PENDAHULUAN
pelengkap masakan dan bahan campuran industri makanan. Cabai rawit termasuk
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ciri - ciri dari jenis sayuran ini adalah
rasa pedas dan aromanya yang khas sehingga orang - orang tertentu dapat
Cabai rawit mengandung zat capsaicin yang menimbulkan rasa pedas dan
rasa pedas pada cabai. Ukuran pedas pada cabai tergantung pada kandungan
capsaicin dan senyawa kapsaisinoid yang terdapat dalam cabai. Buah cabai rawit
karbohidrat, kalium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan
antioksidan yang membantu melindungi tubuh dari efek radikal bebas yang
merugikan, yang dapat dihasilkan karena stres dan kondisi penyakit lainnya.
Kalium yaitu komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu
1
Kelor (Moringa oleifera) salah satu spesies dari family Moringaceae,
tanaman kelor ini sering disebut “Si Pohon Ajaib”. Sistem perakarannya
tunggang, daunnya berwarna hijau dan berbentuk bulat telur (oval), bunga kelor
merupakan bunga biseksual (memiliki benang sari dan putik), bentuk buahnya
cm (Aminah, 2015).
senyawa zeatin dengan konsentrasi antara 5 - 200 mcg/g daun, asam askorbat,
fenol 3,4%, mineral seperti Ca, K, Fe yang dapat memicu pertumbuhan tanaman
(Krisnadi, 2015).
hara yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil
berdasarkan asalnya yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Selama ini petani
pupuk anorganik yang relatif tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan
2
Pupuk organik berasal dari berbagai macam sumber seperti limbah atau
sisa tanaman, hewan dan manusia. Hal ini membuat pupuk organik banyak
pupuk organik yaitu dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan daya
serap tanah terhadap air. Pupuk organik dapat berupa cair ataupun padat yang
pengolahan tanah semakin mudah karena kondisi tanah yang semakin baik
(Hadisuwito, 2007).
Pupuk organik cair dapat diartikan sebagai pupuk yang dibuat secara alami
sisa makanan, kotoran hewan atau manusia. Pupuk organik cair lebih mudah
terserap oleh tanaman karena unsur - unsur didalamnya sudah terurai. Kelebihan
dari pupuk cair adalah kandungan hara nya bervariasi yaitu mengandung hara
makro dan mikro, dan lebih mudah diserap tanaman. Pupuk organik cair dapat
Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair
adalah daun kelor (Moringa oleifera). Daun kelor mengandung senyawa seperti
nitrogen 4,02%, fosfor 1,17%, kalium 1,8%, kalsium 12,3%, magnesium 0,10%,
natrium 1,16%, C organik 11,1% dan C/N 2,8% sehingga dapat dimanfaatkan
3
1.2 Tujuan dan Kegunaan
organik cair ekstrak daun kelor terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
rawit (Capsicum frutescens L.). Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dan bahan pembanding atau rujukan bagi
penelitian selanjutnya.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
terong - terongan yang tumbuh sebagai perdu atau semsak. Tanaman cabai berasal
dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa yang dibawa
Tanaman cabai memiliki beberapa nama daerah antara lain di daerha Jawa dengan
nama lombok japlak, cengis, ceplik atau cempling, sedangkan di Jawa Barat
terutama suku Sunda nama lain untuk cabai rawit yaitu cengek. Secara
internasional cabai rawit dikenal dengan nama thai papper (Tjandra, 2011).
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
5
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Terdapat beberapa jenis cabai rawit, yaitu jenis lokal dan jenis hibrida.
Untuk benih lokal dipilih dari buah cabai yang sehat dan sudah matang sempurna.
