Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak karena vitamin C

mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, dll.

Turunnya kadar vitamin C lebih cepat pada suhu penyimpanan tinggi namun

dengan memberikan suhu rendah maka dapat memperlambat reaksi-reaksi

metabolisme yang dapat dilihat dari laju respirasinya. Laju respirasi

merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah dan sayuran sesudah

panen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya

metabolisme sehingga laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur

simpan yang pendek. Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi

respirasi dilihat dari segi penyimanan dan suhu (Safaryani, 2007).

Vitamin C sangat diperlukan oleh tubuh karena memiliki banyak fungsi

yaitu sebagai antioksidan bagi pertumbuhan dan perbaikan jaringan, untuk

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, mencegah kanker dan

penyakit jantung. Kebutuhan vitamin C anak laki-laki atau perempuan (usia

13-20 tahun) sebanyak 80-100 mg dan orang dewasa 70-75mg. Apabila

kekurangan vitamin C maka dapat menyebabkan penyakit skorbut dengan

gejala gusi berdarah , gigi goyah, penyembuhanluka lambat, mudah terjadi

penyakit pendarahan karena kapiler darah rapuh, dan kerusakan sendi. Maka
dari itu untuk mencegah hal-hal tersebut kita perlu mengkonsumsi vitamin C

yang salah satunya terdapat pada paprika (Irianto, 2004).

Fungsi vitamin C dalam tubuh bersangkutan dengan sifat alamiahnya

sebagai antioksidan. Meskipun mekanismenya yang tepat belum di ketahui,

tetapi tampaknya vitamin C berperan serta di dalam banyak peroses

metabolisme yang berlangsung di dalam jaringan tubuh. Vitamin C atau asam

askorbat di perlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah (Beck, 2001).

Akibat kekurangan vitamin dapat menyebabkan penyakit skorbut dengan

gejala gusi berdarah, gigi goyah, penyembuhan luka lambat, mudah terjadi

penyakit pendarahan karena kapiler darah rapuh, dan kerusakan sendi. Pada

zaman dahulu banyak terdapat pada kaum nelayan, karena jarang sekali

makan makanan yang masuh segar(Irianto 2004).Penyakit ini bisa di

sembuhkan dengan mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran segar.

Banyak penelitian tentang vitamin C yang menyebutkan bahwa buah-

buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber vitamin C yang terbesar

misalnya buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, mangga dan nanas. Dalam

sayur-sayuran banyak terdapat dalam daun-daunan, kentang, sawi, kol,

asparagus, dan cabai (Asrul, 2010).

Vitamin C pada cabai memiliki fungsi sebagai antioksidan yang baik

untuk tubuh (mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang di serap kalsium

dalam tubuh). Salah satu jenis cabai yang sering dikonsumsi masyarakat yaitu

cabai rawit . Cabai rawit (Capsicum Frutescens) merupakan salah satu jenis

cabai yang banyak di budidayakan oleh petani indonesia. Selain karena


manfaatnya bagi kesehatan, cabai rawit juga memiliki harga jual yang cukup

tinggi. Cabai termasuk dalam suku terong-terongan (solanaceae) dan

merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun dataran

tingggi.

Daun cabai rawit juga banyak di konsumsi masyarakat, daunnya yang

muda biasanya di kukus untuk dijadikan lalap. Daun cabai rawit memiliki zat

antimikroba yang mengandung senyawa metabolit skunder diantaranya

steroid dan saponin. Senyawa metabolit skunder merupakan senyawa yang

mengandung flavonoid, alkaloid, steroid, saponin yang umumnya terdapat

pada tumbuhan (Eldesfiari 2005).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan

tentng membandingkan kadar vitamin C yang terdapat pada buah dan daun

cabai rawit yang biasa di konsumsi masyarakat menggunakan metode

spektrofotometri, sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang kadar

vitamin C yang ada pada buah dan daun cabai rawit, untuk memenuhi

kebutuhan vitamin C dalam tubuh dan jauh lebih efektif mengganti peran

buah-buahan yang cenderung lebih mahal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas dapat di rumuskan

masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah perbandingan kadar vitamin C pada

buah dan daun cabai rawit.


1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbandingan kadar vitamin C pada buah dan daun cabai

rawit yang di konsumsi masyarakat.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Uji kualitatif vitamin C pada buah dan daun cabai rawit

2. Uji kuantitatif vitamin C pada buah dan daun cabai rawit

3. Mengetahui perbandingan kadar vitami c pada buah dan daun cabai

rawit.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi masyarakat tentang perbandingan vitamin C

pada buah dan daun cabai rawit.

1.4.2 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian tentang

kadar vitamin C pada buah dan daun cabai rawit.

1.4.3 Bagi peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambaha acuan dan

informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penentuan kadar

vitamin C pada tumbuh-tumbuhan khususnya pada tanaman cabai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens)

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi holtikultura

yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena selain

sebagai penghasil gizi, juga sebagai bahan campuran makanan dan obat-

obatan. Di indonesia tanaman cabai mempunyai nilai ekonomi penting dan

menduduki tempat kedua setelah kacang-kacangan (Rompas, 2001).

Cabai adalah tanaman sayuran buah semusimyang di perlukan oleh

seluruh lapisan masyarakan sebagai bumbu atau penyedap makanan.

