Anda di halaman 1dari 12

buah belimbing wuluh

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman
tradisional

yang

banyak

digunakan

masyarakat

untuk

pengobatan, bagian

yang digunakan daun, buah, dan bunga. Salah satu manfaat dari buah belimbing
wuluh yaitu untuk mengobati jerawat dengan cara buah belimbing wuluh dicuci
hingga bersih, lalu ditumbuk sampai halus kemudian mencampurkan air garam
secukupnya lalu diremas-remas. Oleskan di bagian kulit yang berjerawat dua kali
sehari pada pagi dan malam hari sebelum tidur (Pratiwi, 2013).
Buah belimbing wuluh selain digunakan untuk obat jerawat juga dapat
mengobati batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, Sakit gigi berlubang, panu, tekanan
darah tinggi, kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan dan radang rectum
(Iptek, 2013). Selain itu, meredakan nyeri (analgesic), melancarkan keluarnya
empedu, meluruhkan kencing (diuretic), antiradang. Bunga dapat digunakan sebagai
obat batuk, daun sebagai obat encok, penurun panas dan obat gondok (Putra,
2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lathifah (2008) bahwa
golongan senyawa aktif dari ekstrak terbaik buah belimbing wuluh yang berpotensi
sebagai antibakteri adalah flavonoid dan triterpenoid. Hal ini ditunjukkan oleh
terbentuknya warna jingga (flavonoid) dan ungu-merah (triterpenoid) pada ekstrak
etanol. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santoso dkk,(2012)
ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L.) juga memberikan aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus, sehingga
dapat diasumsikan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa belimbiL.) juga
dapat memberikan aktivitas yang sama terhadap bakteri Gram positif penyebab
jerawat yaitu Propionibacterium acnes.
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan
daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai
tanaman pekarangan yang mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan
khusus. Menurut Tohir (1981), pohon belimbing wuluh berbunga dan berbuah
sepanjang tahun. Kemampuan tanaman ini untuk menghasilkan buah sepanjang
tahun tidaklah sebanding dengan pemanfaatannya, sehingga banyak buah segar

yang terbuang sia-sia.Menurut Soetanto (1998), tanaman belimbing wuluh yang


tumbuh baik dapat menghasilkan 100-300 buah/ Pohon sehingga seringkali
mengalami kebusukan sebelum dimanfaatkan. Buah yang sudah matang harus
cepat dipanen karena buah belimbing wuluh mudah sekali gugur dari pohonnya dan
mudah membusuk
Menurut Lingga (1990), kandungan vitamin C dalam buah belimbing wuluh
segar sebesar 25 miligram dalam 100 gram buah segar. Kandungan vitamin C ini
mendekati kandungan vitamin C jeruk nipis sebesar 27.00 miligram dalam 100 gram
buah segar. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi tersebut dapat dijadikan acuan
dalam pemanfaatan buah belimbing wuluh sebagai minuman kesehatan. Belimbing
wuluh memiliki banyak potensi mendorong perlunya penelitian pemanfaatan
belimbing wuluh agar lebih optimal. Salah satu pengolahan untuk memperpanjang
umur simpan dan nilai kegunaan belimbing wuluh adalah dengan memanfaatkannya
sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman serbuk instan. Pengolahan
belimbing wuluh menjadi minuman serbuk instan diharapkan dapat memudahkan
masyarakat dalam mengkonsumsi dan memanfaatkan khasiat- khasiat belimbing
wuluh.
Matilainen Dkk, ( 1996 ) Melakukan penelitian dengan membandingkan kadar
vitamin C plasma di dua tempat yang berbeda. Hasilnya terdapat perbedaan kadar
vitamin C pada kedua tempat tersebut. Perbedaan tersebut dihubungkan dengan
perbedaan konsumsi sayur dan buah. Dimana kadar vitamin C plasma lebih tinggi
bila mengkonsumsi buah dan sayur segar setiap hari, Dibandingkan dengan subjek
yang lebih banyak mengkonsumsi dalam bentuk yang sudah diolah.
B. Rumusan masalah
Berapakah kandungan kadar vitamin C pada Buah Belimbing Wuluh secara
Spektrofometri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar vitamin C dalam Buah
Belimbing yang dianalisis secara Spektrofometri
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan tugas akhir program pendidikan tugas
akhir program Pendidikan Ahli Madya Farmasi
2. Agar masyarakat dapat mengetahui manfaat buah belimbing wuluh sebagai sumber
vitamin C

