Disusun Oleh:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Nutrasetika untuk Kesehatan Tulang”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Silvia Surini dan Ibu Ayun Erwinia yang telah membimbing dalam proses pembuatan
makalah ini. Penulis juga berterima kasih atas bantuan semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan dukungan moril maupun materi kepada penulis sehingga penulis
dapat membuat makalah ini dengan baik dan benar.
Penulis berharap informasi-informasi yang terdapat dalam makalah ini dapat berguna bagi
pembaca. Sebelumnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
maka penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi yang kurang
berkenan di hati pembaca. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah ini, Terima kasih.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor-faktor seperti masalah kesehatan, gaya hidup, prosedur medis, dan obat-obatan
semuanya dapat berkontribusi terhadap keropos tulang. Selain itu, rheumatoid arthritis (RA),
lupus, penyakit radang usus (IBD), kanker payudara, kanker prostat, leukemia, limfoma,
penyakit Parkinson dan lain-lain juga dapat memicu terjadinya osteoporosis.
FDA sendiri telah menyetujui sejumlah obat untuk pencegahan keropos tulang, namun
kebanyakan obat-obat tersebut mahal dan memiliki banyak efek samping lainnya. Nutrasetikal
yang diidentifikasi dari makanan seperti butein, cardamonin, coronarin D curcumin, embelin,
gambogic acid, plumbagin, quecetin, reseveratrol, zerumbone dan lainnya, dapat memodulasi
jalur persinyalan sel dan reverse atau memperlambat proses osteoporosis (Pandey, et al. 2018).
Dengan mengetahui lebih dalam lagi senyawa-senyawa yang memiliki manfaat dalam
kesehatan tulang, serta bagaimana mekanisme kerja, dan contoh produk yang mengandung
senyawa tersebut, maka dapat membuka wawasan dan dapat memunculkan ide-ide untuk
pengembangan produk nutrasetika lainnya yang dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
1
2. Bagaimana karakteristik senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang?
3. Bagaimana mekanisme kerja senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang?
4. Bagaimana dosis, cara pakai, efek terapi, dan efek samping produk yang mengandung
senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui senyawa-senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang
2. Mengetahui karakteristik senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang
3. Mengetahui mekanisme kerja dari senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang
4. Mengetahui dosis, cara pakai, efek terapi, dan efek samping produk yang mengandung
senyawa yang bermanfaat dalam kesehatan tulang
2
BAB II
ISI
3
berbagai jalur, seperti OPG/RANKL/RANK, LGR4/RANKL/RANK, Ephrin2/ephB4,
dan jalur Fas/FasL.
2. Bone Remodelling
Proses ini tergantung pada fungsi dari dua sel utama jaringan tulang, yaitu osteoklas
(resorpsi) dan osteoblast (osteogenik). Keseimbangan antara resorpsi dan osteogenik
tulang penting untuk mempertahankan massa tulang yang konstan.
4
Osteoblas merespon sinyal yang dihasilkan oleh osteosit dan merekrut prekursor
osteoklas ke situs remodeling. Sedangkan sebagai tanggapan terhadap remodeling tulang
yang diinduksi oleh PTH, osteoblast menghasilkam kemokin MCP-1 (monocyte
chemoattractant protein-1) in vivo, yang merupakan chemoattractant untuk prekursor
osteoklas dan meningkatkan osteoklastogenesis yang diinduksi RANKL in vitro. Selain
perekrutan precursor osteoklas, ekspresi osteoblast dari sitokin osteoklastogenesis master,
CSF-1, RANKL, dan OPG juga dimodulasi sebagai respons terhadap PTH. Ekspresi OPG
berkurang, dan produksi CSF-1 dan RANKL ditingkatkan untuk mempromosikan
pembentukan osteoklas dan aktivitas selanjutnya.
CSF-1 mempromosikan proliferasi dan kelangsungan hidup precursor osteoklas
dan mengarahkan penyebaran, motilitas, dan organisasi sitoskeletal dalam sel matang.
RANKL juga mempromosikan proliferasi precursor osteoklas dan mengkoordinasikan
diferensiasi precursor osteoklas ke osteoklas multinuklear, meningkatkan aktivitas
resorpsi, dan memperpanjang umur sel dewasa.
Setelah berdiferensiasi dan aktif, osteoklas akan melekat ke permukaan tulang dan
mulai melarutkan tulang. Tahap ini membutuh dua tahap :
1. Pengasaman matriks tulang untuk melarutkan komponen anorganik. Asam yang
berperan dalam hal ini adalah tartrate-resistant acid phosphatase
2. Pelepasan enzim lisosom, seperti cathepsin K dan MMP 9 dimana keduanya
bertanggung jawab dalam degradasi komponen tulang.
Lalu, setelah menyelesaikan fungsinya, osteoklas akan mengalami apoptosis.
Fase Reverse
Reverse cells—perannya masih belum sepenuhnya diklarifikasi—berperan dalam
fase ini. Namun diketahui bahwa sel seperti makrofag (macrophage-like cells) memiliki
kemungkinan berfungsi dalam penghapusan puing-puing yang dihasilkan selama degradasi
matriks.
