Disusun oleh :
Disusun oleh :
ISNAMI NOR ROHIMAH, S.Farm
(202106100117)
apt. Tsamrotul Ilmi, S.Si., M.Farm apt. Sri Eko Wahyu TS, S.Si
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Kimia Farma pada tanggal 3 November – 30 November 2021. Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma dilaksanakan sebagai salah satu bentuk praktek
pengabdian profesi para calon Apoteker. Laporan Praktek Kerja Profesi ini berisi
tentang kegiatan yang telah dilakukan dan didapat oleh Mahasiswa Praktek Kerja
Profesi selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dalam melaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma ini tidak lepas dari bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran untuk
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
2. Rektor dan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang telah
membimbing kami
4. Apt. Sri Eko Wahyu TS, S.Si selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma
5. Segenap Karyawan Apotek Kimia Farma atas bimbingan, nasehat, dan motivasinya.
6. Keluarga besar khususnya kedua orang tua kami yang dengan tulus memberikan
perhatian dan kasih sayang serta doanya sehingga kami dapat menjalankan Praktek
Kerja Profesi Apoteker dengan baik.
7. Teman-teman Apoteker angkatan 2 atas segala bantuan dan kerjasamanya selama
menempuh perkuliahan profesi apoteker di Universitas Kadiri.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang membantu kami
sehingga dapat menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dengan baik.
Akhir kata penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila selama
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma, penulis telah
berbuat kesalahan, baik melalui tutur kata maupun tingkah laku. Besar harapan penulis
agar laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah diselesaikan memberikan
manfaat, informasi, dan wacana baru bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata Pengantar........................................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................................................... v
Daftar Tabel................................................................................................................ vi
Daftar Gambar........................................................................................................... vii
Daftar Lampiran......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan PKPA................................................................................... 3
1.3 Manfaat PKPA................................................................................. 4
1.4 Waktu dan Tempat PKPA................................................................ 4
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK ............................................................. 5
2.1 Aspek Legalitas Organisasi.............................................................. 5
2.2 Aspek Pengelolaan Sumber Daya.................................................... 11
2.3 Struktur Organisasi........................................................................... 14
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perberkalan Kesehatan.............. 16
BAB III KEGIATAN PKPA.................................................................................. 36
3.1 Care Plan (Studi Kasus Peresepan Penyakit yang ada di Apotek). . 36
3.2 Studi Kasus Swamedikasi ............................................................... 41
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 43
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43
4.2 Saran ................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 45
LAMPIRAN ............................................................................................................... 48
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
yang diperoleh melalui praktek kerja lapangan ini akan sangat membantu calon
apoteker untuk menambah wawasan dan wacana bila suatu hari nanti akan
mengelola sebuah apotek.
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
5. Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.
6. Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
7. Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.
8. Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. Menghormati hak asasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani
2.1.3 Pendirian Apotek
1. Persyaratan Pendirian Apotek
Dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun
2017 pasal 4 persyaratan pendirian apotek meliputi:
a. Lokasi
Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur persebaran apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
b. Bangunan
1) Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
2) Bangunan apotek harus bersifat permanen.
3) Bangunan bersifat permanen yang dapat merupakan bagian atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi:
1) Penerimaan resep
2) Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
7. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip atau kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan
kefarmasian.
8. Guru
Seorang farmasis apoteker dituntut dapat menjadi pendidik, akademisi, atau
edukator bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait
ilmu farmasi dan kesehatan, baik menjadi guru, dosen, ataupun sebagai
seorang farmasis/apoteker yang menyampaikan informasi kepada pasien
masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang membutuhkan informasi.
9. Pengusaha
Seorang farmasi/ apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minu-
man, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan
apotek, serta bisnis tanaman obat dan lainnya.
2.2.2 Sarana dan Prasarana Apotek
Dalam Permenkes No. 9 Tahun 2017 Pasal 6, yaitu bangunan apotek harus
memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Bangunan apotek harus bersifat permanen, bangunan bersifat permanen
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis yang terdiri
dari ruang penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, dan arsip, instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata udara, dan
sistem proteksi kebakaran (Permenkes RI, 2017).