Tanaman cabai memiliki banyak nama populer di berbagai negara. Namun

secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. Nama pepper

lebih umum di gunakan untuk menyebut berbagai jenis cabai besar, cabai

manis, atau paprika. Sedangkan chili, biasanya digunakan untuk menyebut

cabai pedas, misalnya cabai rawit di indonesia sendiri, penamaan cabai juga

bermacam-macam tergantung daerahnya. Cabai sering di sebut dengan

berbagai nama lain, misalnya, lombok, mengkreng, rawit, cengis, cengek,

sebie dan sebutan lainnya (Anonim, 2011).

2.1.1. Asal Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman yang berasal dari amerika seperti Meksiko,

Bolivia, Perudan Guatemala (Agriflo, 2012). Negara-negara tersebut

memiliki iklim yang sama atau tidak beda jauh dengan indonesia
2.1.2. Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Gambar 2.1 Cabai Rawit (Capsicum Frustescens)

Klasifikasi tanaman cabai menurut adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famil ia : Solanaceae

Sub Familia : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsi cum frutencens L var. Cengek ( Wiryanta,2006 )

2.1.3. Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit memiliki nama lain cabai kecil atau lombok jempling.

Tinggi tanaman jenis ini pada umummnya dapat mencapai 150 cm. Posisi

bunganya tegak dengan mahkota berwarna kuning kehijauan . warna

tangkai putih mirip warna mahkota bunganya dengan panjang kurang dari
0,5 cm. Bentuk buahnya kecil memanjang dengan warna biji umumnya

kuning keciklatan (Setiadi, 2011).

a. Akar

Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan

bercabang‐cabang ke samping membentuk akar serabut, akar

serabut bisa menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan

menyamping selebar 45 cm (S etiadi, 2006)Sedangkan

menurut Prajnanta (2007), Perakaran tanaman cabai merupakan

akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) d an akar

latera l (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut‐serabut

akar (Akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm.

Akar lateral menyebar sekitar 35‐45 cm.

b. Batang

Batang utama cabai tegak l urus dan kokoh, tinggi

sekitar 30‐37,5 cm, dan diameter batang antara 1,5‐3 cm.

Batang utama berkayu dan berwarna coklat kehij auan.

Pembentukan kayu pada batang utama mulai ter j adi mulai

umur 30 hari setelah tanam (HST). Setiap ketiak daun akan

tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10 hari set elah

tanam namun tunas‐tunas ini akan dihilangkan sampai batang

utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara batang

primer, inilah yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan

sehingga bentuk percabangan dari batang utama ke cabang


primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara cabang primer

dan cabang sekunder (Prajnanta, 2007) Pertambahan panjang

cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncupketiak daun

secara terus‐menerus. Pertumbuhan semacam ini disebut

pertumbuhan simpodial. Cabang sekunder akan membentuk

percabangan tersier dan seterusnya. Pada akhirnya terdapat kir

a‐kir a 7‐15 cabang per tanaman (tergantung varietas) apabila

dihitung dari awal percabangan untuk tahapan pembungaan I,

apabila tanaman masih sehat dan dipelihara

sampaipembentukan bunga tahap II percabangan dapat

mencapai 21‐23 cabang (Prajnanta, 2007)

c. Daun

Daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap

tergantung varie tasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun.

Tulang daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk

daun cabai adalah lonjong dengan ujung daun meruncing

(Prajnanta, 2007)

d. Bunga

Umumnya suku Solanaseae , bunga cabai berbentuk

seper ti terompet (hypocrateriformis). Bunga cabai tergolong

bunga yang lengkap karena terdiri dari kelopak bunga (calyx),

mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), dan putik

(pistilum). Alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin


betina (putik) pada cabai terletak dalam satu bunga sehiingga

disebut berkelamin dua (hermaprodi t). Bunga cabai biasanya

menggantun g, terdir i dari 6 helai kelopak bunga berwarna

kehijauan dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih. Bunga

keluar dari ketiak daun (Prajnanta, 2007) Tangkai putik berwarna

putih dengan kepala putik berwarna kuning kehijauan. Dalam

satu bunga terdapat 1 putik dan 6 benang sari, tangkai sari

berwana putih dengan kepala sari berwarna biru keunguan.

Setelah terjadi penyerbukan akan terjadi penbuahan. Pada saat

pembentukan buah, mahkota bunga rontok tetapi kelopak

bunga tetap menempel pada buah (Prajnanta, 2007).

2.1.4. Kandungan Nutrisi Buah Cabai Rawit

Cabai mengandung kurang lebih 1,5% (biasanya antara 0,1-1%) rasa

pedas. Rasa pedas tersebut terutama di sebabkan oleh kandungan capsaicin

dan dihidrocapsaicin (lukman, 2004). Selain itu, cabai juga mengandung

berbagai kadungan gizi. Cabai mengandung senyawa seperti alkaloid,

capsaicin, yaitu yang memberikan rasa pedas yang kuat. Capsaicin

memiliki anti-balteri, anti-karsinogenik, memiliki sifat analgesic dan anti-

diabetes. Hal ini juga dapat mengurangi kadar kolestrol HDL pada orang

kegemukan.