Fase Formasi
Resorpsi tulang yang sebelumnya terjadi mengarah pada pelepasan beberapa faktor
pertumbuhan, termasuk bone morphogenic proteins (BMPs), fibroblast growth factor
(FGFs), dan transforming growth factor β (TGF-β). Faktor-faktor ini bertanggung jawab
terhadap perekrutan osteoblast ke area yang ter-resorpsi. Osteoblas akan langsung
5
memproduksi matriks tulang baru, dimana yang awalnya belum terkalsifikasi disimpan
sebagai osteoid. Lalu, osteoblast akan mempromosikan mineralisasi sehingga proses
remodeling tulang selesai.
Kolagen tipe I adalah komponen organik utama tulang. Protein non-kolagen—
termasuk proteoglikan, protein glikosilasi seperti fosfatase alkalin nonspesifik, small
integrin-binding ligand (SIBLING), protein yang mengandung Gla (matriks protein Gla
dan osteolaksin), dan lipid— menyusun bahan organic yang tersisa. Untuk membentuk
bentuk akhirnya, hidroksiapatit di ‘incorporate’ ke dalam osteoid yang baru ini.
6
b. Osteoarthritis
Dahulu, osteoarthritis dilihat sebagai penyakit yang mempengaruhi tulang rawan
articular. Namun, dewasa ini diketahui bahwa penyakit ini mempengaruhi seluruh
struktur sendi. Perubahan patologis yang terjadi pada sendi-sendi yang mengalami
osteoarthritis yaitu: fibrilasi dan degradasi tulang rawan articular; penebalan tulang
subkrondal; pembentukan osteofit; infalamasi pada synovium (synovitis); degenerasi
ligamen; dan hipertropi kapsul sendi.
Secara klinis, banyak pasien OA memiliki gejala inflamasi sendi, seperti kekakuan
pada pagi hari, panas, sakit atau nyeri, dan efusi sendi yang timbul, sebagian, dari
penebalan sinovial atau efusi cairan synovial. Demikian juga dengan synovitis yang
sekarang umum ditemukan pada OA.
7
Kerusakan sendi, yang paling sering terjadi pada individu dengan faktor risiko seperti
usia lanjut, cedera sendi sebelumnya, atau obesitas, memicu respons kekebalan yang
menghasilkan inflamasi kronis, inflamasi tingkat rendah dan, akhirnya, pengembangan
OA klinis. Mediator inflamasi yang terkait dengan OA termasuk sitokin, kemokin,
faktor pertumbuhan, adipokin, prostaglandin, leukotrien, oksida nitrat, dan
neuropeptida.
Sebuah penelitian baru-baru ini telah menjelaskan peran osteosit dalam remodeling
tulang. Sejumlah jalur pensinyalan yang terkait dengan osteoklastogenesis telah
ditemukan. Dengan demikian pemahaman setiap langkah dalam diferensiasi osteoclasts
(OC) penting untuk mengembangkan agen baru untuk mencegah bone loss. Remodeling
tulang adalah proses yang dinamis, yang dikendalikan oleh berbagai kemokin, faktor
pertumbuhan, dan faktor transkripsi. Agen yang berasal dari sumber daya alam
menginduksi pembentukan tulang atau menghambat proses resorpsi tulang. MSC, sel
punca mesenkim; FGF, faktor pertumbuhan fibroblast; BMP, protein morfogenetik tulang;
8
TGF-β, mentransformasikan faktor pertumbuhan-β; FGFR, reseptor faktor pertumbuhan
fibroblast; Runx-2, faktor transkripsi terkait runt 2; CFU-S, unit pembentuk koloni; M-
CSF, faktor stimulasi koloni makrofag; RANKL, aktivator reseptor ligan faktor kappa-B
nuklir.
9
Beberapa penelitian menggunakan model tikus yang direkayasa secara genetika
menunjukkan bahwa jalur NF-κB adalah kunci dalam perkembangan dan fungsi
osteoklas yang diinduksi oleh RANKL. RANKL dapat menginduksi aktivasi NF-BB
klasik dan alternatif dalam OC dan prekursornya. Penghapusan IKK2 pada tikus
transgenik menyebabkan osteoklastogenesis yang rusak pada prekursor OC sebagai
respons terhadap RANKL, TNF-α, atau IL-1β yang menjadi penyebab osteopetrosis
(pembentukan tulang berlebih) dan resistensi terhadap bone loss.
Dari studi yang disebutkan sebelumnya bahwa agen yang menghambat pensinyalan
NF-κB akan memiliki efek menguntungkan pada bone loss Beberapa nutraceutical
telah diidentifikasi misalnya resveratrol, curcumin, quercetin, withanolide, silibinin,
asam rosemarinic, obovatol, asam gambogic, wedelolactone, zerumbone, asam ursolat,
embelin, butein, silymarin, plumbagin, honokiol, fisetin, dan modul-modul berberine
jalur pensinyalan dengan demikian mengontrol kehilangan tulang.
c. Macrophage-Colony Stimulating Factor (M-CSF)
d. Src
Src memainkan peran penting dalam osteoklastogenesis. Fungsi utama Src di dalam OC
adalah untuk menyetujui prosedur cepat dan pembongkaran podosom, struktur dasar yang
didasarkan pada integrasi khusus dari osteoklas dan sel-sel yang sangat motil lainnya.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa Src sangat penting untuk resorpsi
tulang.
2.2 Genistein
Fitoestrogen memiliki manfaat bagi tulang terutama pencegahan osteoporosis.
Fitoestrogen adalah senyawa dari tumbuhan yang memilik struktur kimia mirip estradiol.
10
Gugus C4’ dan C7 pada cincin fenol isoflavon serupa dengan gugus hidroksil estradiol
sehingga senyawa ini mampu berikatan pada reseptor estrogen (ER) (Thomas et al., 2011).
Fitoestrogen terdiri dari tiga golongan, salah satu di antaranya adalah isoflavon. Senyawa
isoflavon banyak terkandung dalam tumbuhan famili Leguminoseae atau kacang-kacangan.
Contoh kacang kedelai dan produk olahan hasil fermentasi kedelai yaitu tempe. Di Asia,
konsumsi harian isoflavon sebesar 15-50mg/hari sedangkan di Eropa hanya 2mg/hari.
Salah satu contoh isoflavon yang digunakan dalam formulasi suplemen tulang adalah
genistein. Genistein di tanaman berfungsi sebagai chemoattractant terhadap N2. Genistein
pertama kali diisolasi dari Genista tinctoria L. pada tahun 1899. Genistein [49,5,7-
trihydroxyisoflavone or 5,7-dihydroxy-3-(4-hydroxyphenyl) chromen-4-one] (C15H10O5)
adalah senyawa golongan isoflavon yang di alam berada dalam bentuk glikosida genistin.
Glikosida genistin mengalami hidrolisis oleh enzim beta glucosidase di usus menjadi aglikon
genistein dan glikon glukosa. Genistein bersifat tidak larut air.
11
dengan bantuan Multidrug Resistance associated Protein 3 (MRP3) transporter. Ekskresi
genistein dari tubuh melalui empedu dan ginjal (Yang et al., 2012).
12
muncul di antaranya adalah mual,muntah,nyeri lambung dan konstipasi. Konsumsi suplemen
bersama makanan dapat menurunkan efek samping.
Beberapa penelitian mengungkap ada interaksi antara genistein dan tamoxifen. Kedua
senyawa ini sama-sama mampu berikatan di reseptor estrogen. Tamoxifen diketahui
menghalangi genistein dalam menghambat efek paratiroid yang dapat membuat resorpsi
tulang. Kontraindikasi pada wanita dengan kanker payudara ataupun riwayat keluarga
menderita kanker tersebut. Bagi ibu hamil dan menyusui, belum ada data yang jelas. Sehingga
sebaiknya dihindarkan dari konsumsi suplemen mengandung genistein.
2.3 Quercetin
Nama quercetin (3,3’,4’,5,7-
pentahidroksiflavon) yang berasal dari
Bahasa latin “Quercetum” digunakan
pada tahun 1857, ketika flavonoid ini
diisolasi dari Pohon Oak (Quercus sp.).
Quercetin yang memiliki berat molekul
302,23 dan solubilitas air sebesar <0,1
g/100 ml pada suhu 21oC termasuk dalam
kelas flavonol yang tidak dapat diproduksi dalam tubuh manusia. Quercetin berwarna kuning,
kurang larut dalam air panas, cukup larut dalam alkohol dan lipid, dan tidak larut dalam air
dingin. Quercetin merupakan salah satu bioflavonoid yang paling banyak digunakan untuk
pengobatan gangguan metabolik dan inflamasi.
13
Quercetin yang merupakan bentuk aglikon dari glikosida flavonoid telah digunakan
sebagai suplemen nutrisi dan dapat bermanfaat melawan berbagai penyakit. Beberapa efek
menguntungkan meliputi proteksi kardiovaskular, antitumor, anti-ulser, anti-alergi, antivirus,
antiinflamasi, antidiabetes, efek gastroprotektif, antihipertensi, imunomodulatori, antiinfeksi,
dan efek protektif terhadap bone loss.
Pada kesehatan tulang, flavonoid ini dipercaya dapat mengaktivasi osteoblast atau
menghambat diferensiasi OC sehingga dapat meregulasi metabolisme tulang. Quercetin
menginduksi diferensiasi OB dengan mengaktivasi Smad dan P38 MAPK. Selanjutnya,
penelitian telah menunjukkan bahwa quercetin menghambat osteoklastogenesis yang diinduksi
RANK L melalui penghambatan aktivasi NF-kB. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
suplemen quercetin dapat menghambat bone loss pada suatu model tikus ovariektomi. Seluruh
penelitian tersebut menyatakan bahwa flavonoid ini memiliki potensi yang besar untuk dapat
digunakan sebagai suplemen kesehatan tulang. Namun, uji klinis lebih lanjut dibutuhkan untuk
sepenuhnya menjelaskan kegunaan dari bahan alam ini.
14
Gambar. Struktur nutrasetika yang berhubungan dengan penekanan bone loss
Quercetin itu sendiri memiliki bioavailabilitas yang rendah, artinya tubuh menyerap
quercetin dengan buruk. Hal itulah yang menyebabkan suplemen dapat mengandung senyawa
lain, seperti vitamin C atau enzim pencernaan seperti bromelain, karena senyawa tersebut dapat
meningkatkan penyerapan.
15
Selain itu, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa quercetin memilik efek sinergis
ketika dikombinasikan dengan suplemen flavonoid lain, seperti resveratrol, genistein, dan
katekin.
Antioksidan alami yang ditemukan pada buah dan sayur dapat menjadi sangat
menguntungkan ketika dikonsumsi sebagai bagian dari makanan yang bernutrisi dan
seimbang. United States Food and Drug Administration (FDA) mengelompokkan quercetin
sebagai senyawa yang umumnya aman. Beberapa masyarakat melaporkan efek samping minor
ketika mengonsumsi dosis tinggi quercetin, seperti 1000 mg per hari, untuk jangka panjang.
Efek samping dapat berupa sakit kepala, mual, dan sensasi kesemutan.
Ketika dikonsumsi dalam bentuk makanan, quercetin aman untuk ibu hamil dan menyusui.
Namun, studi mengenai keamanan suplemen quercetin untuk ibu hamil dan menyusui masih
kurang sehingga disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum
mengonsumsi quercetin.
Sama halnya dengan suplemen lain, sebelum mengonsumsi quercetin disarankan untuk
berkonsultasi ke tenaga kesehatan karena quercetin dapat berinteraksi dengan beberapa obat,
seperti antibiotik dan obat tekanan darah.
Berikut merupakan contoh suplemen yang mengandung quercetin yang tersedia di pasaran.
1. Quercetin Pro
16
Aturan Pakai : sehari satu kapsul dengan makanan atau sesuai arahan tenaga kesehatan
profesional
2. Revly Quercetin + Bromelain, 500 mg Quercetin dengan 150 mg Bromelain, 50 kapsul
Aturan Pakai: Sebagai suplemen makanan, konsumsi 1 kapsul sampai 3 kali sehari pada
perut kosong.
2.4 Resveratrol
Sebagian besar wanita pascamenopause tahap awal menderita osteoporosis. Pada wanita
postmenopausal osteoporosis (PMOP) menunjukkan penurunan cepat dalam bone mineral
density (BMD) yang dapat disebabkan oleh defisiensi estrogen setelah menopause. Terapi
penggantian estrogen atau Estrogen Replace therapy (ERT) menjadi terapi yang paling umum
digunakan untuk pencegahan pascamenopause, namun memiliki risiko efek samping terkena
kanker payudara dan uterus sehingga penting untuk menemukan alternatif untuk estrogen bagi
wanita pascamenopause untuk mencegah osteoporosis. Osteoporosis merupakan kelainan
tulang yang ditandai dengan massa tulang yang rendah, kemunduran struktural, penurunan
kekuatan tulang, dan peningkatan risiko patah tulang.
17
untuk reseptor estrogen-α dan β. Resveratrol terbukti memiliki efek menguntungkan pada
penyakit kardiovaskular dan osteoporosis pada wanita pasca-menopause karena aktivitas
antioksidannya.
18
Suplemen resveratrol dapat mengandung mulai dari kurang dari 1 miligram (mg) hingga
500 mg resveratrol per tablet atau kapsul, tetapi untuk mengetahui apakah ada dosis yang
aman dan efektif untuk pencegahan penyakit kronis pada manusia dapat dilihat dari dosis dan
juga interaksi obat.
Resveratrol tidak memiliki efek samping pada dosis jangka pendek (1,0 g). Pada dosis
2,5 g atau lebih per hari, efek samping dapat terjadi seperti mual, muntah, diare dan disfungsi
hati pada pasien dengan penyakit hati berlemak non-alkohol. Suplemen ini tidak memiliki efek
samping utama yang dinyatakan dalam uji klinis jangka panjang. Resveratrol telah ditemukan
aman dan dapat ditoleransi dengan baik hingga 5 g / hari, baik sebagai dosis tunggal atau
sebagai fraksi dari jadwal dosis beberapa hari.
Interaksi obat dapat terjadi pada resveratrol, yakni dapat menghambat agregasi
trombosit manusia secara in vitro. Secara teoritis, asupan tinggi resveratrol dapat
meningkatkan risiko memar dan perdarahan saat diminum dengan obat antikoagulan, seperti
warfarin (Coumadin) dan heparin; obat antiplatelet, seperti clopidogrel (Plavix) dan
dipyridamole (Persantine); dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), termasuk aspirin,
ibuprofen, diklofenak, naproksen, dan lainnya.
Bahan:
19
Trans-Resveratrol 150mg dari 153mg 98% Ekstrak terstandar Akar Kering Jepang
Knotweed Polygonum Cuspidatum
Manfaat / penggunaan:
2.5 Kurkumin
Kurkumin merupakan senyawa polifenolic yang didapat dari kunyit atau turmeric
(Curcuma longa L.). Kunyit atau turmeric mengandung tiga senyawa utama golongan
Kurkuminoid, dimana kurkumin merupakan senyawa yang paling dominan (77%) dan paling
aktif secara biologis, diikuti oleh demetoksikurkumin (17%) dan bisdemetoksikurkumin (3%)
20
Secara umum, kurkumin telah diketahui memiliki berbagai aktivitas terapeutik dan
aktivitas biologis termasuk antiinfeksius, antioksidan, antiinflamasi, trombosupresif,
antiartritis, kemopreventif, dan antikarsinogenik. Selain itu, kurkumin juga dapat
ditoleransi dengan baik oleh organisme bahkan setelah pemberian dosis tinggi. Akan tetapi,
aplikasi klinis dari kurkumin terhambat oleh kelarutan dan stabilitas fisikokimia yang
rendah, yang menghasilkan penyerapan yang buruk dan bioavailabilitas yang lemah pada
pemberian melalui rute oral.
Selain dari aktivitas yang telah disebutkan sebelumnya, kurkumin juga dikenal memiliki
aktivitas biologis terhadap tulang maupun penyakit yang mungkin terjadi pada tulang dan
sendi, diantaranya:
Tulang merupakan organ yang paling mudah termetastasis oleh jaringan kanker
atau tumor, sehingga menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman bagi penderitanya.
Kurkumin diketahui dapat menekan metastasis tulang oleh jaringan malignan dengan
mekanisme berikut.
21
sangat penting untuk invasi dan metastasis sel tumor. Sifat anti-angiogenik dari
kurkumin dapat dimediasi sebagian oleh penghambatan siklik nukleotida
fosfodiesterase, yang sangat terlibat dalam pengaturan aktivitas sel endotel yang
diinduksi oleh VEGF.
Meskipun tidak ada konsensus resmi tentang dosis kunyit atau kurkumin yang efektif,
berikut ini telah digunakan dalam penelitian dengan hasil yang menjanjikan:
22
• Untuk osteoartritis: 500 mg dua kali sehari selama 2-3 bulan.
• Untuk kolesterol tinggi: 700 mg dua kali sehari selama 3 bulan.
• Untuk kulit gatal: 500 mg tiga kali sehari selama 2 bulan.
Kurkumin dosis tinggi tidak direkomendasikan untuk jangka panjang karena penelitian
yang menyatakan keselamatan mereka kurang. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah menentukan 1,4 mg per pon (0–3 mg / kg) berat badan sebagai asupan harian
yang dapat diterima.
Karena khasiatnya yang banyak dimanfaatkan untuk kesehatan, suplemen curcumin dari
ekstrak turmeric sudah banyak dipasarkan dengan berbagai claim untuk indikasi yang
berbeda dan kandungan yang sedikit berbeda antara satu produk dengan produk lain. Salah
satu contoh produk suplemen dengan curcumin terdapat diantara zat aktifnya adalah
suplemen dengan merek dagang Procosa®.
23
Gambar: Komposisi produk suplemen Procosa®
Claim yang disebutkan pada website resmi dari produsen produk suplemen Procosa®
adalah seperti pada gambar berikut.
24
2.6 Omega-3 Polyunsaturated (ω-3 PUFA)
Konsumsi reguler dari long-chain omega-3 polyunsaturated fatty acids (LCO3-PUFAs)
dapat memberikan keuntungan kesehatan terhadap kardiovaskular, aksi metabolic, dan
inflamasi. Asam lemak induk esensial, alpha-linolenic acid (ALA), biasanya dikonsumsi dari
sumber makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian (biji kenari, flaxseed atau biji rami, biji
chia), dan minyak dari tanaman (minyak flaxseed, minyak kanola, minyak kedelai).
Gambar. Konversi ALA menjadi EPA dan DHA, serta struktur asam lemak Omega 3
Konversi dari ALA menjadi eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid
(DHA) pada tubuh dilaporkan kurang efisien sehingga asam-asam lemak ini didapatkan dari
makanan. Sumber utama dari EPA dan DHA adalah produk yang berasal dari marine yaitu;
ikan berlemak seperti salmon, herring, mackerel, sardine; makanan yang diperkaya seperti
telur; atau suplemen seperti kapsul minyak ikan.
25
Gambar. Sumber ALA, EPA, dan DHA dari makanan
(NIH, 2019)
LC-PUFA terutama Omega 3 seperti EPA dan DHA berguna untuk metabolisme tulang.
Namun, mekanisme aksi seluler dari kerja LCO3-PUFA begitu kompleks dan melibatkan
modulasi dari metabolit asam lemak seperti prostaglandin, resolving dan protectin, sitokin,
growth factors, dan beberapa molecular signalling pathways. Terdapat beberapa mekanisme
LCO3-PUFA dalam meregulasi metabolisme tulang, termasuk penurunan pelepasan
prostaglandin E2 (PGE2) dan, faktor diferensiasi penting osteoklas, receptor-activated nuclear
kappa- ligand (RANKL). Lebih lanjut lagi, omega-3 dapat memodulasi jumlah sitokim
proinflamasi, meningkatkan produksi IGF1 dan meningkatkan pertambahan kalsium di tulang.
26
Gambar. Hubungan antara sitokin dan osteoklastogenesis
(Kajarabille, 2018)
Asupan makanan asam lemak esensial memainkan peran penting pada membrane sel dan
produksi dan berbagai macam sitokin oleh sel inflamasi. Asam lemak omega 6, terutama
arachidonic acid (AA), adalah sumber utama dari omega-6 eicosanoid yang diproduksi dari
oksigenasi AA oleh siklooksigenase, lipoksigenase, dan epoksigenase untuk produksi
prostaglandin, leukotriene, lipoksin, dan senyawa P-450. LCO3-PUFA dari makanan seperti
EPA dan DHA secara parsial menggantikan asam lemak omega 6, terutama AA, pada
membrane platelet, eritrosit, neutrophil, monosit, dan sel hati. Hal ini memicu perubahan pada
rasio asam lemak omega 6/omega 3 pada membrane dan perubahan pada fungsi mereka yaitu
penurunan produksi IL-1, IL-6, dan TNF-.
Konsumsi omega-3 dapat melindungi dari osteoporosis karena mereka dapat menghambat
osteoklastogenesis. Namun, dengan penuaan, mesenchymal stem cells (MSC) pada bone
marrow banyak yang terdiferensiasi menjadi adiposity, sehingga mengurangi jumlah
osteoblast. Produk turunan dari metabolisme omega 6 dan omega 3 dapat mempengaruhi
diferensiasi MSC menjadi osteoblast dan adiposit. Menurut rasio omega-6/omega-3 yang
dikonsumsi, jenis metabolit tertentu akan diproduksi serta memodifikasi beberapa proses
fisiologis. Secara umum, proses fisiologis yang melibatkan dua tipe asam lemak
polyunsaturated ini bertentangan satu sama lain. Jika eicosanoid yang merupakan turunan dari
omega-6 dianggap proinflamasi, sedangkan yang berasal dari omega-3 bersifat antiinflamasi.
27
Konsumsi omega-3 dengan dosis tinggi DHA dan/atau EPA sebesar 900 mg/hari EPA plus
600 mg/hari DHA dalam beberapa minggu dapat mengurangi fungsi imun akibat supresi
respons inflamasi. Sedangkan omega-3 pada dosis 2-15 g/hari dan/atau DHA dapat
meningkatkan waktu perdarahan akibat penurunan agregasi platelet. Namun berdasarkan
EFSA, konsumsi jangka panjang suplemen EPA dan DHA dengan dosis kombinasi hingga 5
g/hari dianggap aman. Dosis rekomendasi omega-3 oleh FDA adalah tidak melebihi 3 g/hari
kombinasi EPA dan DHA dimana untuk suplemen makanan yaitu 2 g/hari.
Efek samping dalam konsumsi omega-3 biasanya ringan, antara lain rasa tidak enak, bau
mulut, heartburn, mual, ketidaknyamanan GI, diare, sakit kepala, hinga keringat berbau.
Terdapat beberapa produk nutrasetika yang mengandung omega-3 dan bertujuan untuk
menunjuang kesehatan tulang.
(Healthy Hey)
28
Vitamin E 25 mg
Linolenic Acid 50 mg
Komposisi lainnya: Gelatin, Gliserin, Sorbitol, Metil Paraben, Asam sorbat, Asam Fumarat,
dan purified water
Rekomendasi penggunaan: Sebagai suplemen kesehatan, konsumsi 1 softgel tiga kali sehari
dengan makanan atau berdasarkan arahan dokter.
Asupan lignan biasanya tidak melebihi 1 mg per hari di sebagian besar populasi Western.
Perkiraan asupan lignan bervariasi dari sekitar 150 μg/hari (secoisolariciresinol dan
29
marairesinol) hingga sekitar 1600 μg/hari (secoisolariciresinol, matairesinol, lariciresinol,
pinoresinol, syringaresinol, medioresinol, enterolactone, enterodiol
Contoh produk :
• Suplemen makanan
Khasiat :
• Sebagai antioksidan
Cara pakai : Dosis setiap kali 1 kapsul sehari 2 kali setelah makan
Efek samping yang timbul dari konsumsi sesamin adalah alergi apabila konsumen
memiliki riwayat alergi kacang atau sesame seeds.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produk nutrasetika dalam bentuk suplemen dapat dijadikan sebagai alternatif pada
pencegahan dan pengurangan keparahan penyakit. Suplemen nutrasetika juga menjadi salah
satu langkah efektif dan efisien untuk memperoleh khasiat suatu senyawa dari functional food.
Salah satu jenis suplemen yang sering digunakan adalah suplemen untuk kesehatan tulang.
Suplemen nutrasetika untuk kesehatan tulang umumnya memiliki efek protektif terhadap bone
loss. Zat aktif yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan tulang terdiri dari genistein,
kurkumin, quercetin, resveratrol, sesamin, dan omega-3. Zat aktif tersebut terdapat dalam
berbagai jenis pangan, hewani ataupun nabati. Pengkonsumsian suplemen nutrasetika yang
mengandung zat aktif tersebut secara teratur sesuai dosis dan aturan pakai yang dianjurkan
menjadi salah satu cara untuk mempertahankan kesehatan tulang.
Genistein yang termasuk dalam golongan fitoestrogen larut dalam pelarut organik dan
praktis tidak larut dalam air. Genistein dipercaya dapat meningkatkan bone mass density,
mencegah mild osteopenia, dan mencegah fraktur pada wanita postmenopause karena aksinya
dalam penurunan aktivitas osteoklas dengan peningkatan OPG, inhibisi tyrosin kinase, dan
penurunan ekspresi IL-6. Dosis harian genistein yang direkomendasikan adalah lebih dari 40
mg/hari dan dikonsumsi beberapa jam sebelum ataupun sesudah konsumsi obat/suplemen
lain, dikonsumsi bersamaan ataupun setelah makan, dan dikonsumsi minimal 6 bulan. Salah
satu produk genistein yang beredar terdapat dalam bentuk kapsul yang dikonsumsi 1-2 kali
sehari dan diberikan setelah makan. Efek samping yang terjadi dapat berupa mual, muntah,
iritasi lambung, nyeri lambung, dan konstipasi.
Quercetin yang berupa serbuk berwarna kuning sangat mudah larut dalam air (< 0,1
g/100 ml) pada suhu 21oC. Quercetin memiliki bioavailabilitas yang rendah dan menghasilkan
efek sinergis ketika dikombinasikan dengan flavonoid lain. Quercetin dipercaya memiliki efek
protektif terhadap bone loss karena aksinya dalam mengaktivasi osteoblast atau menghambat
diferensiasi osteoklas. Dosis umum quercetin dalam bentuk suplemen adalah 500 – 1000 mg
per hari. Produk quercetin yang tersedia di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul yang
31
dikonsumsi sehari satu kali dengan makanan. Pada dosis tinggi, quercetin dapat menyebabkan
efek samping berupa sakit kepala, mual, dan sensasi kesemutan.
Curcumin memiliki sifat kelarutan dan stabilitas fisikokimia yang rendah. Curcumin
dipercaya dapat mempertahankan massa tulang dengan menghambat osteoklastogenesis.
Curcumin juga dapat mengurangi pembentukan spesies reaktif yang menyebabkan degradasi
tulang rawan. Saat ini, tidak ada konsensus resmi terkait dosis kurkumin efektif, tetapi
berdasarkan penelitian, dosis kurkumin untuk osteorartritis adalah 500 mg yang dikonsumsi
dua kali sehari selama 2-3 bulan. Produk curcumin yang tersedia di pasaran terdapat dalam
bentuk tabet yang dikonsumsi 3 kali sehari dengan makanan. Efek samping yang terjadi dapat
berupa dyspepsia dan pruritus.
32
dari suplemen omega-3 dapat berupa rasa tidak enak, bau mulut, heartburn, mual,
ketidaknyamanan GI, diare, sakit kepala, dan keringat bau.
Sesamin yang termasuk golongan lignan merupakan senyawa yang larut dalam pelarut
organik dan bentuk glikosidanya larut dalam air atau alkohol dan dapat dihidrolisis oleh asam.
Sesamin dipercaya dapat menjaga kesehatan tulang karena aksinya yang memicu diferensiasi
osteoblast dengan mengaktifkan jalur pensinyalan p38 dan ERK MAPK. Asupan lignan
biasanya tidak melebihi 1 mg per hari dan dapat dikonsumsi setelah makan. Produk sesamin
yang tersedia di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul yang dikonsumsi 2 kali sehari setelah
makan. Efek samping yang terjadi dapat berupa reaksi alergi pada konsumen yang memiliki
riwayat alergi terhadap kacang/ sesame seed.
3.2 Saran
Penelitian mengenai komoditi pangan menjadi sediaan nutrasetika harus dikembangkan
lagi sehingga menjadi salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan sediaan farmasi yang
dapat digunakan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan tubuh.
33
DAFTAR PUSTAKA
Chen, X., Wang, Z., Duan, N., Zhu, G., Schwarz, E., & Xie, C. (2017). Osteoblast–osteoclast
interactions. Connective Tissue Research, 59(2), 99-107. doi:
10.1080/03008207.2017.1290085
Kajarabille, Naroa et al. (2013). A New Insight to Bone Turnove: Role of omega-3 Polyunsaturated
Fatty Acids. University of Granada, Spain: Scientific World Journal.
Lavado-Garcia, Jesus. (2018). Long-chain omega-3 polyunsaturated fatty acid dietary intake is
positively associated with bone mineral density in normal and osteopenic Spanish women.
University of Extremadura: Cacered, Spain.
Lin, Qian., et all. (2001). Effects of Resveratrol on Bone Mineral Density in Ovarectomized Rats.
Retrieved 19 September 2019 from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3614578/.
Oršolić, N., Jeleč, Ž., Nemrava, J., Balta, V., Gregorović, G., & Jeleč, D. (2018). Effect of
Quercetin on Bone Mineral Status and Markers of Bone Turnover in Retinoic Acid-Induced
Osteoporosis. Polish Journal Of Food And Nutrition Sciences, 68(2), 149-162. doi:
10.1515/pjfns-2017-0023
34
Pandey, M. K., Gupta, S. C., Karelia, D., Gilhooley, P. J., Shakibaei, M., & Aggarwal, B. B.
(2018). Dietary nutraceuticals as backbone for bone health. Biotechnology Advances, 36(6),
1633–1648. doi:10.1016/j.biotechadv.2018.03.014
Pandey, M., Gupta, S., Karelia, D., Gilhooley, P., Shakibaei, M., & Aggarwal, B. (2018). Dietary
nutraceuticals as backbone for bone health. Biotechnology Advances, 36(6), 1633-1648. doi:
10.1016/j.biotechadv.2018.03.014
Parasuraman, S., Anand David, A., & Arulmoli, R. (2016). Overviews of biological importance of
quercetin: A bioactive flavonoid. Pharmacognosy Reviews, 10(20), 84. doi: 10.4103/0973-
7847.194044
Procosa | FULL Prescribing Information | PDR.net. (2019). Retrieved 19 September 2019, from
https://www.pdr.net/full-prescribing-information/Procosa-glucosamine-hydrochloride-
magnesium-sulphate-manganese-gluconate-meriva-bioavailable-curcumin-complex-
potassium-sulphate-vitamin-C--calcium-ascorbate--597
Robinson, W., Lepus, C., Wang, Q., Raghu, H., Mao, R., Lindstrom, T., & Sokolove, J. (2016).
Low-grade inflammation as a key mediator of the pathogenesis of osteoarthritis. Nature
Reviews Rheumatology, 12(10), 580-592. doi: 10.1038/nrrheum.2016.136
Salehi, B., Mishra, A., Nigam, M., Sener, B., Kilic, M., Sharifi-Rad, M., … Sharifi-Rad, J.
(2018). Resveratrol: A Double-Edged Sword in Health Benefits. Biomedicines, 6(3),
91. doi:10.3390/biomedicines6030091
Tou, J. C. (2015). Resveratrol supplementation affects bone acquisition and osteoporosis: Pre-
clinical evidence toward translational diet therapy. Biochimica et Biophysica Acta (BBA) -
Molecular Basis of Disease, 1852(6), 1186–1194. doi:10.1016/j.bbadis.2014.10.003
35
Turmeric Dosage: How Much Should You Take Per Day?. (2019). Retrieved 19 September 2019,
from https://www.healthline.com/nutrition/turmeric-dosage
Turmeric Uses, Benefits & Dosage - Drugs.com Herbal Database. (2019). Retrieved 19 September
2019, from https://www.drugs.com/npp/turmeric.html
What Is Quercetin? Benefits, Foods, Dosage, and Side Effects. (2019). Retrieved 19 September
2019, from https://www.healthline.com/nutrition/quercetin#safety-and-side-effects
Wong, R., & Rabie, A. (2008). Effect of quercetin on bone formation. Journal Of Orthopaedic
Research, 26(8), 1061-1066. doi: 10.1002/jor.20638
Zhou, Z., Han, J., Xi, C., Xie, J., Feng, X., & Wang, C. et al. (2008). HMGB1 Regulates RANKL-
Induced Osteoclastogenesis in a Manner Dependent on RAGE. Journal Of Bone And
Mineral Research, 23(7), 1084-1096. doi: 10.1359/jbmr.080234
36
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Merianda:
a. Pada omega 3, berapa persentase EPA dan DHA & mana yang lebih dominan?
Jawab: Menurut Goyens et al., konversi ALA menjadi ~7% untuk EPA, tetapi
hanya 0,013% untuk DHA, sedangkan menurut HUssein et al. bahwa konversi
ALA hanya 0,3% menjadi EPA dan <0,01% untuk DHA. Untuk mendapatkan
efek kesehatan pada tubuh oleh omega-3, disarankan untuk mengkonsumsi 8-12
ons seafood per minggu, dimana jumlah tersebut setara dengan ~300 - 900 mg
EPA + DHA perhari.
b. Dosis resveratrol terdapat dalam rentang; apakah dosis tersebut dari dokter?
Dalam rentang itu, dosis mana yang dapat berkhasiat?
Jawab: Suplemen resveratrol dapat mengandung mulai dari kurang dari 1-500 mg
resveratrol per kapsul, tetapi untuk mengetahui apakah ada dosis yang aman dan
efektif untuk pencegahan penyakit kronis pada manusia dapat dilihat dari dosis dan
juga interaksi obat.
Resveratrol sebagai pengobatan pada kesehatan tulang efektif digunakan pada
rentang 1-500 mg. Efek samping dari penggunaan resveratrol jangka pendek >2,5
g/hari dapat terjadi seperti mual, muntah, diare dan disfungsi hati pada pasien
dengan penyakit hati berlemak non-alkohol.
Referensi:
Swanson, Danielle. (2012). Omega-3 Fatty Acid EPA and DHA: Health Benefits Throughout Life. New
York: Advances in Nutrition
37