Anda di halaman 1dari 129

Asuhan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian
Pharmaceutical Care
CHRISTICA ILSANNA SURBAKTI S.Farm., Apt
Asuhan Kefarmasian
Apa itu?
Definisi?
Paradigma baru?
Yang dilakukan?
Mengapa harus?
Components of Professional Practice
Cipole, Strand, Morley, 1998
• Pharmaceutical
Care
PRACTICE
PHILOSPHY

PRACTICE
MANAGEMENT
SYSTEM

• sistem manajemen yang PATIENT CARE


menjadi dasar kerangka PROCESS
kerja organisasi, untuk
mendukung praktek
profesional farmasi
• praktik kefarmasian
Praktik Farmasi Komunitas/Apotek
Cipole, Strand, Morley, 1998 • Ph. Care/
Asuhan
Kefarmasian
PRACTICE
PHILOSPHY

PRACTICE
MANAGEMENT
SYSTEM

• Manajemen PATIENT CARE


PROCESS
Apotek
• Farmasi
Komunitas/Apotek
PERKEMBANGAN PROFESI FARMASI . . . . .
.
Clinical Pharma-
Tradisional Transisional Pharmacy ceutical Care
(1960) (1975)

• Menyediakan Era Teknologi


•Explosion of drug Tujuan akhir Pelayanan di
dan membuat dg products & information
pelayanan mana pasien
keterampilan •Multiple prescribers &
Polypharmacy farmasi menerima
tangan
•Increased complexity adalah jaminan
of drug therapy keamanan keamanan dan
•Significant level of pengguna- rasionalitas
Drug related morbidity an obat oleh penggunaan
and mortality
masyarakat obat
associated with drug (Donald Brodie,1960) (mikael, 1975 )
use
•High human &
financial cost of drug
misadventuring
•Medication Error
(Cipole, dkk., 1998)
PERKEMBANGAN PROFESI FARMASI . . . . .
.
Orientasi Produk Orientasi Pasien

• Menyediakan Era Teknologi


•Explosion of drug Tujuan akhir Pelayanan di
dan membuat dg products & information
pelayanan mana pasien
keterampilan •Multiple prescribers &
Polypharmacy farmasi menerima
tangan
•Increased complexity adalah jaminan
of drug therapy keamanan keamanan dan
•Significant level of pengguna- rasionalitas
Drug related morbidity an obat oleh penggunaan
and mortality
masyarakat obat
associated with drug (Donald Brodie,1960) (mikael, 1975 )
use
•High human &
financial cost of drug
misadventuring
•Medication Error
(Cipole, dkk., 1998)
PERKEMBANGAN PROFESI FARMASI . . . . .
.
Distorsi &
Orientasi Produk Disorientasi

• Menyediakan Era Teknologi •Masyarakat


Tujuan
Peningkatan mulai bertanya:
akhir penggunaan
Pelayanan di
dan membuat obatApasiap
pelayanan manfaat profesi
mana
pakai, pasien
berakibat:
dg keterampilan Apoteker ?kehilangan
farmasi menerima
tangan
Apoteker
adalah
•Diskusi
peran jaminan
tentang
tradisionalnya dokter
keamanan
dispensing:
•MayoritasNilai keamanan
tambah
apoteker dan
penggunaan
apa rasionalitas
tidak lagi betah di oleh
yang diberikan apotik
obat oleh pada
Apoteker penggunaan
pelayanan
•Pasien
masyarakat
resep tidak
di Apotikobat?
pernah
bertemu
(Donald Brodie,1960) apoteker
(mikael, 1975 )
•Bahkan Apotekerpun
Kemampuan
bertanya: Apakah apotekersaya
menjadi
sebagai substandar
Apoteker masih
(Timmerman, 2003.)
dibutuhkan ?
mereka dapat bekerja dengan baik
tanpa perlu kehadiran apoteker
CLINICAL PHARMACY

Bidang Farmasi berkenaan dengan


ilmu dan praktek pemakaian obat
rasional
American College of Clinical Pharmacy 2005
Kualitas Hidup
• Sistem Pasien
Manajemen (GPP)
• Farmasi
Manfaat
Komunitas
Optimal

Konseling

Standar Praktik
KIE Farmasi Klinis & Per-uu-an

Farmakologi Toxikologi Therapeutik dll

Farmakokinetik Farmakodinami

Pharmaceutical Care
Pharmaceutical Care
ASUHAN KEFARMASIAN:
•is the direct, responsible provision of
medication-related care for the purpose of
achieving definite outcomes that improve a
patient’s quality of life
•Adalah tanggung-jawab penyediaan
asuhan terkait terapi obat dengan tujuan
mencapai manfaat optimal bagi
peningkatan kualitas hidup pasien
(ASHP, 1993 )
The American Society of Health-System Pharmacist
The principal elements of
pharmaceutical care
• that it is medication-related;
• it is care that is directly provided to
the patient;
• it is provided to produce definite
outcomes; these outcomes are
intended to improve the patient’s
quality of life;
• and the provider accepts personal
responsibility for the outcomes
medication-related
Rangkaian proses asuhan kefarmasian
meliputi seleksi obat, dosis, route dan
cara minum obat, medication therapy
monitoring, serta penyediaan layanan
KIE dan konseling kepada individual
pasien terkait masalah obat dan
pengobatan

(ASHP, 1993)
Care ≈Asuhan
• konsep asuhan adalah mengasuh, yaitu
memberikan perhatian kepada seseorang
(individu/pasien)
• Intinya adalah terjadinya hubungan
individual antara pemberi dengan
penerima asuhan (pasien)
• dalam asuhan kefarmasian komponen
yang tidak dapat dikurangi adalah
seorang profesional apoteker harus
menyediakan asuhan langsung untuk
keuntungan/kemanfaatan bagi pasien
(ASHP, 1993)
definite outcomes ≈ manfaat optimal
1. Cure of a patient’s disease.
2. Elimination or reduction of a
patient’s symptomatology.
3. Arresting or slowing of a disease
process.
4. Prevention of a disease or
symptomatology.

(ASHP, 1993)
• Asuhan kefarmasian adalah tanggung-jawab
apoteker menyediakan asuhan terkait terapi
obat dengan tujuan mencapai manfaat pasti
bagi peningkatan kualitas hidup pasien

Sebutkan salah satu yang dimaksud dengan


manfaat pasti !
• Untuk penjaminan mutu penyelenggaraan
praktik farmasi komunitas, WHO dan FIP
menerbitkan dokumen Good Pharmacy
Practice (GPP) In Community and Hospital
Pharmacy Settings. Dengan maksud yang
sama, pada tahun 2004 Indonesia untuk
pertama kali menetapkan sebuah dokumen
melalui peraturan perundang-undangan

Menurut anda peraturan perundang-


undangan yang mana?
quality of life ≈ kualitas hidup
• Mobilitas fisik
• Bebas dari kesakitan
• Mampu memelihara diri sendiri
• Mampu ikut serta dalam
interaksi sosial yang normal
• (Panjaitan, 2006)
Responsibility ≈ tanggung jawab
The fundamental relationship in any type
of patient care is a mutually beneficial
exchange in which the patient grants
authority to the provider and the provider
gives competence and commitment to the
patient (accepts responsibility).
Responsibility involves both moral
trustworthiness and accountability
Responsibility ≈ tanggung jawab
Hubungan mendasar asuhan pasien adalah
pertukaran yang saling menguntungkan di
mana pasien menghibahkan otoritas
(penanganan obat) ke penyedia layanan
(apoteker) dan penyedia layanan (menerima
tanggung jawab atas hibah otoritas)
memberikan kompetensi dan komitmen.
Tanggung Jawab melibatkan sekaligus
kepercayaan (moral) dan akuntabilitas
(tanggunggugat)
Pharmaceutical Care
ASUHAN KEFARMASIAN:
•is a patient-centered practice in which the
practitioner assumes responsibility for a
patient's drug-related needs and is held
accountable for this commitment
•adalah praktek yang berpusat pada pasien
di mana praktisi menerima tanggung jawab
terhadap kebutuhan pasien terkait obat dan
memenuhi tanggung gugat atas komitmen
tersebut
(Cipole, dkk., 2004)
Pharmaceutical care practitioners accept
responsibility for optimizing all of a
patient's drug therapy, regardless of the
source (prescription, nonprescription,
alternative, or traditional medicines), to
achieve better patient outcomes and to
improve the quality of each patient's life.
This occurs with the patient's cooperation
and in coordination with the patient's
other health care providers.
(Cipole, dkk., 2004)
Praktisi asuhan kefarmasian menerima
tanggung jawab untuk mengoptimalkan
semua terapi obat pasien, terlepas dari mana
sumbernya (resep, non-resep, obat alternatif,
atau obat tradisional), untuk mencapai hasil
yang lebih baik dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Hal ini bisa terjadi melalui
kerjasama dengan pasien dan berkoordinasi
dengan penyedia layanan kesehatan lainnya

(Cipole, dkk., 2004)


The practitioner uses a rational decision-
making process called the
Pharmacotherapy Workup to make an
assessment of the patient's drug-related
needs, identify drug therapy problems,
develop a care plan, and conduct follow-up
evaluations to ensure that all drug
therapies are effective and safe.

(Cipole, dkk., 2004)


Praktisi menggunakan proses pengambilan
keputusan rasional yang disebut
Farmakoterapi meliputi melakukan penilaian
kebutuhan pasien terkait obat,
mengidentifikasi masalah terapi terkait obat,
mengembangkan rencana asuhan, dan
melakukan evaluasi tindak lanjut untuk
memastikan semua terapi obat efektif dan
aman.

(Cipole, dkk., 2004)


The Patient's Drug-Related Needs
The medication is appropriate
•There is a clinical indication for each medication being taken.
•All of the patient's medical conditions that can benefit from
drug therapy have been identified.
The medication is effective
•The most effective drug product is being used.
•The dosage of the medication is sufficient to achieve the goals
of therapy.
The medication is safe
•There are no adverse drug reactions being experienced.
•There are no signs of toxicity.
The patient is compliant
•The patient is willing and able to take the medications as
intended. (Cipole, dkk., 2004)
The Patient's Drug-Related Needs
The medication is appropriate
•There is a clinical indication for each medication being taken.
•All of the patient's medical conditions that can benefit from
drug therapy have been identified.
The medication is effective
•The most effective drug product is being used.
•The dosage of the medication is sufficient to achieve the goals
of therapy.
The medication is safe
•There are no adverse drug reactions being experienced.
•There are no signs of toxicity.
The patient is compliant
•The patient is willing and able to take the medications as
intended. (Cipole, dkk., 2004)
The Patient's Drug-Related Needs
The medication is appropriate (Cipole, dkk., 2004)

•Ada indikasi klinis untuk setiap obat yang diberikan.


•Semua kondisi medis pasien dimana akan mendapat
manfaat dari terapi obat telah diidentifikasi.
The medication is effective
•Menggunakan produk obat yang paling efektif.
•Dosis obat cukup untuk mencapai tujuan terapi.
The medication is safe
•Tidak menglami efek samping obat.
•Tidak ada tanda-tanda toksisitas.
The patient is compliant
•Pasien bersedia dan mampu mengambil obat
sebagaimana dimaksud.
Drug Therapy Problem

Drug therapy problems are a consequence


of drug-related needs that have gone
unmet. They are central to pharmaceutical
care practice
A drug therapy problem is any undesirable
event experienced by a patient which
involves, or is suspected to involve drug
therapy, and that interferes with achieving
the desired goals of therapy
(Cipole, dkk., 2004)
Drug Therapy Problem
Drug Related Problem
Drug Medication Problem
Masalah terapi obat adalah sebuah
konsekuensi di mana kebutuhan obat tidak
terpenuhi. Merupakan inti dari praktek asuhan
kefarmasian
Masalah terapi obat adalah peristiwa tidak
diinginkan yang dialami pasien terkait
penggunaan terapi obat, dan mengganggu
pencapaian tujuan terapi yang diinginkan
(Cipole, dkk., 2004)
(Cipole, dkk., 2004)
Drug Therapy Problem
1. Terapi obat diberikan, sementara pasien tidak memiliki
indikasi klinis
2. Terapi obat tambahan tidak diberikan sementara pasien
memiliki indikasi klinis.
3. Produk obat tidak efektif untuk menghasilkan respon yang
diinginkan.
4. Dosis yang terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang
diinginkan.
5. Obat menyebabkan reaksi yang merugikan.
6. Dosis yang terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan efek yang
tidak diinginkan.
7. Pasien tidak mampu atau tidak bersedia atau tidak
mendapatkan terapi obat sebagaimana dimaksud.
• Seorang ibu datang ke apotek minta obat
untuk anaknya umur 4 tahun dengan
keluhan batuk dan pilek. Asisten apoteker
berusaha mencarikan sirup yang
mengandung kombinasi obat berkhasiat
antitusif dan dekongestan

Sediaan sirup dengan kandungan obat apa


yang dipilih oleh apoteker?
• Untuk obat sukar larut dalam air, kecepatan
absorpsi obat dari bentuk sediaan tablet
immediate-release sangat dibatasi oleh
beberapa faktor

Menurut saudara faktor mana paling


membatasi kecepatan absorpsi ?
• Seorang pasien dewasa meminta obat sakit
kepala paling manjur ke apotek saudara,
sambil mengeluh sudah beberapa merek
obat digunakannya

Apa yang saudara lakukan sebagai farmasis?


• Seorang ibu membawa resep ke apotek
untuk anaknya yang berumur 4 tahun.
Resepnya obat dengan merek dagang X Forte
sirup (cefadroxil 250mg/5ml), cara pakai 1
sendok teh 2 kali sehari. Si Ibu tidak
mempunyai cukup uang dan memutuskan
tidak membeli resep tersebut. Apoteker
berusaha membantu dengan cara
memberikan bentuk sediaan lain sebagai
alternatif paling ekonomis agar kebutuhan
obat pasien terpenuhi

Apa yang dilakukan farmasis?


• Seorang ibu datang ke apotek membawa
resep dari dokter umum yang a.l. berisi
azitromycin 500, tidak lama kemudian ibu
tersebut datang dengan membawa resep
dari dokter penyakit dalam yang a.l. berisi
levo-floxacin 500
Sebagai farmasis apa yang akan saudara
lakukan?
• Seorang pasien dewasa meminta obat untuk
meredakan sakit giginya tanpa resep dokter.
Apoteker memberikan tablet asam
mefenamat 500.

Apa yang meyakinkan saudara bahwa asam


mefenamat 500 dapat diberikan tanpa resep
dokter?
• Seorang pasien dewasa meminta obat salep
antibiotik untuk luka yang sudah bernanah
dikakinya tanpa resep dokter. farmasis
memberikan salep gentamycin.

Apa yang meyakinkan saudara bahwa salep


gentamycin dapat diberikan oleh farmasis
tanpa resep dokter?
• Seorang ibu meminta 1 strip pil kontrasepsi
sambil membawa strip bekas pil
kontrasepsinya yang telah habis digunakan.
farmasis memberikan 1 strip pil kontrasepsi
sambil meminta ibu tersebut menjelaskan
cara penggunaannya.
Apa yang meyakinkan saudara bahwa pil
kontrasepsi dapat diberikan oleh farmasis
tanpa resep dokter?
• Seorang pasien dewasa membawa resep
di bawah ini.

Setelah diserahkan obatnya, pasien


menanyakan kapan harus
menggunakannya? Pagi, siang, atau
malam hari?

Jawaban apa yang anda sebagai farmasis


berikan?
Seorang pasien dewasa datang ke apotek
dengan membawa resep yang antara lain
berisi obat sbb:

Menurut Permenkes No.917/1993


termasuk golongan mana obat dalam
resep tersebut di atas ?
Seorang ibu datang ke apotek dengan
membawa resep untuk anaknya yang antara
lain berisi obat sbb:

Menurut Permenkes No.917/1993 termasuk


golongan mana obat dalam resep tersebut
di atas ?
Seorang ibu datang ke apotek dengan
membawa resep untuk anaknya yang
menderita alergi antara lain berisi obat sbb:

Berapa tablet dibutuhkan untuk memenuhi


resep tersebut di atas ?
Seorang ibu datang ke apotek dengan
membawa resep untuk anaknya yang berisi
obat-obat sbb:

Setelah dilakukan pengkajian resep, di mana


letak kesalahan dalam resep tersebut?
Seorang ibu datang ke apotek dengan
membawa resep untuk anaknya yang
menderita infeksi antara lain berisi obat sbb:

Berapa mg CTM terdapat pada setiap bungkus


obat yang diserahkan?
Seorang ibu datang ke apotek dengan
membawa resep untuk anaknya yang
menderita infeksi antara lain berisi obat sbb:

Untuk penyerahan obat tersebut di atas,


berapa tablet phenobarbital paling efisien
untuk diracik?
Seorang pasien dewasa datang ke apotek
dengan membawa resep berisi 3 obat sbb:

Apa jawaban anda, ketika pasien menanyakan


waktu pemakaian untuk obat pertama di atas:
pagi, siang, sore atau malam?
Seorang pasien dewasa datang ke apotek
dengan membawa resep yang antara lain berisi
obat sbb:

Menurut Permenkes No.917/1993 termasuk


golongan mana obat dalam resep tersebut di
atas ?
Seorang pasien dewasa datang ke apotek
dengan membawa resep yang antara lain berisi
obat sbb:

Pada penyerahan obat di atas, berapa kekuatan


obat per tablet diberikan?
Seorang pasien dewasa datang ke apotek
dengan membawa resep yang antara lain berisi
obat sbb:

Bagaimana signa yang harus ditulis untuk


penyerahan obat di atas?
• Seorang ibu meminta 1 strip pil kontrasepsi sambil
membawa strip bekas pil kontrasepsinya yang telah habis
digunakan. Apoteker memberikan 1 strip pil kontrasepsi
sambil meminta ibu tersebut menjelaskan cara
penggunaannya.
Apa yang meyakinkan saudara bahwa pil kontrasepsi
dapat diberikan oleh apoteker tanpa resep dokter?

• Seorang ibu ingin membeli obat Setirizin sebanyak 20


tablet tanpa resep dokter untuk suaminya yang menderita
alergi. Apoteker tidak memenuhi permintaan ibu tersebut
Apa alasan paling tepat apoteker tidak memenuhi
permintaan ibu tersebut?
• Seorang ibu ingin membeli obat Famotidin 10 mg
sebanyak 10 tablet tanpa resep dokter untuk suaminya
yang menderita penyakit lambung. Apoteker tidak
memenuhi permintaan ibu tersebut
Apa alasan paling tepat apoteker tidak memenuhi
permintaan ibu tersebut?

• Seorang ibu ingin membeli obat Ciprofloksasin 500 mg


sebanyak 10 tablet tanpa resep dokter untuk suaminya
yang menderita penyakit infeksi. Apoteker tidak
memenuhi permintaan ibu tersebut
Apa alasan paling tepat apoteker tidak memenuhi
permintaan ibu tersebut?
• Seorang ibu ingin membeli obat Gentamicin salep mata
sebanyak 1 tube tanpa resep dokter untuk mata suaminya
yang menderita infeksi. Apoteker tidak memenuhi
permintaan ibu tersebut
Apa alasan paling tepat apoteker tidak memenuhi
permintaan ibu tersebut?
• Seorang anak mengalami demam tinggi dan berpotensi
kejang, maka diberikan diazepam rectal gel. Dengan
maksud ketepatan dan keamanan penggunaan, diazepam
rectal gel digolongkan ke dalam golongan obat keras
tertentu (OKT)
Alasan apa yang paling tepat, diazepam rectal gel
digolongkan ke dalam golongan obat keras tertentu?
Seorang pasien dewasa datang ke apotek
dengan membawa kopi resep yang antara lain
berisi obat golongan psikotropika sbb:

Dari penandaan yang mana dapat dikenali


bahwa obat tersebut di atas termasuk
golongan psikotropika?
Tujuan Pharmaceutical Care:
• Mencegah terjadinya problem terapi
terkait obat (Drug Therapy Problems) dan
.....
• Mengatasi bila telah terjadi problem
terapi terkait obat (DTP)
Cipole, RJ., Strand, LM., Morley, PC., 1998
Pharmaceutical Care
•Pharmaceutical Care meliputi semua aktifitas apoteker
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah pasien
terkait obat. Pharmaceutical Care merupakan komponen
praktek kefarmasian yang memerlukan interaksi langsung
apoteker dengan pasien, yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidupnya.
•Pharmaceutical Care merupakan ekspansi kebutuhan
yang meningkat dan tuntutan pelayanan farmasi yang lebih
baik demi kepentingan dan kesejahteraan pasien. Pola
pelayanan ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat
secara rasional (efektif, aman, bermutu dan terjangkau)
57
The role of the pharmacist has
changed from making drugs
to making drugs work better
Peran Farmasis telah berubah
dari membuat obat menjadi
membuat obat bekerja lebih
baik
(Chung, CS., 2004)
• Era perkembangan profesi kefarmasian
digambarkan sebagai perubahan peran
farmasis dari membuat obat menjadi
membuat obat bekerja lebih baik

Menurut saudara, apa maksud peryataan ini?


Traditional Pharmacy

Perencanaan

Pengendalian Pengadaan
ORIENTASI PRODUK
Dimensi:
Jenis
Jumlah
Harga
Penerimaan
Distribusi

Penyimpanan
Produk

PELAYANAN MENDUKUNG PRODUK


Pharmaceutical Care

menetapkan
hubungan kumpulkan
profesional info

ORIENTASI PASIEN
Dimensi :
Sesuai indikasi
hasil terapi optimal
review Aman evaluasi info
monitor Terpenuhi rencanakan aksi
modifikasi

pastikan Produk
terlaksana
(Rover, JP., et al., 2003)
PRODUK MENDUKUNG PELAYANAN
• Indonesia telah menetapkan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada
tahun 2004 dan diperbaiki pada tahun 2014,
dengan maksud mengawali perubahan
orientasi pelayanan dari produk ke pasien.
Namun hingga kini implementasi standar
tersebut tidak kunjung terwujud

Menurut saudara apa yang menjadi


hambatan utama dalam implementasi
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
tersebut ?
Traditional Pharmacy
vs
Pharmaceutical Care

Traditional Pharmacy Pharmaceutical Care

Orientasi Produk Pasien


Pelaksanaan Atas permintaan Berkelanjutan
Antisipasi atau
Strategi Patuh
perbaikan
Fokus utama Ethical/OTC Manfaat optimal
SESUAI
INDIKASI

1. Diberikan terapi obat tanpa indikasi


2. Butuh tambahan terapi obat tapi tidak dipenuhi
EFEKTIF

3. Obat tidak sesuai kebutuhan


4. Dosis terlampau rendah
AMAN

5. Reaksi obat tidak diinginkan


6. Dosis terlampau tinggi

TERPENUHI
•Kebutuhan pasien
•Masalah terapi 7. Tidak terpenuhi
• Yang dilakukan dalam pharmaceutical care
adalah mencegah terjadinya drug related
problems (DRPs) terkait dengan indikasi,
efektivitas, keamanan, dan pemenuhan
kebutuhan pengobatan

DRPs yang mana terkait dengan indikasi


pengobatan ?
problem terapi terkait obat,
bukan problem medis
• problem medis adalah kondisi sakit,
terkait dengan gangguan fisiologis yang
diindikasikan melalui bukti klinis dari
adanya cidera akibat suatu penyakit.
• problem terapi terkait obat adalah
masalah pasien yang diakibatkan oleh
obat ataupun oleh segala sesuatu yang
terkait dengan pemberian obat
Rover, JP., et al., 2003.
problem terapi terkait obat,
merupakan tindak lanjut dari problem medis

• penetapan kondisi hipertensi adalah


problem medis (diagnosis),
• pemenuhan kebutuhan pasien atas obat
hipertensi yang aman, bermutu, dan
terjangkau adalah problem terapi terkait
obat
Rover, JP., et al., 2003.
Hubungan kerja antara
dokter dan apoteker
 Bila fokus pelayanan Dokter adalah
pada diagnose penyakit,
 Maka fokus pelayanan Apoteker adalah
pada problem terapi terkait obat

Strand, LM., 1998


Basis ilmu pengetahuan dan
keahlian
 Bila ilmu pengetahuan dan keahlian
dokter berbasis pada patofisiologi,
 Maka ilmu pengetahuan dan keahlian
Apoteker berbasis pada farmakoterapi

Strand, LM., 1998


PRACTICE PHILOSPHY

satu satuan nilai-nilai sebagai


pedoman berperilaku sehubungan
dengan berbagai tindakan yang
harus diambil dalam praktek
profesional
Cipole, Strand, Morley, 1998
Pasti bukan ini yang disebut filosofi praktik ...
WHO Consultative Group
Tokyo, 1993

FILOSOFI
PRACTICE

• Attitude
• Behaviour
Pencapaian
• Commitments
hasil terapi
• Concern
optimal demi
• Ethics Pemberian Terapi Obat
terwujudnya
• Function
peningkatan
• Knowledge aktivitas yang kualitas hidup
• Responsibility didasari atas
• Skill kebutuhan individu
atau masyarakat
nilai-nilai sebagai pedoman berperilaku
yang dikembangkan dalam
praktek profesional farmasis di Indonesia

TINGKAH KODE TANGGUNG


KOMITMEN SIKAP
LAKU ETIK JAWAB
nilai-nilai sebagai pedoman berperilaku
yang dikembangkan dalam
praktek profesional Apoteker di
Indonesia

TINGKAH KODE TANGGUNG


KOMITMEN SIKAP
LAKU ETIK JAWAB

•Ibarat sebuah komputer, nilai-nilai di atas adalah


software bagi praktek profesional apoteker
•Dapatkah komputer diopersikan tanpa softwere?
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

KODE TANGGUNG
KOMITMEN SIKAP PERILAKU ETIK JAWAB

4.Saya akan menjalankan tugas saya


dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
(PP No.20 tahun 1962 )
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

KODE TANGGUNG
KOMITMEN SIKAP PERILAKU ETIK JAWAB

seorang profesional akan berkata:


saya bekerja bukan karena dibayar,
tetapi dibayar karena saya bekerja.
Setiap keputusan yang saya ambil
sepanjang karier saya, berdasarkan
pada mana yang benar, bukan pada
mana yang menguntungkan
(Marshall TH: Can J Econ Political Sci 5:325, 1939)
Remington’s Pharmaceutical Sciences 21th Edition, 2005 page:21
• Seorang farmasis akan berkata: “saya
bekerja bukan karena dibayar, tetapi
dibayar karena bekerja. Setiap keputusan
yang saya ambil sepanjang karier saya,
berdasarkan pada mana yang benar, bukan
pada mana yang menguntungkan”

Menurut anda, apa yang dimaksud dengan


pernyataan di atas ?
• Definisi apotek berubah dari waktu ke
waktu mengikuti perkembangan dunia
kefarmasian, ditandai dengan perubahan
fokus kegiatan pekerjaan/praktik
kefarmasian yang dilakukan di apotek
meliputi pengadaan, pembuatan,
mendistribusikan, dan pelayanan.

Mana diantara fokus kegiatan berikut yang


ditetapkan sebagai kegiatan dalam definisi
apotek saat ini?
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

KODE TANGGUNG
KOMITMEN SIKAP PERILAKU ETIK JAWAB

STANDAR PROFESI
Standar Profesi adalah pedoman
untuk menjalankan praktik
profesi kefarmasian secara baik
(PP No.51/2009)
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

KODE TANGGUNG
KOMITMEN SIKAP PERILAKU ETIK JAWAB

Antara lain . . .
1. Hanya melakukan pekerjaan atas dasar
kemampuan/keahlian/kompetensi yang
dimiliki
........
9. Untuk dapat menjamin relevansi keilmuan
serta ketrampilan, seorang apoteker harus
mengikuti pendidikan berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi
(Situmorang, CH., 2000)
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

KODE TANGGUNG
KOMITMEN SIKAP PERILAKU ETIK JAWAB

Norma atau aturan moral, yang


membatasi seorang Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan profesinya,
yang mencegah dirinya dari perbuatan
tercela dan merugikan martabat
Profesi Apoteker maupun Organisasi
Profesi.
81
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

KODE TANGGUNG
KOMITMEN SIKAP PERILAKU ETIK JAWAB

Pasal 2
Setiap Apoteker harus berusaha
dengan sungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan Kode Etik Apoteker
Indonesia.
Keputusan Kongres Nasional XVII ISFI,
Nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/2005
tentang Kode Etik Apoteker Indonesia
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

TINGKAH KODE TANGGUNG


KOMITMEN SIKAP ETIK
LAKU JAWAB

pasien mempercayakan otoritas


penanganan obat kepada apoteker,
Apoteker menerima tanggungjawab atas
kepercayaan itu dengan kompetensi dan
komitmen
(ASHP,1993)
• Melalui PP No.51 tahun 2009 pekerjaan
kefarmasian diatur dengan tujuan antara lain
mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian
sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peraturan
perundangan-undangan
Kegiatan mana yang secara spesifik
merupakan implementasi dari tujuan
tersebut ?
PRACTICE PHILOSPHY . . . . . .

TINGKAH KODE TANGGUNG


KOMITMEN SIKAP ETIK
LAKU JAWAB

Kompetensi:
TALENTA kemampuan kerja yang
mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta
sikap kerja yang
relevan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
(PP No.23/2004)
PRACTICE MANAGEMENT SYSTEM
Sebuah sistem manajemen yang menjadi
dasar kerangka kerja organisasi untuk
mendukung praktek profesi. Sistem
manajemen meliputi:
pelaksanaan misi organisasi pelayanan,
penyediaan finansial, sarana fisik dan
SDM,
adanya sistem evaluasi,
adanya mekanisme imbalan jasa
Cipole, Strand, Morley, 1998
Dokumen WHO/FIP:
GOOD PHARMACY PRACTICE
Cara Pelayanan Farmasi yang Baik
•Cara Pelayanan Yang Baik adalah jalan
untuk melaksanakan Pharmaceutical
Care
•Suatu pedoman yang dipakai untuk
menjamin bahwa layanan yang diberikan
apoteker kepada setiap pasien telah
memenuhi kualitas yang tepat.
setiap orang mempunyai hak
dalam memperoleh pelayanan
kesehatan (termasuk pelayanan
kefarmasian)yang aman, bermutu,
dan terjangkau
[UU No.36/2009 pasal 5(2)]
≠ over dosis
≠ efek samping Secara ekonomi
Sesuai standar
≠ ADR
≠ keluar dari aturan
Penggolongan obat
(Permenkes No.917/1993)
meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan, serta untuk pengamanan distribusi
1. Obat bebas
2. Obat Bebas Terbatas
3. Obat Wajib Apotik →No.1, 2, dan 3
4. Obat Keras
5. Psikotropika
6. Narkotika
PELAKSANAAN GPP MENSYARATKAN
(World Health Organization (WHO), 1996)

1. Perhatian utama Farmasis adalah


kebaikan/kesejahteraan pasien,
2. Inti kegiatan adalah penyediaan obat
dengan kualitas terjamin,
3. Peranan Farmasis adalah promosi
peresepan rasional dan ekonomis,
4. Setiap elemen pelayanan kefarmasian
harus relevan bagi setiap pasien.
KONDISI HARUS DIBANGUN

1. Profesionalisme harus menjadi filosofi


utama yang mendasari praktik, di samping
faktor ekonomi.
2. Farmasis harus mempunyai peluang untuk
memberikan masukan dalam setiap
keputusan penggunaan obat-obatan.
3. Hubungan dengan profesional kesehatan
lain khususnya dokter, harus dilihat sebagai
suatu kemitraan hubungannya dengan
farmakoterapi.
KONDISI HARUS DIBANGUN

4. Hubungan antar Farmasis harus sebagai


hubungan kesejawatan, bukan sebagai
pesaing.
5. Praktisi Farmasis dan manajer apotek harus
berbagi tanggungjawab untuk
mendefinisikan, mengevaluasi, dan
meningkatkan kualitas.
6. Farmasis harus menyadari pentingnya
informasi medis dan pengobatan setiap
pasien.
KONDISI HARUS DIBANGUN

7. Tersedia informasi yang independen,


komprehensif, obyektif dan terkini tentang
terapi dan obat-obatan yang digunakan.
8. Farmasis harus menerima tanggung jawab
untuk menjaga dan menilai kompetensi
mereka sepanjang kehidupan profesionalnya.
9. Program pendidikan untuk memasuki dunia
profesi harus sesuai, baik untuk praktik
kefarmasian masa kini maupun untuk
kemungkinan perubahan di masa mendatang.
KONDISI HARUS DIBANGUN

10. Standar pelayanan kefarmasian yang telah


ditetapkan harus dipatuhi oleh para
Farmasis praktisi.
4 KELOMPOK KEGIATAN

1. Promosi kesehatan, mencegah keadaan sakit dan


pencapaian tujuan kesehatan;
2. Penyediaan dan penggunaan obat dan berbagai hal
yang berhubungan dengan penggunaan obat atau
aspek lainnya yang terkait pengobatan. (Kegiatan ini
bisa dilakukan di apotek atau di pelayanan
institusional atau di rumah).
3. Pengobatan sendiri, termasuk nasehat tentang
pengobatan yang tepat/sesuai, penyediaan obat dan
pengatasan gejala penyakit
4. Mempengaruhi peresepan dan penggunaan obat.
PATIENT CARE
PROCESS
PATIENT CARE PROCESS

terdiri dari:
penetapan problem terapi,
menyusun langkah-langkah,
dan evaluasi hasil
Cipole, Strand, Morley, 1998
PHARMACEUTICAL CARE PROCESS

DATA

ASSESSMENT
Pharmaceutical Care
PROCESS

DRP

KONSELING
DOKTER
pasien
5 langkah Pharmaceutical Care

menetapkan
hubungan kumpulkan
profesional info

Orientasi Pasien
Dimensi :
Sesuai indikasi
Efektif/hasil terapi optimal
review Aman evaluasi info
monitor Terpenuhi rencanakan aksi
modifikasi

pastikan Produk
terlaksana
(Rover, JP., et al., 2003)
PRODUK MENDUKUNG PELAYANAN
Medication error
Medication error
• Kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah (Kepmenkes
No.1027/2004)

• Terjadi akibat kesalahan manusia atau


lemahnya sistem yang ada (Iwan Dwiprahasto,
2003)
Case Report
Medan, Juli 2008

Bayi menderita diare umur 7


hari mendapat resep susu
isomil, oleh apotik diberikan
isomil plus

24 jam kemudian bayi


tersebut meninggal
Case Report

A 20 yr. female, suffering from


tonsilitis. She obtained a drug from
the hospital pharmacy, and took as
instructed. She felt very weak after
taking the drug. She took
chlorpropamide 250 mg 4 times
a day. The doctor claimed that he
prescribed chloromycetine 4x250
mg daily for her tonsilitis. The
patient eventually died 2 weeks
after hospital admission.
Kalau Saja…….
• Farmasis mengkaji/review
resep…..
–Chlorpropamide: single dose….

• Farmasis melakukan konseling


sebelum menyerahkan…..
–Apakah pasien menderita DM…..?
Kasus lain
• Di bulan puasa, datang ke apotik
seorang laki-laki paruh baya mengeluh
sakit kepala berkepanjangan, dia telah
menggunakan obat berbagai merek
mulai paramex hingga neuralgin-rx.
Akhirnya apotik memberikan obat yang
pasien tidak kenal dari merek yang
satu ke merek yang lain . . .
Kasus lain
• Di bulan puasa, datang ke apotik
seorang laki-laki paruh baya mengeluh
sakit kepala berkepanjangan, dia telah
menggunakan obat berbagai merek
mulai paramex hingga neuralgin-rx.
Akhirnya apotik memberikan obat yang
pasien tidak kenal dari merek yang
satu ke merek yang lain . . .
. . . . Sampai kapan?
Kalau saja…..

• Apoteker menyempatkan diri melakukan


konseling:…….
– Laki-laki paruh baya tersebut ternyata
tukang jahit, menjelang hari raya ia
nyaris tak pernah tidur menyelesaikan
baju pesanan orang
– Yang dia butuhkan hanyalah beristirahat
cukup . .
Kalau saja…..

• Apoteker menyempatkan diri melakukan


konseling:…….
– Laki-laki paruh baya tersebut ternyata
tukang jahit, menjelang hari raya ia
nyaris tak pernah tidur menyelesaikan
baju pesanan orang
– Yang dia butuhkan hanyalah beristirahat
cukup . .
Annual Accidental Deaths (IOM, 1999)

100000
Equal to three jumbo jet crashes every 2 days
80000

60000

40000

20000

0
Medical Auto Workplace Air
Kejadian Medication Error

PRESCRIBING 39%

TRANSCRIPTION 12%

DISPENSING 11%

38%
JAMA 1995 Jul 5,274(1):29-34

ADMINISTERING
Kejadian Medication Error

PRESCRIBING 39%

TRANSCRIPTION 12%

DISPENSING 11%

38%
JAMA 1995 Jul 5,274(1):29-34

ADMINISTERING
Three Prime Questions

 Apa penjelasan dokter tentang


obat Anda?
 Apa penjelasan dokter tentang
harapan setelah minum obat ini?
 Apa penjelasan dokter tentang
cara pakai obat ini?
KATEGORI ERROR
Feinberg, JL., ed. Med Pass Survey., ASCP 1993
• Omission Error • Terlambat/terlalu cepat memberikan
obat periode berikutnya

• Unauthorized Drug Error • Pasien membeli obat keras tanpa resep

• Extra Dose Error • Dosis ganda

• Wrong Dose Error • Dosis lebih besar atau lebih kecil dari
yang diresepkan dokter

• Wrong Route Error • Cara pemberian keliru

• Wrong Rate Error • Kecepatan tetesan obat infus kurang


atau berlebih
KATEGORI ERROR
Feinberg, JL., ed. Med Pass Survey., ASCP 1993
• Wrong Time Error • Interval pemberian obat
keliru

• Wrong Drug Preparation • Suspensi tidak dikocok


Error • Sediaan slow release
dijadikan puyer/dibelah
• Incompatible

Wrong Administration • Injeksi tanpa metode steril


Technique Error
• Deteriorated Drug Error • Obat rusak, kadaluarsa, obat
tidak disimpan ditempat
yang seharusnya
SOUND ALIKE
Analgesik,
jantung LANOXIN LOXONIN
antirheumatik
antiulcer LOSEC LASIX diuretika

antiinfeksi CHLOROMYCETINE CHLORPROPAMID Antidiabet


antiemetik,
antivertigo CHLORPROMAZIN CHLORPROPAMID Antidiabet
antipsikotik
DIPHENHYDRAM DIMENHY Antiemetik
antihistamin INE antivertigo
DRINAT
• kebanyakan masalah terapi obat
tidak melekat pada obatnya, tetapi
lebih pada:
bagaimana obat diresepkan,
bagaimana kebutuhan terapi
pasien terpenuhi,
bagaimana obat diserahkan
kepada pasien, dan
bagaimana obat digunakan
pasien
WHO, FIP, ASHP, ASCP, dan
negara-negara maju di dunia
sepakat:
• Apa yang harus Apoteker
lakukan adalah menerapkan
konsep Pharmaceutical Care
People do not care how
much you know unless
you show them how
much you care
Prof. Linda Strand
Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA
1. ASHP. (1993) ASHP Statement on Pharmaceutical Care., Am. J. Hosp.
Pharm. Vol.50:1720-3
2. Chung, CS. (2004), Trends in Community Pharmacy., disampaikan
pada Seminar Peluang dan Tantangan Usaha Apotik terhadap Pelaksanaan
Good Pharmacy Practice., 4 Maret 2004., Jakarta.
3. Cipole, RJ., Strand, LM., Morley, PC. (1998), Pharmaceutical Care
Practice., The McGraw-Hill Companies, Inc., The United States of America
4. Cipole, RJ., Strand, LM., Morley, PC. (2004), Pharmaceutical Care
Practice, The Clinician’s Guide., The McGraw-Hill Companies, Inc., The
United States of America
5. Genaro, AF. (2005), Remington: The Science and Practice of
Pharmacy., 21th Ed., Lippincott Williams&Wilkins, Philadelphia
6. Higby, GJ. (2002), The Continuing Evolution of American Pharmacy
Practice, 1952-2002., Journal of the Am. Ph. Association., vol. 42.,
No.1. : 12-15.
7. Menkes RI. (2004), Kepmenkes RI No.1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik., Dep. Kes. RI Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
8. Menkes RI. (2011), Permenkes RI No.889/MENKES/ PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian., Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 322
9. Presiden RI. (2004) Peraturan Pemerintah RI No.23 tahun 2004 tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi., Lembaran Negara RI tahun 2004
No.78
10. Presiden RI. (2009) Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian., Lembaran Negara RI tahun 2009 No.124
11. Rover, JP., et al. (2003), A Practical Guide to Pharmaceutical Care.,
Second edition., American Pharmaceutical association., Washington, D.C.
12. Situmorang, CH. (2000), Perspektif Profesi Apoteker, Menuju
Paradigma Baru asuhan kefarmasian., CCED Pharma Foundation.,
Jakarta
13. Timmerman, K. (2003), Pharmaceutical Care and community
pharmacy in the Netherlands., Makalah pada Lokakarya Standar
asuhan kefarmasian di Apotik., Pusdiklat Depkes RI., Jakarta

Anda mungkin juga menyukai