Cabai rawit yang segar adalah sumber yang kaya vitamin C-. Pada 100

g cabai segar menyediakan sekitar 240% RDA. Vitamin C adalah

antioksidan ampuh yang larut dalam air. Ini deperlukan untuk


pembentukan kolagen dalam tubuh. Kolagen adalah protein struktural

utama dalam tubuh yang di perlukan untuk menjaga integritas pembuluh

darah, kulit, organ, dan tulang. Mengkonsumsi makanan yang kaya

vitamin C dapat membantu tubuh terlindungi dari penyakit kudis,

meningkatkan kekebalan, anti radikal bebas pada tubuh.

Kandungan tertinggi vitamin dan mineral pada Cabai. Berikut yang

disediakan per 100 g Cabai:

1. 240% vitamin C-(asam askorbat),

2. 39% vitamin B-6 (pyridoxine),

3. 32% vitamin A,

4. 13% besi,

5. 14% tembaga,

6. 7% kalium,

7. Non kolestrol.

2.1.5. Manfaat Buah Cabai Rawit

1. Meningkatkan Kekekbalan Tubuh

Selain mampu membuat pencernaan menjadi sehat,

mengkonsumsi cabai merah juga bisa membantu meningkatkan

sistem kekebalan tubuh sehingga membuat tubuh menjadi lebih

kebal terhadap serangan penyaakit.

2. Melancarkan Pernafasan

Cabe rawit mampu membantu melancarkan pernafasan.

Rasa panas dan pedas dari cabai rawit ini mampu merangsang
sekresi yang membantu membersihkan lender yang ada di hidung

dan mengatasi sesak pada paru-paru sehingga pernafasan kita

menjadi terasa lancar.

3. Mengatasi Rematik

Rematik tidak hanya bisa di atasi dengan obat-obatan saja

tetapi bisa juga di obati dengan menggunakan cara-cara alami.

Salaha satau caranya adalah dengan menggunkan cabai rawit.

4. Mencegah Stroke

Kandungan capsaicin didalam ccabai merah juga mampu

mencegah adanya penyumbatan pada pembuluh darah sehinngga

hal ini membuat jantung kita lebih sehat dan membuat kita

terhindar dari penyakit stroke.

2.1.6. Nama Umum Buah Cabai

Nama Daerah cabai rawit dari Sumatra; leudeuaarum, pentek (Gayo),

situdulangit, lacina sipane (Simelungmz), lada limi (Nias), mutia

(Melayu). Jawa:cabe rawit, cengek (SLCnda), lombok jempling, jemprit,

rawit, gambir,setan, cempling (jawa),cabhi letek, taena manok (Madura).

Nusa Tenggara: tabiakrinyi (Bali), kurus (Alor). Sulawesi: kaluya kapal

(bent.), mareta dodi(Mongond.), malita diti (Gorontalo), m.didi (Buol),

lada masiwu ((Baree), marica, capa, laso meyong (Mak), meyong,ladang

burica, marica (Bug), ricahalus,padi (Manado). Maluku; Abrisan kubur

(Seram), arapute petawe (Atamano), kalipata batawi(Amahai), karatua


manesane (Nuaulu), karatupa. Batawi (sepcc), maricangkekupe (Weda),

rica gufu(Ternate). Irian; metrek wakfoh (Sarmi), basen tanah (Barik).

2. Nama Asing cabai rawit adalah La jiao (C), cayenne pepeer (B) piment

decayenne (P), piment enrage, guineapfeffer (J), pasites, sil (Tag),

cayenne, chili.

2.2. Kajian Tentang Vitamin C

2.2.1. Sejarah Vitamin C

Penyakit scrvy telah dikenal sejak abad ke-15, yaitu penyakit yang

banyak di derita oleh pelaut yang berlayar selama berbulan-bulan serta

bertahan dengan makanan yang keringkan dan biskuit. Penyakit ini

menyebabkan pucat, rasa lelah yang berkepanjangan diikuti oleh

pendarahan gusi, pendarahan di bawah kulit, edema,tukak, dan akhirnya

kematian.

Pada tahun 1750, Lind, seorang dokter dari skotlandia menemukan

bahwa scurvy dapat dicegah dan diobati dengan memakan jeruk. Baru

pada tahun 1932 szent-Gyorgyi dan C.Glenn King berhasil mengisolasi zat

antiskorbut dari jaringan adrenal, jeruk, dan kol yang dinamakan vitamin

C. Zat ini kemidian berhasil disintesis pada tahun 1933 oleh Haworth dan

Hirts sebagai asam askorbat (Almatsier, 2013).

2.2.2. Vitamin C

Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam

keadaan kering Vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut,

Vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi)


terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran dan

besi. Vitamin C tidak setabil dalam larutan asam, Vitamin C adalah

vitamin yang paling labil. Karena mudah teroksidasi inilah, maka Vitamin

C disebut sebagai zat reduktor yang kuat (Almatsier, 2009).

Vitamin C bermanfaat menjaga daya tahan tubuh terhadap penyakit

infeksi racun, serta menurunkan kolestrol. Vitamin C dalam konsentrasi

cukup tinggi dapat mengurangi resiko terkena penyakit degenerative

seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi serta kanker.

Dapat pula menghambat peroses penuaan dan menghaluskan kulit (Irianto,

2004).