Buah cabai yang baik adalah buah dari hasil panen ke -4 hingga ke -6. Sementara
cabai jenis hibrida memiliki kualitas terbaik dan memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi. Telah banyak cabai rawit hibrida unggul diproduksi, salah satunya
adalah cabai rawit Bhaskara F1. Ada banyak keunggulan, diantaranya mampu
beradaptasi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan hasil yang
memuaskan, dan perawatannya mudah dan toleran terhadap berbagai virus dan
Secara morfologi, bagian - bagian atau organ penting tanaman cabai rawit
2.1.1 Akar
Akar tanaman cabai rawit memiliki akar serabut. Pada tanaman cabai
banyak terdapat bintil - bintil kecil yang berfungsi sumber makanan dengan
menyerap unsur hara. Sedangkan pada bagian ujung akar terdapat akar semu yang
berfungsi untuk menyerap nutrisi dari dalam tanah. Akar tanaman cabai rawit
terdiri atas akar utama (primer) dan lateral (sekunder). Akar tersier berupa serabut
6
- serabut akar yang keluar dari akar lateral. Panjang akar primer sekitar 35 - 50 cm
2.1.2 Batang
Batang cabai rawit utama memiliki batang tegak lurus dan kokoh, tinggi
sekitar 30 - 37,5 cm dan diameter batang antara 1,5 - 3 cm. Batang utama berkayu
dan berwarna coklat kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai
terjadi umur 30 HST. Setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai
pada umur 10 HST tetapi tunas - tunas ini akan dihilangkan sampai batang utama
menghasilkan bunga pertama tepat diantara batang primer, inilah yang terus
dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari batang utama
ke cabang primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara cabang primer dan
jika dihitung dari awal percabangan untuk tahap pembungaan 1, apabila tanaman
masih sehat dan dipelihara sampai pembentukan bunga pada tahap 2 percabangan
2.1.3 Daun
Pada tanaman cabai, varietas warna daun sangat tergantung pada iklim
serta lingkungan pertanian. Daun tanaman cabai rawit termasuk kedalam kategori
7
daun tunggal dengan memiliki bentuk bulat agak lebar dengan ujung daun
2.1.4 Bunga
berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna
karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga,
alat kelamin jantan dan betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau
hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. Bunga
kehijauan dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih. Bunga keluar dari ketiak
daun. Tangkai putih berwarna putih dengan kepala putik berwarna kuning
kehijauan. Dalam 1 bunga memiliki 1 putik dan 6 benang sari, tangkai sari
berwarna putih dengan kepala sari berwarna biru keunguan. Kemudian setelah
mahkota bunga akan rontok tetapi kelopak bunga tetap menempel pada buah
(Prajnanta, 2007).
2.1.5 Buah
varietasnya. Didalam buah cabai terdapat plasenta sebagai tempat biji melekat.
Daging buah cabai memiliki tekstur yang renyah dan lunak juga ukurannya sangat
8
beragam mulai dari pendek hingga panjang dengan ujung runcing maupun
tumpul. Bentuk buah cabai rawit tegak atau kadang - kadang merunduk berbentuk
bulat telur, lurus bengkok dengan ujung meruncing panjangnya sekitar 1 - 5 cm.
Buah cabai mempunyai rasa pedas, buah yang muda berwarna hijau tua, putih
kehijauan atau putih. Sedangkan buah yang telah masak berwarna merah (Alif
S.M, 2017).
2.1.6 Biji
Biji cabai rawit berbentuk bulat pipih berdiameter 2 - 2,5 cm. Biji cabai
pada warna biji cabai rawit mulai dari putih hingga kuning jerami. Untuk bagian
2.2 Kelor
fosfor, zat besi dan sulfur sehingga daun kelor dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan pupuk organik cair. Manfaat pupuk daun kelor dapat digunakan
sebagai pupuk cair. Fuglie, (2000) menemukan bahwa ekstrak daun kelor yang
disemprotkan ke daun bawang, paprika, kacang kedelai, sorgum, kopi, teh, cabai,
9
Daun kelor mengandung hormon sitokinin, zeatin, askorbat, fenolik 3,4
dan mineral seperti Ca, K dan Fe yang dapat memicu pertumbuhan tanaman.
menjadi pupuk organik cair perlu ditambahkan EM4 sebagai bioktivator sehingga
proses dekomposisi (Hadisuwito, 2012). Pupuk organik cair daun kelor memiliki
Fosfor 1,17%, Kalium 1,8%, Kalsium 12,3%, Magnesium 0,10%, Natrium 1,16%,
C organik 11,1%, dan C : N 2,8%. Akan tetapi komposisi hara tersebut tergantung
Daun kelor merupakan tanaman yang mudah didapatkan, murah dan aman
dikonsumsi. Daun kelor juga memiliki potensi dari segi ekonomi - bisnis yang
dapat dimanfaatkan, ekspor daun kelor mencapai hingga 12 ton (Badan Karantina
Pertanian 2019).
