Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH NUTRASETIKA

ANTIDIABETES

Disusun oleh :
Kelompok 2
Benson 1606876960
Charisa Diah Iswari 1606875011
Hamida Fatimah Zahra 1606924253
Salsabiela Haz 1606923856
Theodora Rachel 1606879760

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan
Nutrasetika. Makalah ini diharapkan dapat memberikan penjelasan serta informasi
lebih dalam mengenai ”Nutrasetika untuk Pasien Diabetes”.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengalami banyak kesulitan dan
hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama
kepada dosen pengampu mata kuliah Teknologi Sediaan Nutrasetika, Ibu Silvia
Surini M.Pharm.Sc., Ph.D. dan Ibu Ayun Erwina Arifianti M.Farm., Apt. yang
telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penyusun maupun para pembaca.

Depok, 19 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB 2 ISI................................................................................................................ 3
2.1. Pendahuluan .................................................................................................. 3
2.2. Cinnamon Cassia........................................................................................... 5
2.3. Fenugreek .................................................................................................... 11
2.4. Flavonoid .................................................................................................... 19
2.5. Rumput Laut Coklat (Ecklonia cava) ......................................................... 23
2.6. Berberine ..................................................................................................... 27
2.7. Oleuropein ................................................................................................... 31
BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 34
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 34
3.2. Saran ........................................................................................................... 34
DAFTAR PERTANYAAN .................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1Model Aksi kayu manis polifenol (CP) dalam jalur transduksi sinyal
insulin yang mengarah ke efek menguntungkan pada orang dengan
resistensi insulin (Cao et al, 2007)...........................................................9
Gambar 2 Struktur polimer procyanidin type A pada cinnamon yang dapat
meningkatkan aktivitas insulin .............................................................. 11
Gambar 3 Ekstrak air dari cinnamon meningkatkan aktivitas insulin secara in vitro.
Grafik bar pertama di setiap level insulin hanya menunjukkan insulin
(tanapa penambahan fraksi cinnamon). Bar kedua (abu-abu)
menunjukkan fraksi cinnamon yang dimurnikan (7mg/ml) .................. 12
Gambar 4 Efek signfikan dari cinnamon pada glukosa (a) dan kolestrol (b) dari
pasien DM tipe 2 yang mengonsumsi obat sulfonylurea. ...................... 13
Gambar 5 Struktur Flavonoid................................................................................. 23
Gambar 6 Struktur Flavonoid O-glikosida dan Flavonoid C-glikosida ................. 24
Gambar 7 Mekanisme Kerja Flavonoid C-glikosida sebagai antidiabetes............. 25
Gambar 8 Pengobatan Dieckol Menginduksi Peningkatan dari Fosforilasi Baik
AMPK dan Akt Tergantung Dosis ........................................................ 28
Gambar 9 Hasil Pengamatan Berat Badan Tikus dan Kadar Glukosa Darah selama
Percobaan............................................................................................... 29
Gambar 10 Efek dari Dieckol pada Tingkat Insulin Darah .................................... 30
Gambar 11 Barberry............................................................................................... 31
Gambar 12 Berberin ............................................................................................... 32
Gambar 13 Mekanisme translokasi GLUT4 (Hu, 2010) ........................................ 34
Gambar 14 Mekanisme Aksi Berberin (Prabhakar, 2011) ..................................... 34
Gambar 15 Contoh Produk Supplemen dari Berberis vulgaris .............................. 35
Gambar 16 Struktur kimia oleuropein (Fujiwara et al., 2017) ............................... 36
Gambar 17 Pengaruh oleuropein terhadap uptake glukosa .................................... 36
Gambar 18 Produk oleuropein : Olive Leaf dair NusaPure ................................... 37

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Efek dari Trigonelline pada Diabetes dan Komplikasinya secara In


Vivo dan In Vitro 17

v
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme kompleks terkait dengan
resistensi insulin, gangguan pensinyalan insulin dan disfungsi sel-B,
metabolisme glukosa dan lipid yang abnormal, peradangan sub-klinis dan
peningkatan stres oksidatif; Diperkirakan mempengaruhi 2,8% dari populasi
dunia pada tahun 2000, dan diperkirakan akan mempengaruhi 4,4% pada
tahun 2030 karena populasi yang menua dan peningkatan obesitas yang
konstan; gangguan metabolisme ini menyebabkan kondisi patogen jangka
panjang termasuk komplikasi mikro-vaskular dan makrovaskuler, neuropati,
retinopati, nefropati, dan akibatnya penurunan kualitas hidup dan peningkatan
tingkat kematian. Di antara beberapa faktor risiko yang menggarisbawahi
kejadian dan perkembangan diabetes mellitus tipe 2, diet adalah faktor utama
yang dapat dimodifikasi. Oleh karena itu, dikemukakanlah beberapa
intervensi farmakologis dan non-farmakologis yang telah dikembangkan
dengan tujuan meningkatkan kontrol glikemik dan pencegahan komplikasi
diabetes; di bidang ini, baru-baru ini penggunaan makanan fungsional dan
komponen bioaktifnya telah dipertimbangkan sebagai pendekatan baru dalam
pencegahan dan pengelolaan diabetes dan komplikasinya. Nutraceutical
adalah makanan dengan manfaat medis-kesehatan, termasuk pencegahan dan
pengobatan penyakit. Nutraceuticals juga merujuk pada makanan fungsional
/ medis alami atau fitokimia bioaktif yang memiliki peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit atau sifat obat.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
b. Apa saja bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes?
c. Bagaimana mekanisme kerja bahan alam dalam mengobati penyakit
diabetes mellitus tipe 2?
d. Berapa dosis yang diperlukan untuk setiap bahan alam?

1
e. Bagaimana efek terapi dan efek samping dari bahan alam tersebut?
f. Bagaimana contoh produk bahan alam yang telah beredar di pasaran?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut.
a. Mengetahui definisi penyakit diabetes mellitus.
b. Mengetahui bahan alam dalam nutrasetika yang dapat digunakan sebagai
obat antidiabetes.
c. Mengetahui mekanisme kerja bahan alam dalam mengobati penyakit
diabetes mellitus.
d. Mengetahui dosisi dan cara pakai nutrasetika yang tepat.
e. Mengetahui efek terapi dan efek samping dari suatu bahan alam yang
digunakan untuk mengobati penyakit diabetes mellitus.
f. Mengetahui contoh produk bahan alam yang telah beredar dalam bentuk
nutrasetika.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini yaitu menambah wawasan mahasiswa dan
pembaca tentang pemanfaatan sumber daya alam yang dijadikan sediaan
farmasi yang berfungsi sebagai obat diabetes.

2
BAB 2
ISI

2.1. Pendahuluan
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, resistensi insulin
(sensitifitas), ataupun keduanya (Kumar, 2013). Hal ini terkait dengan kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dapat mengakibatkan
komplikasi. Berikut merupakan klasifikasi tipe diabetes melitus (Katzung,
2012):
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini disebabkan oleh destruksi sel beta pankreas yang
disebabkan oleh autoimun. Tipe 1 dikenal juga sebagai insulin-dependent
diabetes melitus (IDDM). Penghancuran sel beta pada diabetes Tipe 1
dihasilkan dari interaksi faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan
termasuk infeksi virus (terutama enterovirus), paparan mikroorganisme
menular (seperti Helicobacter pylori), paparan protein susu sapi dan
kurangnya vitamin D.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe ini disebabkan oleh resistensi terhadap insulin, sehingga
reseptor tidak mampu merespon insulin secara normal. Tipe 2 dikenal juga
sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) dan merupakan
penyakit kompleks multifaktor. Faktor lingkungan seperti gaya hidup dan
pola makan dapat menjadi faktor resiko terjadinya diabetes tipe ini.
3. Diabetes Mellitus Tipe 3
Diabetes mellitus yang disebabkan oleh naiknya kadar glukosa dalam darah
karena penyebab spesifik lainnya. Contoh penyebabnya yaitu
pankreatektomi, pankreatitis, penyakit-penyakit nonpankreatik,
penggunaan obat, dan lain-lain.
4. Diabetes Mellitus Tipe 4 (Gestasional DM)
Gestational diabetes mellitus adalah suatu keadaan abnormal level gula
darah yang terjadi pada saat masa kehamilan.

3
Menurut WHO tahun 2013, sebanyak 80% penderita diabetes melitus di
dunia berasal dari negara berkembang, salah satunya yaitu Indonesia. Indonesia
menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah pasien diabetes mellitus
dengan prevalensi 6,67% dari total penduduk sebanyak 258 juta (IDF, 2015).
Kejadian diabetes melitus di Indonesia merupakan penyebab kematian
tertinggi nomor 3 setelah penyakit stroke dan jantung (Kemenkes RI, 2014).
Diabetes tipe 2 merupakan 90% penyebab dari seluruh diabetes (Depkes,
2014).

Intervensi yang dapat dilakukan dalam terapi pengobatan diabetes melitus


diantaranya yaitu:

Situs aksi terapi pengobatan DM

4
Situs aksi terapi pengobatan DM Tipe 2

2.2. Cinnamon Cassia


2.2.1. Mekanisme Kerja

Gambar 1Model Aksi kayu manis polifenol (CP) dalam jalur transduksi
sinyal insulin yang mengarah ke efek menguntungkan pada orang

5
dengan resistensi insulin (Cao et al, 2007)
1. CP aktivasi reseptor insulin dengan cara meningkatkan fosforilasi
insulin dan dengan mengurangi aktivitas fosfatase (PTP-1B :
Phophotyrosine phosphatase) yang menonaktifkan reseptor
2. CP meningkatkan jumlah reseptor insulin dan protein GLUT4
3. CP meningkatkan aktivitas glikogen sintase dan akumulasi glikogen
4. CP mengurangi aktivitas glikogen sintetase kinase-3 (GSK-3)
5. CP meningkatkan jumlah protein tristetraprolin (TTP) dan
6. CP dapat meningkatkan aktivitas TTP dengan mengurangi
fosforilasi melalui penghambatan aktivitas GSK3
Penghambatan terhadap PTP-1B (enzim yang berfungsi untuk
defosforilasi reseptor insulin) bersifat spesifik, dikarenakan tidak ada
penghambatan terhadap alkaline fosfatase. PTP-1B secara khusus
mendefosforilasi suatu fosfopeptida dari subunit reseptor β insulin
(Imparl-Radosevich et al. 1998).
Campuran Cinnamon dan Madu memiliki efek kesehatan yang
menguntungkan. Meskipun madu memiliki rasa manis, tetapi jika
digunakan pada dosis yang tepat sebagai obat, maka tidak
membahayakan pasien diabetes. Campuran ini menghasilkan efek
pembersihan dalam sistem pencernaan, yang akan mengeliminasi
parasit, jamur, dan bakteri. Mikroorganisme dapat memperlambat
proses pencernaan sehingga dapat menyebabkan penumpukan racun.
Pembersihan akan menurunkan berat badan, sehingga menghilangkan
faktor risiko diabetes mellitus. Campuran ini diketahui bisa menurunkan
waktu dan kecepatan pengosongan lambung sehingga secara signifikan
mengurangi kadar gula darah setelah makan.
2.2.2. Komponen Cinnamon
Konstituen utama pada kulit kayu manis adalah minyak
cinnamon yang utamanya mengandung asam sinamat, sinnamaldehid,
dan sinamat alkohol. Sinnamaldehid paling banyak yaitu rentang
konsentrasi dari 6000-30.000 ppm. Aktivitasnya dapat sebagai anestesi,
antibakteri, anti inflamasi, anti borok, antivirus, inhibitor COX-2,
hipotensi, tranquilizer, dll. Sinnamaldehid juga menunjukkan aktivitas
menurunkan kadar glukosa dan lipid pada tikus, meningkatkan sirkulasi
6
insulin, menurunkan HbA1c, dan mengembalikan aktivitas enzim plasma
termasuk aspartat aminotransferase, alanin aminotransferase, laktat
dehidrogenase, dan fosfatase alkali dan asam (Subash et al, 2007).
Sinnamaldehid sebagai agonis TRPA1 pada sel epitelial lambung pada
tikus mengurangi asupan makanan kumulatif dan tingkat pengosongan
lambung.
Asam Sinamat dan derivatnya juga dilaporkan memiliki varietas
aktivitas farmakologi termasuk antioksidan dan efek antihiperglikemik.
3,4-Di(OH)-cinnamate dan 3,4-di(OH)-hydroxycinnamate menurunkan
kolestrol dan trigliserida pada tikus sebagai HMG-CoA reductase hati.
Anderson et al. (2004) menyatakan bahwa aktivitas potensial insulin in
vitro dalam kayu manis ada dalam fraksi air. Ekstrak air dari “kayu manis
bekas”, di mana banyak komponen organik yang ditemukan dalam kayu
manis, termasuk sinnamaldehid yang dihilangkan ketika minyak kayu
manis diekstraksi dari seluruh kayu manis, dimana pada dasarnya
memiliki aktivitas mempotensiasi insulin in vitro yang sama seperti
ekstrak dari kayu manis sebelum minyak kayu manis dihilangkan. Isolasi
dan karakterisasi dilakukan dari senyawa potensial insulin yang terdapat
dalam ekstrak air kayu manis. Struktur kelas senyawa polifenol kayu
manis yang larut dalam air yang ditunjukkan untuk menampilkan
aktivitas potensial insulin dapat dilihat pada gambar di bawah

7
Gambar 2 Struktur polimer procyanidin type A pada cinnamon yang
dapat meningkatkan aktivitas insulin

Gambar 3 Ekstrak air dari cinnamon meningkatkan aktivitas insulin


secara in vitro. Grafik bar pertama di setiap level insulin hanya
menunjukkan insulin (tanapa penambahan fraksi cinnamon). Bar kedua
(abu-abu) menunjukkan fraksi cinnamon yang dimurnikan (7mg/ml)
Bar terbuka hanyalah titrasi insulin dan jelas dengan
meningkatkanya konsentrasi insulin ada peningkatan. Namun, poin
paling penting adalah menganalisis perubahan produk yang terbentuk
tanpa tambahan insulin (set pertama empat batang). Efek menambahkan
lebih banyak ekstrak air cinnamon mirip saat insulin juga ditambahkan.
Ini sangat penting dari sudut pandang kesehatan manusia, karena
meningkatkan sensitivitas insulin, dan lebih sedikit insulin yang
diperlukan untuk memiliki efek insulin yang lebih besar.
2.2.3. Dosis dan Cara Pakai
Studi pada 60 orang yang mengonsumsi obat sulfonylurea.
Subjek dibagi menjadi 6 grup. Grup 1-3 menerima 1, 3, atau 6 gram
cinnamon sebagai cinnamomon cassia per harinya selama 40 hari. Dari
hari ke 40 sampai 60, adalah periode dimana subjek tidak menerima
kapsul. Grup 4-6 menerima plasebo dengan jumlah kapsul yang sama
sesuai dengan kelompok cinnamon (tiga grup plasebo ini menerima

8
jumlah kapsul untuk setiap grup berbeda-beda).

Setelah 40 hari, semua grup cinnamon menurunkan rata-rata gula


darah puasa (18-29%), trigliserida (23-30%), kolestrol total (12-26%),
dan kolestrol LDL (7-27%).

Gambar 4 Efek signfikan dari cinnamon pada glukosa (a) dan kolestrol
(b) dari pasien DM tipe 2 yang mengonsumsi obat sulfonylurea.
Nilai pada Gambar xx hanya pada 10 orang yang menerima
cinnamon 1 gram dan grup plasebo 10 orang. Tidak ada perubahan
signfikan pada tiga grup plasebo. Nilai setelah 20 hari pembersihan dari
cinnamon (hari ke 40-60), kembali ke baseline tetapi masih secara
signifikan lebih rendah dari nilai-nilai pada awal penelitian. Hasil ini
pada dasarnya mengkonfirmasi efek kayu manis karena hasil kelompok
2 dan 3 mengikuti pola yang sama dengan kelompok 1 baik grup yang
menerima kayu manis maupun plasebo.
Dosis pemakaian campuran cinnamon dan madu yaitu ½ sendok

9
teh kayu manis dengan 1 sendok teh madu (1:2) . Campuran ini
dikonsumsi dengan cara :

1. Menyiapkan terlebih dahulu 1 gelas


air ( 8 oz air),
2. Tuangkan air di atas kayu manis dan
tutup, biarkan direndam selama ½ jam (30
menit).
3. Kemudian tambah madu yang sudah
dingin , jangan pernah menambahkan
madu ketika panas karena bisa
menghilangkan enzim dan nutrien lain
pada madu mentah.
4. Konsumsi ½ cangkir sebelum tidur,
sisanya disimpan di dalam kulkas.
5. Pada pagi hari, bisa diminimum sisanya , jangan dipanaskan ,
campuran boleh dibiarkan pada suhu ruang terlebih dahulu.
Campuran ini hanya efektif untuk pengosongan lambung dan
terutama pada malam hari. Program ini bisa mencapai keadaan plateau
yaitu tidak bisa kehilangan berat badan lagi.
2.2.4. Efek Terapi dan Efek Samping
Cinnamon memiliki efek mengatasi DM tipe 2 dengan berbagai
mekanisme. Selain sebagai pengobatan DM, ekstrak air dari cinnamon
meunjukkan aktivitas anestesi, antiinflamasi, anti maag, antivirus,
inhibitor COX-2, hipotensi dan efek tranuilizer. Namun, cinnamon
mengandung courmarin yang bersifat toksik, yang bisa menyebabkan
kerusakan pada hati dan ginjal serta memiliki efek pengecer darah dalam
konsentrasi yang tinggi.
Campuran dari cinnamon dan madu memiliki efek membersihkan
saluran pencernaan sehingga kemungkinan terjadinya penumpukan
racun menjadi sedikit. Pembersihan saluran ini dapat menurunkan berat
badan sehingga salah satu faktor risiko diabetes. Campuran ini secara
signfikan mengurangi kadar gula darah setelah makan.
2.2.5. Contoh Produk (Herbilogy Cinnamon)
10
-Diproduksi oleh :
PT PYTOCHEMINDO REKSA
-Kemasan : Kantong @ 100gram
-Harga : Rp 93.000,00
-Saran Penyajian :
Campurkan dan aduk hingga larut 1 sendok teh (3 gram) Herbilogy
Extract Powder dengan satu cangkir air hangat (dapat ditambahkan
madu dan lemon), segelas teh atau kopi hangat. Dapat juga
dicampurkan ke dalam segelas jus, smoothies, ditaburkan di atas
cookies, cereal, dan lain-lain

2.3. Fenugreek
Biji dari Fenugreek (Trigonella foenum-graecum) digunakan sebagai agen
antidiabetes pada pengobatan tradisional. Pembuktian aktivitas antidiabetes
dari fenugreek telah dicoba pada berbagai hewan studi seperti tikus, mencit,
kelinci dan anjing, dimana konsumsi oral bijinya atau ekstrak secara konsisten
menunjukkan efek hipoglikemik. Biji Fenugreek merupakan sumber serat
makanan yang sangat baik, seratnya bisa mencapai 51,7% yang terdiri atas
19,2% serat mucilago dan 32,5% serat netral, dan oleh karena itu bermanfaat
sebagai antidiabetes
2.3.1. Mekanisme Kerja
Mekanisme dari fenugreek sebagai antidiabetes diketahui dari studi
terhadap hewan, yaitu :
(1) Kemampuan serat makanan untuk memperlambat pengosongan
lambung (serat dapat langsung mengganggu absorpsi glukosa),
(2) Menekan pelepasan GIP (Peptida penghambat lambung), dimana
fungsi dari GIP yaitu menurunkan pelepasan asam lambung dan
motilitas, sehingga jika GIP dihambat, motilitas & asam meningkat.
(3) Menekan pelepasan insulinotropic hormon, dimana normalnya
hormon ini dilepaskan dari usus halus yang akan meningkatkan
pelepasan insulin setelah asupan makanan. Hormon insulinotropic adalah
anggota dari keluarga hormon incretin, di mana anggota utama lainnya
adalah hormon peptida seperti glukagon 1

11
2.3.2. Komponen Fenugreek
Efek hipoglikemik dari fenugreek awalnya
dikaitkan dengan alkaloid utamanya, yaitu
Trigonelin dan fraksi yang kaya alkaloid.
Kandungan Trigonelin sebesar 0,1-0,15% dari
berat biji. Trigonelin adalah derivat vitamin B3
dengan rasa pahit. Pada biji kopi hijau,
Gambar xx : Struktur
Trigonelin kandungannya sebesar 0,6%-1%. Ketika biji kopi
dipanggang pada suhu 230⁰C, sekitar 85%
trigonelline dipecah menjadi asam nikotinat.
Kemudian, sekarang ini diyakini bahwa selain efek dari alkaloid ,
serat sebesar 52% pada fenugreek berperan menurunkan kadar gula. Gel-
forming dietary fiber (Serat yang larut) yang mengurangi pelepasan
hormon insulinotropic dan gastric inhibitory polypeptides. Selain itu, 4-
Hydroxy isoleucine yang diisolasi dari biji fenugreek dapat
meningkatkan glukosa-induksi pelepasan insulin dari islet langerhans
yang diisolasi dari tikus dan manusia.
2.3.3. Dosis dan Cara Pakai
Madar dan Arad (1989) mengamati bahwa terdapat penurunan
signifikan glukosa darah tanpa perubahan nilai insulin pada pasien DM
tipe 2 yang diberikan 15 gram fenugreek per hari. Pada pasien DM tipe
1, administrasi 25 gr/hari biji fenugreek meningkatkan profil glukosa
plasma dan glikosuria, dan mengurangi kebutuhan insulin setelah 8
minggu pengobatan. Dalam percobaan jangka panjang, 100 gr biji
fenugreek yang dihilangkan lemaknya diberikan kepada penderita
diabetes tipe 1 selama 10 hari , hasilnya terjadi pengurangan nilai glukosa
puasa dan urinasi glukosa, dan meningkatkan toleransi glukosa, nilai
serum kolestrol juga berkurang signifikan.
Konsumsi fenugreek (10 gr) 3 jam sebelum beban glukosa (1
gr/kg) oleh sukaralewan puasa menghasilkan efek hipoglikemik yang
signifikan pada individu diabetes, sementara itu tidak berpengaruh pada
individu normal. Biji Fenugreek dimasukkan ke dalam makanan harian

12
sebesar 25-50 gram dapat menjadi terapi suportif yang efektif dalam
memanajemen diabetes.
Berbagai cara mengonsumsi fenugreek untuk mendapatkan
keuntungan maksimal (Rupani M.K, 2017), yaitu (1) Keringkan biji
fenugreek dengan api sedang-tinggi selama satu hingga dua menit, aduk
sesering mungkin dan tambahkan 1 sendok teh di atas kari, salad, dan
hidangan tumis, atau (2) Rendam 1 sendok teh semalaman dalam air dan
teguk keesokan paginya dengan 1 gelas air, atau (3) Tumbuhkan biji
fenugreek dengan merendamnya dalam air semalaman, simpan di dalam
toples yang ditutup dengan kain selama beberapa hari sampai tunas kecil
muncul. Biji fenugreek yang tumbuh dapat ditambahkan ke semua jenis
salad, atau (4)Jika daun fenugreek segar, dapat ditambahkan ke roti,
paratha, dosas, dan idlis

2.3.4. Efek Terapi dan Efek Samping


Biji Fenugreek digunakan untuk mengurangi hiperglikemia pada
individu dengan diabetes. Glukosa darah puasa, ekskresi gula urin, dan
kadar lipid serum pada pasien diabetes berkurang secara
signifikan,sementara gejala klinis membaik.

Tabel 1 Efek dari Trigonelline pada Diabetes dan Komplikasinya secara In Vivo
dan In Vitro
Properties Model Species/ Dose Effects
Exposure
1.Hypoglycemi Type 2 Male KK-Ay/Ta 0.056% of the (1) Peningkatan
c Effect Diabetic Jcl and Diet for 28 Days toleransi glukosa
Mice C57BL/6J mice pada pasien DM
(6 weeks old) dengan obesitas pada
hari 22-23;
(2) Peningkatan rasio
glukokinase hati /
glukosa 6-fosfatase &

13
penurunan serum
TNF-α
Streptozocin- Sprague-Dawley 50 mg/kg (i.g.) Secara Progresif
and Rats for 28 days menurunkan level
highcarbohyd (180-220 g) glukosa
rate/
high-fat
diet-induced
Type 2
diabetes
Alloxan- Sabra Albino Rats 250 or 1000 Efek hipoglikemik
induced mg/kg via a ringan dan sementara
Diabetes stomach tube or
in the
drinking water
2 Inhibition of In vitro using New Zealand IC50=19 mM Inhibition of
intestinal rabbit White Rabbit intestinal sodium-
glucose intestinal dependent
uptake brush border glucose uptake
membrane
vesicles
3 Increased Laki-laki 15 laki-laki 500 mg/kg (i.g.) Pengurangan glukosa
glucose obesitas obesitas (Mean 15 min darah, tidak
tolerance age following a 2 h, berpengaruh pada
39.9±16.5 years 75 g OGTT AUC glukosa selama
and body mass OGTT
index 27.6±2.2
kg/m2)
Non-obese Male Wistar 0.056% of the Menurunkan kadar
type 2 (Normal Control) diet for 43 glukosa antara 15-60
diabetic rats and GK rats (8 Days menit OGTT
weeks old) dibandingkan dengan

14
kontrol, yaitu
meningkatkan
toleransi glukosa
4. Improved Non-obese Male Wistar 0.056% of the Peningkatan kadar
insulin type 2 (Normal Control) diet for 43 insulin setelah 15
resistance diabetic rats and GK rats (8 Days menit OGTT,
and _ cell weeks old) penurunan bertahap
regeneration selama 120 menit
berikutnya (tidak
seperti peningkatan
bertahap yang diamati
pada tikus kontrol)
Type 2 Male KK-Ay/Ta 0.056% of the Pengurangan insulin
Diabetic Jcl and diet for 28 serum puasa
Mice C57BL/6J mice Days
(6 weeks old)
Overweight 15 overweight 500 mg/kg (i.g.) Penurunan level
Men men (Mean age 15 min insulin, tidak berefek
39.9±16.5 years) following a 2 h, pada AUC selama
75 g OGTT OGTT

Streptozocin- Sprague-Dawley 50 mg/kg (i.g.) (1)Penurunan kadar


and Rats for 28 days insulin serum &
highcarbohyd (180-220 g) peningkatan indeks
rate/ sensivitas insulin
high-fat (2)Peningkatan berat
diet-induced pankreas, rasio berat
Type 2 pankreas terhadap
diabetes tuuh, dan kadar
insulin dalam
pankreas

15
5. Incretin Overweight 15 Overweight 500 mg/kg (i.g.) No effect on overall
men Men (Mean age 15 min glucagon-like
39.9±16.5 years) following a 2 h, peptide-1
75 g OGTT or gastric inhibitory
peptide secretion
pattern following an
OGTT
6. Non-obese Male Wistar 0.056% of the (1) Mengurangi
Hypolipidemic type 2 (Normal diet for 43 trigliserida serum dan
Effect diabetic rats Controls) and Days hati
Goto-Kakizaki ; (2) Mengurangi
(GK) rats (8 Penurunan aktivitas
weeks old) sintase asam lemak
hati dan peningkatan
aktivitas transferase
karnitin palmitoil dan
glukokinase hati
Type 2 Male KK-Ay/Ta 0.056% of the Mengurangi
Diabetic Jcl and diet for 28 trigliserida di hati dan
Mice C57BL/6J mice Days jaringan adiposa
(6 weeks old)
Streptozocin- Sprague-Dawley 50 mg/kg (i.g.) Mengurangi total
and rats (180-220 g) for 28 days serum kolestrol dan
highcarbohyd trigliserida
rate/
high-fat
diet-induced
Type 2
diabetes
Rats (Model Rats (Strain and Dose and route Penurunan kadar
not weight not of kolestrol total dan
provided) provided) kolestrol bebas

16
administration
not provided
7. Antioxidant HT-29 cells HT-29 cells ≥30 μM (24 h Diminished cellular
Effect incubation) ROS
level
Streptozocin- Sprague-Dawley 50 mg/kg (i.g.) Mengurangi
and high rats (180-220 g) for 28 days kandungan
carbohydrate/ malonaldehid dan
high-fat nitrat oksida dan
diet-induced meningkatkan
Type 2 superoxide dismutase,
diabetes katalse, glutation, dan
aktivitas nitrat oksida
sintase diinduksi di
pankreas

8. Treatment of Diabetic Male Institute for 10 mg/kg (i.g.) Penyelamatan


Diabetic auditory Cancer for 9 weeks pergeseran ambang
auditory neuropathy Research mice (7 pendengaran dan
neuropathy induced by weeks old) perlambatan latensi
streptozocin pendengran
(100 mg/kg menimbulkan potensi
i.p., one yang disebabkan oleh
dose) streptozocin
Auditory Male Institute for 10 mg/kg (i.g.) Penyelamatan
Neuropathy Cancer for 5 weeks pergeseran ambang
induced by Research Mice (7 pendengaran dan
increasing weeks old) perlambatan latensi
doses of pendengran
pyridoxine menimbulkan potensi
& hilangnya serat
sensorik yang

17
disebabkan oleh
keracunan piridoksin

Meskipun biji fenugreek memiliki banyak manfaat, tetapi tetap perlu


diperhatikan dosis yang dipakai, karena pemakaian berlebih, dapat
menyebabkan berbagai efek samping, seperti reaksi alergi, asma, diare,
gas (perut kembung), hipoglikemia, mengi, bau badan yang tidak biasa
(pediatrik), dan kehilangan kesadaran (pediatrik)

2.3.5. ContohProduk

Merek Keterangan Harga


Nature’S Answer Fenugreek Kemasan : $9.99
Dus, Botol Kaca @ 90 Vege
Capsules

Kandungan :
1.Biji Fenugreek 600mg
2.Vegetable Cellulose
3.Tepung Beras
4.Kalsium Silikat

Saran : Sehari 2-3 kali 1


kapsul dengan makanan atau
air

18
Fenugreek Safina Kemasan : Dus, Botol @30, Rp. 45.000
50, 60 & 100 kapsul

Kandungan :
Trigonella foenum-graceum
semen ekstrak

Berat Kapsul : 600mg

Aturan Pakai : 3x2


kapsul/hari (Diminum
sesudah makan)

2.4. Flavonoid
2.4.1 Pendahuluan Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon,
terdiri dari dua cincin benzena (C6) yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linier dari tiga atom karbon (C3) dan membentuk susunan C6-C3-
C6. Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida.
Penyebaran jenis flavonoid terbesar yaitu pada Angiospermae, sedikit
pada Klorofita, jumlahnya terbatas pada golongan tingkat kerumitan
Briofita atau yang lebih tinggi. Flavonoid dapat ditemukan pada buah,
sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herbal, rempah- rempah, serta
produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh,
coklat, anggur merah, dan obat herbal.

Gambar 5 Struktur Flavonoid


19
2.4.2. Flavonoid Glikosida
Flavonoid glikosida adalah flavonoid dimana aglikonnya berikatan
dengan satu atau lebih gugus gula. Flavonoid glikosida dikelompokkan
menjadi 2 yaitu flavonoid-O-glikosida dan flavonoid-C-glikosida.
Flavonoid-O-glikosida adalah flavonoid dimana salah satu gugus
hidroksil yang terikat pada flavonoid berikatan dengan gula. Sedangkan,
flavonoid-C-glikosida adalah flavonoid dimana gula yang terikat
langsung pada atom C daripada flavonoid atau inti benzena dari
flavonoid.

Gambar 6 Struktur Flavonoid C-glikosida

2.4.3.Mekanisme Kerja Flavonoid C-glikosida sebagai antidiabetes


Beberapa penelitian menjelaskan efek antidiabetes dari flavonoid-
C-glikosida, terutama vitexin dan isovitexin dalam model eksperimental
in vitro dan in vivo. Chen et al. mengisolasi vitexin dan isovitexin dari
ekstrak metanol 70% daun Microcos paniculata. Ekstrak dan konstituen
yang terisolasi (vitexin dan isovitexin) menunjukkan efek
pengahambatan -glucosidase yang luar biasa dibandingkan dengan
kontrol positif (akarbose). Selain itu, potensi penghambatan -

20
glucosidase dari vitexin dan isovitexin yang diisolasi dari daun Ficus
deltoidea telah dikonfirmasi dalam penelitian in vivo (Choo et al., 2012).
Pada tikus normoglikemik dan tikus diabetes yang diinduksi sukrosa,
vitexin dan isovitexin sangat mengurangi kadar glukosa darah
postprandial. Dosis yang diperlukan untuk penurunan kadar glukosa
darah postprandial yang signifikan adalah 1 mg/kg vitexin atau isovitexin
(dosis tiga kali lebih rendah daripada dosis akarbose) pada tikus
normoglikemik. Sedangkan, pada tikus diabetes yang diinduksi sukrosa
dosis yang diperlukan adalah 50 mg/kg vitexin (dosis sepuluh kali lebih
tinggi daripada akarbose) dan 20mg/kg isovitexin (dosis empat kali lebih
tinggi daripada akarbose) (Choo et al., 2012). Selain penghambatan-
glucosidase, aktivitas antidiabetes yang dimiliki oleh flavonoid-C-
glikosida adalah penghambatan AGEs, penghambatan aldosa reduktase,
penghambatan protein tirosin fosfatase, menstimulasi penyimpanan
glikogen, dan aktivasi pensinyalan insulin.

Gambar 7 Mekanisme Kerja Flavonoid C-glikosida sebagai


antidiabetes

21
2.4.4.Contoh Produk

Nama Produk Kapsul SM-Diabe SidoMuncul

Komposisi Meniran (Phyllanthi Herba) 50 mg, Daun


murbei (Mori Folium) 100 mg, Daun
kumis kucing (Orthosiphonis Folium) 50
mg, Sambiloto (Andrographidis Herba)
200 mg, Daun salam (Eugeniae
polyanthae Folium) 100 mg, Jamur Lingzi
(Ganoderma lucidum) 100 mg.

Manfaat Membantu menurunkan kadar gula darah.


Mekanisme Kerja 1. Flavonoid yang terkandung dalam
Meniran (Phyllanthi Herba) dan
Daun salam (Eugeniae polyanthae
Folium) dapat menurunkan kadar
gula darah.
2. Ediksteron yang terkandung dalam
Daun murbei (Mori Folium)
meningkatkan proses glikogenesis.
3. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa andrografolida dalam
Sambiloto (Andrographidis Herba)
dapat menurunkan kadar gula darah.
4. Ganoderan B dan C pada Jamur
Lingzi (Ganoderma lucidum)
memiliki efek hipoglikemik
(menurunkan kadar gula darah).
Aturan minum Sehari tiga kali satu kapsul atau sesuai
petunjuk dokter.
Perhatian Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan
menyusui.

22
Gambar Produk

2.5. Rumput Laut Coklat (Ecklonia cava)


Ecklonia cava, rumput laut cokelat (Laminariaceae) telah
dimanfaatkan sebagai makanan tradisional dan ramuan tradisional di
Korea. Phlorotannin ditemukan hanya dalam rumput laut cokelat dan
merupakan subgolongan tannin, yang diproduksi dengan polimerisasi
dari phloroglucinol. Rumput laut cokelat sudah dikenal sebagai sumber
yang potensial dari phlorotannin dan Ecklonia mengandung phlorotannin
dalam jumlah yang tinggi. Bahkan, jumlah total phlorotannin yang
terkandung dalam E. cava, lebih tinggi dibandingkan dengan algae coklat
lainnya. Kandungan phlorotannin diketahui memiliki aktivitas biologi
dan merupakan salah satu kelompok senyawa aktif dalam E. cava yang
paling siginifikan. Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya,
bahwa suplemen yang berasal dari ekstrak E. cava menunjukkan efek
anti-diabetes oleh glukosa hati dan metabolisme lipid melalui perbaikan
sensitivitas insulin pada diabetes melitus tipe II.

2.5.2. Mekanisme Aksi Dieckol


23
Struktur dieckol

Kandungan utama phlorotannin yang terdapat pada tanaman


Ecklonia cava yaitu dieckol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kang dkk pada tahun 2012 pada jurnal yang berjudul “Dieckol
isolated from brown seaweed Ecklonia cava attenuates type II diabetes
in db/db mouse model”, dieckol memiliki peran metabolik melalui jalur
signaling AMPK dan Akt. Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh dari
analisis Western blot (Gambar 2). Terlihat bahwa Pengobatan dieckol
menginduksi peningkatan dari fosforilasi baik AMPK dan Akt
tergantung dosis. AMPK memegang peran penting dalam homeostasis
glukosa dalam tubuh, dan mensimulasikan efek insulin pada transport
glukosa dalam otot dan produksi glukosa oleh hati.

Sehingga, AMPK dijadikan sebagai salah satu target terapi untuk


pengobatan hiperglikemia dalam bentuk diabetes, yang berhubungan
dengan resistensi insulin (Cai et al., 2008).

Gambar 8 Pengobatan Dieckol Menginduksi Peningkatan dari


Fosforilasi Baik AMPK dan Akt Tergantung Dosis
24
2.5.3.Efek Dari Dieckol Terhadap Berat Badan Dan Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kang dkk pada tahun
2012 pada jurnal yang berjudul “Dieckol isolated from brown seaweed
Ecklonia cava attenuates type II diabetes in db/db mouse model”, secara
signifikan bahwa tingkat glukosa darah lebih rendah diamati pada
kelompok yang diterapi dieckol, dibanding dengan kelompok kontrol
(Gambar 3B). Selain itu, bobot tubuh kelompok kontrol terus meningkat,
dan pada akhir periode eksperimental, ada sedikit kenaikan berat badan
dibandingkan dengan berat awal. Pada saat yang sama, berat badan yang
sangat rendah diamati pada kelompok diberikan dieckol selama periode
yang diuji (Gambar 3B). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dieckol
memiliki efek pada berat tubuh dan kadar glukosa darah tetapi tidak
tergantung dosis.

Gambar 9 Hasil Pengamatan Berat Badan Tikus dan Kadar Glukosa


Darah selama Percobaan

2.5.4.Efek Dari Dieckol Terhadap Tingkat Insulin Darah


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kang dkk pada tahun
2012 pada jurnal yang berjudul “Dieckol isolated from brown seaweed
Ecklonia cava attenuates type II diabetes in db/db mouse model”, efek
dari dieckol pada tingkat insulin darah ditunjukkan pada Gambar 4.

25
Terlihat bahwa tingkat insulin secara signifikan lebih rendah diamati
pada kelompok yang diperlakukan dengan dieckol. Pengaruh terhadap
penurunan tingkat insulin tergantung pada dosis.

Gambar 10 Efek dari Dieckol pada Tingkat Insulin Darah

2.5.5.Dosis dan Efek Samping


Dosis rumput laut coklat E. cava yang tepat tergantung pada
beberapa faktor seperti usia pengguna, kesehatan, dan beberapa kondisi
lainnya. Sampai saat ini, tidak ada informasi ilmiah yang cukup untuk
menentukan kisaran dosis yang tepat. Perlu diingat bahwa produk alami
tidak selalu aman dan dosis menjadi hal yang juga penting. Pastikan
untuk mengikuti petunjuk pada label produk dan konsultasikan dengan
tenaga kesehatan yang tepat sebelum menggunakan. Selain itu, mengenai
efek samping juga belum ada bukti ilmiah yang cukup. Tetapi, tidak
direkomendasikan untuk wanita hamil dan menyusui.

2.5.6.Contoh Produk dan Penggunaan


2.5.1.1 FibroBoost

26
- Dosis:
o Sebagai dietary supplement, 1-3 kapsul 2x sehari sebelum
makan
o Jangan melebihi 6 kapsul dalam 24 jam
o Tidak direkomendasikan untuk anak dibawah 12 tahun,
kecuali dengan pengawasan tenaga klinis.

- Efek samping
o Dapat menyebabakan cacat lahir dan kerusakan reproduksi
lainnya.

2.6. Berberin
Berberine (BBR) adalah produk alami dari garam amonium kuaterner dari
kelompok alkaloid isoquinoline (2,3-methylenedioxy-9,10-
dimethoxyprotoberberine chloride; C2OH18NO4+) dan memiliki massa molar
336,36122 g / mol. Genus Berberis terdiri dari sekitar 450-500 spesies yang
memiliki sumber alami utama berberin. Tumbuhan dari genus ini digunakan
untuk anti-inflamasi, diabetes, sembelit, dan kondisi patologi lainnya. Berberin
juga banyak terdapat pada kulit kayu, daun, ranting, rimpang, akar, buah, dan
batang di spesies tanaman obat, termasuk Argemone mexicana, Berberis
vulgaris, Berberis aristata, B. aquifolium, dan Coscinium fenestratum. Salah
satu dari tanaman tersebut, Berberis vulgaris (Barberry), biasanya
ditambahkan pada masakan timur tengah dan dikenal sebagai Zereshk polow.

Gambar 11 Barberry

27
Gambar 12 Berberin

Efek Terapi
Efek terapi tersebut dibuktikan melalui beberapa penelitian. Penelitian
pada hewan telah menunjukkan efek hipoglikemik yang menjanjikan, dan
beberapa mekanisme telah dikemukakan untuk aktivitas antidiabetik berberin,
termasuk peningkatan sensitivitas insulin, mengaktifkan jalur AMPK
adenosin, menginduksi sekresi protein seperti inkretin dalam usus,
menghambat glukoneogenesis dalam hati, meningkatkan transporter glukosa,
dan meningkatkan ekspresi mRNA reseptor lipoprotein densitas rendah di
hati. Pada penelitian lain, pemberian berberin intragastrik (100 dan 200 mg /
kg) pada tikus diabetes menurunkan kadar glukosa darah puasa dan kolesterol
total, trigliserida dan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C) dalam
serum dan memblokir peningkatan kadar superoksidase dismutase (SOD) dan
glutathione peroksidase (GSH-px). Beberapa mekanisme lain yaitu
meningkatkan translokasi GLUT4 dalam adiposit dan meningkatkan aktivitas
AMPK.
Berdasarkan penelitian secara klinis dengan memberikan Berberin (1,5 gram/hari)
bahwa berberin dengan modifikasi gaya hidup lebih efektif dalam hal menurunkan
kadar gula darah puasa dibandingkan dengan intervensi gaya hidup saja atau
ditambah plasebo. Selain itu berberin memiliki efek yang jauh lebih baik dalam
mengurangi kadar PPG (kadar gula darah postprandial) dan HbA1c. Sehubungan
dengan menurunkan glukosa dan HbA, Berberin dapat meningkatkan kontrol
glukosa darah. Kontrol ini diamati ketika berberin dibandingkan dengan terapi
antidiabetik Metformin. Selain itu, berberin menunjukkan efek hipoglikemik
tambahan ketika dikombinasikan dengan agen antidiabetes. Hasil ini
menunjukkan bahwa berberin memiliki efek hipoglikemik potensial, yang

28
tampaknya sama efektifnya dengan hipoglikemik oral konvensional.
Harga suplemen berberin yang relatif rendah, dibandingkan dengan obat lini
pertama lainnya, merupakan keuntungan bagi pasien diabetes dengan keadaan
sosial ekonomi yang buruk dalam jangka waktu yang lama. Keuntungan lain
adalah bahwa berberin tidak menunjukkan reaksi merugikan yang serius. Namun,
banyak uji klinis telah dilakukan memiliki kualitas metodologi yang rendah dan
jumlah peserta. Uji klinis yang lebih terkontrol dan dirancang secara ilmiah
diperlukan untuk menentukan efek anti-hiperglikemik berberin.

Mekanisme Kerja
Banyak penelitian menunjukkan bahwa berberin menurunkan gula darah,
melalui mekanisme berikut
 Penurunan tingkat ATP melalui penghambatan fungsi mitokondria di
hati, yang mungkin menjadi penyebab penghambatan glukoneogenesis
oleh berberin. Berberin dapat menjadi aktivator AMP-activated protein
kinase (AMPK). AMPK adalah sistem persinyalan dalam sel dan
bertindak sebagai fuel gauge dengan memantau tingkat energi seluler,
mis., Rasio AMP / ATP. Aktivasi AMPK dikenal untuk meningkatkan
sensitivitas insulin dan mengatur fungsi mitokondria
 Berberin juga bertindak sebagai inhibitor a-glukosidase. a-glukosidase
adalah enzim usus yang memecah karbohidrat menjadi monosakarida.
Penghambatan enzim akan menyebabkan berkurangnya penyerapan
karbohidrat makanan.
 Dengan adanya insulin, berberin menunjukkan efek sinergis pada
konsumsi glukosa yang diinduksi insulin dan pengambilan glukosa.
Berberin terbukti menginduksi translokasi transporter glukosa tipe 4
(GLUT4) atau meningkatkan level protein GLUT4 di beberapa penelitian.

29
Gambar 13 Mekanisme translokasi GLUT4 (Hu, 2010)

Gambar 14 Mekanisme Aksi Berberin (Prabhakar, 2011)

Dosis dan Cara Pakai


Berberin tersedia dalam bentuk kapsul. Meskipun tidak ada dosis yang
ditetapkan, sebagian besar penelitian menggunakan dosis 1.000-1.500 mg per
hari. Dapat dimulai dengan dosis yang lebih rendah, memperhatikan efek
samping, dan secara bertahap meningkatkan dosis hingga 1.500 mg per hari.
Konsumsi Berberin dapat dipecah menjadi dosis terpisah, dengan meminum
500 mg tiga kali sehari, misalnya, untuk mempertahankan tingkat stabil ekstrak

30
dalam tubuh mereka.

Contoh Produk
Berberine memiliki beberapa manfaat, yaitu menjaga kesehatan
kardiovaskular dan membantu menjaga kadar gula darah yang sehat. Dalam
sediaan tersebut mengandung 500 mg Berberine denga nisi satu kemasan 60
kapsul. Suplemen ini diminum sehari tiga kali 500 mg.

Gambar 15 Contoh
Gambar Produk
2.6.1.4.
Supplemen dari Berberis vulgaris

Efek Samping
Sebagian besar penelitian tidak menemukan efek samping serius dari
berberin. Namun, bisa menyebabkan efek samping pencernaan, seperti sakit
perut, sembelit, atau mual. Berberin juga dapat menyebabkan ruam atau
sakit kepala pada beberapa orang. Hasil penelitian pada hewan dan in vitro
telah membuktikan potensi berberin untuk menginduksi gangguan dan
ulserasi GI, neurotoksisitas, dan kardiotoksisitas pada dosis tertentu.

2.7. Oleuropein
Oleuropein adalah senyawa golongan polifenol yang berasal dari daun
tanaman olive (Olea europaea) dari family Oleaceae. Senyawa ini merupakan
senyawa secoiridoid, yaitu senyawa yang biasanya berikatan dengan glikosida
dan diproduksi dari metabolit sekunder terpen. Oleuropein bertanggung jawab

31
terhadap rasa pahit dan aroma tajam dari daun tanaman olive (Fujiwara et al.,
2017). Berikut adalah struktur kimia dari oleuropein.

Gambar 16 Struktur kimia oleuropein (Fujiwara et al., 2017)

Fungsi dari oleuropein salah satunya adalah untuk mengatasi diabetes


melitus tipe 2. Oleuropein menyebabkan translokasi dari GLUT4 pada
membrane sel otot sehingga menyebabkan uptake glukosa perifer yang
berkontribusi pada kontrol kadar gula darah (Annunziata et al., 2018). Fungsi
biokimia lain dari oleuropein termasuk sebagai antimikroba, antioksidatif, dan
antikanker (Fujiwara et al., 2017). Efek terhadap diabetes meningkat apabila
diimbangi dengan meningkatnya gaya hidup, seperti berolahraga dan konsumsi
nutrisi yang cukup.

Gambar 17 Pengaruh oleuropein terhadap uptake glukosa

32
Gambar di atas merupakan pengaruh pemberian oleuropein pada sel C2C12
terhadap uptake glukosa, dimana Ctrl adalah kontrol, Ole1 adalah penggunaan
oleuprolein sebanyak 1 µM, Ole10 adalah penggunaan oleuprolein sebanyak
10 µM, Ole100 adalah penggunaan oleuprolein sebanyak 100 µM, dan Ins
adalah penggunaan insulin.
Salah satu produk oleuropein adalah Olive Leaf dari NusaPure. Produk ini
berisi 60 kapsul yang mengandung 50% oleuropein dengan berat 750 mg per
kapsul. Harga produk ini adalah sekitar US$ 14 atau sekitar Rp 200.000,00.
Petunjuk penggunaan produk ini adalah sehari satu kali satu kapsul

Gambar 18 Produk oleuropein : Olive Leaf dair NusaPure

Tidak ada petunjuk resmi untuk dosis ekstrak daun olive yang digunakan,
tetapi biasanya digunakan 500-1000 mg ekstrak daun olive standar per hari. US
Food and Drug Administration (FDA) tidak memonitor dosis atau kualitas
herba dan suplemen, sehingga data ilmiah terhadap efek samping atau
keamanan jangka panjang (long-term safety) masih sangat terbatas (Kandola,
2019). Sebuah studi (Susalit et al., 2011) menyatakan bahwa kemungkinan efek
samping yang terjadi adalah ketidaknyamanan otot dan sakit kepala.

33
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan insulin (Insulin resistance), dengan simtoma berupa
hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
berkurangnya aksi kerja dan produk insulin atau keduanya, yang
mengakibatkan naiknya kadar glukosa darah. Hiperglikemia juga dianggap
sebagai sebagai penyebab utama komplikasi yang berhubungan dengan
penyakit arteri koroner, kardiovaskular, gagal ginjal, komplikasi neurologis
dan kematian dini.

Maka dari itu, kontrol kadar glukosa darah setelah makan


(postprandial) sangat penting pada pengobatan awal DM dan untuk
mengurangi komplikasi vaskular kronis. Agen antihiperglikemia sintetis
menyebabkan efek samping yang serius, sedangkan komponen bioaktif yang
berasal dari alam sering dianggap aman dan efektif. Banyak makanan dan
suplemen telah dilaporkan dapat membantu mengontrol kadar glukosa darah.

Pada makalah ini, penulis membahas beberapa bahan alam yang dapat
dijadikan sebagai produk nutrasetika untuk pasien diabetes, antara lain
cinnamon cassia, fenugreek, flavonoid, rumput laut coklat (Ecklonia cava),
Berberin dieckol, oleuropein, dan lain sebagainya. Produk-produk nutrasetika
tersebut dilengkapi dengan mekanisme kerja bahan alam dalam mengobati
penyakit DM tipe 2, dosis, efek terapi, dan contoh produk bahan alam yang
telah beredar dipasaran.

3.2.Saran
Ditinjau dari perkembangan teknologi dan rasa ingin tahu yang besar
terhadap potensi bahan alam sebagai pengobatan diabetes, penelitian mengenai
bahan alam menjadi sediaan Nutrasetika tersebut harus digali dan
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu alternatif yang
dapat dijadikan sebagai pilihan sediaan farmasi yang dapat digunakan di
kalangan masyarakat.
34
DAFTAR PERTANYAAN
1. Lisani Syukriani: Contoh flavonoid yang paling sering digunakan berasal
dari tanaman apa?

• Jawaban: Penyebaran jenis flavonoid terbesar yaitu pada Tanaman


berbunga (Angiospermae), sedikit pada Alga hijau (Klorofita), jumlahnya
terbatas pada golongan tingkat kerumitan seperti tumbuhan lumut
(Briofita) atau yang lebih tinggi. Flavonoid dapat ditemukan pada buah,
sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herbal, rempah- rempah serta produk
pangan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, coklat, anggur
merah, dan obat herbal.

2. Lisani Syukriani: Tanaman fenugreek bentuknya seperti apa?

3. Rizky Clarinta Putri : Apakah produk nutrasetika sama dengan jamu di


Indonesia?

Terdapat 3 jenis obat tradisional di Indonesia (BPOM) :

1.Jamu : obat tradisional berbahan dasar tumbuhan yang diolah menjadi


bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan langsung minum

2.Obat Herbal Terstandar (OHT) : obat tradisional yang terbuat dari


ekstrak atau sari bahan alam dapat berupa tanaman obat, sari binatang, maupun
mineral

Perbedaan dengan Jamu : jamu dibuat dengan cara direbus, sedangkan


OHT menggunakan teknologi dan terstandar. Produk OHT harus melalui uji
praklinis untuk menguji efektivitas, keamanan dan toksisitas obat sebelum
diperjualbelikan

3.Fitofarmaka : defisini sama dengan OHT. Perbedaan : jenis obat bahan


alam yang efektivitas dan keamanannya sudah disejajarkan dengan obat modern
(Uji Praklinis+ Uji Klinis) 35
Keterangan : Jamu tidak memiliki indikator yang jelas seperti dosis dan uji pre
klinis maupun uji klinis belum ada, sedangkan proseduk nutrasetika sudah
mempunyai indikator tersebut yaitu dosis – uji praklinis – uji klinis

Kesimpulan: Obat Nutrasetika bisa disejajarkan dengan Obat tradisional


golongan Fitofarmaka, dikarenakan dosis , dan ujnya sudah terbukti efektivitas
dan efek sampingnya sudah diketahui

4. Fasya : Apakah ada dosis flavonoid?

• Jawaban: Ada, dosis yang diperlukan untuk penurunan kadar glukosa


darah postprandial yang signifikan adalah 1 mg/kg vitexin atau isovitexin
pada tikus normoglikemik. Sedangkan, pada tikus diabetes yang diinduksi
sukrosa dosis yang diperlukan adalah 50 mg/kg vitexin dan 20 mg/kg
isovitexin.

36
DAFTAR PUSTAKA

Annunziata, G., Maisto, M., Schisano, C., Barrea, L., Ciampaglia, R., & Narciso,
V. et al. (2018). Oleuropein as a novel anti-diabetic nutraceutical. Retrieved 19
September 2019, from https://lupinepublishers.com/diabetes-obesity-
journal/fulltext/oleuropein-as-a-novel-anti-diabetic-nutraceutical-an-
overview.ID.000113.php
Berberine. https://www.webmd.com/vitamins/ai/ingredientmono-1126/berberine
diakses pada tanggal 19 September 2019.
Berry. Jennifer., Cochrane, Zara. 2019. Everything you need to know about
Berberine. https://www.medicalnewstoday.com/articles/325798.php diakses
pada tanggal 19 September 2019.
Dong, H., Wang, N., Zhao, L., & Lu, F. (2012). Berberine in the Treatment of Type
2 Diabetes Mellitus: A Systemic Review and Meta-Analysis. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, 2012, 1–
12.doi:10.1155/2012/591654

Fujiwara, Y., Tsukuhara, C., Ikeda, N., Sone, Y., Ishikawa, T., & Ichi, I. et al.
(2017). Oleuropein improves insulin resistance in skeletal muscle by
promoting the translocation of GLUT4. Retrieved 19 September 2019, from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5703779/
Hu, Xiaofei., et. al. (2018). Berberine is a potential therapeutic agent for metabolic
syndrome via brown adipose tissue activation and metabolism regulation. Am
J Transl Res 2018;10(11):3322-3329
Imenshahidi, M., & Hosseinzadeh, H. (2019). Berberine and barberry (Berberis
vulgaris ): A clinical review. Phytotherapy Research.doi:10.1002/ptr.6252
Kandola, A. (2019). Olive leaf extract: Health benefits, dosage, and side effects.
Retrieved 19 September 2019, from
https://www.medicalnewstoday.com/articles/324878.php
Kang, M., Wijesinghe, W., Lee, S., Kang, S., Ko, S., & Yang, X. et al. (2012).
Dieckol isolated from brown seaweed Ecklonia cava attenuates type ІІ
diabetes in db/db mouse model. Food and Chemical Toxicology 53 (2013)
294-298. https://dx.doi.org/101016/j.fct.2012.12.012
Katzung, B. (2018). Basic & Clinical Pharmacology. 14th ed. New York, N.Y.:
McGraw-Hill Education LLC.
Prabhakar, P. K., & Doble, M. (2011). Mechanism of action of natural products
used in the treatment of diabetes mellitus. Chinese Journal of Integrative
Medicine, 17(8), 563–574.doi:10.1007/s11655-011-0810-3
Susalit, E., Agus, N., Effendi, I., Tjandrawinata, R. R., Nofiarny, D., Perrinjaquet-
Moccetti, T., & Verbruggen, M. (2011). Olive (Olea europaea) leaf extract
effective in patients with stage-1 hypertension: Comparison with Captopril.

37
Phytomedicine, 18(4), 251–258. doi:10.1016/j.phymed.2010.08.016
Wei, X., Wang, C., Hao, S., Song, H., & Yang, L. (2016). The Therapeutic Effect
of Berberine in the Treatment of Nonalcoholic Fatty Liver Disease: A Meta-
Analysis. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2016, 1–
9. doi:10.1155/2016/3593951
Yin, J., Ye, J., & Jia, W. (2012). Effects and mechanisms of berberine in diabetes
treatment. Acta Pharmaceutica Sinica B, 2(4), 327–
334. doi:10.1016/j.apsb.2012.06.003

Zhang, Q., Xiao, X., Feng, K., Wang, T., Li, W., Yuan, T., Wang, H.
(2011). Berberine Moderates Glucose and Lipid Metabolism through
Multipathway Mechanism. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, 2011, 1–10. doi:10.1155/2011/924851

38

Anda mungkin juga menyukai