Vitamin C adalah vitamin yang berbentuk kristal putih agak kuning

tidak berbau, mudah larut dalam air, terasa asam, mencair suhu 190-192°C

dan merupakan suatu asam organik. Rumus molekul vitamin C adalah

(C6H8O6) dan berat molekulnya adalah 176,13. Vitamin C mempunyai

dua bentuk molekul aktif yaitu bentuk treduksi (asam askorbat) dan bentuk

teroksidasi (asam dehidroaskorbat). Bila asam dehidro askorbat teroksidasi

lebih lanjut akan berubah menjadi asam diketoglukonat yang tidak aktif

secara biologois. Manusia lebih banyak menggunakan asam asam askorbat

dalam bentuk L; bentuk D asam askorbat banyak digunakan sebagai bahan

pengawet (daging). Manusia tidak dapat mensintesis asam askorbat dalam

tubuhnya karena tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa atau

glaktosa menjadi asam askorbat, sehingga harus disuplai dari makanan

(Andarwulan dkk, 1992).


2.2.3. Tata Nama dan Struktur Vitamin C

a. Tata Nama Vitamin C

1. Nama umum vitamin C adalah Vitamin C, Asam askorbat,

Aam ceitamad(ceritamid acid).

2. Nama trivial Vitamin C adalah Asam heksuronat (Hexuronic

Acid), Antiscorbutin, Vitamin anti-scorbut (Anti-scorbutat

vitamin), Scorbutamin.

3. Nama Kimia Vitamin C adalah L-asam askorbat, L-xylo-asam

askorbat.

2.2.4. Fungsi Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Salah satu

fungsi utama dari vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen

dalam jaringan ikat, pembentukan gigi, Metabolisme tirosin, Sintesis

neurotransmitters, pengguanaan Fe, Ca, dan Folasin (Muchtadi dan Deddy,

2009).

Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilin dua

asam amino prolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan

komponen kkolagen yang penting. Penjagaan agar fungsi itu tetap banyak

di pengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh.

Fungsinya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh

melawan infeksi, penyakit dan stress, mengoksidasi fenilalanin menjadi

tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan sehingga

besi lebih mudah terserap, melepaskan besi dari tranferin dalam plasma
agar dapat bergabung ke dalamferinitin jaringan, sera pengubahan asam

folat menjadi bentuk aktif asam folinat. Vitamin C juga berperan dalam

pembentukan hormone steroid dari kolestrol.

2.2.5. Metabolisme Vitamin C

Kekurangan Vitamin C dapat menyebabkan penyakit disebut scorbut.

Kerusakan terjadi di dalam jaringan yang terdapat di dalam rongga mulut,

ditulang dan dan gigi geligi serta kerusakan di dalam darah. Pada dasarnya

kerusakan mengenai matrix jaringan ikat zat perekat antar selular. Pada

dinding pembuluh kapiler, zat perekat antar selular defektif, sehingga sel-

sel endothel saling renggang dan terjadi perdarahan. Dengan dilakukannya

test fragilitas Kapiler di perlihatkan dengan menurunnya daya tahan

terhadap tekanan darah dengan meningkatnya fragilitas dinding (mudah

menjadi rusak) kapiler darah tersebut.

Bila jaringan tubuh ada dalam kondisi jenuh oleh vitamib C maka dari

dosis yang di berikan parentral, sebagian besar akan di ekskresikan di

dalam urine dan apabila suplai vitamin C didalam jaringan tidak

mencukupi, maka sebagian besar dari dosis vitamin C yang di berikan di

dalam tubuh dan sedikit sekali yang di ekskresikan di dalam urine.

Vitamin C dapat dioksidasi secara reversible menjadi dehydro vitamin C

dan katabolisme menghasilkan asam oksalat. Kadar vitamin C di dalam

jaringan tubuh dan di dalam darah yang dianggap normal ialah 0,8-10

mg% tanpa di sertai ekskresi dari dosis percobaan yang meningkat.

Vitamin C diekskresikan di dalam urine, sebagian kecil di dalam tinja dan


sebagian kecil di dalam air keringat (Sediaoetama dan Achmad Djaeni,

2000).

2.3. Analisis Spektrofotometri UV-Vis 19

2.3.1 Pengertian Spektrofotometri19

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan

untuk mengukur energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan

atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di

deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau

celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai

spesifikasi melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar,2007)

2.3.2 Prinsip Kerja Spektrofotometri 19

Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu daerah

akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya yang

diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum

elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar

gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang

mikro (Marzuki Asnah, 2012)

Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak umumnya

terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul dapat

menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka mengandung

electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat
yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung

pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam satu

ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau

panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas,2011)

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini

memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca

langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun

grafik yang sudah diregresikan (Yahya S,2013). Secara sederhana instrument

spektrofotometeri yang disebut spektrofotometer terdiri dari :

Sumber cahaya – monokromatis – sel sampel – detector- read out

Gambar 2.7. Pembacaan spektrofotometer20

Fungsi masing-masing bagian :

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar

polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang

yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar

polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Pada gambar di atas

disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya

pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang


gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas

hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi

atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

Gambar 2.8. Proses dispersi cahaya21

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

a. UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat

sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun

kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas

yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan

plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya

pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya

berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

b. IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya

dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel

dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida.

Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang

dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan

harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel

dan mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector

yaitu Detektor foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS,

Phototube, Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya

isyarat listrik yang berasal dari detector.

Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi

menuju ke tingkat yang lebih tinggi oleh sumber listrik

bertegangan tinggi atau oleh pemanasan listrik. Monokromator

adalah suatu pirantis optis untuk memencilkan radiasi dari suatu

sumber brkesinambungan.Digunakan untuk memperoleh sumber

sinar monokromatis.Alat dapat berupa prisma atau grating

(khopkar, 1990).Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan

sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi maupun

berbentuk silinder dengan ketebalan 10mm. sel tersebut adalah sel

pengabsorbsi, merupakan sel untuk menaruh cairan kedalam berkas

cahaya dalam daerah spectral yang diminati. Sebelum sel dipakai

dibersihkan dengan air atau dapat dicuci dengan larutan detergen

atau asam nitrat panas apabila dikehendaki (sastrohamidjodjo,

2007).
Detektor digunakan untuk memberikan respon terhadap

cahaya pada berbagai panjang gelombang. Persyratan-persyratan

yang penting untuk Detektor meliputi :

1. Sensitifitas tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya yang

mempunyai tingkatan rendah sekalipun.

2. Waktu respon yang pendek

3. Stabilitas yang panjang /lama untuk menjamin respon secara

kuantitatif

4. Sinyal elektronik yang mudah diperjelas. Hukum Lambert-Beer

merupakan hukum dasar analisis kuantitatif spektrofotometri

UV-Vis.

Hukum ini menyatakan absorbansi zat terlarut adalah

proposional dengan konsentrasi sebagai berikut :

A = ɛ.b.c

Dengan A = absorbansi

ɛ. = koefisien absorbansi molar

c. = konsentrasi solute

Apabila b adalah tebal kurva 1 cm maka dapat dinyatakan

sebagai :

A = ɛ.c

E = absorbansi molar

Syarat dapat ditetapkannya hukum Lambert-Beert dianggap

bahwa :
1. Radiasi yang masuk adalah monokromotik

2. Spesies penyerap berkelakuan tidak bergantung satu terhadap

lainnya dalam proses penyerapan

3. Penyerapan terjadi pada volume yang luas permukaan yang

sama

4. Dengan radiasi tengah adalah cepat (tidak flouresensi)

5. Indeks bias tidak bergantung pada konsentrasi

(sastrohamidjodjo, 2007)

Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energy elektronik yang

cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga

spektrofotometri UV-vis lebih banyak dipakai untuk analisis

kuantitatif dibanding kualitatif (Mulja dan suharman, 1995).

Dalam mempelajari serapan secara kuantitatif , berkas radiasi

dikenakan pada cuplikan dan intensitas radiasi yang

ditransmisikan diukur.radiasi yang diserap oleh cuplikan

ditentukkan dengan membandingkan intensitas dari berkas

radiasi yang ditransmisikan bila spesies penyerap ada

(sastrohamidjojo,2007).

Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat

digolongkan atas tiga macam yaitu :

1. Analisis kuantitatif zat tunggal

Analisis kuantitatif zat tunggal dilakukan pengukuran

harga A pada panjang gelombang maksimum atau pada


pengukuran % T pada panjang gelombang minimum. karena

paada panjang gelombang tersebut perubahan absorban untuk

setiap satuan konsentrasi paling besar pada panjang gelombang

maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang

maksimum, Ada empat cara pelaksanaan analisis kuantitatif zat

tunggal

Yaitu :

a. Dengan cara membandingkan absorban zat yang di analisis

pada panjang gelombong maksimum, dengan syarat nilai

absorban sampel dan refrence standard pada panjang

gelombang maksimal.

b. Dengan memakai kurva baku dari larutan refrense standar

dengan pelarut tertentu pada panjang gelombang

maksimum.

c. Dengan menghitung harga absorbansi larutan sampel pada

pelarut tertentu dan dibandingkan dengan absorbansi zat

yang dianalisis yang tertera pada buku resmi.

d. Dengan memakai perhitungan nilai ekstingsi molar

(absorbansi molar ɛ) sama dengan cara ketiga hanya saja

pada perhitungan absorbansi molar lebih tepat karena

melibatkan massa molekul relative (MR) (Mulja dan

Suharman, 1995).

2. Analisis kuantitatif campuran dua komponen


Analisis kuantitatif campuran dua komponen, prinsipnya

adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap

komponen yang memberikan korelasi yang linier terhadap

konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing

kadar campuran zat tersebut secara keseluruhan atau salah satu

komponen dalam campuranya dengan komponen yang lain

(mulja dan Suharman, 1995).

3. Analisis multi komponen

Analisis multi komponen adalah kalibrasi tiap-tiap

komponen yang memakai larutan standar. Perhitungan

kadartiap-tiap komponen ada dua cara yaitu cara konvensional

adalah apabila zat yang dianalisis memberikan bentuk spectra

yang serupa akan memberikan gelat yang rawut pada

pengukuran absorban, apabila zat yang dianalisis merupakan

campuran komponen yang komplek sehingga gelat sistemik

akan meningkat (Mulja dan Suharman, 1995).

