Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN

MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

NOVRI YAHYA

NIM. 20102214003

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

BLITAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman

hortikultura dari family solanaceae yang bukan saja membunyai nilai tinggi,

namun juga buahnya yang memiliki kombinasi, warna, serta rasa dan nilai nutrisi

yang lengkap (Kouassi, dkk. 2012). Beberapa alasan penting dalam

pengembangan komoditas cabai, antara lain merupakan komoditas unggulan

bernilai ekonomi tinggi, banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga (80%)

maupun keperluan industri pengolahan makanan (20%) Dirjen Hortikultura

(2015).

Cabai tidak hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebagai bumbu

masak atau bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan

minuman, tetapi juga digunakan untuk pembuatan obat-obatan dan kosmetik.

Selain itu, cabai juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk

kesehatan manusia (Hayati, dkk. 2012).

Cabai rawit memiliki kandungan capsaisinoid yang lebih tinggi daripada

cabai jenis lainnya (Barbero, dkk. 2008) dan juga memiliki kandungan total fenol

yang lebih tinggi dibandingkan cabai dari golongan Capsicum annuum (Zhuang,

dkk. 2012). Senyawa fitokimia yang terkandung pada cabai rawit sangat beragam,

yaitu tanin, flavonoid, alkaloid, antraquinon, fenol, saponin, glikosida, terpenoid,

limonoid dan karotenoid (Emmanuel, dkk. 2014). Komposisi nilai gizi cabai rawit

segar dengan biji setiap 100 g, yaitu mengandung air 83%, lemak 0,6%, protein
3%, karbohidrat 3%, serat 7%, kalori 32 kal, kalsium 15 mg, fosfor 30 mg, besi

(Fe) 0,5 mg, vitamin A 15,00 IU, thiamin (Vit. B1) 50 μg, riboflavin (vit. B2) 40

μg, dan vitamin C: 360 mg (Rahman, 2010).

Berdasarkan data kementerian pertanian (2019), produktivitas cabai rawit di

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya, yakni 339.000 ton menjadi 10.147 ton. Terdapat banyak faktor yang

dapat memengaruhi produktivitas cabai rawit, salah satunya adalah faktor

budidaya. Jenis media tanam merupakan salah satu hal yang penting dalam

budidaya cabai rawit.

Penurunan produktivitas ini bisa terjadi oleh beberapa faktor, salah satu

factor adalah karena gagal panen yang di alami oleh petani. Menurut Supriyanto

(2012), gagal panen biasanya terjadi karena beberapa kendala, terutama tingkat

kesuburan tanah dan hama yang berkembang di undara lembab sehingga membuat

bunga, daun dan tanaman rusak sehingga mengakibatkan kegagalan panen.

Dengan adanya berbagai kendala tersebut, salah satu alternatif untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan

menambahkan berbagai bahan organik kedalam tanah.

Penanaman cabai membutuhkan lahan yang luas, namun yang ada sekarang

lahan semakin sempit, kondisi ini bias diatasi dengan menanam cabai rawit di

dalam polybag yang juga dapat mempermudah melakukan pengamatan

pertumbuhan dan juga prduktuvitas (Supriyanto, 2012). Selain itu media tanam

yang berbeda juga berpegaruh pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman cabai

rawit. Selain dari jenis media tanam yang berbeda untuk mengatasi masalah
tingkat produktivitas tanaman adalah dengan menambahkan mikoriza kedalam

tanah.

Mikoriza adalah salah satu jenis cendawan tanah, yang keberadaannya

dalam tanah sangat mempunyai manfaat. Hal ini karena mikoriza berperan dalam

memperbaiki kualitas tanah melalui peningkatan agregat dan koloid tanah serta

dapat membantu tanaman dalam meningkatkan penyerapan N, P, K, Ca dan

nutrisi mikro lainnya. Menurut Haris dan Mumi (2008), Selain itu hifa eksternal

mikoriza akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, melindungi

akar tanaman dari infeksi patogen tanah, merangsang aktivitas mikroorganisme

lain yang menguntungkan dan memperbaiki tekstur dan struktur tanah.

Usaha peningkatan produktivitas cabai perlu dilakukan dengan berbagai

cara salah satunya dengan penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan yaitu menggunakan pupuk hayati mikoriza. Pupuk hayati Fungi

Mikoriza Arbuskular (FMA) yang bersimbiosis dengan tanaman dapat membantu

pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Mikoriza memiliki peran penting dalam

memperbaiki produktivitas tanah, siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan

menyalurkan unsur karbon. Selain itu mikoriza juga mampu mengeluarkan enzim

fosfatase dan asam organik serta dapat melepas P yang terikat pada tanah kahat

unsur hara P, sehingga membantu penyediaan unsur P tanah (Smith, dkk. 2003).

