Anda di halaman 1dari 41

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib hadir tepat waktu dan menyelesaikan praktikum dengan baik.

2. Praktikan harus menyiapkan diri agar dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan.

3. Tugas pendahuluan wajib dikerjakan dalam modul praktikum dan dikumpulkan pada

hari praktikum.

4. Laporan praktikum mencakup hasil percobaan, pembahasan mengenai hasil

percobaan yang diperoleh, dan kesimpulan hasil percobaan dibuat oleh masing-

masing praktikan.

5. Laporan dibuat dalam modul praktium dan dikumpulkan satu minggu setelah hari

praktikum dilaksanakan.

6. Keterlambatan per hari dalam pengumpulan laporan akan dikenai pengurangan nilai

sebanyak 10 point.

Modul Teknologi Bahan Alam – apt. Irma Erika Herawati, M.Si


Universitas Al-Ghifari 1
TEKNOLOGI BAHAN ALAM

Tujuan

Mahasiswa mampu membuat suatu sediaan farmasi dengan bahan baku berasal dari alam

yang terstandar mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi.

Pendahuluan

Berbicara tentang standardisasi, hal tersebut diawali dari sumber bahan, apakah hasil

budidaya atau liar, proses pengumpulan, pencucian, sortasi, pengolahan dan pengeringan

sehinggadapat dihasilkan simplisia kering sebagai bahan utama. Kemudian proses

manufaktur seperti penghalusan ukuran, ekstraksi, dan proses ekstraksi akan menentukan

kualitas ekstrak yang dihasilkan. Dari bentuk ekstrak ini barulah dikembangkan berbagai

bentuk sediaan farmasi yangdalam memproduksinya harus mengikuti kaidah CPOTB yang

umumnya akan menentukan kualitas sediaan (obat herbal) yang dihasilkan.

Kaidah ini meliputi pelatihan personalia, prosedur standar oprasional secara tertulis,

proses dan penentuan, validasi, inspeksi, spesifikasi dan sertifikasi. Pengawasan Mutu adalah

bagian dari CPOTB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan

pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan

bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum

diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.


Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat

tradisional terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi

proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk

melihat trend dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang

baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah

fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan

secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang

biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Spesifikasi,Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan

instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.

Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.

Spesifikasi bahan mentah hendaklah mencakup:

1. Nama botanis (jika memungkinkan, disebutkan nama penemu klasifikasi, misalnya

Linnaeus);

2. Data rinci dari sumber tanaman (Negara atau daerah asal dan, di mana berlaku,

pembudidayaan, waktu panen, cara pengumpulan, pestisida yang mungkin digunakan dan

lain-lain); apakah seluruh atau hanya bagian tertentu dari tanaman yang digunakan;

3. Sistem pengeringan hendaklah diuraikan jika membeli bahan kering;

4. Deskripsi tanaman/hewan, pemeriksaan makroskopis dan/ atau mikroskopis;


5. Uji identifikasi yang sesuai termasuk, di mana berlaku, uji identifikasi zat aktif atau marker

yang diketahui. Untuk uji identifikasi hendaklah tersedia spesimen autentik sebagai

pembanding;

6. Penetapan kadar komponen dengan aktifitas terapeutik yang diketahui atau marker, di

mana berlaku;

7. Metode analisis yang sesuai untuk penetapan kontaminasi pestisida serta batas yang dapat

diterima;

8. Uji disertai dengan batas yang dapat diterima untuk penentuan kontaminasi kapang

dan/atau mikroba, termasuk aflatoksin dan serangan hama;

9. Uji logam berbahaya, bahan pencemar serta bahan lain yang kemungkinan ditambahkan;

10. Uji terhadap bahan asing.

Sediaan farmasi yang berasal dari tanaman (phytopharmaceuticals) dihasilkan dari

tanaman segar atau tanaman yang sudah dikeringkan atau diawetkan serta dari tumbuhan atau

bagian tumbuhan hasil pemerasan, ekstraksi, destilasi atau proses lainya. Karakteristik

sediaan ini adalah bahan aktif terdapat bersama masa bahan lainnya yang ada dalam bentuk

yang sudah berubah, tergantung pada metode yang digunakan untuk mendapatkan bahan

baku obat global dan juga pada tahap selanjutnya dari proses. Perubahan tersebut dapat

berupa perubahan fisika, fisiko kimia ataupun perubahan kimia yang dapat dikendalikan atau

sama sekali tidak dapat dikendalikan.

Desain proses manufaktur sering pula meliputi proses penghilangan bahan ikutan

yang terbawa, seperti klorofil, tanin dan resin. Dengan cara pemurnian barulah akan didapat

zat murni. Hasil penarikan/ penyarian dari tanaman sering tidak diberikan langsung kepada
pasien. Ekstrak tersebut diolah terlebih dahulu menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi,

seperti mikstura, tablet, supositoria dan bentuk sediaan lannya.

Formulasi ekstrak tanaman menjadi bentuk sediaan merupakan masalah yang tidak

mudah dan tidak dapat dipandang hanya sebagai masalah teknologi farmasi saja. Berbeda

dengan zat murni, baik hasil sintesis maupun berasal dari alam, ekstrak adalah bahan baku

yang mengandung beraneka ragam bahan aktif tetapi dalam jumlah kecil. Sebagian besar

merupakan bahan-bahan sekunder (garam organik dan anorganik, gula-gula polisakarida dan

sebagainya) yang dapat mempengaruhi teknologi pembuatan dan stabilitas sediaan farmasi.

Sebelum dikembangkan untuk formulasi sediaan farmasi, pada ekstrak tanaman

harusdilakukan terlebih dahulu perlakuan awal, seperti penghilangan lemak dan inaktivasi

enzim.