Klasifikasi tanaman kelor (Moringa oleifera L.) antara lain sebagai berikut
Kingdom : Plantae
10
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
bahwa terdapat pengaruh kombinasi pupuk organik cair daun kelor dan bonggol
Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan
atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk produknya berupa
cair. Salah satu jenis pupuk yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N,
P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk organik cair dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga dapat membantu
11
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk
2. Unsur hara yang terdapat didalam pupuk organik cair mudah diserap
tanaman.
padat.
Manfaat dari pupuk organik cair (Rizqiani dkk., 2007) adalah sebagai
berikut :
12
2.4 Hipotesis
13
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari - April 2024. Tempat
penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kabonena, Kec. Palu Barat, Kab Kota Palu.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, linggis, ember,
parang, kamera, mistar dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tanah, benih cabai, ekstrak daun kelor dan papan label.
3.3 Metode
perlakuan yang dicobakan yaitu berbagai konsentrasi ekstrak daun kelor (EK)
EK0 = Kontrol
14
keragaman dan bila berhasil uji menunjukkan pengaruh nyata dilanjutkan dengan
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Benih
Benih cabai rawit yang digunakan adalah benih cap panah merah varietas
3.4.2 Penyamaian
Media semai yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang. Kemudian
dibuat bedengan itu dilubang, setiap lubang tanam dimasukkan benih cabai rawit
lalu lubang tanam ditutup dengan tanah yang luas secara tipis. Selama persemaian
3.4.3 Penanaman
ekstrak daun kelor, bibit dipindahkan di bedengan dengan jarak 70cm x 50cm
dilakukan pada sore hari agar bibit memiliki waktu untuk beradaptasi pada malam
hari.
15
3.4.4 Pemeliharaan
terhadap hasil yang akan didapat. Pertama yang perlu diperhatikan adalah
maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila
musim kemarau kita harus menambah air. Bila tidak terlalu panas penyiraman
tanaman yang mati dengan tanaman baru. Caranya tiap perlakuan disiapkan 3
pupuk ke seluruh tanaman dan pada tanah sesuai dengan perlakuan pada setiap
minggu.
3.4.6 Pemanenan
akar secara hati - hati agar bagian - bagian tanaman tidak rusak. Saat panen cabai
adalah pada sore hari, karena tanaman ini mudah layu terkena udara panas.
16
3.4.7 Pembuatan Ekstrak Daun Kelor
ditambahkan 5 liter air. Ekstrak dipisahkan dengan cara disaring (Hala, 2017).
Pembuatan larutan dengan mengambil hasil ekstrasi sebanyak 40 ml, 60 ml, dan
80 ml. kemudian ditambahkan air aquadest sebanyak 980 ml, 960 ml, dan 920 ml,
3.5 Pengamatan
HST, 28 HST dan 35 HST dengan cara mengukur dari pangkal tanaman
2. Jumlah daun (Helai), dihitung pada saat tanaman umur 21 HST, 28 HST
dan 35 HST dengan cara menghitung jumlah daun yang terbentuk secara
sempurna.
3. Umur bunga dilakukan pada umur 51 HST dengan cara melihat bunga
buah.
17
6. Berat segar tanaman (gram), sebelum ditimbang tanaman dibersihkan
perlakuan, maka dianalasis lanjut dengan uji beda nyata terkecil ( BNT ).
18
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. dkk. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor
(Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2 : 35-
44.
Hala, H. Abou El-Nour and Nabila, A. Ewai s. 2017. Effect of Moringa oleifera
Leaf Extract (MLE) on pepper Seed Germination, Seedlings Improvement,
Growth, Fruit Yield and its Quality. Middle East Journal of Agriculture
Research. 6 (2) : 448-463.
Krisnadi, A Dudi. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora : Pusat Informasi Dan
Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.
Mulyani, Sri. 2020. Praktis dan Mudah Menanam Cabai di Rumah. Bhuana Ilmu
Populer. Jakarta.
19
Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. 2010. Kelor Super
Nutrisi. Lembaga Swadaya Masyarakat. Media peduli Lingkungan (LSM-
MEPELING). Blora.
Yola, R., Zulfarman, dan Refilda. 2013. Penentuan kandungan capsaicin pada
berbagai buah cabai (capsicum) dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT). Kimia Unand. 2(2) : 115-119.
20