Dari latar belakang masalah tersebut maka, peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul pengaruh jenis media tanam dan pemberian mikoriza

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
1.2 Rumusan Masalah

1. apakah terdapat pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

2. apakah terdapat pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

3. apakah terdapat interaksi antara jenis media tanam dengan pemberian

mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum

frutescens L.).

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui pengaruh jenis media tanam terhdap pertumbuhan dan hasil

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

2. Mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara jenis media tanam dan pemberian

mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum

frutescens L.).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh jenis media tanam dan

pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.

2. Dapat memberikan informasi jenis media tanam yang cocok untuk

tanaman cabai rawit.

3. Dapat memberikan informasi ke petani tentang penggunaan mikoriza

dengan tepat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Cabai Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) termasuk dalam famili terong-

terongan dan tergolong tanaman semusim atau tanaman berumur pendek.

Tanaman cabai rawit merupakan jenis tanaman perdu yang memiliki kayu,

bercabang dan tumbuh dengan tegak. Habitat tanaman cabai rawit yaitu di dataran

tinggi maupun dataran rendah. Kandungan zat-zat gizi pada buah cabai rawit

cukup lengkap, yaitu lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A,

B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, flavanoid, oleoresin dan

minyak atsiri (Sujitno dan Dianawati, 2015). Setiap 100 g cabai rawit segar

mengandung nutrisi sebagai berikut:

Table 1 Kandungan Gizi Cabai Rawit


Komposisi Zat Gizi Proporsi Kandungan Gizi
Segar Kering
Kalori 103,00 -
Protein 4,70 15,00
Lemak 2,40 11,00
Karbohidrat 19,90 33,00
Kalsium 45,00 150,00
Fosfor 82,00 -
Vitamin 11.050,00 1000,00
Vitamin 2,50 9,00
Vitamin 0,08 0,50
Zat besi 70,00 10,00
Air 71,20 8,00
Sumber: Sujitno Dan Dianawati, 2015
3.2 Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Menurut Alif (2017), tanaman cabai rawit dapat diklasifikasi sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledonae / Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutencens L.

3.3 Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-135 cm.

tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas.

a. Akar

Perakaran yang dimiliki cabai rawit merupakan akar tunggang. Akar

tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah dan melebar sejauh

30-50 cm secara vertikal. Akar cabai rawit dapat menembus tanah sampai

kedalaman 30-60 cm.

b. Batang

Batang tanaman cabai rawit memikiki struktur yang keras dan berkayu,

mempunyai warna hijau gelap, berbentuk bulat, dan mempunya cabang yang

banyak.
c. Daun

Daun cabai rawit merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian daun

bulat telur memanjang atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan

ujung yang menyempit. Letaknya berselingan pada batang dan membentuk pola

spiral (Tjandra, 2011).

d. Bunga

Bunga pada cabai rawit berbentuk terompet, dan tergolong dalam Bungan

yang lengkap karena terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan

putik. Benang sari dan putik pada cabai rawit terletak dalam satu bunga sehingga

disebut kemain dua.

e. Buah

Buah cabai rawit sendiri memiliki karakteristik yaitu buahnya yang kecil

dan tumbuh menjulang ke atas. Warna buahnya hijau ketika muda dan merah tua

ketika sudah masak. Cabai rawit akan terasa keras ketika ditekan karena

jumlahnya sangat banyak.

3.4 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit akan tumbuh dan memiliki hasil yang optimal dengan

mengikuti syarat tumbuhnya. Syarat tumbuh cabai rawit meliputi :

1. Tipe Tanah

Tipe tanah yang cocok untuk tanaman cabai rawit adalah tanah yang

memiliki sifat gembur dan remah. tanaman cabai rawit tidak tumbuh dengan baik

dalam tanah yang memiliki struktur padat dan tidak memiliki rongga (Tjandra,

2011). Beberapa alasannya adalah air yang tidah dapat terserap oleh tanah dan
akan cenderung menggenang ketika proses penyiraman, kemudian juga

menghambat pertumbuhan akar tanaman cabai rawit.

2. Ketinggian Tempat

Tanaman cabai dapat di tanam pada dataran rendah maupun dataran tinggi.