Tujuan utama perlakuan awal tersebut adalah:

1. Menghilangkan bahan tidak aktif berupa minyak dan lemak yang akan menghalangi

mendapatkan/ membuat ekstrak kering dan sediaan farmasi berbentuk padat.

2. Menghentikan degradasi oleh enzim yang selalu harus diperhatikan dalam medium air

atau dalam alkohol encer.

Jenis pengujian utama yang dilakukan terhadap ekstrak ada 3 jenis:

1. Menentukan karakteristik fisik

2. Standardisasi kualitatif dan kuantitatif,

3. Pengotor potensial dan jumlah cemaran mikroba total.


Ketiga jenis pengujian ini relevan pada saat formulasi menjadi bentuk sediaan. Tahap

pengujian sifat-sifat fisika (penampilan, pH, kelarutan, padatan total, abu) secara tradisional

dapat pula ditambahkan. Hal lain yang berguna adalah penentuan kelarutan ekstrak kental

dan ekstrak kering dalam pelarut yang umum digunakan dalam formulasi, seperti sirup atau

larutan sorbitol.

Masalah teknologi yang timbul dalam formulasi ekstrak menjadi bentuk sediaan lebih

banyak jika dibandingkan dengan zat murni, baik yang berasal dari alam maupun sintesis.

Hal tersebut disebabkan sifat dari ekstrak sendiri. Umumnya bahan aktif (berkhasiat) berada

pada konsentrasi rendah dan karena itu menyebabkan penggunaan dosis ekstrak yang relatif

lebih tinggi.

Di dalam pengembangan formulasi, masalah yang dihadapi tidak hanya memecahkan

masalah dengan karakteristik tertentu, seperti kelarutan dan stabilitas bahan berkhasiat dari

ekstrak. Tetapi, perlu pula mempertimbangkan masalah yang timbul karena keberadaan zat

inert dalam ekstrak, misalnya sifat higroskopisitas dari sediaan padat, atau kelarutan yang

kurang baik sehingga terbentuk kekeruhan dalam larutan. Pada umumnya semua bentuk

sediaan dapat dibuat dari ekstrak.

1. Bentuk sediaan padat, seperti tablet, tablet salut gula, tablet efervesen, tablet hisap,

tablet lepas lambat, kapsul gelatin keras dan granul.

2. Bentuk sediaan cair, seperti sirup, drop, larutan atau suspensi untuk kapsul gelatine

lunak.

3. Bentuk sediaan untuk tujuan penggunaan lokal, seperti krem, salep, gel, koliria dan

supositoria.
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:

1. Nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk);

2. Formula/komposisi atau rujukan;

3. Deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan;

4. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;

5. Uji identifikasi, penetapan secara kualitatif komponen yang relevan (misal

fingerprint kromatogram). Kuantifikasi zat aktif yang relevan, jika sudah

teridentifikasi dan metode analisis tersedia;

6. Uji disertai batas yang dapat diterima untuk kontaminasi kapang dan/atau

mikroba,residu zatyang dipakai untuk fumigasi (bila berlaku), mikotoksin dan

gangguan binatang pengerat;

7. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan;dan

8. Masa edar/simpan.

Standardisasi kualitatif suatu ekstrak, prosedur kromatografi dapat menjamin dan

memberikan hasil yang memuaskan.

Tujuan pengujian antara lain:

1. Meyakinkan bahwa pola kromatografi yang diperoleh sesuai dengan obat yang sama

dengan ekstrak.

2. Meyakinkan bahwa tidak terjadi penguraian.


Perkembangan mutakhir dalam proses pemurnian, isolasi dan elusidasi struktur dari bahan

yang terdapat dalam tanaman, memungkinkan untuk menyusun strategi yang mantap dalam

melakukan analisis kualitas dan proses standardisasi dari sediaan herbal. Agar dapat

menjamin homogenitas ekstrak tanaman semaksimal mungkin, dilakukan antara lain uji

kromatografi lapis tipis (KLT), spektrometri massa (MS), kromatografi gas (GC),

kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), spektrometri massa (MS), spektrometri inframerah

(IR), spektrometri ultraviolet/ tampak (UV/VIS) dan sebagainya, digunakan sendiri-sendiri

atau dalam gabungan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan keberhasilan untuk

standardisasi dan pengontrolan kualitas, baik bahan dasar maupun obat jadi herbal.

Pustaka

Agoes, Goeswin, 2009, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB,Bandung

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), 2011, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
AKAR KELEMBAK

Nama Simplisia : Akar kelembak (Rhei Radix)

Nama Tanaman : Rheum palmatum

Keluarga : Polygonaceae

Asal : Akar dipanen setiap 4-7 tahun. Tumbuhan berupa perdu setinggi 2-3
m, terdapat di lembah dataran tinggi Cina Barat, dibudidayakan di
Eropa.

KARAKTERISTIK SIMPLISIA

Pemerian : Potongan padat, keras, bentuk hampir silindris, serupa kerucut atau
bentuk kubus yang melekuk, pipih atau tidak beraturan; kadang
berongga; panjang 5-15 cm, lebat 3-10 cm; permukaan yang terkelupas
agak bersudut-sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna kuning
kecoklatan terang, bagian dalam berwarna kuning putih keabuan dengan
garis-garis cokelat kemerahan.

Bau : khas.

Rasa : pahit aromatik, berderak jika dikunyah (drus kalsium oksalat), agak
kelat.