2.4. Tinjaun Tentang Etanol

Gambar 2.9 Rumus Struktur Etanol27

Etanol adalah campuran etil alkohol dan air. Mengandung tidak kurang

94,7 v/v atau 92,0 % dan tidak lebih dari 95,2 % atau 92,7 % C 2H6O. Etanol
disebut juga alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja adalah sejanis

cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna dan mudah

bergerak, memiliki bau khas, rasa panas dan merupakan alkohol yang paling

sering digunakan dalam kehidupan sehari –hari.

Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia

C2H5OH dengan titik didih 78,370C dan titik lebur -1140C. Etanol banyak

digunakan sebagai pelarut berbagai bahan- bahan kimia yang ditunjukan

untuk konsumsi dan kegunaan manusia, contohnya adalah pada parfum,

perasa, pewarna makanan dan obat- obatan (Anonim, 1979).

2.5.Simplisia28

Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata

simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut

bahan-bahan obatalam yang masih berada dalam bentuk aslinya atau belum

mengalami peruhahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat bahasan

tentang simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah bahan alami yang

digunakan untuk obat dan bahan belum mengalami perubahan proses apapun

dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah di keringkan

(Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.6. Penyarian Tanaman28

2.6.1 Pengertian Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari

bahan yang tidak dapat larut dengan larutan cair. Simplisia yang disari,

mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti
serat, karbohidrat, protein dan lain – lain. Zat aktif yang semula berada

di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat

aktif dalam cairan penyari tersebut (Lien, 2015).

2.6.2 Cairan Penyari29

Kriteria cairan penyari haruslah memenuhi syarat antara lain murah

dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak

menguap dan mudah terbakar, selektif yaitu menarik zat yang

berkhasiat, tidak mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh

peraturan atau legal (Lien, 2015).

Jenis pelarut berhubungan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal

yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang

memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik dengan

pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan

polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu, pelarut polar

yaitu suatu pelarut memiliki tingkat kepolaran tinggi, cocok untuk

mengekstrak senyawa yang polar dari tanaman.Contoh pelarut polar

adalah air, methanol dan asam asetat.Pelarut semi polar yaitu pelarut

yang memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan

pelarut polar.Contoh pelarut semi polar adalah etanol, aseton, etil asetat,

kloroform. Terakhir pelarut non polar, pelarut ini baik untuk

mengekstrak senyawa - senyawa yang sama sekali tidak larut dalam

pelarut polar. Contoh pelarut non polar yaitu heksana dan eter (Lien,

2015).
2.7.Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak kental adalah sediaan cair yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Lien, 2015).

Ekstraksi adalah salah satu cara penarikan yang tepat dengan cairan yang

sesuai disertai pemisahan ampas yang hasil penarikannya akan menghasilkan

preparat galenik yang dikehendaki (Syamsuni, 2007).

1. Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah cara penarikan simplisia dengan merendam

simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa ataupun

memakai pemanasan. Pharmacopoeia Belanda VI (Ph. Belanda VI)

menetapkan suhunya 15° - 25°. Maserasi juga merupakan proses

pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi. Berapa lama simplisia

harus dimaserasi, tergantung pada keadaannya, biasanya ditentukan

pada tiap pembuatan sediaan.Jika tidak ada ketentuan lain, biasanya

setengah sampai dua jam; sedangkan menurut Pharmacopoeia Belanda

VI (Ph. Belanda VI) untuk pembuatan ekstrak atau tingtur adalah 5 hari

(Syamsuni, 2007).
b. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut

perkolator yang simplisianya terendam dalam cairan penyari, zat – zat

akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan sampai

memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Cara perkolasi ini umumnya

digunakan untuk pembuatan sediaan galenik yang pekat, ekstrak, ekstrak

cair, oleoresin dan resin. Pada proses penarikan ini, cairan penyari akan

turun perlahan – lahan dari atas melalui simplisia (berlainan dengan

maserasi yang cairannya tidak mengalir). Perkolasi dengan tekanan

maksudnya adalah cairan penyari “diisap” keluar dengan memakai alat

yang disebut diakolator (Syamsuni, 2007).

2. Ekstraksi Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Lien, 2015).

b. Sokhlet

Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru, yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik (Lien, 2015)


c. Infus

Menurut Farmakope Indonesia IV (FI IV), infusa adalah sediaan

cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air

pada suhu 90° C selama 15 menit (Syamsuni, 2007).


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya, atau variabel bebas) yang satu dengan

variabel terikat dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2014).

Tumbuhan Cabai

Daun Tumbuhan Batang Tumbuhan Akar Tumbuhan Buah Tumbuhan


Cabai Cabai Cabai Cabai

Ekstrak Daun &


Buah Cabai

Pengujian Dengan
Spektofotometri

Kadar Vitamin C Daun


dan Buah Cabai
Keterangan :

= Diteliti
= Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

melakukan pengamatan secara langsung kepada respon den penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan data

dengan cara observasi ini dapat digunakan apabila objek penelitian adalah

perilaku manusia, proses kerja, atau respon dan kecil.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdhatul Wathan Mataram Jl. Kaktus 1-3

Mataram.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2019.

4.3 Populasi danSampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun danbungatapak kuda (Ipomoea pes-caprae L. Sweet).

4.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti yang dapat mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo,2012). Sampel dalam penelitian ini adalah

daun tapak kuda(Ipomoea pes-caprae L. Sweet)yang berwarna hijau

tuadanbunganyaberwarnamerahmuda-

ungudanagakgelapdibagianpangkalbunga yang diambil di Daerah

Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.

4.3.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secarapurposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri denganketentuanDaun

tapak kuda (Ipomoea pes-caprae L.Sweet) diambil adalah daunnya

hijau tua danbunganya yang berwarnamerah-

ungudanagakgelapdibagianpangkalbungayang diambil pada

pagihari. Diambil diDaerah Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten

Lombok Utara.

4.4 Alat Dan BahanPenelitian


dilakukanpengujianpadalaboratoriumalat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

Tabel 4.1 Alat dan Bahan penelitian

Alat Bahan

a. Timbangan analitik a. Daun dan bunga tapak kuda

b. Gelas ukur (Ipomoea pes-caprae L. Sweet)

c. Labu ukur b. kuarsetin

d. Pipet tetes c. etanol 70%dan 95%

e. Kuvet d. Kaliumasetat1 M

f. Bejana maserasi e. AlCl35%

g. Rotaryevaporator f. aquades

h. Batang pengaduk

i. Spektrofotometri

4.5 Prosedur Penelitian


4.5.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Dan Bunga Tapak Kuda

a. Penyiapanbahan

Penyiapan bahan simplisia melalui beberapa tahap. Tahap

pertamaadalah pengumpulan bahan baku. Bahan

bakuyaitudauntapakkudadiambildaunnya yang

hijautuadanbunganya yang berwarnamerah-

ungudanagakgelapdibagianpangkalbunga. Tahapkedua adalah

sortasi daundanbungatapakkuda(Ipomoea pes-caprae L.Sweet)

dipisahkan dari kotoran atau bahan asing yang masih menempel

dengan cara manual, tahap ketiga adalah dicuci dengan air

mengalir sampai bersih kemudian dilakukan pengeringan selama

beberapa hari lalu dilakukan pemotongan simplisia dan

selanjutnya simplisia diayak hingga didapat serbuk simplisia yang

diinginkan.

b. Pembuatan Eekstrak

1. SerbukhalusDaundanbunga tapak kuda

dimasukkandalambejana yang

terpisahdandiekstraksidengancaramaserasisimplisia yang di

gunakanmasing-masing200 gram

2. Serbuksimplisia yang

sudahdimasukkankedalambejanadirendammenggunakancairan

penyarietanol 70% sebanyak1,5 L

hinggasemuasimplisiaterendam.
Perhitungan cairan penyari menggunakan rumus perbandingan

10⁄
75 yaitu :
200 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 75 𝑚𝑙
1,5= =1500 mL= 1,5 L
10𝑔𝑟𝑎𝑚

Etanol 70% memilikisifatpelestarianmikrobiologis yang

superior dandapatmenghasilkankadar flavonoid total yang

lebihtinggidaripadapelarut lain (Vieira, D., 2013).

3. Kemudianbejanamaserasi di tutuprapatdandisimpanselama 6

haripadatemperaturkamardanterlindungdaricahayamatahari.Eks

trakdisimpanselama 6 harikarena untukmendapatkankadar

flavonoid total yang tinggi (Vieira, D., 2013)

4. Selamasimplisia di rendam , dilakukanpengadukansesekali

5. Setelahperendaman,

simplisiakemudiandisaringmenggunakankainputih yang

diletakkandiatasbaskom.

6. Ampas yang tersisa di kainsaringdiperassampaibenar-

benartidaklagimengandungcairanpenyari

7. Cairanpenyari yang telah di saringkemudian di

uapkanmenggunakanrotary evaporator.

4.5.2 Pembuatan Kurva Baku kuarsetin


25 mglarutan kuarsetin diencerkanmenjadi25ml

(kadar1000µg/ml). kemudianmembuatserilarutan kadarkuarsetin

menjadil ppm, 2 ppm, 3ppm, 5 ppm,7ppmdan10ppm,

kemudiankadar1ppmdipipet1mllarutan induk di encerkanmenjadi

50ml (50ml x 20 µg/ml 1000µg/ml). kadar2ppm, dipipet2 ml larutan

indukdiencerkanmenjadi 50ml.kadar3µg/ml dipipet 3ml larutan

indukdiencerkanmenjadi 50ml.kadar 4 ppm dipipet 4ml larutan induk

di encerkanmenjadi50 ml. 7ppmdipipet 5 ml larutan

indukdiencerkanmenjadi 50ml. dankadar10ppmdipipet 6ml larutan

indukdiencerkanmenjadi 50 ml. Dari masing-masingserilarutan

kadartersebut, di pipet 0,5 ml ditambah1,5 ml eanol 95% kemudian

ditambah 0,1 ml ALCl3 5%. ditambahkaliumasetat1 M

terahirtambahkanaquades2,8 ml kemudian di inkubasi

30menitpadasuhu 5

derajatkemudiandibacaabsorbansinyapadapanjanggelombang 434 nm

dandibuatkurvabakukuarsetin.

Y=Bx + A

Y= absorbansi

B=slope

x=konsentrasikesetaraan

A=lntersep

4.5.3 Pembuatan larutan ujiekstrakdaundanbungatapakkuda


Ditimbang 5 gram serbukekstrak

etanoldaundanbungatapakkuda.dan ditambahkan25 ml methanol.

Kemudiandiadukselama24 jam

menggunakanalatpengadukpadakecepatan 200 rpm. Saringdanfiltrat

yang diperoleh ditambah metanolsampai25 ml. Faktor

pengenceransampelujidari 5gr/25 ml= 0,2 gram/ml (kadarawal). Kadar

tersebutdiencerkanmenjadi10 ml. sehinggakadarnyamenjadi 0,02

gr/ml. Berarti faktor pengencerannya10x.

Volume larutan ujiadalah volume awalsbelumdiencerkan.

Penentuan Kadar Flavonoid

200 mg eksrak etanol ditambah etanol10 ml dikocokhinggahomogen

di ambil 0,5 ml + 1,5 ml Etanol 95% + 0,1 ml Alcl3 5% + 0,1 ml

kaliumasetatdibiarkan 30

menitdandibacaabsorbansinyapadapanjanggelombang 434 nm.

Kadar Flavonoid di hitungdenganRumus :

F= c x V x f 10-6 x100%

Keterangan:

F = kadar flavonoid

c = kesetaraankadarkuarsetin (µg/ml) DIHITUNG denganpersamaan

LINEAR kuarsetin

V = volume larutan uji( volumeawalsebelumdiencerkan )

f = faktor pengenceran
m = beratsampel (gr)

4.6 Alur Kerja Penelitian

4.6.1 Penyiapan Pembuatan Sampel

Daun dan bunga tapak kuda diambil masing-masing


sebanyak 2 kg setelah itu dilakukan sortasi basah.

Daun dan bunga tapak kuda dilakukan penjemuran


selama 14 hari.

Dilakukan sortasi kering dan pengubahan bentuk


menjadi ukuran yang lebih kecil (penghalusan)

Daun dan bunga tapak kuda ditimbang masing-masing


200 gram setelah itu dimasukan dalam bejana maserasi
yang berbeda

Tambahkan etanol 70% sebanyak 1,5 L hingga daun


danbungatapak kuda terendam

Dilakukan perendaman selama 6 hari setelah itu


dilakukan penyaringan untuk mendapatakan ekstrak
Gambar 4.1 alur kerja pembuatan sampe
cairnya.

Ekstrak cair yang telah didapat kemudian di uapkan


menggunakan evaporator

Didapatkan ekstrak kental daun tapak kuda

Gambar 4.1. Alur Kerja Penyiapan Sampel


4.6.2 Pembuatan Kurva Kuarsetin

Kuarsetin

Konsentrasi :
1ppm2 ppm 3 ppm5ppm 7ppmdan10
ppm

Dibaca absorbansinya pada panjang


gelombang 434nm

Persamaan kurva baku

Gambar 4.2 Alur Pembuatan Kurva Baku

4.6.3 Pembuatan larutan ujiekstrakdaundanbungatapakkuda


Timbang5 gram serbukekstrak etanoltapakkudadan +
25ml metanol

Adukselama24 jam
menggunakanalatpengadukpadakecepatan 200 rpm

Saringdanfiltrat yang diperoleh ditambah


metanolsampai25 ml

Gambar 4.3Alur pembuatan pengujian ekstrak daundanbungatapakkuda

4.6.4 PenentuanKadar Flavonoid

200 mg ekstrak etanol ditambah10 ml dikocok 30 menit

Ekstrak di ambil 0,5 ml + 1,5 ml etanol 95% + 0,1 ml AlCl3


5% + 0,1 ml kaliumasetatdibiarkan 30 menit

Di bacaabsorbansinyapadapanjanggelombang 434 nm

Gambar 4.4Penentuan Kadar Flavonoid

4.7 PengumpulanData
Data kuantitatif berupakadar flavonoid yang di

hitungberdasarkanlarutan bakukuarsetin dengancaramencatat

Absorbansisampelpadaspektrofotometri

4.8 Pengolahan Data

4.8.3 Perhitungan kadar kandungan flavonoid

Kadar flavonoid dalam sampel dihitung menggunakan

persamaan regresi kurva larutan baku ekstrak daun danbungatapak

kuda :

Y = bx + α

Persamaan diatas dapat dihitung menggunakan bantuan

aplikasi Microsoft office excel 2007. Setelah diperoleh persamaan di

atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukkan sebagai nilai y

sehingga diperoleh nilai x Nilai x yang diperoleh merupakan kadar

sampel yang dianalisis.

4.8.4 Pengolahan Data dan Analisis Data

Penentuan kandungan kadar flavonoid ekstrak daun dan bunga

tapak kuda didasarkan pada kurva baku kuarsetin untuk mengetahui

hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya

dianalisis melalui persamaan regresi linear, kemudian ditentukan

konsentrasinya.setelah mendapat konsentrasi kemudian di bandingkan

antara daun dan bunga mana yang lebih tinggi kadar flavonoidnya.

4.9 Jadwal Penelitian


Tabel 4.2Jadwal Penelitian

N UraianKegia Maret April Mei Juni Juli

o. tan 2018 2018 2018 2018 2018

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusuna

n proposal

danstudipu

staka

2. Konsul dan

Seminar

proposal

3. Penelitian

4. Penyusunan,

ujian dan

revisi KTI

Anda mungkin juga menyukai