Tanaman cabai rawit bisa tumbuh pada ketinggian 0-1.500 mdpl. Tanaman cabai

rawit yang ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi jelas memiliki perbedaan

masa panen maupun pertumbuhan. Biasanya tanaman cabai rawit yang ditanam di

dataran tinggi memiliki umur masa panen lebih lama di bandingkan dengan yang

ditanam di dataran rendah. Menurut Silvia, dkk (2016), tanaman cabai rawit dapat

tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-1500 mdpl.

3. Suhu dan Kelembapan

Cabai rawit dapat tumbuh dan dapat beradaptasi dengan baik pada suhu 25º

C - 32o C (Silvia dkk, 2016) dengan kelembaban yang sedang. Curah hujan yang

optimum untuk pertumbuhan tanaman cabai rawit yang baik yakni antara 1000 –

3000 mm setiap tahunnya (Jamil, 2012).

4. pH Tanah

Cabai rawit merupakan tanaman yang menghendaki tingkat keasaman tanah

yang optimal. pH tanah yang baik untuk budidaya tanaman cabai rawit yakni 5,5 –

6,5. Apabila tanah yang akan digunakan dalam budidaya memiliki tingkat

keasaman dibawah 5,5 maka tanah tersebut perlu diberi tambahan dolomit atau

kapur untuk menetralkan tingkat keasamannya. pH tanah yang rendah akan

mengakibatkan sulitnya unsur hara dalam tanah untuk diserap tanaman. Sebab,

unsur hara yang sebagian dibutuhkan oleh tanaman seperti fosfor (P) dan kalsium

(Ca) tidak tersedia dalam kondisi pH tanah yang rendah. Tingkat keasaman yang
rendah akan mengakibatkan pertumbuhan penyakit pada tanaman seperti adanya

cendawan jamur seperti Fusarium sp (Prajnanta, 2011).

5. Intensitas Cahaya dan Drainase

Cabai rawit membutuhkan intensitas cahaya yang normal seperti tanaman

hortikultura lainnya. Pencahayaan tanaman cabai rawit dibutuhkan dari pagi hari

hingga sore hari. Ketersediaan air yang cukup tentu menunjang pertumbuhan

tanaman cabai rawit yang baik. Menurut Jamil (2012), dengan adanya drainase

yang baik dan lancar, tanaman cabai rawit akan tumbuh optimal dengan hasil

produksi yang rimbun.

3.5 Teknik Budidaya Cabai Rawit

Dalam membudidayakan tanaman cabai rawit harus meliputi beberapa

langkah berikut :

1. Pengadaan Benih

Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau dapat

membeli benih yang siap tanam. Benih yang digunakan harus memiliki kualitas

yang baik, karena akan berpengaruh dengan proses pertumbuhan maupun hasil

produktivitasnya.

2. Pengolahan Tanah

Sebelum menanam cabai harus menggarap tanah terlebih dahulu supaya

tanah yang padat menjadi longgar, sehingga pertukaran udara didalam tanah

menjadi baik, oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas beracun yang dapat

meracuni akar dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah.
3. Penanaman

Bibit cabai yang telah berumur 15-17 hari atau memiliki 3-4 daun, siap

dipindah tanam di lahan maupun di polybag. 1-3 hari sebelum di pindah tanam di

lakukan penyemprotan dengan fungisida dan insektisida, agar tetap terhindar dari

berbagai macam penyakit.

4. Pemeliharaan Tanaman

Pada fase awal pertumbuhan tanaman masih dalam tahap penyesuaian

dengan lingkungan baru. Penyiraman perlu dilakukan secara rutin setiap hari,

terutama pada saat musim kemarau. Pembersihan gulma agar tidak terjadi

persaingan pada tanaman cabai yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi

kerdil.

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan agar tanaman cabai rawit dapat tumbuh dengan subur dan

menghasilkan buah yang berkualitas. Pemupukan yang baik sesuai dengan

kebutuhan tanaman dan dosis yang tepat. Pemupukan pertama dilakukan ketika

tanaman berusia satu minggu yaitu dengan pupuk organik.

6. Panen

Cabai rawit dapat dipanen pada usia 4 bulan, pemanenan bisa dilakukan

sebanyak 2 kali seminggu. Kriteria buah yang siap panen adalah buah yang tua

biasanya ditandai dengan biji yang padat, berisi, apabila ditekan terasa keras,

buahnya berwarna hijau tua atau hijau kemerah-merahan.

7. Pascapanen

Penanganan pascapanen adalah memisahkan cabai yang sehat dan rusak,

selanjutnya dikumpulkan ditempat yang sejuk atau teduh sehingga cabai tetap
segar. Untuk mendapatkan harga yang baik hasil panen dikelompokan

berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar

local maupun pasar ekpor.

3.6 Jenis Media Tanam

Di era sekarang menanam cabai membutuhkan lahan yang luas, tetapi lahan

yang ada semakin sempit, kondisi ini bisa diatasi dengan menanam cabai rawit di

dalam polybag yang juga dapat mempermudah melakukan pengamatan

pertumbuhan dan juga prduktivitas (Supriyanto, 2012). Produktivitas tanaman

cabai rawit dilahan juga tidak berbeda jauh dengan yang ada di polybag. Menurut

Rahman (2010), menanam cabai dalam polybag juga merupakan alternatif

pemecahan masalah bila membutuhkan buah cabai dengan keadaan yang tetap

segar.

Penanaman cabai rawit di polybag biasanya di pengaruhi oleh jenis media

yang di gunakan. Jenis media tanam juga berpengaruh pada tanaman cabai rawit.

Media tanam yang berbeda memiliki unsur hara yang berbeda. Sehingga dapat

menentukan proses pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit itu optimal atau

kurang optimal.

3.7 Pemberian Dosis Mikoriza

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah kurangnya unsur hara pada

jenis-jenis media tanam tanaman cabai rawit, maka perlu dilakukan pengelolaan

tanah untuk menstabilkan kandungan organic tanah yang berpengaruh pada

karakteristik tanah dalam menahan air, unsur hara tanah serta mengoptimalkan

pertumbuhan tanaman (Astiko, dkk. 2013).


Mikoriza memiliki peran penting dalam memperbaiki produktivitas tanah,

siklus hara, memperbaiki struktur tanah, dan menyalurkan unsur karbon. Selain

itu mikoriza mampu mengeluarkan enzim fosfatase dan asam organik serta dapat

melepaskan P yang terikat pada tanah, sehingga membantu penyediaan unsur P

tanah (Smith, 2000).

3.8 Penelitian Terdahulu

Menurut Ermina dan Dika (2014), dalam penelitiannya dengan

menggunakan berbagai jenis media tanam dengan 4 perlakuan yaitu : M0 (tanah :

pupuk kandang) perbandingan 5:1, M1 (tanah : sekam padi : pupuk kandang)

perbandingan 3:2:1, M2 (tanah : serbuk gergaji : pupuk kandang) perbandingan

3:2:1, M3 (tanah : sabut kelapa : pupuk kandang) perbandingan 3:2:1. Hasil

penelitian yang dilaksanakan menunjukkan hasil signifikan terhadap tinggi

tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering kecuali panjang akar tanaman

cabai rawit. Hasil terbaik padan M3 (tanah : sabut kelapa : pupuk kandang)

dengan rerata tinggi tanaman 12,17 cm, jumlah daun 7 helai, berat basah 1,5 g dan

berat kering 0,19 g. Penelitian oleh Adetya, dkk (2018), hasil dari pemberian

mikoriza pada media pasir dan tanah dengan dosis 0g, 2g, 4g, 6g, 8g, 10g

menunjukkan hasil bahwa budidaya cabai rawit di tanah pasir dengan

penambahan 6g mikoriza sudah mampu meningkatkan hasil pertumbuhan namun

belum bisa disamakan dengan pertumbuhan cabai rawit yang ditanam di tanah

taman.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan milik pribadi yang di mulai

pada bulan Desember – selesai. Tempat penelitian di Desa Ngadri, Kecamatan

Binangun, Kabupaten Blitar.

3.2 Alat Dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Polybag 6. Sarung tangan

2. Cangkul 7. Timbangan

3. Karung 8. Sekop

4. Ember 9. Garu

5. Alat-alat tulis 10. Tali rafia

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Benih cabai rawit 4. Serbuk gergaji

2. Tanah liat 5. Mikoriza

3. Sekam padi 6. Pupuk kandang

3.3 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Dengan 4 perlakuan dan 3 kali

ulangan maka terdapat 12 kombinasi perlakuan dan terdapat 36 unit satuan

percobaan. Faktor yang diteliti adalah jenis media tanaman dan dosis mikoriza.
Bibit cabai rawit yang ditanam berumur 20 hari dan di tanam pada polybag

dengan diameter 30 cm.