Fragmen pengenal : Yaitu kristal kalsium oksalat, trakea penebalan seperti angka 4 atau
huruf Y. Fragmen khas dari simplisia Rheum palmatum adalah Ca-
Oksalat berbentuk roset atau bunga dengan kelopak bertumpukan. Ca-
oksalat cenderung berwarna kelabu dengan ukuran 100-200 nm. Ca-
oksalat ini juga sering ditemukan menempel di fragmen parenkim.

Senyawa Identitas : 1,8-dihidroksiantrakuinon


Catatan : Obat tidak boleh mengandung unsur sklerenkim atau rambut.
Kandungan : Antraglikosida dan aglikonnya, seperti rein, emodin reum (=emodin
frangula), emodin aloe, krisofanol dan fision, tanin (tanoglikosida),
flavon seperti rutin; damar; pati dan garamnnya.

PENETAPAN ZAT IDENTITAS


Dilakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan parameter sebagai
berikut: Fase gerak : Toluen : etil asetat : asam format (7 : 2 : 1)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : Ekstrak etanol akar kelembak
Larutan pembanding : 0,1 % Kuersetin dalam metanol
Volume penotolan : Totolkan 50 μL larutan uji dan 5 μL larutan pembanding
Deteksi : UV254
PENAPISAN FITOKIMIA

Penapisan Alkaloid

Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dibasakan dengan 2 mL


amonia encer lalu ditambahkan 4 mL kloroform. Kemudian lapisan kloroform diambil dan
ditempatkan pada tabung reaksi baru. Kedalamnya ditambahkan 4 mL HCl 0,1 N. Filtrat HCl
dipipet dan dibagi kedalam 3 tabung reaksi. Filtrat pertama dan kedua ditetesi dengan larutan
pereaksi Dragendorff dan Mayer, sedangkan filtrat ketiga digunakan sebagai blangko. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah atau jingga untuk Dragondorff dan
endapan putih untuk perekasi Mayer (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Polifenol

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian filtratnya
diencerkan dengan air suling. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III) klorida
1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna biru atau hijau kehitaman (Departemen
Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Flavonoid

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 5 menit. Setelah dingin
diambil 5 mL filtrat lalu ditambahkan 100 mg serbuk Mg, dan 1 mL HCl pekat. Didiamkan 1
menit, kemudian ditambahkan 3 mL amil alkohol, kemudian dikocok dan biarkan hingga
terpisah. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna merah atau kuning atau jingga
pada lapisan amil alkohol (Fransworth, 1996).

Penapisan Tanin

Sebanyak 500 mg sampel sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian
filtratnya diencerkan dengan akuades. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III)
klorida 1% dan gelatin. Hasil positif ditunjukkan dengan sampel larut dalam gelatin
(Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Saponin

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling. Setelah dingin, diambil 5 mL
filtrat, lalu tambahkan 5 mL air suling kemudian dikocok kuat selama 10 detik, terbentuk
busa yang stabil selama 10 menit, ditambahkan 1 mL HCl 2 N. Hasil positif ditunjukkan
dengan busa tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid

Sebanyak 1 g sampel ditempatkan pada tabung reaksi kemudian ditambah dengan 5 mL eter,
diamkan selama 2 jam. Kemudian lapisan eter dipipet. Filtrat ditempatkan pada plat tetes
kemudian dibiarkan hingga kering. Pada hasil pengeringan filtrat ditambahkan 2 tetes larutan
vanilin 10% dalam asam sulfat pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna hijau
biru dan merah (Harborne, 1987)

Penapisan Kuinon

1. Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 15 menit.

2. Sedikit filtrat ditetesi dengan larutan NaOH 1N membentuk warna merah.

KADAR AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang
sebelumnya. Masukkan ke dalam oven pada suhu 100°C hingga bobot konstan.
(𝑊1 − 𝑊2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
(𝑊1 − 𝑊0)

Keterangan: W0= Berat cawan penguap kosong


W1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
W2= Berat cawan penguap hasil penguapan

KADAR SARI LARUT ETANOL ATAU AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada labu erlenmayer lalu ditambahkan 50 mL


etanol 96%, diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, ambil 20 mL sampel kemudian
tempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang sebelumnya. Masukkan ke dalam oven
pada suhu kurang dari 78°C hingga bobot konstan.
(𝐵1 − 𝐵2) 100
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 𝑥 100%
(𝐵1 − 𝐵0) 20
Keterangan: B0= Berat cawan penguap kosong
B1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
B2= Berat cawan penguap hasil penguapan

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN


I. EKSTRAKSI
1. 100 g simplisia dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam tabung
sampel
2. Labu bundar diisi dengan 400 mL etanol 70%
3. Pasang labu bundar dan tabung sampel dengan kondensor
4. Ekstraksi pada suhu 50 C selama 2 jam

II. PEMEKATAN EKSTRAK


1. Timbang cawan penguap kosong (W0)
2. Masukkan ekstrak cair dan uapkan sampai pekat
3. Timbang ekstrak kental (W1)
4. Hitung rendemen ekstrak yang diperoleh

III. PERHITUNGAN DOSIS


Khasiat : 50-500 mg sebagai antidiare, 1-3 g sebagai pencahar setelah 6-10
jam.
Ekstrak kental kelembak akan dibuat kapsul sebagai antidiare dengan dosis setara
dengan 250 mg antrakuinon untuk satu kali penggunaan. Kandungan antrakuinon
sekitar 5%, artinya terdapat 5 g antrakuinon dalam 100 g simplisia.