3. Menambah data ilmiah dari tanaman Buah belimbing wuluh


4. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam khasanah ilmu pengetahuan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman (Pusphakumara, 2007 )
Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Super divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Geraniales

Famili

: Oxalidaceae

Genus
Spesies

: Averrhoa
: Averrhoa bilimbi L.

2. Nama Lain
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dikenal dengan berbagai daerah dengan
nama yang berbeda, seperti: limeng, selimeng (Aceh), Selemeng (Gayo), asom
belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias), balimbieng

(Minangkabau),

belimbing asam (Melayu), balimbing (Lampung), belimbing wuluh (jawa), calincing


wulet (Sunda), bhalingbhing bulu (Madura).
3. Morfologi
a. Daun (Folium)
Tergolong daun bertangkai Bagian daun: ibu tulang daun (costa), tulang cabang
(nervus lateralis), urat-urat daun (vena). Tulang cabang pada daun (nervus lateralis)
didekat tepi daun membelok ke atas dan bertemu dengan tulang cabang diatasnya,
Ditepi seperti terdapat tulang cabang yang kurang lebih sejajar yang biasa disebut
tulang pinggir. Bangun daun (Circumsriptio): bulat telur (ovatus). Ujung daun (Apex
folii): meruncing (acuminatus). Seperti pada ujung yang runcing tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya lebih tinggi dari dugaan, sehingga ujung daun
tampak

sempit,

panjang,

dan

runcing

Pangkal daun (Basic folii): tumpul (obtusus). Terdapat pada daun bangun bulat telur.
Susunan tulang daun (Nervatio): menyirip (penninervis). Mempunyai satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari
samping ibu tangkai (petiolus communis) keluar tangkai anak daun / tulang cabang
( petiololus) mirip sirip ikan
b. Batang (caulis)
Jenis: batang berkayu (lignosus). Keras dan kuat, terdiri dari kayu. Tergolong
jenis pohon-pohon (arbores). Permukaan batang: memperlihatkan banyak lentisel
Bentuk batang: bulat (teres) Arah tumbuh batang: tegak (erectus). Arahnya lurus ke
atas. Arah tumbuh cabang: ada yang condong ke atas (patens) dan ada juga yang
mendatar (horizontalis) Umur: berumur panjang (perennial)
c. Akar (Radix)
Bagian akar yang dimiliki: pangkal/ leher akar (collum), ujung akar (apex radicis),
batang akar ( corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla
radicalis), bulu akar (pilus radicalis), tudung akar (calyptra) Jenis: akar tunggang
bercabang (ramosus) karena tergolong tumbuhan di cotyledonae. Berbentuk
kerucuk panjang, tumbuh lurus ke bawah. Alat tambahan: umumnya tidak memiliki
stipula
d. Bunga (Flos)
Jumlah: berbunga banyak (planta multiflora) Tata letak: diketiak daun (flos
lateralis/ axillaris) batang yang tua. Jenis bunga majemuk: bunga majemuk berbatas
(inflorescentia cymosa/centrifugal). Bunga mekar mulai dari sumbu pokok dari
tengah ke pinggir. Malai (panicula) bunga terkumpul rapat Bagian bunga: Tangkai
bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx), mahkota (corolla),
daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Kelamin bunga: Berkelamin ganda
(hermaphroditus). Didalamnya terdapat benang sari dan putik. Susunan sebagian
tangkai putik panjang tangkai benang sari pendek, sebagian lagi tangkai putik
pendek tangkai benang sari panjang. Penyerbukan: dengan perantara binatang
(zoidiophyly, zoidiogamy). Spesifikasi penyerbukan dengan perantara serangga
entomophyly, entomogamy). Biasanya dibantu lebah (Hymenoptera). Rumus bunga:
* K 5, C 5, A 5+5 ,G 5
e. Buah
Golongan buah: buah buni/bacca memanjang dengan 5 rusuk tajam. Berbuah
setelah 2-5 tahun. Buah buni memiliki 2 lapisan yaitu lapisan luar yang tipis, kuat,