Faktor perbandingan komposisi media tanam yang digunakan adalah

sebagai berikut :

M1 : tanah : pupuk kambing (5 : 1)

M2 : tanah : sekam padi : pupuk kambing (3 : 2 : 1)

M3 : tanah : sabut kelapa : pupuk kambaing (3 : 2 : 1)

Faktor pemberian mikoriza :

A1 : 4 gram/ polybag

A2 : 6 gram/ polybag

A3 : 8 gram/ polybag

A4 : 10 gram/ polybag

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan

sehingga berjumlah 36 unit satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan

antara jenis media tanam dengan mikoriza dapat dilihat pada table 1.

Table 1. Susunan kombinasi perlakuan jenis media tanam dan mikoriza.


Kombinasi Dosis
No Perlakuan Media Tanam Mikoriza (g)
1 M1 A1 Tanah + pupuk kambing 4
2 M1 A2 Tanah + pupuk kambing 6
3 M1 A3 Tanah + pupuk kambing 8
4 M1 A4 Tanah + pupuk kambing 10
5 M2 A1 Tanah + sekam padi + pupuk kambing 4
6 M2 A2 Tanah + sekam padi + pupuk kambing 6
7 M2 A3 Tanah + sekam padi + pupuk kambing 8
8 M2 A4 Tanah + sekam padi + pupuk kambing 10
9 M3 A1 Tanah + sabut kelapa + pupuk kambing 4
10 M3 A2 Tanah + sabut kelapa + pupuk kambing 6
11 M3 A3 Tanah + sabut kelapa + pupuk kambing 8
12 M3 A4 Tanah + sabut kelapa + pupuk kambing 10
3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan lahan percobaan

Lahan percobaan yang akan digunakan berada dihalaman depan rumah.

Memasang paranet di lahan percobaan yang berfungsi untuk naungan supaya

tanaman tidak secara langsung terkena terik sinar matahari secara langsung namun

masih cukup untuk intensitas cahaya maupun sirkulasi udaranya.

2. Persiapan media tamam

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencampur beberapa jenis media

tanam. Setelah tercampur sesuai dengan kebutuhan penelitian, kemudian

dimasukkan kedalam polybag dengan diameter 30 cm.

3. Penyemaian

Sebelum tanam dilakukan proses persemaian. Sebelum disemai benih cabai

rawit direndam selam a 1 malam untuk memilih biji yang bagus. Benih cabai yang

bagus akan tenggelam dalam air dan siap untuk di kecambahkan, sedangkan biji

yang mengapung biasanya biji yang kurang bagus untuk pembibitan. Media semai

yang digunakan berupa tanah dan arang sekam deng perbandingan 1 : 1.

4. Penanaman

Penanaman bibit dilakukan setelah bibit berumur 20 hari setelah semai,

sebelumnya bibit di seleksi dan dipindahkan satu per satu ke polybag dengan

media tanam yang telah disediakan, selanjutnya siram tanaman hingga cukup

basah.
5. Pemberian mikoriza

Pemberian mikoriza di lakukan dalam 3 kali dalam proses pertumbuhan

sebelum memasuki masa panen tanaman. Pemberian mikoriza dilakukan pada

umur 15, 30, 45 HST.

6. Pemeliharaan tanaman

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan hati-hati usahakan air tidak mengenai

batang dan daun tanamn, cukup disiram disekitar tanaman saja dan

tidak terlalu basah atau menggenang.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak

atau kurang baik pertumbuhanya. Bibit pengganti dipilih yang baik

pertumbuhannya

c. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama penyakit dilakukan untuk menjaga tanaman dari

kerusakan dalam proses pertumbuhan maupun dalam

produktivitasnya, sehingga mengurangi nilai ekonomi buah cabai

rawit.

d. Panen

Pemanenan cabai rawit untuk pertama kali bisa di panen pada umur

70-75 hst. Panen dilakukan 1 minggu sekali, cabai rawit dipanen

ketika sudah tua ditandai dengan buah yang sudah berwarna hijau

kemerahan atau merah merata.


3.5 Pengamatan

Adapun hal-hal yang diamat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dengan cara mengukur pangkal batang sampai

titik tumbuh tertinggi pada umur 15, 30, 45 HST dengan menggunakan meteran

dalam satuan centimeter (cm).

2. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung total daun pada

umur 15, 30, 45 HST.

3. Jumlah Buah Dalam Masa Panen

Pengamatan jumlah buah dilakukan dengan menghitung buah dalam masa

panen hingga 4 kali panen, saat tanaman berumur 75, 82, 89, 96 HST.