IV. FORMULASI
Ektrak kental kelembak setara dengan 50 mg ekstrak kental
kelembak Nipagin 0,18%
Nipasol 0,02%
Saccharum lactis ad 600 mg
V. PEMBUATAN SEDIAAN
1. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
2. Masukkan sedikit saccharum lactis dalam mortir untuk menutupi pori-pori mortir.
3. Timbang nipagin dan nipasol, kemudian dilarutkan dalam 1 mL air panas.
4. Masukkan ekstrak kental kelembak ke dalam mortir, kemudian tambahkan
nipagin dan nipasol yang telah dilarutkan.
5. Sisa saccharum lactis ditambahkan sedikit demi sedikit sampai habis, sambil
digerus homogen dan terbentuk massa yang dapat dikepal.
6. Massa yang dapat dikepal diayak dengan ayakan no.16.
7. Granul yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 50 C sampai kadar air
1%.
8. Timbang 600 mg massa granul, kemudian dimasukkan ke dalam kapsul.
9. Kapsul yang telah berisi sediaan, dibersihkan dari pengotor.
10. Masukkan ke dalam kemasan dan diberi label.

VI. EVALUASI SEDIAAN


1. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan sediaan secara organoleptis, meliputi warna, rasa dan bau
2. Pemeriksaan Keseragaman Bobot
Timbang satu kapsul dan keluarkan isinya, kemudian timbang cangkang
kosongnya. Hitung bobot rata-rata isi dari 20 kapsul.
Syarat: tidak lebih dari dua kapsul memiliki bobot lebih dari rata-rata ditambah
7.5% dan tidak satu kapsul pun yang memiliki bobot lebih dari rata-rata ditambah
15%.
3. Pemeriksaan Kadar Air
250 mg granul ditempatkan pada tempat sampel dalam moisture balance yang
telah diatur suhunya pada 100 C.
4. Pemeriksaan pH
100 mg granul dilarutkan dalam 10 mL aquades, kemudian diukur pH larutan
dengan menggunakan pH meter.
BUNGA CENGKEH

Nama simplisia : Bunga Cengkeh (Caryophylli flos,

clove) Nama tanaman : Eugenia caryophillata

Keluarga : Myrtaceae

Asal : Kepulauan Maluku, dibudidayakan di berbagai pulau di Afrika


Timur, Zanzibar, Pemba, dan Madagaskar. Kuncup bunga dipanen
tepat sebelum mekar.

KARAKTERISTIK SIMPLISIA

Pemerian : Kuncup bunga cengkeh berukuran panjang 12-17 mm, berwarna


coklat muda sampai coklat tua. Bagian bawah kuncup berbentuk segi
empat, tebal 3-4 mm, memiliki empat kelopak bunga segitiga yang
merekah. Keempat kelopak bunga yang berwarna coklat kekuningan
masih tertutup seperti selubung membulat, mengandung banyak
benang sari dan sebuah putik.

Bau : aromatik manis akibat eugenol

Rasa : tajam dan pedas akibat eugenol

Fragmen pengenal :yaitu parenkim dengan kelenjar minyak (beberapa seperti bentuk
jantung/hati). Dinding parenkim membentuk rantai kecil dengan
warna kecokelatan.

Kandungan : minyak atsiri (16-21%) terdiri atas 70-96% eugenol, 2-17% asetil
eugenol dan seskuiterpen seperti -kariofilen.

Minyak cengkeh memiliki bobot jenis 1,038-1,063 g/L, indeks bias 1,528-1,537 dan rotasi
optik 0-1,6 .
Gambar memperlihatkan parenkim dengan kelenjar sekresi, dan deretan kristal oksalat pada
parenkim (panah).

Kiri: fragmen parenkim seperti jantung dengan kristal kalsium oksalat didalamnya. Kanan:
fragmen parenkim seperti jantung berwarna lebih kuning dengan deretan kristal kalsium
oksalat di pinggirnya (panah).
PENAPISAN FITOKIMIA

Penapisan Alkaloid

Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dibasakan dengan 2 mL


amonia encer lalu ditambahkan 4 mL kloroform. Kemudian lapisan kloroform diambil dan
ditempatkan pada tabung reaksi baru. Kedalamnya ditambahkan 4 mL HCl 0,1 N. Filtrat HCl
dipipet dan dibagi kedalam 3 tabung reaksi. Filtrat pertama dan kedua ditetesi dengan larutan
pereaksi Dragendorff dan Mayer, sedangkan filtrat ketiga digunakan sebagai blangko. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah atau jingga untuk Dragondorff dan
endapan putih untuk perekasi Mayer (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Polifenol

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian filtratnya
diencerkan dengan air suling. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III) klorida
1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna biru atau hijau kehitaman (Departemen
Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Flavonoid

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 5 menit. Setelah dingin
diambil 5 mL filtrat lalu ditambahkan 100 mg serbuk Mg, dan 1 mL HCl pekat. Didiamkan 1
menit, kemudian ditambahkan 3 mL amil alkohol, kemudian dikocok dan biarkan hingga
terpisah. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna merah atau kuning atau jingga
pada lapisan amil alkohol (Fransworth, 1996).

Penapisan Tanin

Sebanyak 500 mg sampel sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian
filtratnya diencerkan dengan akuades. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III)
klorida 1% dan gelatin. Hasil positif ditunjukkan dengan sampel larut dalam gelatin
(Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Saponin
Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling. Setelah dingin, diambil 5 mL
filtrat, lalu tambahkan 5 mL air suling kemudian dikocok kuat selama 10 detik, terbentuk
busa yang stabil selama 10 menit, ditambahkan 1 mL HCl 2 N. Hasil positif ditunjukkan
dengan busa tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid

Sebanyak 1 g sampel ditempatkan pada tabung reaksi kemudian ditambah dengan 5 mL eter,
diamkan selama 2 jam. Kemudian lapisan eter dipipet. Filtrat ditempatkan pada plat tetes
kemudian dibiarkan hingga kering. Pada hasil pengeringan filtrat ditambahkan 2 tetes larutan
vanilin 10% dalam asam sulfat pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna hijau
biru dan merah (Harborne, 1987)

Penapisan Kuinon

1. Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 15 menit.

