Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PKPA APOTEK

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA 075 MOJOROTO
PERIODE 3 November – 30 November 2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Memperoleh Gelar Apoteker (apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :

ISNAMI NOR ROHIMAH, S.Farm


(202106100117)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

03-30 November 2021 i


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA 075 MOJOROTO
PERIODE 3 November – 30 November 2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Memperoleh Gelar Apoteker (apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :
ISNAMI NOR ROHIMAH, S.Farm
(202106100117)

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Fakultas Pembimbing di Tempat PKPA

apt. Tsamrotul Ilmi, S.Si., M.Farm apt. Sri Eko Wahyu TS, S.Si

KATA PENGANTAR

03-30 November 2021 ii


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Kimia Farma pada tanggal 3 November – 30 November 2021. Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma dilaksanakan sebagai salah satu bentuk praktek
pengabdian profesi para calon Apoteker. Laporan Praktek Kerja Profesi ini berisi
tentang kegiatan yang telah dilakukan dan didapat oleh Mahasiswa Praktek Kerja
Profesi selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dalam melaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma ini tidak lepas dari bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran untuk
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
2. Rektor dan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang telah
membimbing kami
4. Apt. Sri Eko Wahyu TS, S.Si selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma
5. Segenap Karyawan Apotek Kimia Farma atas bimbingan, nasehat, dan motivasinya.
6. Keluarga besar khususnya kedua orang tua kami yang dengan tulus memberikan
perhatian dan kasih sayang serta doanya sehingga kami dapat menjalankan Praktek
Kerja Profesi Apoteker dengan baik.
7. Teman-teman Apoteker angkatan 2 atas segala bantuan dan kerjasamanya selama
menempuh perkuliahan profesi apoteker di Universitas Kadiri.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang membantu kami
sehingga dapat menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dengan baik.

Akhir kata penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila selama
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma, penulis telah

03-30 November 2021 iii


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

berbuat kesalahan, baik melalui tutur kata maupun tingkah laku. Besar harapan penulis
agar laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah diselesaikan memberikan
manfaat, informasi, dan wacana baru bagi semua pihak.

Kediri, 28 November 2021

Penulis

03-30 November 2021 iv


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata Pengantar........................................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................................................... v
Daftar Tabel................................................................................................................ vi
Daftar Gambar........................................................................................................... vii
Daftar Lampiran......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan PKPA................................................................................... 3
1.3 Manfaat PKPA................................................................................. 4
1.4 Waktu dan Tempat PKPA................................................................ 4
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK ............................................................. 5
2.1 Aspek Legalitas Organisasi.............................................................. 5
2.2 Aspek Pengelolaan Sumber Daya.................................................... 11
2.3 Struktur Organisasi........................................................................... 14
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perberkalan Kesehatan.............. 16
BAB III KEGIATAN PKPA.................................................................................. 36
3.1 Care Plan (Studi Kasus Peresepan Penyakit yang ada di Apotek). . 36
3.2 Studi Kasus Swamedikasi ............................................................... 41
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 43
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43
4.2 Saran ................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 45
LAMPIRAN ............................................................................................................... 48

03-30 November 2021 v


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel 3.1 Skrining Administratif...................................................................
...................................................................................................38
Tabel 3.2 Skrining Farmasetis.......................................................................
...................................................................................................38
Tabel 3.3 Analisa Kesesuaian Dosis..............................................................
...................................................................................................38
Tabel 3.4 DRPs yang Ditemukan dan Penyelesaian......................................
...................................................................................................39

03-30 November 2021 vi


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


Gambar 2.1 Struktur Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)..............................
15
Gambar 2.2 Alur Pelayanan Resep di Apotek.................................................
26
Gambar 3.1 Contoh Resep...............................................................................
36

03-30 November 2021 vii


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman


Lampiran 1 Lampiran Tugas Minggu ke-2.....................................................
48
Lampiran 2 Parameter Suhu Obat...................................................................
Lampiran 3 Daftar Obat, Kandungan Obat, dan Golongan Obat....................
Lampiran 4 Tugas Harian Uji Petik................................................................

03-30 November 2021 viii


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

03-30 November 2021 ix


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut undang-undang kesehatan republik indonesia nomor 36 tahun
2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan oleh
semua komponen yang diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan
kewajiban, keadilan, gender dan nondisi kriminatif dan norma-norma agama.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai iinvestasi bagi
pembangunan bagi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Peningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat
diselenggarakan melalui upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan penyakit (Preventif),
penyembuhan penyakit (Kuratif), dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara terpadu, dan berkesinambungan. Salah satu sarana
kesehatan penunjang upaya tersebut yaitu apotek. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9 Tahun 2017, Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana
penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata (Permenkes RI 2017).
Apotek dipimpin oleh seorang Apoteker yang disebut Apoteker Penanggung
jawab Apotek (APA), untuk dapat mengelola Apotek seorang Apoteker tidak
cukup dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki

03-30 November 2021 1


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

kemampuan memahami manajerial yang meliputi pengelolaan administrasi,


persediaan sarana keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia dengan
dibantu oleh Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) hal ini berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sebagai
pedoman praktek Apoteker dalam menjalankan profesinya, untuk melindungi
masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional dan melindungi profesi dalam
menjalankan praktek kefarmasian. Sebagai konsekuensinya,Apoteker dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara
lain adalah pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang
membutuhkan. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (Medication Error) dalam proses pelayanan
dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (Drug
Related Problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (Socio
Pharmacoeconomy).
Pengelolaan Sediaan Farmasi merupakan salah satu kegiatan pelayanan
kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Sedangkan Pelayanan farmasi klinik meliputi
pengkajian dan pelayanan resep, PIO, konseling, MESO, PTO dan EPO.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan
prasarana yang memadai. Kegiatan mahasiswa pada Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep dan teori
yang diperoleh di bangku kuliah pada situasi yang nyata, melalui interaksi
dengan lingkungan yang dihadapi dalam praktek kerja profesi apoteker,
disamping itu mahasiswa diharapkan memiliki gambaran nyata tentang teori
yang selama ini didapatkan di bangku kuliah dan kemudian dapat melakukan
analisis terhadap perbedaan antara teori dan praktek di lapangan serta mampu
mencari solusi permasalahan pada praktek farmasi di lapangan. Pengalaman