dan agak menjangat, serta lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair. Tergolong
buah sejati tunggal berdaging. Warna: muda hijau, tua kuning Ukuran: 4-13 cm
f. Biji
Bentuk: pipih Warna: Coklat muda Kulit biji (Spermodermis): Terdiri dari 2 lapisan
yaitu lapisan luar/ testa yang berwarna coklat muda, dan lapisan dalam/ tegmen
yang berwarna coklat tua. Di sebelah luar di sebagian tepinya keluar cairan seperti
lender yang merupakan bagian dari arilus. Tali pusar (Funiculus): sudah tidak
tampak Inti biji (Nucleus seminis): lembaganya lurus (embryo), endospermanya
berdaging warna putih Informasi tambahan: Memiliki sinonim Averrhoa pentandra.
Perbanyakannya secara generatif melalui biji. Mengandung antioksidan yang dapat
mencegah pembentukan radikal bebas yang dapat memicu sel kanker.
4. Kandungan
Kandungan

kimia

buah

belimbing

wuluh

mengandung

flavonoid,

steroid/triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan
C (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006). Batang belimbing wuluh mengandung
senyawa saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format. Daun
belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format, dan kalium sitrat
Wijayakusuma (2006). Daun belimbing mengandung tanin sedangkan batangnya
mengandung alkaloid dan polifenol (Anonimouse, 2008).
Penelitian Fahrani (2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh
mengandung flavonoid, saponin dan tanin. Daun belimbing wuluh selain tanin juga
mengandung sulfur, asam format, kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif
pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin.
Tanin ini juga digunakan sebagai astringent baik untuk saluran pencernaan maupun
kulit dan juga dapat digunakan sebagai obat diare. Daun belimbing wuluh juga
mengandung senyawa peroksida yang dapat berpengaruh terhadap antipiretik,
peroksida merupakan senyawa pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada
kemampuan pelepasan oksigen aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak
mikroorganisme.
5. Manfaat buah belimbing wuluh
a. Sebagai Tanaman Obat
Bunga belimbing wuluh dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati batuk, flu dan sariawan pada anak-anak (Heyne, 1987; Das, et al., 2011).
Untuk mengobati batuk pada anak-anak dapat dibuat ramuan dengan cara, tim
segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula secukupnya dan 1

cangkir air selama setengah jam. Setelah dingin disaring, kemudian bagi untuk 2 kali
minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong (Dalimartha, 2008). Sedangkan untuk
mengobati sariawan dibuat ramuan dengan cara segenggam bunga belimbing
wuluh, gula jawa secukupnya, dan 1 cangkir air. Direbus sampai kental, setelah
dingin disaring. Dipakai untuk membersihkan mulut dan dioleskan pada sariawan
(Mario, 2011). Bunga belimbing wuluh juga dapat digunakan untuk mengobati
demam tifoid (Ardananurdin, 2004).

6. Uraian Umum Vitamin C


Asam askorbat atau vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air
dan penting untuk kehidupan. Vitamin C adalah vitamin yang berbentuk kristal putih
agak kuning, tidak berbau, mudah larut dalam air, terasa asam, mencair suhu 190C
-192C, merupakan suatu asam organik, dan mudah rusak oleh oksidasi yang
dipercepat pada suhu tinggi, pemanasan yang terlalu lama, pengeringan dan lama
penyimpanan tetapi dalam bentuk larutan vitamin C mudah rusak karena oksidasi
oleh oksigen dari udara. Rumus molekul vitamin C adalah C6H8O6 dan berat
molekulnya adalah 176,13. Vitamin C mempunyai dua bentuk molekul aktif, yaitu
bentuk tereduksi (asam askorbat) dan bentuk teroksidasi (asam dehidro askorbat)
(Kumala, 2010).
Buah-buahan merupakan sumber vitamin C yang utama, karena itu buah-buahan
merupakan bahan pelengkap makanan yang penting dalam kehidupan sehari-hari di
dalam rumah tangga. Sayur-sayuran juga merupakan sumber vitamin C, tetapi tidak
sekaya buah-buahan. Distribusi vitamin C dalam berbagai tumbuhan sangat
bervariasi. Beberapa buah ada yang sebagian besar sumber vitamin C nya terdapat
pada bagian kulit dibandingkan dengan bagian daging dan paling sedikit bagian biji.
Adapula jenis buah-buahan yang kandungan vitamin C nya paling banyak pada
dagingnya. Biasanya rasa daging buah itu asam-asam manis karena vitamin C atau
asam askorbat adalah sejenis gula yang mudah teroksiodasi, tetapi kegiatan
koenzimnya ini memegang peranan penting dalam system pengoksidasian atau
penyusutan faali. Kadar vitamin C sangat dipengaruhi oleh varietas, lingkungan,
tempat tumbuh, pemakaian berbagai jenis pupuk, tingkat kematangan buah dan

sebagainya, kemungkinan adanya variasi yang besar dalam kadar vitamin C harus
selalu dipertimbangkan (Winarno,1980).
7. Uraian Spektrofometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga
daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus
monokromatik, energi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan
reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi
flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam air tidak berwarna, supaya
timbul earna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone sehinggaberubah menjadi
berwarna merah. Larutan berwarna merah akan menyerap radiasi pada daerah
hijau. Dalam hal ini larutan Pb menunjukkan absorbans maksimum pada panjang
gelombang 515 nm.
1. Analisis Struktur
Spektrum Absorbsi suatu senyawa yang tidak diketahui melaui jalannya kurva
dengan jumlah, letak, intensitas, dan bentuk maksimum memberikan petunjuk
adanya kromofor dan subtitusi yang ada
2. Pemilihan Pelarut
Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang
berupa larutan,gas,atau uap. Untuk sample yang berupa larutan perlu diperhatikan
beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain :
a. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya.
b. Pelarut yang digunakan tidak berwarna .

c. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.


d. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk dianalisis.
3. Penentuan Kadar
Untuk menentukan kadar spektrofotometri, yang ditentukan diabsobsi maksimum
kurva absorbsi ini untuk penentuan kadar adalah sangat rendah atau senyawa
mula-mula mengabsorbsi dibawah 220nm, maka seringkali senyawa diubah
dahulumenjadi suatu zat warna melalui reaksi kimia yang diabsorbsi ditentukan
dalam daerah sinar tampak.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian metode observasi dilaboratorium.
Penelitian untuk menentukan kadar vitamin C pada buah Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan April 2016 di Laboratorium Kimia Politeknik
Kesehatan Makassar
C. Tempat Pengambilan Sampel
1. Alat yang digunakan
a. Seperangkat alat gelas
b. Timbangan analitik
c. Sendok tanduk
d. Kain kasa
e. Buret
f. Tabung reaksi
g. Spektrofotometri sinar tampak
h. Labu tentukur 10,0 ml, 50,0 ml, 100,0 ml, 250,0 ml, 500,0 ml dan 1000,0 ml.

2. Bahan yang digunakan


a. 2,6-diklorfenolindofenol- Natrium 0.0012%
b. Asam askorbat BPFi (Baku Pembanding Farmakope Indonesia)
c. Asam Oksalat 0.4% b/v
d. Natrium hidoksida 2 N
e. Besi (II) sulfas 0,2 N
f.

Tembaga (II) Sulfas 5% b/v

g. Natrium Nitroprusida
h. Air suling bebas CO2
3. Prosedur Kerja
a. Pengambilan Sampel
Sampel Buah Belimbing wuluh yang tumbuh di Cambaya Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa dipetik dipagi hari, diambil buah yang sudah matang
b. Pengolahan Sampel
Buah belimbing segar, dicuci dan ditiriskan selanjutnya dipotong kecil timbang
10,0 gram, masukkan kedalam lumpang dan ditumbuk hingga halus saring dan
peras, filtrat ditampung
c. Penyiapan sampel
Filtrat Buah belimbing wuluh dimasukkan kedalam labu tentukur 100,0 ml,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
4. Metode Analisis
a. Analisis kualitatif
1) Pembuatan larutan pereaksi
a) Larutan pereaksi tembaga (II) sulfat 5% b/v (FI Edisi III, 732). Ditimbang seksama
5,0 gram Tembaga (II) sulfas dimasukkan dalam labu tentukur 100,0 ml kemudian
dilarutkan dengan 25 ml air suling dan dicukupkan volumenya hingga tepat 100,0 ml.
b) Larutan pereaksi besi (II) sulfas (FI Edisi III 600)
Ditimbang seksama 2,8 gram Fe (II) sulfas dimasukkan kedalam labu tentukur 100,0
kemudian dilarutkan dengan air suling bebas CO 2 25 ml dicukupkan volumenya
dengan air suling hingga volumenya tepat 100,0 ml.
c) Larutan pereaksi natrium nitroprusida
Ditimbang seksama 5,0 gram Nat Nitheksalanofoiferat (III) p dalam labu tentukur
100,0 ml, kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 25 ml lalu dicukupkan
volumenya hingga tepat 100,0 ml

2) Cara kerja uji kualitatif


a) Diambil 2 ml filtrat buah belimbing (Averrhoa bilimbi L.) hasil pengenceran kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya dianalisis sebagai berikut:
b) Filtrat ditambahkan dengan larutan tembaga (II) sulfas 5% b/v dan Natrium
Hidroksida 2 N, jika terbentuk warna merah berarti positif mengandung vitamin C
c) Filtrat ditambahkan larutan Natrium Hidroksida dan satu tetes larutan Besi (II) sulfas,
jika terbentuk larutan berwarna merah berarti positif mengandung vitamin C
d) Filtrat ditambahkan larutan natrium nitroprusida, jika terbentuk larutan berwarna
kuning berarti positif mngandung vitamin C
b. Analisis Kuantitatif
1) Pembuatan larutan Asam oksalat (0,4% b/v) (FI ed III)
Ditimbang seksama 2,0 gram asam oksalat padat, kemudian dimasukkan kedalam
labu ukur 500,0 ml dikocok hingga larut kemuadian dicukupkan volumenya hingga
500,0ml
2) Pembuatan larutan baku vitamin C
Ditimbang seksama 25,0 mg vitamin C BPFI, kemudian dimasukkan kedalam labu
ukur 250,0 ml dan dilarutkan dengan larutan Oksalat 0,4% b/v hingga 250 ml (100
bpj)
3) Pembuatan pereaksi 2,6-diklorofenolindofenol 0,0012%
Ditimbang seksama 12,0 mg 2,6-diklorofenolindofenol, kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur tentukur 1000,0 ml dan dilarutkan dengan air suling 250 ml dan
dicukupkan volumenya hingga tepat 1000,0 ml.
4) Panjang gelombang maksimum
Diukur penentuan seksama 1,0 ml larutan baku vitamin C (100 bpj) kedalam labu
ukur 50,0 ml diencerkan dengan larutan asam oksalat 0,4% b/v hingga 50,0 ml.
Dipipet 1,0 ml masukkan kedalam labu tabung reaksi da ditambahkan dengan
pereaksi larutan 2,6-diklorofenolindofenol-Natrium sebanyak 4,0 ml setelah 15 detik,
diukur serapannya pada panjang 512 nm.
5) Pembuatan kurva baku
Diukur seksama masing-masing 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml; dan 5,0 ml dari larutan
baku vitamin C kedalam masing-masing labu tentukur 50,0 ml. Selanjutnya
diencerkan dengan larutan Asam Oksalat 0,4% b/v hingga tepat 50,0ml. Selanjutnya
masing-masing

larutan

pipet

1,0

ml

dimasukkan

kedalam

tabung

reaksi,

ditambahkan pereaksi diklofenolindofenol sampai tanda batas.setelah 15 detik ukur


serapannya pada panjang 512 nm.

6) Pengukuran serapan vitamin C


Dari larutan sampel yang telah disiapkan, di pipet sebanyak 1 ml dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml asam oksalat 0,4% b/v. Dipipet larutan
tersebut sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan kedalam satu buah labu ukur 10,0 ml
dan ditambahkan dengan pereaksi larutan diklofenolindofenol hingga tanda batas
lalu dikocok. Setelah 15 detik diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum dengan menggunakan blanko (1 ml larutan oksalat 0,4% b/v air
suling hingga 10ml).
7) Perhitungan kadar vitamin C
Pada vitamin C dihitung dengan memasukkan data serapan regresi linear dari kurva
vitamin C.
8) Pengumpulan kedalam persamaan dan pengolahan data Pengumpulan data diambil
berdasarkan

dari

hasil

pengukuran serapan

larutan

baku

dengan

panjang

gelombang tertentu dibuat grafik antara serapan dan konsentrasi untuk vitamin C
dimana nilai-nilai serapan pada sumbu Y dan konsentrasi pada sumbu X, kemudian
ditarik garis diantara titik untuk memperoleh persamaan garis lurus.
Y = a + bx
Dimana :
a = Intersep
b = slope/kemiringan
nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
a = Y b ( X)
n
b = n ( XY) ( X ) ( - Y)
N( X2) ( X)2
Dari persamaan regresi linear selanjutnya dihitung kontrasepsi dengan cara hasilhasil serapan diplotkan terhadap persamaan regresi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.,2008.
Belimbing
Wuluh. http://tropical flowersandfruits.blogspot.com.
Diakses tanggal 06 Februari 2009
Ardananurdin, A. (2004). Uji Efektifitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhiSecara In Vitro. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 20(1): 30-34.
Das, S.C., Sultana, S., Roy, S., dan Hasan, S.S. (2011). Antibacterial and Cytotoxic
Activities of Methanolic Extracts of Leaf and Fruit Parts of The Plant Averrhoa
bilimbi (Oxalidaceae). American Journal of Scientific and Industrial Research. 2(4):
531-536.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta: Permata Bunda.
Hal. 7-9.
Faharani, B.G.R. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L) terhadap Bakteri Staphylococcus.
Iptek, (2013), http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=69, (diakses senin, 10
Februari 2014).
Lathifah, Q.A., (2008), Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut, Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Lingga, P. 1990. Bertanam Belimbing. Penebar Swadaya, Jakarta
Mario, P. (2011). Khasiat Dan Manfaat Belimbing Wuluh. Surabaya: Stomata. Hal. 65-68,
102-103.
Matilainen T., Vartiainen E,. Puska P,. Alfthan G,. Pokusajeva S,. Moisejeva N,. Uhanof
M. 1996. Plasma ascorbic acid concentrecations in the republic of carelia, Rusia,
and in North Karelia, finlandia,. Eur. J. Clin. Nutr. 50, 115-120.
Pratiwi, (2013), Pengobatan Jerawat dan Tips Pemakaian Kosmetik, Platinum.
Pushpakumara, DKNG. 2007. Chapter 18: Biling Averrhoa bilimbi L. In: Pushpakumara,
DKNG, Gunasena HPM, Singh VP. 2007. (eds).Underutilized fruit trees in Sri Lanka.
World Agroforestry Centre, South Asia Office, New Delhi, India. pp :452-463.
Putra, W.S., (2013), Sehat Tanpa Dokter dengan Ramuan Herbal, Citra Media (Anggota
IKAPI), Yogyakarta
Soetanto, 1998, Manisan Buah-Buahan 3 Ceremai, Belimbing, Jambu Biji,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Santoso, S., Santoso, D., dan Meylita, (2012), Efek Ekstrak Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) sebagai Penghambat Pembentukan Biofilm pada
Staphylococcus aureus In Vitro, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Wijayakusuma, H.M.H dan Dalimarta. 2006. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan
Darah Tinggi. Jakarta: Swadaya.
Winarno F.G, Fardiaz S, Fardiaz, D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia,
Jakarta
Http://Organiksmakma3b30.Blogspot.Co.Id/2013/04/Spektrofotometri.Html

Anda mungkin juga menyukai