2. Sedikit filtrat ditetesi dengan larutan NaOH 1N membentuk warna merah.

KADAR AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang
sebelumnya. Masukkan ke dalam oven pada suhu 100°C hingga bobot konstan.
(𝑊1 − 𝑊2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
(𝑊1 − 𝑊0)

Keterangan: W0= Berat cawan penguap kosong


W1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
W2= Berat cawan penguap hasil penguapan

KADAR SARI LARUT ETANOL ATAU AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada labu erlenmayer lalu ditambahkan 50 mL


etanol 96%, diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, ambil 20 mL sampel kemudian
tempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang sebelumnya. Masukkan ke dalam oven
pada suhu kurang dari 78°C hingga bobot konstan.
(𝐵1 − 𝐵2) 100
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 𝑥 100%
(𝐵1 − 𝐵0) 20

Keterangan: B0= Berat cawan penguap kosong


B1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
B2= Berat cawan penguap hasil penguapan

PENETAPAN ZAT IDENTITAS


Dilakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan parameter sebagai
berikut: Fase gerak : toluene : etil asetat : asam formic (60 : 40 : 8);
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : Minyak atsiri hasil
destilasi Larutan pembanding : Minyak cengkeh
Volume penotolan : Totolkan 50 μL larutan uji dan 5 μL larutan pembanding
Deteksi : UV254

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

1. Teteskan 1 tetes minyak keatas airpermukaan air tidak boleh keruh.


2. Pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uapminyak menguap sempurna tanpa meninggalkan noda
transparan.
3. Kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl volume sama, biarkan
memisahvolume lapisan air tidak boleh memisah.

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN

I. EKSTRAKSI
1. 100 g simplisia dan 400 mL aquades dimasukkan ke dalam labu bundar.
2. Pasang kondensor dan lakukan destilasi dengan alat destilasi Stahl pada
suhu 100 C selama 2 jam.
3. Minyak atsiri yang terekstraksi ditampung dalam labu penampung.
4. Ukur volume minyak atsiri yang diperoleh.
II. PERHITUNGAN DOSIS
Khasiat: eugenol sebagai desinfektan dan anestetik lokal. Ekstrak minyak cengkeh
dan serbuk zink oksida digunakan dalam kedokteran gigi sebagai
pengisi.
Minyak cengkeh akan dibuat pasta gigi sebagai pembersih dan antiseptik
rongga mulut dengan dosis 1%.

III. FORMULASI
Minyak cengkeh 1%
CaCO3 60%
Na-lauril sulfat 2,5%
Gliserin 7,5%
Propilen glikol 17,5%
Na-sakarin 0,5%
Tragakan 1%
Aqudes 10%

IV. PEMBUATAN SEDIAAN


1. Timbang seluruh bahan yang akan digunakan.
2. Tragakan digerus dengan gliserin dalam mortir, kemudian ditambahkan Na-
sakarin yang telah dilarutkan dalam sedikit aquades sambil digerus sampai
homogen.
3. CaCO3 dan propilen glikol ditambahkan sedikit demi sedikit secara bergantian
sambil digerus homogen.
4. Na-lauril sulfat dan air ditambahkan sedikit demi sedikit secara bergantian
sambil digerus homogen.
5. Setelah basis pasta homogen, ditambahkan minyak cengkeh sambil terus
digerus sampai homogen.
6. Timbang 100 g massa pasta, kemudian dimasukkan ke dalam kemasan dan
diberi label.
V. EVALUASI SEDIAAN
1. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan sediaan secara organoleptis, meliputi warna, rasa dan bau.
2. Uji Homogenitas
Pasta dioleskan pada gelas objek, sediaan menunjukkan susunan, bau dan
warna yang homogen.
3. Uji Nilai pH
1 g pasta dilarutkan dengan 5 mL aquades, kemudian pH diukur dengan pH
meter.
4. Uji Kekuatan Busa
5 g pasta dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL, kemudian ditambah
aquades sampai volume 50 mL. Gelas ukur ditutup dan dikocok keras selama
1 menit. Volume busa dibaca, sedangkan gelembung kecil yang melekat pada
dinding atas diabaikan.
𝑎𝑥𝑏
Kekuatan Busa
𝑎+𝑏

Angka Kekuatan Busa 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑠𝑎


3,33

di mana:
a = tinggi busa dari permukaan larutan semula
b = tinggi busa dari permukaan setelah pengocokan

5. Uji Viskositas
Viskositas suspensi ditentukan dengan viskometer Brookfield.
RIMPANG KUNYIT

Nama simplisia : Rimpang kunyit (Curcuma domestica rhizome, curcuma root,


turmeric)
Nama tanaman : Curcuma domestica Valenton (C.longa
Linn.) Keluarga : Zingiberaceae
Asal : tumbuhan liar dan dibudidayakan di India, Pakistan, Indonesia, Cina
Selatan, serta di Afrika dan Amerika Selatan.