03-30 November 2021 2


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

yang diperoleh melalui praktek kerja lapangan ini akan sangat membantu calon
apoteker untuk menambah wawasan dan wacana bila suatu hari nanti akan
mengelola sebuah apotek.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan PKPA di Apotek Kimia Farma, antara lain :
a. Memberikan gambaran mengenai organisasi, struktur, cara, situasi dan
kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan di bidang farmasi
khususnya farmasi perapotekan sehingga mendapat gambaran mengenai
fungsi, peran atau tugas Apoteker.
b. Mempersiapkan calon Apoteker untuk menjalankan profesinya secara
profesional, handal, dan mandiri sehingga dapat mengaplikasikan teori
yang didapat ke dalam praktek
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pelaksanaan PKPA di Apotek Kimia Farma, antara lain:
a. Mahasiswa profesi apoteker mengetahui tugas dan tanggung jawab
tenaga kefarmasian mengenai pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia
Farma.
b. Mahasiswa profesi apoteker mengetahui alur dan tata cara Pengelolaan
Sediaan Farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi di Apotek Kimia Farma.
c. Mahasiswa profesi apoteker mengetahui alur, tata cara dan standar
pelayanan kefarmasian meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, PIO, konseling, PTO dan MESO di Kimia Farma.
d. Mahasiswa profesi apoteker mengerti dan memahami ruang lingkup
apotek yang meliputi perundang-undangaan tentang perapotekan,
managemen apotek, pelayanan informasi obat serta bisnis perapotekan
sesuai dengan Undang-undang Kesehatan dan Kode Etik Kefarmasian.

03-30 November 2021 3


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

e. Mahasiswa profesi apoteker mendapat gambaran nyata tentang


permasala han pekerjaan kefarmasian di Kimia Farma.
f. Mahasiswa profesi apoteker mengetahui cara pengembangan bisnis
Perapotekan.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab
apoteker dalam praktik pengelolaan apotek.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktik mengenai pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan manajemen praktis diapotek.
4. Mahasiswa dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker
yang profesional di apotek.

1.4 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) apotek mandiri angkatan 2 Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri dilaksanakan di apotek Kimia Farma yang
bertempat di Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 25, Mojoroto Kec. Mojoroto, Kediri,
Jawa Timur. Pelaksanaan PKPA pada tanggal 03–30 November 2021. Praktek
Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan secara bergantian. Shift pagi dilaksanakan
pukul 08.00-15.00 WIB dan shift sore 15.00 – 22.00 WIB.

03-30 November 2021 4


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Aspek Legalitas Organisasi


2.1.1 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan Apotek
Seorang apoteker sangat bertanggung jawab terhadap pengelolaan suatu
apotek, agar pelayanan terhadap obat-obatan lebih terjamin baik dalam hal
keamanan, mutu dan rasionalitas. Ketentuan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang perapotekan yang berlaku hingga sekarang adalah
Permenkes RI No. 9 Tahun 2017, yaitu :
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker.
2. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian
yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
3. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
4. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli
madya farmasi dan analis farmasi.
5. Surat tanda registrasi apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada
apoteker yang telah diregistrasi.
6. Surat izin apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada apoteker sebagai
izin untuk menyelenggarakan apotek.
7. Surat izin praktik apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kefarmasian.
8. Surat izin praktik tenaga teknis kefarmasian yang selanjutnya disingkat
SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah

03-30 November 2021 5


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian


kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
9. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan
kepada apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatan bagi
pasien
10. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
11. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatur, mesin dan implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan membentuk struktur serta
memperbaiki fungsi tubuh.
12. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan (Permenkes RI, 2017).
Berdasarkan Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 pengaturan apotek bertujuan
untuk :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di apotek.
3. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di apotek.
Landasan dan hukum apotek menurut perundang-undangan yang mengatur
tentang apotek meliputi :
1. Undang - undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang - undang RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika.
3. Undang - undang RI No. 05 tahun 1997 tentang psikotropika.
4. Peraturan menteri kesehatan RI No.35 tahun 2017 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek.
5. Peraturan menteri kesehatan RI No. 9 tahun 2017 tentang apotek.

03-30 November 2021 6


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

6. Peraturan menteri kesehatan RI No. 03 tahun 2017 tentang perubahan


penggolongan psikotropika
7. Peraturan menteri kesehatan RI No. 02 tahun 2017 tentang perubahan
penggolongan narkotika.
8. Peraturan menteri kesehatan RI No. 03 tahun 2015 tentang tentang
peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika,
psikotropika dan prekursor farmasi.
9. Peraturan menteri kesehatan RI No. 889 tahun 2011 tentang registrasi, izin
praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian.
10. Peraturan menteri kesehatan RI No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian.
11. Keputusan menteri kesehatan RI No. 347 tahun 1990 tentang daftar obat
wajib apotek No. 1.
12. Keputusan menteri kesehatan RI No. 924/menkes/per/x/1993 tentang obat
wajib apotek No. 2.
13. Keputusan menteri kesehatan RI No. 1176 tahun 1999 tentang obat wajib
apotek No. 3.
2.1.2 Kode Etik Profesi Apoteker
Berdasarkan keputusan kongres nasional No.006/KONGRES
XVII/ISFI/2009, kode etik profesi apoteker diantaranya yaitu:
1. Seorang apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah / janji apoteker.
2. Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi apoteker indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
3. Seorang apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
4. Di dalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

03-30 November 2021 7


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

5. Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.
6. Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
7. Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.
8. Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. Menghormati hak asasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani
2.1.3 Pendirian Apotek
1. Persyaratan Pendirian Apotek
Dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun
2017 pasal 4 persyaratan pendirian apotek meliputi:
a. Lokasi
Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur persebaran apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
b. Bangunan
1) Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
2) Bangunan apotek harus bersifat permanen.
3) Bangunan bersifat permanen yang dapat merupakan bagian atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi:
1) Penerimaan resep
2) Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

03-30 November 2021 8


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

3) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan


4) Konseling
5) Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6) Arsip
Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas:
1) Instalasi air bersih
2) Instalasi listrik
3) Sistem tata udara
4) Sistem proteksi kebakaran.
Peralatan apotek yaitu:
1) Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
2) Peralatan antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan
peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
3) Formulir catatan pengobatan pasien merupakan catatan mengenai
riwayat penggunaan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang
diberikan kepada pasien.
d. Ketenagaan
1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat
dibantu oleh apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian atau tenaga
administrasi.
2) Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian wajib memiliki surat izin
praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Syarat Permohonan Izin Apotek
Adapun persyaratan yang dilampirkan pada permohonan izin apotek
pada Permenkes RI No. 9 tahun 2017 yaitu:
a. Fotokopi surat tanda registrasi apoteker (STRA) asli
b. Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)

03-30 November 2021 9


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

c. Fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP) apoteker


d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
3. Perubahan Izin Apotek
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat,
pindah lokasi, perubahan apoteker pemegang SIA atau nama apotek harus
dilakukan perubahan izin. Apotek yang melakukan perubahan alamat di
lokasi yang sama atau perubahan alamat, pindah lokasi, dan perubahan
apoteker pemegang SIA atau nama apotek, wajib mengajukan permohonan
perubahan izin kepada pemerintah daerah kabupaten/kota.
Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan nama apotek tidak perlu dilakukan pemeriksaan. Tata cara
permohonan perubahan izin bagi apotek yang melakukan perubahan alamat,
pindah lokasi atau perubahan apoteker pemegang SIA mengajukan
permohonan perubahan izin tertulis kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota yang harus ditandatangan oleh apoteker (Permenkes RI,
2017).
4. Pencabutan Surat Izin Apotek
Suatu apotek yang sudah berjalan dapat dicabut izinnya apabila:
melanggar undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, undang- undang RI
No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika dan peraturan lainnya; tidak lagi
memenuhi persyaratan apotek; dan pemilik modal melanggar perundang-
undangan. Keputusan pencabutan menurut permenkes no. 9 tahun 2017
tentang apotek, apabila melanggar akan dikenakan sanksi administrasi
berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan
c. Pencabutan SIA.
Pencabutan SIA dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
berdasarkan hasil pengawasan dan rekomendasi BPOM. Pelaksanaan

03-30 November 2021 10


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan teguran tertulis berturut-turut


sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu)
bulan. Dalam hal apotek melakukan pelanggaran berat yang membahayakan
jiwa, SIA dapat dicabut tanpa peringatan terlebih dahulu. keputusan
pencabutan SIA oleh pemerintah daerah kabupaten/kota disampaikan
langsung kepada apoteker dengan tembusan kepada direktur jenderal, kepala
dinas kesehatan provinsi, dan kepala badan (Permenkes RI, 2017)

2.2 Aspek Pengelolaan Sumber Daya


2.2.1 Sumber Daya Manusia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun
2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, pelayanan kefarmasian di
apotek diselenggarakan oleh apoteker, dapat dibantu oleh apoteker pendamping
dan atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat tanda registrasi, surat
izin praktik atau surat izin kerja. dalam melakukan pelayanan kefarmasian
apoteker harus memenuhi kriteria:
1. Persyaratan administrasi
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
b. Memiliki surat tanda registrasi apoteker (STRA)
c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
d. Memiliki surat izin praktik apoteker (SIPA)
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan atau Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan
atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar

03-30 November 2021 11


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang


berlaku.
Peran seorang apoteker berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 73 tahun 2016 yaitu:
1. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.
Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
2. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan
dengan mengguna kan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien.
3. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
4. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan
yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan
mengelola hasil keputusan.
5. Pengelolaan
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran
dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi
informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan obat.
6. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
profesi melalui pendidikan berkelanjutan continuing professional
development (CPD).

03-30 November 2021 12


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

7. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip atau kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan
kefarmasian.
8. Guru
Seorang farmasis apoteker dituntut dapat menjadi pendidik, akademisi, atau
edukator bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait
ilmu farmasi dan kesehatan, baik menjadi guru, dosen, ataupun sebagai
seorang farmasis/apoteker yang menyampaikan informasi kepada pasien
masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang membutuhkan informasi.
9. Pengusaha
Seorang farmasi/ apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minu-
man, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan
apotek, serta bisnis tanaman obat dan lainnya.
2.2.2 Sarana dan Prasarana Apotek
Dalam Permenkes No. 9 Tahun 2017 Pasal 6, yaitu bangunan apotek harus
memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Bangunan apotek harus bersifat permanen, bangunan bersifat permanen
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis yang terdiri
dari ruang penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, dan arsip, instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata udara, dan
sistem proteksi kebakaran (Permenkes RI, 2017).

03-30 November 2021 13


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Permenkes No. 9 tahun 2017 tentang Apotek menyatakan bahwa pendirian


apotek memenuhi persyaratan yaitu sebagai berikut :
1. Apotek berlokasi pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur
persebaran apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan bersifat permanen memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,
dan orang lanjut usia.
3. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
apotek.
4. Apotek mempunyai suplai listrik yang konstan, instalasi air bersih, sistem
tata udara, dan sistem proteksi kebakaran.
5. Apotek harus memiliki sarana ruang penerimaan resep, pelayanan resep dan
peracikan (produksi sediaan secara terbatas), penyerahan sediaan farmasi
dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, dan tempat penyimpanan arsip.
6. Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian antara lain rak obat, alat peracikan,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat.

2.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi di Apotek Kimia Farma Mojoroto adalah sebagai
berikut:
Pharmacy Manager : 1 orang
Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) : 9 orang

03-30 November 2021 14


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Gambar 2.1 Struktur Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

Pembagian tugas dan wewenang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja


serta pelayanan kefarmasian,sehingga dapat mencapai pelayanan yang optimal.
Tugas, tanggung jawab dan wewenang personalia di Apotek Kimia Farma
Mojoroto adalah sebagai berikut:
1. Pharmacy Manager (PhM)
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, termasuk mengkoordinir kerja
TTK dan admin serta membagi tugas sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing.
b. Mengatur dan mengawasi penyimpanan obat serta kelengkapan obat
sesuai dengan syarat-syarat teknis farmasi terutama di ruang peracikan.
c. Mempertimbangkan usulan atau masukan dari karyawan lainnya untuk
perbaikan dan pengembangan apotek.
d. Bersama-sama dengan bagian administrasi menyusun laporan
manajerial dan pertanggung jawaban.
e. Mengusahakan agar apotek yang dikelolanya dapat memberi hasil yang
optimal berdasarkan rencana kerja dan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk pengembangan apotek.
f. Mengatur dan mengawasi hasil penjualan tunai.
g. Meningkatkan dan mengembangkan hasil usaha apotek.

03-30 November 2021 15


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

h. Memberikan informasi obat atau konseling kepada pasien.


i. APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan apotek yang
dipimpinnya
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
a. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya sebagai TTK yaitu
pelayanan resep dan obat bebas
b. Menyusun buku harian untuk setiap resep termasuk narkotika,
psikotropika dan resep asli tanpa tanda khusus.
c. Menyusun buku harian khusus untuk narkotika dan menyimpannya
terpisah dari resep biasa untuk dilaporkan setiap sebulan sekali.
d. Menyusun buku harian khusus untuk psikotropika, untuk dilaporkan
tiap satu bulan sekali.
e. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal per bulan,
kemudian dibendel dan disimpan.
f. Menyusun keluar masuknya barang, menyusun daftar kebutuhan obat,
mengatur serta mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat.
g. Menyusun buku defecta setiap pagi, mengontrol buku harga sehingga
dapat mengikuti perkembangan harga obat.
h. Melakukan pengecekan terhadap harga obat-obatan yang mendekati
waktu kadaluwarsa dan dicatat dalam buku kedaluwarsa.

2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perberkalan Kesehatan


Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi :
2.4.1 Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat. Untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi di apotek kimia farma mojoroto
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia No. 35 tahun 2016.

03-30 November 2021 16


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Tujuan dari perencanaan adalah tercapainya pengendalian persediaan


barang, yaitu keseimbangan persediaan dan permintaan. Dengan demikian,
semua permintaan konsumen dapat dipenuhi dan tidak terjadi kelebihan ataupun
kekurangan persediaan. Tujuan lain dari perencanaan ialah mendapatkan sediaan
farmasi yang berkualitas dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta menjaga
keseimbangan antara biaya pengadaan dengan biaya pemakaian rutin, dan untuk
mendapatkan harga yang optimal.
Perencanaan barang di Apotek Kimia Farma Mojoroto dilakukan melalui
sistem pareto, dimana sistem ini akan tersambung dengan Kimia Farma pusat.
Analisa pareto bertujuan untuk mengelola anggaran pembelian yang tidak
digunakan untuk setiap produk berdasarkan dari besar omset yang dihasilkan.
Analisa pareto ini terdiri atas tiga tingkatan pareto yaitu :
1. Pareto A golongan obat yang menyerap anggaran mencapai 80%
2. Pareto B golongan obat yang menyerap anggaran mencapai 15%
3. Pareto C golongan obat yang menyerap anggaran mencapai 5%.
Dimana item obat pareto A merupakan item kritis, pareto B merupakan item
penting dan pareto C merupakan item yang tidak penting jika dihitung dari nilai
investasinya sehingga pemantauan terhadap item ini tidak memerlukan perhatian
lebih. Apotek Kimia Farma Mojoroto menggunakan analisa pareto dikarenakan
dalam penggunaannya analisa dengan metode pareto ini dapat digunakan untuk
menyeleksi item obat mana saja yang benar-benar perlu diadakan dan mana
yang tidak perlu. Barang-barang yang terbaca adalah barang-barang yang sering
keluar di tiga bulan terakhir, sehingga obat tidak akan menjadi slowmoving dan
berakibat kadaluwarsa.
2.4.2 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan
kebutuhan, penentuan sistem pengadaan, menjaga kestabilan penganggaran,
menjamin kualitas obat. Pengadaan memegang peranan yang penting, karena
dengan pengadaan akan mendapatkan obat dengan harga, mutu dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan Apotek. Prinsip pengadaan barang/jasa yaitu efisien,

03-30 November 2021 17


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil. Adapun metode-metode


pembelian obat di apotek diantaranya :
1. Kredit, yaitu pembayaran pembelian yang biasanya dilakukan 21 hari
setelah barang datang.
2. COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara langsung. Biasanya
dilakukan pada pembelian obat narkotik/psikotropik ataupun pembelian
obat-obatan yang memberikan bonus.
3. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran
dilakukan setelah barang sudah laku di jual di apotek.
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma Mojoroto dilakukan melalui
sistem pareto dimana sistem ini akan tersambung dengan Kimia Farma pusat.
Data pareto yang diterima dari Kimia Farma pusat kemudian masuk ke bagian
pengadaan, data diolah menjadi surat pesanan. Surat pesanan tersebut diserahkan
ke Apoteker penanggung jawab untuk ditandatangani dan dibuat rangkap dua
dimana SP satu (asli) di kirimkan untuk PBF dan yang kedua (copy) untuk arsip
apotek. Pengadaan barang di apotek berasal dari PBF yang jelas dengan
mempertimbangkan legalitas PBF.
Pemilihan PBF yang sesuai yaitu dengan pertimbangan :
1. Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman
2. Ketersediaan barang (lengkap/tidak/kualitas dan kuantitas barang)
3. Rutinitas PBF datang ke Apotek
4. Adanya program yang menguntungkan (diskon dan bonus)
5. Harga barang
6. Prosedur PBF (jangka waktu pembayaran yang relatif lebih panjang)
7. Lokasi PBF
8. Sumbangan/droping/hibah
9. E-Catalogue
Surat pesanan harus memuat sebagai berikut :
1. Surat pesanan harus ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab
maupun Apoteker pendamping dengan mencantumkan nama lengkap dan
SIPA, nomor tanggal SP dan kejelasan identitas pemesan.

03-30 November 2021 18


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

2. Mencantumkan nama dan alamat industri Farmasi/ pedagang besar


Farmasi (PBF) serta tujuan pemesanan.
3. Mencantumkan nama obat, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan
jenis kemasan.
4. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang jelas atau
cara lain yang dapat tertelusuri.
5. Khusus untuk pemesanan obat yang mengandung narkotika, psikotropika,
OOT, prekursor dibuat terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah
pesanan ditulis dalam bentuk angka dan huruf.
Surat Pesanan yang terdapat di Apotek Kimia Farma Mojoroto ada 5
macam, yaitu:
1. Surat Pesanan umum untuk obat bebas, bebas terbatas, alat kesehatan, obat
keras selain narkotika dan psikotropika. Surat Pesanan ini dibuat rangkap
dua, yaitu lembar yang asli diberikan kepada PBF dan salinannya disimpan
di apotek.
2. Surat Pesanan narkotika menggunakan SP yang telah disediakan oleh Kimia
Farma. Surat Pesanan ini dibuat rangkap empat. Lembar asli dan dua lembar
salinan diberikan ke PBF Kimia Farma, sedangkan satu lembar salinan yang
lain disimpan sebagai arsip apotek. Satu SP hanya dapat dipergunakan untuk
pesanan satu jenis narkotika.
3. Surat Pesanan Psikotropika digunakan hanya untuk pemesanan psikotropika
dan satu SP dapat digunakan untuk pemesanan lebih dari satu jenis
psikotropika. Surat Pesanan ini dibuat rangkap empat yang sama dengan
surat pemesanan narkotika yaitu lembar pertama dan dua lembar salinan
untuk PBF dan lembar lainnya untuk arsip apotek.
4. Surat Pesanan Prekursor digunakan hanya untuk pemesanan bahan obat
yang mengandung prekursor. Surat pesanan ini dibuat rangkap tiga, yaitu
dua rangkap untuk PBF dan satu rangkap untuk arsip apotek.
5. Surat Pesanan OOT digunakan hanya untuk pemesanan bahan obat yang
merupakan golongan OOT.

03-30 November 2021 19


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Apotek Kimia Farma juga melakukan spreading barang otomatis untuk


perputaran barang agar tidak ada penumpukan karena over stok dan barang pasif
(Death Stock), yang didaftarkan merupakan barang pareto.
2.4.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di Apotek
Kimia Farma Mojoroto biasanya dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
faktur dengan SP terlebih dahulu, bila sesuai kemudian dilakukan pemeriksaan
barang dan kondisi fisik dengan kesesuaian faktur, apabila barang mendekati ED
dikembalikan ke PBF pengirim. Bila semua persyaratan telah terpenuhi, maka
faktur ditandatangani oleh apoteker atau TTK, diisi nama terang disertai No.
SIKTTK untuk TTK dan SIPA untuk Apoteker, lalu diberikan cap stempel
apotek sebagai bukti penerimaan barang oleh apotek. Setiap pengiriman sediaan
farmasi yang dipesan disertai faktur rangkap empat (2 lembar untuk PBF, 1
lembar untuk penagihan dan 1 lembar untuk Apotek) dan SP yang
ditandatangani oleh apoteker. Barang yang diterima tersebut kemudian dicatat
pada buku penerimaan barang kemudian faktur di input pada sistem aplikasi
komputer.
Untuk obat dengan tanggal kadaluwarsa dalam pembelian biasanya dibuat
perjanjian pengembalian obat ke PBF yang bersangkutan dengan batas waktu
sesuai perjanjian. Biasanya 1 sampai 6 bulan sebelum batas kadaluwarsa, sesuai
ketentuan masing-masing PBF. Obat dengan ED (Ex-pired Date) yang hampir
mendekati batas yang telah ditentukan dikelompokkan sendiri dan biasanya
dikembalikan atau ditukar dengan obat yang waktu kadaluwarsanya masih lama..
2.4.4 Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah menjamin mutu tetap baik serta memudahkan
dalam pencarian, memudahkan pengawasan persediaan, menjamin keamanan
dari pencurian obat dan menjamin pelayanan yang cepat dan tepat Penyimpanan
pembekalan Farmasi di gudang Farmasi dapat dilakukan dengan metode
(Permenkes, No. 73 tahun 2016) :

03-30 November 2021 20


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Bentuk sediaan
4. Farmakologi
5. Obat-obat khusus untuk asuransi (BPJS/PRB), obat generik dan obat merek
dagang.
6. Obat disimpan berdasarkan LASA (look Alike Sound Alike).
7. Obat disimpan berdasarkan Hight Alert.
8. Suhu khusus
9. Sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First in First Out).
Penyimpanan obat di Apotek Apotek Kimia Farma Mojoroto secara umum
yaitu :
1. Swalayan
Obat yang berada di swalayan merupakan golongan obat bebas, obat
bebas terbatas, jamu dan alat kesehatan yang pembeliannya tidak
memerlukan resep dokter. Apotek Kimia Farma Mojoroto menyusun obat-
obatan serta alkes berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan yang
kemudian disusun secara alfabetis dimasing-masing rak yang tersedia. Rak
yang diletakkan di swalayan di antaranya adalah :
a. Rak beauty care seperti bedak, lipstik, handbody lotion, lulur, sabun.
b. Rak personal care seperti kondom, tespek.
c. Rak oral care seperti betadine kumur, sensodyne.
d. Rak covid-19 seperti multivitamin, pelindung wajah, handsanitizer.
e. Rak baby dan child care seperti botol dodot, pompa asi.
f. Rak topikal seperti balsem, salep, tetes mata, minyak gosok.
g. Rak obat pencernaan seperti promag, diapet, obat cacing.

03-30 November 2021 21


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

h. Rak Obat tradisional seperti tolak angin, batugin, madu.


i. Rak obat tablet dan sirup seperti bodrex tablet, sanmol drop.
j. Rak vitamin dan mineral seperti CDR tablet, imboost, hemaviton
kapsul.
k. Rak vitamin dan mineral sirup seperti curcuma sirup, imboost kids.
l. Rak first aid seperti betadine salep, kasa steril, oxycan aerosol.
m. Rak alat kesehatan seerti pispot, kursi roda, kruk.
n. Rak susu dan nutrisi seperti susu lactogen, SGM, nutrisol.
o. Rak paper product & diaper seperti poopok dewasa-anak, softex.
2. Non swalayan
Obat-obatan non swalayan diletakkan pada rak di belakang meja
pelayanan. Obat non swalayan diantaranya obat keras (generik dan paten),
obat narkotika dan psikotropika. Adapun sistem penyimpanan perbekalan
Farmasi di Apotek Kimia Farma Mojoroto berdasarkan :
a. Efek farmakologi
Penyimpanan berdasarkan efek farmakologi di Apotek Kimia Farma
Mojoroto meliputi obat-obat antibiotik, analgetik antipiretik, obat
sistem saluran cerna, obat penyakit kronis, vitamin.
b. Alfabetis
Obat-obat yang disimpan di Apotek Kimia Farma Mojoroto juga
disusun berdasarkan alfabetis untuk mempermudah dalam pencarian.
c. Stabilitas Obat
Penyimpanan obat berdasarkan stabilitas obat di Apotek Kimia Farma
Mojoroto di bagi menjadi dua yaitu penyimpanan pada suhu ruangan
(15-30°C) dan pada suhu dingin (2-8°C) contohnya suppositoria,
vaksin, insulin, ovula, suplemen yang mengandung probiotik.
d. Golongan obat
Obat keras generik di simpan di rak terpisah dengan obat keras
branded. Obat-obat narkotika dan psikotropika. Penyimpanan obat
golongan narkotika, diletakkan sendiri dalam rak atau lemari khusus,
dengan ketentuan sebagai berikut :

03-30 November 2021 22


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci yang kuat.
3) Dibagi masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian
pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidina dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika, bagian kedua dipergunakan
untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang
dari 40 x 80 x 100 30 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada
tembok atau lantai (UU No. 35 tahun 2009).
Penyimpanan obat golongan psikotropika, diletakkan sendiri dalam
rak atau lemari khusus, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat.
2) Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi.
3) Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
4) Kunci ruangan khusus dipegang oleh apoteker penanggung
jawab/apoteker yang ditunjuk maupun pegawai lain yang diberi
wewenang.
5) Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin dari apoteker
penanggung jawab/apoteker yang ditunjuk (UU, No. 5 tahun
1997).
e. Bentuk sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan dengan
membedakan rak penyimpanan dan pengelompokan perbekalan Farmasi
yang sejenis. Contohnya membedakan penyimpanan sediaan injeksi,
sediaan tablet atau kapsul dan sediaan sirup serta sediaan semisolid.
Untuk sediaan sirup dikumpulkan sama dengan bentuk sediaannya
seperti amoxicilin dry syrup, parasetamol, antibiotik suspensi dan lain-
lain. Hal ini juga berlaku untuk semua bentuk sediaan yang lain.
f. Obat khusus
Obat-obat yang disimpan secara khusus yaitu obat untuk pasien

03-30 November 2021 23


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

BPJS/PRB, obat untuk dokter, obat generik dan obat merek dagang.
g. Fast moving (pareto)
Penyimpanan berdasarkan pareto atau fast moving yaitu obat-obat yang
dengan perputaran waktu yang relatif cepat dan obat-obat yang
menghasilkan 80% total omset dari 20% barang.
h. FEFO dan FIFO
Penyimpanan secara FIFO (first in first out) adalah penyimpanan
berdasarkan barng yang pertama masuk akan diletakkan paling depan
sehingga akan didistribusikan lebih dahulu. FEFO (first expired first
out) adalah penyimpanan barang berdasarkan tanggal kadaluwarsa
perbekalan farmasi, barang yang tanggal kadaluwarsanya paling
mendekati akan diletakkan di depan dari pada barang yang tanggal
kadaluwarsanya masih lama.
2.4.5 Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan menyalurkan obat untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien serta untuk menunjang pelayanan
medis. Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan obat tetap terpelihara dan
mutu obat tetap stabil. Distribusi obat adalah tanggung jawab Apoteker dengan
bantuan TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) untuk memberikan kebijakan dan
prosedur yang lengkap, untuk distribusi yang aman dari semua obat. Pelayanan
obat di Apotek Kimia Farma Mojoroto meliputi :
1. Pelayanan non resep (R/)
Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang
ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.
Swamedikasi yang bertanggungjawab membutuhkan produk obat yang
sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan
penilaian obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi
pasien.
Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 919 tahun 1993 tentang
kriteria obat yag dapat diserahkan tanpa resep, adalah :

03-30 November 2021 24


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak


dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun
b. Pengobatan sendiri dengan Obat dimaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.
Berdasarkan kriteria tersebut, kelompok obat untuk swamedikasi atau
obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep adalah obat yang berada dalam
kategori obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat
bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat
saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang
mempengaruhi system neuromuskular, anti parasite dan obat kulit topikal.
Apoteker dalam melayani golongan OWA diwajibkan memenuhi
ketentuan dan batasan tiap jenis obat per-pasien yang tercantum dalam
daftar OWA 1, OWA 2 dan OWA 3 yang tertera dalam lampiram surat
keputusan menteri kesehatan RI tahun 1990, 1993 dan 1999.
2. Pelayanan dengan resep (R/)
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi
pasien (Permenkes, 2016).

03-30 November 2021 25


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Gambar 2.2 Alur Pelayanan Resep di Apotek

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pengkajian/skrining


resep, kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pemeriksaan ketersediaan sampai
dengan cek harga , penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
(dispensing) termasuk peracikan obat, penulisan etiket dan copy resep,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap
alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan
pemberian obat (medication error).

03-30 November 2021 26


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
1) Kajian administrasi meliputi:
a) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
b) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf
c) Tanggal penulisan resep
2) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
a) Bentuk dan kekuatan sediaan
b) Stabilitas
c) Kompatibilitas (ketercampuran obat).
3) Pertimbangan klinis meliputi:
a) Ketepatan indikassi dan dosis obatuplikasi dan atau
polifarmasi
b) Aturan, cara dan lama penggunaan obat
c) Duplikasi dan atau polifarmasi
d) Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifstasi klinis lain)
e) Kontraindikasi
f) Interaksi obat
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1) Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan resep:
a) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
b) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan.

03-30 November 2021 27


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

3) Memberikan etiker sekurang-kurangnya meliputi:


a) Warna putih untuk obat dalam atau oral
b) Warna biru untuk obat luar dan suntik
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep).
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat dan lain-lain.
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil.
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
8) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
apoteker (apabila diperlukan).
9) Menyimpan resep pada tempatnya.
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.

03-30 November 2021 28


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

c. Pelayanan informasi obat


Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat
bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute
dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari Obat dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di
Apotek meliputi:
1) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
2) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
3) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
4) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi.
5) Melakukan penelitian penggunaan obat
6) Membuat atau menyampaikan makalah forum ilmiah
7) Melakukan jaminan mutu.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode health belief model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah

03-30 November 2021 29


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang


perlu diberi konseling:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan koseling:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
a) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
b) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
anda?
c) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah anda menerima terapi obat tersebut?
2.4.6 Pemusnahan dan Penarikan
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pemusnahan dan penarikan harus
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Pemusnahan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang

03-30 November 2021 30


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan


disaksikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
c. Pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Penarikan
a. Penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
c. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
2.4.7 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya

03-30 November 2021 31


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta


pengembalian pesanan.
Pengendalian di apotek Kimia Farma dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan. Kemudian dengan melakukan stok opname
yang dilakukan setiap 3 bulan sekali yang memiliki 2 tahap. Tahap pertama yaitu
menghitung bukti fisik kemudian tahap kedua dilakukan pencocokan antara data
fisik dengan data pos yang berada di sistem komputerisasi.
2.4.8 Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Sistem Administrasi
Menurut Permenkes No. 73 tahun 2017, dalam melakukan pelayanan
kefarmasian di apotek perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang
meliputi :
a. Administrasi umum, meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan
narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Administrasi pelayanan, meliputi pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan
obat.
Kegiatan administrasi di Apotek Kimia Farma Mojoroto dimulai dari
perencanaan, pembelian barang, dan pelaporan barang keluar. Pengelolaan
administrasi merupakan tanggung jawab APA yang dibantu oleh manajer,
TTK. Bagian administrasi bertugas membuat perbukuan dan laporan
meliputi:

03-30 November 2021 32


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

a. Buku Defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat nama obat atau barang yang
habis atau barang baru yang harus segera dipesankan untuk memenuhi
kebutuhan ketersediaan obat di apotek. Keuntungan adanya buku ini
adalah mempermudah pengecekan dan stock barang, menghindari
adanya duplikasi pemesanan sehingga ketersediaan barang di apotek
dapat dikontrol dan mempercepat proses pemesanan.
b. Kartu Stock
Kartu stock berfungsi untuk mengetahui jumlah barang masuk, keluar,
maupun sisa barang, baik berupa obat maupun komoditi lainnya. Kartu
stock mencantumkan nama barang, kekuatan sediaan, tanggal
pengecekan stok barang, tanggal ED, nomor batch, jumlah barang
masuk, jumlah barang keluar dan sisa barang yang ada di apotek.
c. Kartu Stelling
Kartu yang digunakan untuk sediaan narkotika dan psikotropika. Kartu
ini untuk mencatat keluar masuknya obat narkotika dan psikotropika.
d. Map Faktur Hutang
Map ini digunakan untuk menyimpan faktur yang belum dibayar.
e. Map Faktur Lunas
Map yang digunakan untuk menyimpan faktur asli yang telah dibayar.
f. Map Resep
Map ini digunakan untuk menyimpan resep. Resep disusun menurut
nomor resep dan tanggal resep per satu bulan.
2. Pelaporan
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Pelaporan di apotek Kimia
Farma Mojoroto dibagi menjadi tiga yaitu:

03-30 November 2021 33


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

a. Laporan Harian
Meliputi penjualan harian yang dilampiri dengan bukti setoran kasir,
laporan pendapatan harian apotek yang dilakukan saat pergantian shift
(pendapatan waktu pagi, sore dan malam) dan pengeluaran apotek
setiap harinya.
b. Laporan Mingguan
Meliputi surat pesanan barang (SPB) dan laporan kualitas stok apotek.
c. Laporan Bulanan
Meliputi laporan hasil penjulana produk Kimia Farma dan produk
promo, pembelian, stok opname laporan laba-rugi dan laporan obat
apotek. Untuk pelaporan obat di apotek kimia farma mojoroto yaitu
pelaporan obat yang meliputi :
1) Prekusor
Laporan pemasukan obat mengandung prekursor farmasi Efedrin
dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/kapsul/injeksi.
Pelaporan tersebut dikirimkan kepada Badan POM Direktorat
Pengawasan Napza dengan tembusan ke Balai Besar atau Balai
POM. Setiap apotek wajib menyimpan dokumen informasi seluruh
kegiatan terkait pengelolaan obat yang mengandung prekursor
farmasi dengan tata tetib, akurat, dan teratur.
2) Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan
penggunaan obat narkotika da psikotropika dilakukan melalui
online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Tenaga teknis kefarmasian setiap bulannya menginput data
penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu
setelah data terinput, data tersebut di import (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya).
Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan / sediaan, satuan,
persediaan awal bulan), password dan username didapatkan setelah
melakukan registrasi pada dinas kesehatan setempat.

03-30 November 2021 34


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

2.4.9 Pemusnahan
Pengelolaan obat rusak, kadaluwarsa, pemusnahan obat dan resep.
Penanganan obat rusak atau kadaluwarsa harus dimusnahkan sesuai dengan
bentuk jenis dan sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotik atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Pemusnahan obat di Apotek Kimia
Farma Mojoroto dilakukan berkala secara periodik untuk memusnahkan
persediaan obat yang telah lewat waktu kadaluwarsanya dan yang mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Pemusnahan mencegah obat yang sudah mengalami kerusakan digunakan
kembali baik sengaja maupun tidak sengaja dan menyebabkan efek berbahaya
bagi pasien. Selain pemusnahan obat, resep yang telah melewati masa simpan
juga dapat dimusnahkan, resep yang melewati masa simpan juga dimusnahkan,
resep yang melewati masa lima tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar.
Untuk resep umum yang tidak berisi narkotik dan psikotropika ditimbang
terlebih dahulu dan dimusnahkan, sedangkan untuk resep yang mengandung
narkotik dan psikotropika, dihitung terlebih dahulu jumlah lembabnya,
kemudian dimusnahkan. Berikut prosedur pemusnahan obat pada Apotek Kimia
Farma Mojoroto :
1. Barang yang dapat dimusnahkan harus memenuhi kriteria, yaitu rusak
(perubahan primer/sediaan) dan lewat tanggal kadaluwarsanya.
2. Lakukan pendataan barang yang akan dimusnahkan, ajukan permohonan
izin ke Apotek Kimia Farma pusat disertai usulan tim/panitia pemusnahan
obat.
3. Ajukan surat pemberitahuan kepada kepala kantor dinas kesehatan
kota/kabupaten setempat tentang pemusnahan obat.
4. Pemusnahan barang dilakukan sesuai dengan tata cara Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, yaitu dihancurkan untuk obat sirup,
injeksi vial dan ampul/flacon, dilarutkan untuk sediaan tablet kapsul dan
puyer serta ditanam untuk sediaan salep (dikeluarkan dari wadah /tube).

03-30 November 2021 35


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma


Mojoroto dilaksanakan pada tanggal 03 November - 30 November 2021. Mahasiswa
PKPA langsung mengikuti kegiatan pelayanan di apotek seperti: penyiapan obat generik
dan paten, dispensing atau peracikan, pembuatan etiket, swamedikasi, penyetokan obat,
penyimpanan barang, penyerahan obat resep dan pemberian informasi obat kepada
pasien.
3.1 Care Plan (Studi Kasus Peresepan Penyakit yang ada di Apotek)

Gambar 3.1 Contoh Resep

Pasien X berusia 74 tahun


Obat yang diresepkan :
1. Dermafoot
a. Komposisi : Urea, Ekstrak Portulaca, Panthenol, Salicylic acid
b. Indikasi : Pelembab kulit, regenerasi kulit, kulit pecah-pecah
c. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap kandungan dalam produk
d. Efek Samping : Belum ada efek samping yang dilaporkan

03-30 November 2021 36


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

e. Interaksi obat :-
f. Dosis : Oleskan Dermfoot krim sebanyak 2 kali sehari setiap
habis mandi pada daerah yang diinginkan.
2. – Lostabat 20 gram
a. Komposisi : Clobetasol propionate 0.5 mg, 10g x 2 = 20g
b. Indikasi : Pengobatan jangka pendek dermatosis resisten yang
tidak responsif terhadap aktivitas steroid, misalnya
psoriasis, eksema rekalsitrans, lichen planus.
c. Kontraindikasi : Rosasea, akne vulgaris, dermatitis perioral, pruritus
perianal dan genital. Infeksi primer pada lesi kulit.
Dermatosis pada anak <1 tahun.
d. Efek Samping : Rasa panas terbakar, rasa nyeri menyengat, perubahan
atrofi lokal pada kulit.
e. