan, lalu kubur sebagian
dari bibit cabai agar dapat berdiri kokoh dengan tanah.
6. Siram bibit cabai yang sudah dikibur didalam tanah, kemudian letakan pada
tempat yang terjangkau cahaya matahari
7. Lakukan perawatan bibit cabai secara rutin, seperti penyiraman, penyiangan,
pemupukan, hingga pengendalian hama.
8. Penyiraman minimal dilakukan sehari sekali pada waktu sore. Untuk penyiangan,
lakukan minimal 3 pekan sekali. Namun, bila rumput cepat tumbuh, harus segera
dibersihkan.

C. Lampiran

7
8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pratikum dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
membudidaya tanaman cabai rawit adalah perlunya ketersediaan air. Jadi
tanaman cabai rawit perlu disiram setiap hari saat hujan jarang turun.
Penyiraman dilakukan hingga tanah tampak basah. Penyiraman jangan sampai
berlebihan pada musim hujan karena bisa menyebabkan busuk akar.

B. Saran
Dengan adanya laporan ini, kiranya dapat menambah pengetahuan kita
dalam pembudidayaan cabai rawit yang terkadang masih naik turun harganya,
bukan hanya asal tanam, akan tetapi bagaimana agar kita bisa memperoleh
hasil panen yang lebih maksimal. Selanjutnya dengan pengetahuan yang kita
miliki, hendaknya kita bisa berbagi pengetahuan kepada masyarakat kita
terutama mereka yang membudidayakan kangkung, dengan harapan mereka
bisa memperoleh hasil yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai