BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman
tradisional
yang
banyak
digunakan
masyarakat
untuk
pengobatan, bagian
yang digunakan daun, buah, dan bunga. Salah satu manfaat dari buah belimbing
wuluh yaitu untuk mengobati jerawat dengan cara buah belimbing wuluh dicuci
hingga bersih, lalu ditumbuk sampai halus kemudian mencampurkan air garam
secukupnya lalu diremas-remas. Oleskan di bagian kulit yang berjerawat dua kali
sehari pada pagi dan malam hari sebelum tidur (Pratiwi, 2013).
Buah belimbing wuluh selain digunakan untuk obat jerawat juga dapat
mengobati batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, Sakit gigi berlubang, panu, tekanan
darah tinggi, kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan dan radang rectum
(Iptek, 2013). Selain itu, meredakan nyeri (analgesic), melancarkan keluarnya
empedu, meluruhkan kencing (diuretic), antiradang. Bunga dapat digunakan sebagai
obat batuk, daun sebagai obat encok, penurun panas dan obat gondok (Putra,
2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lathifah (2008) bahwa
golongan senyawa aktif dari ekstrak terbaik buah belimbing wuluh yang berpotensi
sebagai antibakteri adalah flavonoid dan triterpenoid. Hal ini ditunjukkan oleh
terbentuknya warna jingga (flavonoid) dan ungu-merah (triterpenoid) pada ekstrak
etanol. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santoso dkk,(2012)
ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L.) juga memberikan aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus, sehingga
dapat diasumsikan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa belimbiL.) juga
dapat memberikan aktivitas yang sama terhadap bakteri Gram positif penyebab
jerawat yaitu Propionibacterium acnes.
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan
daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai
tanaman pekarangan yang mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan
khusus. Menurut Tohir (1981), pohon belimbing wuluh berbunga dan berbuah
sepanjang tahun. Kemampuan tanaman ini untuk menghasilkan buah sepanjang
tahun tidaklah sebanding dengan pemanfaatannya, sehingga banyak buah segar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman (Pusphakumara, 2007 )
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Geraniales
Famili
: Oxalidaceae
Genus
Spesies
: Averrhoa
: Averrhoa bilimbi L.
2. Nama Lain
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dikenal dengan berbagai daerah dengan
nama yang berbeda, seperti: limeng, selimeng (Aceh), Selemeng (Gayo), asom
belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias), balimbieng
(Minangkabau),
sempit,
panjang,
dan
runcing
Pangkal daun (Basic folii): tumpul (obtusus). Terdapat pada daun bangun bulat telur.
Susunan tulang daun (Nervatio): menyirip (penninervis). Mempunyai satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari
samping ibu tangkai (petiolus communis) keluar tangkai anak daun / tulang cabang
( petiololus) mirip sirip ikan
b. Batang (caulis)
Jenis: batang berkayu (lignosus). Keras dan kuat, terdiri dari kayu. Tergolong
jenis pohon-pohon (arbores). Permukaan batang: memperlihatkan banyak lentisel
Bentuk batang: bulat (teres) Arah tumbuh batang: tegak (erectus). Arahnya lurus ke
atas. Arah tumbuh cabang: ada yang condong ke atas (patens) dan ada juga yang
mendatar (horizontalis) Umur: berumur panjang (perennial)
c. Akar (Radix)
Bagian akar yang dimiliki: pangkal/ leher akar (collum), ujung akar (apex radicis),
batang akar ( corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla
radicalis), bulu akar (pilus radicalis), tudung akar (calyptra) Jenis: akar tunggang
bercabang (ramosus) karena tergolong tumbuhan di cotyledonae. Berbentuk
kerucuk panjang, tumbuh lurus ke bawah. Alat tambahan: umumnya tidak memiliki
stipula
d. Bunga (Flos)
Jumlah: berbunga banyak (planta multiflora) Tata letak: diketiak daun (flos
lateralis/ axillaris) batang yang tua. Jenis bunga majemuk: bunga majemuk berbatas
(inflorescentia cymosa/centrifugal). Bunga mekar mulai dari sumbu pokok dari
tengah ke pinggir. Malai (panicula) bunga terkumpul rapat Bagian bunga: Tangkai
bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx), mahkota (corolla),
daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Kelamin bunga: Berkelamin ganda
(hermaphroditus). Didalamnya terdapat benang sari dan putik. Susunan sebagian
tangkai putik panjang tangkai benang sari pendek, sebagian lagi tangkai putik
pendek tangkai benang sari panjang. Penyerbukan: dengan perantara binatang
(zoidiophyly, zoidiogamy). Spesifikasi penyerbukan dengan perantara serangga
entomophyly, entomogamy). Biasanya dibantu lebah (Hymenoptera). Rumus bunga:
* K 5, C 5, A 5+5 ,G 5
e. Buah
Golongan buah: buah buni/bacca memanjang dengan 5 rusuk tajam. Berbuah
setelah 2-5 tahun. Buah buni memiliki 2 lapisan yaitu lapisan luar yang tipis, kuat,
dan agak menjangat, serta lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair. Tergolong
buah sejati tunggal berdaging. Warna: muda hijau, tua kuning Ukuran: 4-13 cm
f. Biji
Bentuk: pipih Warna: Coklat muda Kulit biji (Spermodermis): Terdiri dari 2 lapisan
yaitu lapisan luar/ testa yang berwarna coklat muda, dan lapisan dalam/ tegmen
yang berwarna coklat tua. Di sebelah luar di sebagian tepinya keluar cairan seperti
lender yang merupakan bagian dari arilus. Tali pusar (Funiculus): sudah tidak
tampak Inti biji (Nucleus seminis): lembaganya lurus (embryo), endospermanya
berdaging warna putih Informasi tambahan: Memiliki sinonim Averrhoa pentandra.
Perbanyakannya secara generatif melalui biji. Mengandung antioksidan yang dapat
mencegah pembentukan radikal bebas yang dapat memicu sel kanker.
4. Kandungan
Kandungan
kimia
buah
belimbing
wuluh
mengandung
flavonoid,
steroid/triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan
C (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006). Batang belimbing wuluh mengandung
senyawa saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format. Daun
belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format, dan kalium sitrat
Wijayakusuma (2006). Daun belimbing mengandung tanin sedangkan batangnya
mengandung alkaloid dan polifenol (Anonimouse, 2008).
Penelitian Fahrani (2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh
mengandung flavonoid, saponin dan tanin. Daun belimbing wuluh selain tanin juga
mengandung sulfur, asam format, kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif
pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin.
Tanin ini juga digunakan sebagai astringent baik untuk saluran pencernaan maupun
kulit dan juga dapat digunakan sebagai obat diare. Daun belimbing wuluh juga
mengandung senyawa peroksida yang dapat berpengaruh terhadap antipiretik,
peroksida merupakan senyawa pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada
kemampuan pelepasan oksigen aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak
mikroorganisme.
5. Manfaat buah belimbing wuluh
a. Sebagai Tanaman Obat
Bunga belimbing wuluh dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati batuk, flu dan sariawan pada anak-anak (Heyne, 1987; Das, et al., 2011).
Untuk mengobati batuk pada anak-anak dapat dibuat ramuan dengan cara, tim
segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula secukupnya dan 1
cangkir air selama setengah jam. Setelah dingin disaring, kemudian bagi untuk 2 kali
minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong (Dalimartha, 2008). Sedangkan untuk
mengobati sariawan dibuat ramuan dengan cara segenggam bunga belimbing
wuluh, gula jawa secukupnya, dan 1 cangkir air. Direbus sampai kental, setelah
dingin disaring. Dipakai untuk membersihkan mulut dan dioleskan pada sariawan
(Mario, 2011). Bunga belimbing wuluh juga dapat digunakan untuk mengobati
demam tifoid (Ardananurdin, 2004).
sebagainya, kemungkinan adanya variasi yang besar dalam kadar vitamin C harus
selalu dipertimbangkan (Winarno,1980).
7. Uraian Spektrofometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga
daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus
monokromatik, energi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan
reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi
flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam air tidak berwarna, supaya
timbul earna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone sehinggaberubah menjadi
berwarna merah. Larutan berwarna merah akan menyerap radiasi pada daerah
hijau. Dalam hal ini larutan Pb menunjukkan absorbans maksimum pada panjang
gelombang 515 nm.
1. Analisis Struktur
Spektrum Absorbsi suatu senyawa yang tidak diketahui melaui jalannya kurva
dengan jumlah, letak, intensitas, dan bentuk maksimum memberikan petunjuk
adanya kromofor dan subtitusi yang ada
2. Pemilihan Pelarut
Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang
berupa larutan,gas,atau uap. Untuk sample yang berupa larutan perlu diperhatikan
beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain :
a. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya.
b. Pelarut yang digunakan tidak berwarna .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian metode observasi dilaboratorium.
Penelitian untuk menentukan kadar vitamin C pada buah Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan April 2016 di Laboratorium Kimia Politeknik
Kesehatan Makassar
C. Tempat Pengambilan Sampel
1. Alat yang digunakan
a. Seperangkat alat gelas
b. Timbangan analitik
c. Sendok tanduk
d. Kain kasa
e. Buret
f. Tabung reaksi
g. Spektrofotometri sinar tampak
h. Labu tentukur 10,0 ml, 50,0 ml, 100,0 ml, 250,0 ml, 500,0 ml dan 1000,0 ml.
g. Natrium Nitroprusida
h. Air suling bebas CO2
3. Prosedur Kerja
a. Pengambilan Sampel
Sampel Buah Belimbing wuluh yang tumbuh di Cambaya Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa dipetik dipagi hari, diambil buah yang sudah matang
b. Pengolahan Sampel
Buah belimbing segar, dicuci dan ditiriskan selanjutnya dipotong kecil timbang
10,0 gram, masukkan kedalam lumpang dan ditumbuk hingga halus saring dan
peras, filtrat ditampung
c. Penyiapan sampel
Filtrat Buah belimbing wuluh dimasukkan kedalam labu tentukur 100,0 ml,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
4. Metode Analisis
a. Analisis kualitatif
1) Pembuatan larutan pereaksi
a) Larutan pereaksi tembaga (II) sulfat 5% b/v (FI Edisi III, 732). Ditimbang seksama
5,0 gram Tembaga (II) sulfas dimasukkan dalam labu tentukur 100,0 ml kemudian
dilarutkan dengan 25 ml air suling dan dicukupkan volumenya hingga tepat 100,0 ml.
b) Larutan pereaksi besi (II) sulfas (FI Edisi III 600)
Ditimbang seksama 2,8 gram Fe (II) sulfas dimasukkan kedalam labu tentukur 100,0
kemudian dilarutkan dengan air suling bebas CO 2 25 ml dicukupkan volumenya
dengan air suling hingga volumenya tepat 100,0 ml.
c) Larutan pereaksi natrium nitroprusida
Ditimbang seksama 5,0 gram Nat Nitheksalanofoiferat (III) p dalam labu tentukur
100,0 ml, kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 25 ml lalu dicukupkan
volumenya hingga tepat 100,0 ml
larutan
pipet
1,0
ml
dimasukkan
kedalam
tabung
reaksi,
dari
hasil
pengukuran serapan
larutan
baku
dengan
panjang
gelombang tertentu dibuat grafik antara serapan dan konsentrasi untuk vitamin C
dimana nilai-nilai serapan pada sumbu Y dan konsentrasi pada sumbu X, kemudian
ditarik garis diantara titik untuk memperoleh persamaan garis lurus.
Y = a + bx
Dimana :
a = Intersep
b = slope/kemiringan
nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
a = Y b ( X)
n
b = n ( XY) ( X ) ( - Y)
N( X2) ( X)2
Dari persamaan regresi linear selanjutnya dihitung kontrasepsi dengan cara hasilhasil serapan diplotkan terhadap persamaan regresi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.,2008.
Belimbing
Wuluh. http://tropical flowersandfruits.blogspot.com.
Diakses tanggal 06 Februari 2009
Ardananurdin, A. (2004). Uji Efektifitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhiSecara In Vitro. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 20(1): 30-34.
Das, S.C., Sultana, S., Roy, S., dan Hasan, S.S. (2011). Antibacterial and Cytotoxic
Activities of Methanolic Extracts of Leaf and Fruit Parts of The Plant Averrhoa
bilimbi (Oxalidaceae). American Journal of Scientific and Industrial Research. 2(4):
531-536.
Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta: Permata Bunda.
Hal. 7-9.
Faharani, B.G.R. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L) terhadap Bakteri Staphylococcus.
Iptek, (2013), http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=69, (diakses senin, 10
Februari 2014).
Lathifah, Q.A., (2008), Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut, Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Lingga, P. 1990. Bertanam Belimbing. Penebar Swadaya, Jakarta
Mario, P. (2011). Khasiat Dan Manfaat Belimbing Wuluh. Surabaya: Stomata. Hal. 65-68,
102-103.
Matilainen T., Vartiainen E,. Puska P,. Alfthan G,. Pokusajeva S,. Moisejeva N,. Uhanof
M. 1996. Plasma ascorbic acid concentrecations in the republic of carelia, Rusia,
and in North Karelia, finlandia,. Eur. J. Clin. Nutr. 50, 115-120.
Pratiwi, (2013), Pengobatan Jerawat dan Tips Pemakaian Kosmetik, Platinum.
Pushpakumara, DKNG. 2007. Chapter 18: Biling Averrhoa bilimbi L. In: Pushpakumara,
DKNG, Gunasena HPM, Singh VP. 2007. (eds).Underutilized fruit trees in Sri Lanka.
World Agroforestry Centre, South Asia Office, New Delhi, India. pp :452-463.
Putra, W.S., (2013), Sehat Tanpa Dokter dengan Ramuan Herbal, Citra Media (Anggota
IKAPI), Yogyakarta
Soetanto, 1998, Manisan Buah-Buahan 3 Ceremai, Belimbing, Jambu Biji,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Santoso, S., Santoso, D., dan Meylita, (2012), Efek Ekstrak Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) sebagai Penghambat Pembentukan Biofilm pada
Staphylococcus aureus In Vitro, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Wijayakusuma, H.M.H dan Dalimarta. 2006. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan
Darah Tinggi. Jakarta: Swadaya.
Winarno F.G, Fardiaz S, Fardiaz, D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia,
Jakarta
Http://Organiksmakma3b30.Blogspot.Co.Id/2013/04/Spektrofotometri.Html