4. Berat Buah Pertanaman

Pengamatan berat buah dilakukan dengan menimbang buah cabai rawit yang

sudah di panen pada umur 75, 82, 89, 96 HST dengan menggunakan timbangan

analitik dalam satuan gram (g).

3.6 Analisis Data

Penelitian ini disusun berdasarkan metode Rancangan Acak Kelompok

(RAK) faktorial, yaitu dengan faktor 1: jenis media tanam, dan faktor 2:

pemberian mikoriza. Analisis data untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit dilakukan menggunakan analisis sidik

ragam Anova. Apabila perlakuan tersebut menunjukkan pengaruh terhadap

masing-masing variable yang di amati maka dilanjut dengan uji BNJ dengan taraf

5%.
Daftar pustaka

Adetya, V. S. Nurhatika, dan A. Muhibuddin. 2018. Pengaruh Pupuk Mikoriza


Terhadap Pertumbuhan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Tanah
Pasir. Jurnal Sains dan Seni. Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember.
Vol. 7. No. 2. 2018.
Alif. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. Genesis. Yogyakarta. 158 hal.
Astiko, A. M. W., IR. Sastrahidayat, A. Djauhari. 2013. Soil fertility status and
soybean [glycine max (l) merr] performance following introduction of
indigenous mycorrhiza combined with various nutrient sources into
sandy soil. Agrivita, vol. 35, no. 2, 2013.
Astiko, A. M. W., IR. Sastrahidayat, A. Djauhari. 2013. The Role of Indigenous
Mycorrhiza in Combination with Cattle Manure in Improving Maize
Yield (Zea Mays L) on Sandy Loam of Northern Lombok, Eastern of
Indonesia. Trop Soils, vol. 18, no. 1, 2013
Barbero, G., A. Liazid, M. Palma, dan C. Barroso. 2008. Ultrasound-assisted
Extraction Capsaicinoid From Peppers. Talanta. 75(5): 1332-1337.
Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian. 2015. Statistik Produksi
Komoditas Sayur. http://www.hortikultura.pertanian. go.id. diakses pada
15 Oktober 2022.
Emmanuel I.C., P. Henry, O.A. Okiri. 2012. Comparative Evaluation of The
Nutritional, Phytocemical and Microbiological Quality of Trhee pepper
Varieties. Journal of Food Nutrition and Sciences. 2(3): 74-80
Ermina, S., Dika, F. 2014. Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Jurnal.
Pendidikan Biologi. FKIP. Universitas Lancang Kuning.
Hayati, E,. T. Mahmud dan R. Fazil. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan
Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah
( Capsicum annum L.). J Floratek 7: 173-181.
Jamil, A. 2012. Budidaya Sayuran di Pekarangan. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP). Medan Sumatra Utara.
Kouassi CK, Konfi-nefry R, Guillame LY et al. 2012. Profiles of Bioactive
componds of some pepper fruit (Capsicum L.) varieties grown in cote
d’ivoire. Innovative Romanian Food Biotechnol 11: 23-31.
Kementrian Pertanian. 2019. Statistik Produksi Cabai Rawit Tahun 2015-2019.
Prajnanta, P. 2011. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya.
Jakarta. Hal 50-58.
Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit Dengan Polybag. Ed.
1. Lili Publizer. Yogyakarta.
Smith, FA. 2000. Measuring The Influence Of Mycorrhizas. New Phytology. 148 :
4-6.
Silvia, Mega. Dkk. 2016. Produksi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens
L.) di Tanah Ultisol Menggunakan Bokasi Sampah. Organik Rumah
Tangga dan NPK. Vol. 12 No. 1.
Sujitno, E., M. Dianawati. 2015. Produksi Panen Berbagai Varietas Unggu Baru
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Lahan Kering Kabupaten
Garut, Jawa Barat. Dalam Jurnal Biodiv Indon. Vol. 1. No. 4. Hal. 874-
877
Supriyanto, A. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biosfertilizer) dan
Media Tanam Yang Berbeda Pada Tumbuhan Dan Produktivitas
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescenc L.) di Polybag. Skripsi,
Fakultas Sains, Tekhnologi Universitas Airlangga. Surabaya.
Tjandra, E. 2011. Panen Cabai Rawit di Polybag. Cahaya Atma Pustaka.
Yogyakarta. 98 Hal.
Zhuang, Y., L. Chen, L. Sun, and J. Cao. 2012. Bioactive Characteristic and
Antioxidan Activities of Nine Peppers. Journal of Functional Foods. 4(1):
331-338.

Anda mungkin juga menyukai