KARAKTERISASI SIMPLISIA
Pemerian : rimpang segar dipotong menjadi kepingan memanjang (C.longa
Linn.) dan bundar panjang (C. rotunda), didihkan sebentar dan
dikeringkan, sehingga pati diubah dan rimpang mengeras serta
berwarna kuning jingga merata.
Berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga
kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan; lebar 0,5-3 cm, panjang2-
6 cm, tebal 1-5 mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-
kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks dan
silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas patahan agak rata, berdebu,
warna kuning jingga sampai cokelat kemerahan.
Bau : aromatik, seperti bau jamur
Rasa : pedas menyengat, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal
Kandungan : minyak atsiri 1-3,5% (min 2,5%) termasuk sampai 60% keton
seskuiterpen, yaitu turmeron, arturmeron dan sekitar 25% zingiberen;
desmetoksi kurkumin dan bidesmetoksi kurkumin.
Senyawa identitas : Kurkumin
Fragmen Pengenal : yaitu preparat kuning, granul pati, sel parenkim berisi pati (dalam air).
PENETAPAN ZAT IDENTITAS
Dilakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan parameter sebagai
berikut: Fase gerak : kloroform - metanol (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 5% dalam etanol
Larutan pembanding : kurkumin 0,1% dalam etanol
Volume penotolan : Totolkan masing-masing 2 μL larutan uji dan larutan pembanding
Deteksi : UV254 dan UV366

PENAPISAN FITOKIMIA

Penapisan Alkaloid

Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dibasakan dengan 2 mL


amonia encer lalu ditambahkan 4 mL kloroform. Kemudian lapisan kloroform diambil dan
ditempatkan pada tabung reaksi baru. Kedalamnya ditambahkan 4 mL HCl 0,1 N. Filtrat HCl
dipipet dan dibagi kedalam 3 tabung reaksi. Filtrat pertama dan kedua ditetesi dengan larutan
pereaksi Dragendorff dan Mayer, sedangkan filtrat ketiga digunakan sebagai blangko. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah atau jingga untuk Dragondorff dan
endapan putih untuk perekasi Mayer (Departemen Kesehatan RI, 1978).
Penapisan Polifenol

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian filtratnya
diencerkan dengan air suling. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III) klorida
1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna biru atau hijau kehitaman (Departemen
Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Flavonoid

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 5 menit. Setelah dingin
diambil 5 mL filtrat lalu ditambahkan 100 mg serbuk Mg, dan 1 mL HCl pekat. Didiamkan 1
menit, kemudian ditambahkan 3 mL amil alkohol, kemudian dikocok dan biarkan hingga
terpisah. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna merah atau kuning atau jingga
pada lapisan amil alkohol (Fransworth, 1996).

Penapisan Tanin

Sebanyak 500 mg sampel sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian
filtratnya diencerkan dengan akuades. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III)
klorida 1% dan gelatin. Hasil positif ditunjukkan dengan sampel larut dalam gelatin
(Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Saponin

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling. Setelah dingin, diambil 5 mL
filtrat, lalu tambahkan 5 mL air suling kemudian dikocok kuat selama 10 detik, terbentuk
busa yang stabil selama 10 menit, ditambahkan 1 mL HCl 2 N. Hasil positif ditunjukkan
dengan busa tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid

Sebanyak 1 g sampel ditempatkan pada tabung reaksi kemudian ditambah dengan 5 mL eter,
diamkan selama 2 jam. Kemudian lapisan eter dipipet. Filtrat ditempatkan pada plat tetes
kemudian dibiarkan hingga kering. Pada hasil pengeringan filtrat ditambahkan 2 tetes larutan
vanilin 10% dalam asam sulfat pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna hijau
biru dan merah (Harborne, 1987)
Penapisan Kuinon

1. Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 15 menit.

2. Sedikit filtrat ditetesi dengan larutan NaOH 1N membentuk warna merah.

KADAR AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang
sebelumnya. Masukkan ke dalam oven pada suhu 100°C hingga bobot konstan.
(𝑊1 − 𝑊2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
(𝑊1 − 𝑊0)

Keterangan: W0= Berat cawan penguap kosong


W1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
W2= Berat cawan penguap hasil penguapan

KADAR SARI LARUT ETANOL ATAU AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada labu erlenmayer lalu ditambahkan 50 mL


etanol 96%, diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, ambil 20 mL sampel kemudian
tempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang sebelumnya. Masukkan ke dalam oven
pada suhu kurang dari 78°C hingga bobot konstan.
(𝐵1 − 𝐵2) 100
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 𝑥 100%
(𝐵1 − 𝐵0) 20

Keterangan: B0= Berat cawan penguap kosong


B1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
B2= Berat cawan penguap hasil penguapan

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN

I. EKSTRAKSI
1. Timbang 100 g simplisia kering, kemudian masukkan ke dalam labu bundar dan
tambahkan 400 mL etanol 70%.
2. Pasang kondensor dan lakukan refluks pada suhu 50 C selama 2 jam.
II. PEMEKATAN EKSTRAK
1. Timbang cawan penguap kosong (W0)
2. Masukkan ekstrak cair dan uapkan sampai pekat
3. Timbang ekstrak kental (W1)
4. Hitung rendemen ekstrak yang diperoleh

III. PERHITUNGAN DOSIS


Khasiat : 20-30 mg kurkumin sebagai hepatoprotektor.
Ekstrak kental kunyit akan dibuat suspensi sebagai hepatoprotektor dengan
dosis setara dengan 30 mg kurkunim untuk satu kali penggunaan.
Kandungan kurkumin sekitar 0,6%; artinya terdapat 600 mg kurkumin dalam
100 g simplisia.

IV. FORMULASI
Ekstrak kental kunyit setara dengan 300 mg ekstrak kunyit
CMC 3%
Sorbitol 6%
Nipagin 0,18%
Nipasol 0,02%
Na-sakarin 0,5%
Aquades ad 100%

V. PEMBUATAN SEDIAAN
1. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
2. Botol yang akan digunakan ditara dan ditandai sampai volume 100 mL.
3. CMC dikembangkan dalam aquades yang telah dididihkan terlebih dahulu dengan
bobot air sebesat 20 kali bobot CMC.
4. Ekstrak dimasukkan ke dalam mortir, kemudian digerus sambil ditambahkan
musilago CMC sambil terus digerus sampai diperoleh suspensi yang homogen.
5. Na-sakarin dan sorbitol dilarutkan dalam aquades, kemudian ditambahkan ke dalam
suspensi dalam mortir sambil terus digerus.
6. Masukkan suspensi ke dalam botol, kemudian sisa aquades ditambahkan.
7. Botol ditutup dan dikocok sampai homogen dan diberi label.

VI. EVALUASI SEDIAAN

1. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan sediaan secara organoleptik, meliputi warna, rasa, dan bau
2. Uji Homogenitas
Suspensi disebarkan di atas gelas objek, sediaan menunjukkan susunan dan warna
yang homogen.
3. Uji Nilai pH
5 mL suspensi dengan 5 mL aquades, kemudian pH diukur dengan pH meter.
4. Uji Kekuatan Busa
Sebanyak 10 mL suspensi dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL, kemudian
ditambah aquades sampai volume 50 mL. Gelas ukur ditutup dan dikocok keras
selama 1 menit. Volume busa dibaca, sedangkan gelembung kecil yang melekat
pada dinding atas diabaikan.
𝑎𝑥𝑏
Kekuatan Busa
𝑎+𝑏

Angka Kekuatan Busa 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑠𝑎


3,33

di mana:
a = tinggi busa dari permukaan larutan semula
b = tinggi busa dari permukaan setelah pengocokan

5. Uji Viskositas
Viskositas suspensi ditentukan dengan viskometer Brookfield.
BIJI KOPI

Nama simplisia : Biji kopi (Coffeae semen, coffee beans)


Nama tanaman : Coffea arabica
Keluarga : Rubiaceae
Asal : Pegunungan Etiopia, dibudidayakan di Amerika Tengah dan Selatan.

KARAKTERISTIK SIMPLISIA
Bau : khas kopi.
Rasa : pahit.
Kandungan : kafein 0,7-1,7% (rata-rata 1,2%), trigonelia 0,4%, asam klorogenat
3%, gula 3%, lemak 12%, protein dan kandungan lainnya 12%.
Fragmen pengenal :yaitu sel batu makrosklereid. Sel batu adalah salah satu fragmen khas
dari Coffea robusta. Sel batu Coffea cenderung tunggal, berdinding dan
lumen tebal. Lumen berwarna cokelat dengan dinding sel berwarna
lebih muda. Satu lagi yang khas dari simplisia ini adalah latar yang
‘kotor’ dan berwarna cokelat bias.
Coffeae Semen. Terlihat sel batu makrosklereid berkelompok, dan endosperm berdinding
tebal (panah).
PENETAPAN IDENTITAS

Dilakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan parameter sebagai


berikut: Fase gerak : Kloroform : etanol 98% (99:1).
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : Ekstrak etanol kunyit
Larutan pembanding : 0,1 % kafein dalam kloroform
Volume penotolan : Totolkan masing-masing 2 μL larutan uji dan larutan pembanding
Deteksi : UV254 dan UV366

PENAPISAN FITOKIMIA

Penapisan Alkaloid

Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dibasakan dengan 2 mL


amonia encer lalu ditambahkan 4 mL kloroform. Kemudian lapisan kloroform diambil dan
ditempatkan pada tabung reaksi baru. Kedalamnya ditambahkan 4 mL HCl 0,1 N. Filtrat HCl
dipipet dan dibagi kedalam 3 tabung reaksi. Filtrat pertama dan kedua ditetesi dengan larutan
pereaksi Dragendorff dan Mayer, sedangkan filtrat ketiga digunakan sebagai blangko. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah atau jingga untuk Dragondorff dan
endapan putih untuk perekasi Mayer (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Polifenol

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian filtratnya
diencerkan dengan air suling. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III) klorida
1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna biru atau hijau kehitaman (Departemen
Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Flavonoid

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 5 menit. Setelah dingin
diambil 5 mL filtrat lalu ditambahkan 100 mg serbuk Mg, dan 1 mL HCl pekat. Didiamkan 1
menit, kemudian ditambahkan 3 mL amil alkohol, kemudian dikocok dan biarkan hingga
terpisah. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna merah atau kuning atau jingga
pada lapisan amil alkohol (Fransworth, 1996).
Penapisan Tanin

Sebanyak 500 mg sampel sampel dididihkan dengan 10 mL air suling, dipipet kemudian
filtratnya diencerkan dengan akuades. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III)
klorida 1% dan gelatin. Hasil positif ditunjukkan dengan sampel larut dalam gelatin
(Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Saponin

Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling. Setelah dingin, diambil 5 mL
filtrat, lalu tambahkan 5 mL air suling kemudian dikocok kuat selama 10 detik, terbentuk
busa yang stabil selama 10 menit, ditambahkan 1 mL HCl 2 N. Hasil positif ditunjukkan
dengan busa tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 1978).

Penapisan Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid

Sebanyak 1 g sampel ditempatkan pada tabung reaksi kemudian ditambah dengan 5 mL eter,
diamkan selama 2 jam. Kemudian lapisan eter dipipet. Filtrat ditempatkan pada plat tetes
kemudian dibiarkan hingga kering. Pada hasil pengeringan filtrat ditambahkan 2 tetes larutan
vanilin 10% dalam asam sulfat pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuk warna hijau
biru dan merah (Harborne, 1987)

Penapisan Kuinon

1. Sebanyak 500 mg sampel dididihkan dengan 10 mL air suling selama 15 menit.

2. Sedikit filtrat ditetesi dengan larutan NaOH 1N membentuk warna merah.

KADAR AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang
sebelumnya. Masukkan ke dalam oven pada suhu 100°C hingga bobot konstan.
(𝑊1 − 𝑊2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
(𝑊1 − 𝑊0)

Keterangan: W0= Berat cawan penguap kosong


W1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
W2= Berat cawan penguap hasil penguapan
KADAR SARI LARUT ETANOL ATAU AIR

Sebanyak 5 g serbuk simplisia ditempatkan pada labu erlenmayer lalu ditambahkan 50 mL


etanol 96%, diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, ambil 20 mL sampel kemudian
tempatkan pada cawan penguap yang telah ditimbang sebelumnya. Masukkan ke dalam oven
pada suhu kurang dari 78°C hingga bobot konstan.
(𝐵1 − 𝐵2) 100
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 𝑥 100%
(𝐵1 − 𝐵0) 20

Keterangan: B0= Berat cawan penguap kosong


B1= Berat cawan penguap sebelum penguapan
B2= Berat cawan penguap hasil penguapan

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN

I. EKSTRAKSI
1. Timbang 100 g simplisia kering, kemudia dimasukkan ke dalam labu bundar dan
ditambahkan 400 mL etanol 70%.
2. Pasang kondensor dan lakukan refluks pada suhu 50 C selama 2 jam.

II. PEMEKATAN EKSTRAK


1. Timbang cawan penguap kosong (W0)
2. Masukkan ekstrak cair dan uapkan sampai pekat
3. Timbang ekstrak kental (W1)
4. Hitung rendemen ekstrak yang diperoleh

III. PERHITUNGAN DOSIS


Khasiat : stimulan terhadap peredaran darah dan diuretik.

Ekstrak kental kopi akan dibuat granul effervecenst sebagai stimulan dengan dosis
setara dengan 50 mg kafein untuk satu kali penggunaan.
IV. FORMULASI
Ekstrak kental kopi setara dengan 50 mg kafein
NaHCO3 25,5%
Na Sitrat 17,85%
NaCl 1%
Aspartam 1%
Sukrosa ad 100%

V. PEMBUATAN SEDIAAN
1. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
2. Sedikit sukrosa dimasukkan ke dalam mortir untuk menutupi pori-pori mortir.
3. Ekstrak kental kopi, Na sitrat, sukrosa, dan aspartam dimasukkan sedikit demi
sedikit sambil digerus sampai homogen dan membentuk massa yang dapat dikepal.
4. Massa yang dapat dikepal diayak dengan ayakan no. 16, kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 50 C sampai kadar air 1%.
5. NaHCO3 dan NaCl dicampurkan ke dalam massa granul dan diaduk sampai
homogen.
6. Timbang 10 g massa granul, kemudian dimasukkan ke dalam kemasan dan diberi
label.

VI. EVALUASI SEDIAAN


1. Pemeriksaan organoleptik
Pemeriksaan sediaan secara organoleptis, meliputi warna, rasa, dan bau.

2. Pemeriksaan keseragaman bobot


Timbang satu kemasan dan keluarkan isinya, kemudian timbang kemasan
kosongnya. Hitung bobot rata-rata isi dari 20 kemasan.
Syarat: tidak lebih dari dua kemasan memiliki bobot lebih dari rata-rata ditambah
7,5% dan tidak satu kemasan pun yang memiliki bobot lebih dari rata-rata ditambah
15%.
3. Pemeriksaan kadar air
250 mg granul ditempatkan pada tempat sampel dalam moisture balanca yang telah
diatur suhunya pada 100 C.

4. Pemeriksaan pH
100 mg granul dilarutkan dalam 10 mL aquades, kemudian diukur pH larutan
dengan menggunakan pH meter.
LEMBAR KERJA

A. STANDARDISASI SIMPLISIA
1. Spesifikasi Simplisia
a) Nama botani :

b) Keluarga :

c) Kandungan utama :

d) Bagian yang digunakan :

e) Derajat halus simplisia :


2. Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan Hasil Pengamatan Data dari literatur
Ciri-ciri Makroskopis

Ciri-ciri Mikroskopis
Kadar Air

Kadar Sari Larut Etanol /


Air

Skrining Fitokimia
1. Alkaloid
2. Polifnol
3. Flavonoid
4. Tanin
5. Mono dan
Seskuiterpen
6. Kuinon
7. Saponin
B. STANDARDISASI PROSES
1. Proses Ekstraksi
Pengamatan Hasil Pengamatan
Jumlah Simplisia
Metode Ekstraksi
Alasan Pemilihan Metode

Pelarut yang digunakan


Alasan Pemilihan Pelarut

Jumlah Pelarut yang


digunakan
Jumlah Ekstrak Cair yang
didapat
Berat Ekstrak Kental yang
didapat
Pemerian Ekstrak Kental

Rendemen Ekstrak

Identifikasi Minyak Atsiri


2. Identifikasi Zat Aktif dalam Ekstrak
Pengamatan Hasil Pengamatan Literatur

Nama Senyawa

Golongan Senyawa

Struktur Senyawa

3. Formula

a) Bentuk sediaan :

b) Alasan pemilihan bentuk sediaan:

c) Kemasan :

d) Dosis :

e) Kegunaan Zat Tambahan :


C. STANDARDISASI
PRODUK Evaluasi
Produk
Pengamatan Hasil Data dari Literatur

Keseragaman Bobot

Kadar Air

Kekuatan Busa

Viskositas

Pengamatan Hari Ke-


0 1 2 3 4 5 6
Warna
Bau
Rasa
Homogenitas
pH

Kesimpulan dari evaluasi produk:

Anda mungkin juga menyukai