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Bentuk sediaan
4. Farmakologi
5. Obat-obat khusus untuk asuransi (BPJS/PRB), obat generik dan obat merek
dagang.
6. Obat disimpan berdasarkan LASA (look Alike Sound Alike).
7. Obat disimpan berdasarkan Hight Alert.
8. Suhu khusus
9. Sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First in First Out).
Penyimpanan obat di Apotek Apotek Kimia Farma Mojoroto secara umum
yaitu :
1. Swalayan
Obat yang berada di swalayan merupakan golongan obat bebas, obat
bebas terbatas, jamu dan alat kesehatan yang pembeliannya tidak
memerlukan resep dokter. Apotek Kimia Farma Mojoroto menyusun obat-
obatan serta alkes berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan yang
kemudian disusun secara alfabetis dimasing-masing rak yang tersedia. Rak
yang diletakkan di swalayan di antaranya adalah :
a. Rak beauty care seperti bedak, lipstik, handbody lotion, lulur, sabun.
b. Rak personal care seperti kondom, tespek.
c. Rak oral care seperti betadine kumur, sensodyne.
d. Rak covid-19 seperti multivitamin, pelindung wajah, handsanitizer.
e. Rak baby dan child care seperti botol dodot, pompa asi.
f. Rak topikal seperti balsem, salep, tetes mata, minyak gosok.
g. Rak obat pencernaan seperti promag, diapet, obat cacing.
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci yang kuat.
3) Dibagi masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian
pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidina dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika, bagian kedua dipergunakan
untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang
dari 40 x 80 x 100 30 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada
tembok atau lantai (UU No. 35 tahun 2009).
Penyimpanan obat golongan psikotropika, diletakkan sendiri dalam
rak atau lemari khusus, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat.
2) Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi.
3) Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
4) Kunci ruangan khusus dipegang oleh apoteker penanggung
jawab/apoteker yang ditunjuk maupun pegawai lain yang diberi
wewenang.
5) Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin dari apoteker
penanggung jawab/apoteker yang ditunjuk (UU, No. 5 tahun
1997).
e. Bentuk sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan dengan
membedakan rak penyimpanan dan pengelompokan perbekalan Farmasi
yang sejenis. Contohnya membedakan penyimpanan sediaan injeksi,
sediaan tablet atau kapsul dan sediaan sirup serta sediaan semisolid.
Untuk sediaan sirup dikumpulkan sama dengan bentuk sediaannya
seperti amoxicilin dry syrup, parasetamol, antibiotik suspensi dan lain-
lain. Hal ini juga berlaku untuk semua bentuk sediaan yang lain.
f. Obat khusus
Obat-obat yang disimpan secara khusus yaitu obat untuk pasien
BPJS/PRB, obat untuk dokter, obat generik dan obat merek dagang.
g. Fast moving (pareto)
Penyimpanan berdasarkan pareto atau fast moving yaitu obat-obat yang
dengan perputaran waktu yang relatif cepat dan obat-obat yang
menghasilkan 80% total omset dari 20% barang.
h. FEFO dan FIFO
Penyimpanan secara FIFO (first in first out) adalah penyimpanan
berdasarkan barng yang pertama masuk akan diletakkan paling depan
sehingga akan didistribusikan lebih dahulu. FEFO (first expired first
out) adalah penyimpanan barang berdasarkan tanggal kadaluwarsa
perbekalan farmasi, barang yang tanggal kadaluwarsanya paling
mendekati akan diletakkan di depan dari pada barang yang tanggal
kadaluwarsanya masih lama.
2.4.5 Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan menyalurkan obat untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien serta untuk menunjang pelayanan
medis. Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan obat tetap terpelihara dan
mutu obat tetap stabil. Distribusi obat adalah tanggung jawab Apoteker dengan
bantuan TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) untuk memberikan kebijakan dan
prosedur yang lengkap, untuk distribusi yang aman dari semua obat. Pelayanan
obat di Apotek Kimia Farma Mojoroto meliputi :
1. Pelayanan non resep (R/)
Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang
ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.
Swamedikasi yang bertanggungjawab membutuhkan produk obat yang
sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan
penilaian obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi
pasien.
Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 919 tahun 1993 tentang
kriteria obat yag dapat diserahkan tanpa resep, adalah :
a. Buku Defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat nama obat atau barang yang
habis atau barang baru yang harus segera dipesankan untuk memenuhi
kebutuhan ketersediaan obat di apotek. Keuntungan adanya buku ini
adalah mempermudah pengecekan dan stock barang, menghindari
adanya duplikasi pemesanan sehingga ketersediaan barang di apotek
dapat dikontrol dan mempercepat proses pemesanan.
b. Kartu Stock
Kartu stock berfungsi untuk mengetahui jumlah barang masuk, keluar,
maupun sisa barang, baik berupa obat maupun komoditi lainnya. Kartu
stock mencantumkan nama barang, kekuatan sediaan, tanggal
pengecekan stok barang, tanggal ED, nomor batch, jumlah barang
masuk, jumlah barang keluar dan sisa barang yang ada di apotek.
c. Kartu Stelling
Kartu yang digunakan untuk sediaan narkotika dan psikotropika. Kartu
ini untuk mencatat keluar masuknya obat narkotika dan psikotropika.
d. Map Faktur Hutang
Map ini digunakan untuk menyimpan faktur yang belum dibayar.
e. Map Faktur Lunas
Map yang digunakan untuk menyimpan faktur asli yang telah dibayar.
f. Map Resep
Map ini digunakan untuk menyimpan resep. Resep disusun menurut
nomor resep dan tanggal resep per satu bulan.
2. Pelaporan
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Pelaporan di apotek Kimia
Farma Mojoroto dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Laporan Harian
Meliputi penjualan harian yang dilampiri dengan bukti setoran kasir,
laporan pendapatan harian apotek yang dilakukan saat pergantian shift
(pendapatan waktu pagi, sore dan malam) dan pengeluaran apotek
setiap harinya.
b. Laporan Mingguan
Meliputi surat pesanan barang (SPB) dan laporan kualitas stok apotek.
c. Laporan Bulanan
Meliputi laporan hasil penjulana produk Kimia Farma dan produk
promo, pembelian, stok opname laporan laba-rugi dan laporan obat
apotek. Untuk pelaporan obat di apotek kimia farma mojoroto yaitu
pelaporan obat yang meliputi :
1) Prekusor
Laporan pemasukan obat mengandung prekursor farmasi Efedrin
dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/kapsul/injeksi.
Pelaporan tersebut dikirimkan kepada Badan POM Direktorat
Pengawasan Napza dengan tembusan ke Balai Besar atau Balai
POM. Setiap apotek wajib menyimpan dokumen informasi seluruh
kegiatan terkait pengelolaan obat yang mengandung prekursor
farmasi dengan tata tetib, akurat, dan teratur.
2) Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan
penggunaan obat narkotika da psikotropika dilakukan melalui
online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Tenaga teknis kefarmasian setiap bulannya menginput data
penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu
setelah data terinput, data tersebut di import (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya).
Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan / sediaan, satuan,
persediaan awal bulan), password dan username didapatkan setelah
melakukan registrasi pada dinas kesehatan setempat.
2.4.9 Pemusnahan
Pengelolaan obat rusak, kadaluwarsa, pemusnahan obat dan resep.
Penanganan obat rusak atau kadaluwarsa harus dimusnahkan sesuai dengan
bentuk jenis dan sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotik atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Pemusnahan obat di Apotek Kimia
Farma Mojoroto dilakukan berkala secara periodik untuk memusnahkan
persediaan obat yang telah lewat waktu kadaluwarsanya dan yang mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Pemusnahan mencegah obat yang sudah mengalami kerusakan digunakan
kembali baik sengaja maupun tidak sengaja dan menyebabkan efek berbahaya
bagi pasien. Selain pemusnahan obat, resep yang telah melewati masa simpan
juga dapat dimusnahkan, resep yang melewati masa simpan juga dimusnahkan,
resep yang melewati masa lima tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar.
Untuk resep umum yang tidak berisi narkotik dan psikotropika ditimbang
terlebih dahulu dan dimusnahkan, sedangkan untuk resep yang mengandung
narkotik dan psikotropika, dihitung terlebih dahulu jumlah lembabnya,
kemudian dimusnahkan. Berikut prosedur pemusnahan obat pada Apotek Kimia
Farma Mojoroto :
1. Barang yang dapat dimusnahkan harus memenuhi kriteria, yaitu rusak
(perubahan primer/sediaan) dan lewat tanggal kadaluwarsanya.
2. Lakukan pendataan barang yang akan dimusnahkan, ajukan permohonan
izin ke Apotek Kimia Farma pusat disertai usulan tim/panitia pemusnahan
obat.
3. Ajukan surat pemberitahuan kepada kepala kantor dinas kesehatan
kota/kabupaten setempat tentang pemusnahan obat.
4. Pemusnahan barang dilakukan sesuai dengan tata cara Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, yaitu dihancurkan untuk obat sirup,
injeksi vial dan ampul/flacon, dilarutkan untuk sediaan tablet kapsul dan
puyer serta ditanam untuk sediaan salep (dikeluarkan dari wadah /tube).
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA
e. Interaksi obat :-
f. Dosis : Oleskan Dermfoot krim sebanyak 2 kali sehari setiap
habis mandi pada daerah yang diinginkan.
2. – Lostabat 20 gram
a. Komposisi : Clobetasol propionate 0.5 mg, 10g x 2 = 20g
b. Indikasi : Pengobatan jangka pendek dermatosis resisten yang
tidak responsif terhadap aktivitas steroid, misalnya
psoriasis, eksema rekalsitrans, lichen planus.
c. Kontraindikasi : Rosasea, akne vulgaris, dermatitis perioral, pruritus
perianal dan genital. Infeksi primer pada lesi kulit.
Dermatosis pada anak <1 tahun.
d. Efek Samping : Rasa panas terbakar, rasa nyeri menyengat, perubahan
atrofi lokal pada kulit.
e. Interaksi Obat : -
– Salycilic acid 5 gram
a. Komposisi : Salycilic acid 5 gram
b. Indikasi : Menangani penyakit kulit yang menimbulkan sisik
atau penumpukan kulit berlebih seperti psoriasis atau
eksim.
c. Kontraindikasi : Hipersensitif
d. Efek Samping : Kemerahan, panas, kulit mengelupas
e. Interaksi Obat : -
Dosis Lostabat + Salycilic acid dioleskan sehari 2 kali pada bercak tebal.
3. Cerini tablet
a. Komposisi : Cetirizine 10 mg
b. Indikasi : Rinitis menahun, rinitis alergi seasonal,
konjungtivitis, pruritus, urtikaria idiopati kronis.
c. Kontraindikasi : Hipersensitif, Gangguan ginjal berat.
d. Interaksi Obat : Sakit perut, mulut kering, mual, diare, muntah
e. Dosis : Sehari 1 kali
3.1.2 Assesment
Kulit kering (dry skin) atau xerosis didefinisikan untuk menggambarkan
hilangnya atau berkurangnya kadar kelembaban stratum corneum. Pada kulit
normal kandungan air pada lapisan kulit ini pasti lebih besar dari 10%. Kelainan
ini membuat kulit menjadi kasar, bersisik, keriput, kurang elastis dibandingkan
kulit normal dan kering pada perabaan. Peningkatan Trans Epidermal Water
Loss (TEWL) yang menyebabkan kulit kering dikarenakan adanya gangguan
pada kulit yang menyebabkan banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Kekeringan ini disebabkan maturasi dan adhesi korneosit yang abnormal,
menurunnya produksi kelenjar sebasea dan ekrin, sehingga menyebabkan
deskuamasi abnormal dari korneosit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti detergen, aceton, dan bahan kimia yang lain dan mandi
berendam terlalu sering (Scott E.J, 2008). Lebih dari 50% lansia menderita
xerosis yang merupakan faktor pencetus terjadinya pruritus dan menjadi masalah
kulit yang sering dialami lansia (Berger TG dkk, 2013).
Penggunaan Dermafoot dioleskan sehari 2 kali yang diindikasikan sebagai
pelembab dengan kandungan Urea, Ekstrak Portulaca (krokot), Panthenol,
Salicylic acid. Urea berfungsi sebagai keratolitik (PIONAS, BAB 13), Salicilic
acid berfungsi sebagai keratolitik (BNF 67, 2014), Panthenol efektif sebagai
pelembab dan pelembut serta menghilangkan kerutan dan garis-garis halus
karena dapat menarik air kedalam lapisan kulit atas (Chamargo, 2011). Ekstrak
krokot yang memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan
yang dapat menjaga kelembaban kulit (Oman, 2017). Pada resep kedua yaitu
racikan krim Lotasbat dan Salicylic acid, dioleskan sehari 2 kali pada bercak
yang tebal. Lotasbat memiliki kandungan Clobetasol termasuk golongan
kortikosteroid yang berfungsi sebagai antiinflamasi (FI Edisi V, hal 654).
Penambahan Salycilic acid sebagai keratolitik pada racikan krim ini digunakan
untuk membantu proses pengelupasan sel kulit mati (Sulistyaningrum, 2012).
Resep ketiga yaitu Cerini dengan kandungan cetirizine termasuk golongan
antihistamin. Penambahan cerini digunakan untuk mengobati gatal pada kulit
yang mengalami xerosis. Pada pasien usia lanjut yang mengalami xerosis
merupakan faktor utama terjadinya pruritus. Pruritus adalah rasa gatal pada kulit
sehingga timbul rasa ingin menggaruk daerah tersebut, yang terjadi karena
gangguan hidrasi kulit (Rinaldo, 2019).
Penggunaan Salycilic acid merupakan first choise sebagai keratolitik yaitu
digunakan untuk agen pengelupas kulit (BNF 67, 2014). Penambahan Salycilic
acid pada resep ke dua dapat disebabkan oleh faktor usia pasien, karena pada
pasien usia lanjut terjadi penuruan fungsi kulit sehingga sulitnya pengelupasan
kulit dan terganggunya termogulasi kulit (Bianti, 2016). Pada resep pertama
terdapat anjuran dokter sebagai pelembab, dan pada resep ke dua terdapat
anjuran yaitu hanya pada bercak tebal, hal ini bisa dimaksudkan agar krim
bekerja hanya pada kulit yang mengalami xerosis sehingga sel kulit mati segera
terangkat.
Masalah terkait obat, karena pemilihan obat yang kurang lengkap walaupun
terdapat indikasi, pasien dapat ditambahan vitamin E oral untuk membantu
kelembapan kulit sehingga membantu penyembuhan xerosis. Vitamin E adalah
salah satu vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Sama seperti jenis
vitamin lainnya, vitamin E tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Namun sumber
vitamin ini dapat ditemukan diberbagai jenis makanan atau suplemen. Vitamin E
merupakan salah satu vitamin yang mengandung antioksidan tinggi. Zat ini
berperan penting untuk melindungi tubuh dari paparan radikal bebas yang dapat
merusak sel-sel dan jaringan tubuh. Vitamin E (α-tokoferol) sebagai antioksidan
larut lemak, menjadi antioksidan utama dalam membran sel dengan cara
melindungi komponen membran sel dari oksidasi radikal bebas (Roziana dkk,
2015).
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi air putih
dalam jumlah yang cukup itu sangat penting karena pada lansia terjadi
peningkatan frekuensi buang air kecil. Sesuai dengan penelitian sebelumnya,
jika konsumsi air kurang dari 8 gelas sehari mengakibatkan tubuh akan
meretensi cairan dalam sirkulasi dan mengurangi penguapan air atau
Transepidermal water loss (TEWL). Hal ini menyebabkan kadar hidrasi kulit
menjadi lebih rendah. Kondisi ini mengakibatkan kadar hidrasi kulit pada lansia
relatif rendah (Michael JL dkk, 2016).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) angkatan 2
Fakultas Farmasi Universitas Kadiri yang telah dilakukan di Apotek Kimia
Farma Mojoroto dapat disimpulkan:
1. Apotek merupakan suatu sarana yang memiliki peranan penting dalam
pelayanan kefarmasian serta tanggung jawab moral dan etika profesi.
2. Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Kimia Farma Mojoroto dalam
melaksanakan tugasnya di apotek memiliki tanggung jawab yang besar
dalam pelayanan kefarmasian dan berwenang untuk mengambil
keputusanyang berkaitan dengan mutu pelayanan apotek dan manajemen
apotek.
3. Apotek Kimia Farma Mojoroto merupakan apotek pelayanan yang
menggunakan sistem pengadaan barang secara desentralisasi yaitu
pengadaan barang dilakukan oleh bagian pembelian di Unit Bisnis Manager
dan administrasi telah didukung oleh sistem komputerisasi sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan di apotek.
4. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma Mojoroto berdasarkan
farmakologi dan bentuk sediaan dimana penyusunannya secara alfabetis
sehingga memudahkan petugas untuk mengambil obat.
5. Penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia
Farma Mojoroto disimpan pada rak yang terpisah. Penambahan dan
pengurangan barang dicatat dalam kartu stok masing-masing barang.
6. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Kimia Farma Mojoroto
menyediakan layanan pesan antar obat (Delivery Service).
4.2 Saran
1. Untuk meningkatkan fungsi pelayanan seorang apoteker kepada masyarakat
luas, apotek harus mengoptimalkan pelayanannya baik dalam komunikasi,
informasi maupun edukasi tentang obat kepada pasien. Pelayanan tersebut
dapat disampaikan melalui leaflet, brosur maupun poster.
2. Perlu meningkatkan kedisiplinan petugas apotek dalam hal mencatat
pemasukan dan pengeluaran obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian antara jumlah fisik obat dengan kartu stok dengan stok
dikomputer.
3. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap penilaian kepuasan
konsumen terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh Apotek
Kimia Farma Mojoroto, misalnya dengan membuat kuisioner yang dapat
diisi langsung oleh pasien pada saat datang ke apotek sehingga dapat
diketahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
kepuasan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI; 2015.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia,PERKENI, Jakarta.
[PerMenKes RI] Peraturan Mentri Kesehatan No. 1176 Menkes/SK/X/ 1999 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek (OWA) III. Jakarta: Peraturan Mentri Kesehatan RI.
Bianti, Marsha. 2016. Kulit Kering pada Usia Lanjut. Alumna Fakultas Kedokteraan
Universitas Indosnesia. Jakarta.
BPOM RI.2015. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika. Jakarta.
DiPiro C.V., 2015, Oncologic Disorders : Breast Cancer dalam Wells B.G., DiPiro
J.T., Schwinghammer T.L., Pharmacotherapy Handbook 9th edition, McGraw-
Hill Companies, USA.
Pratiwi, D., 2011. Pengaruh Konseling Obat terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi di
Poliklinik Khusus RSUP DR. M. Djamil Padang. Univ. ANDALAS.
Rinaldo, Alvin. Linda Julianti Wijayadi. Sari Mariyati Dewi. 2019. Karakteristik Kadar
Hidrasi Kulit Pada Lansia di Panti Wreda Kristen Hana: Kajian Terhadap
Pruritus. Fakultas Kedokteran Tarumanegara. Jakarta.
Setyanto, Oman. 2017. Model Diabetes Mellitus yang Diterapi Salep Tanaman Krokot
(Portulaca oleracea). Universitas Brawijaya.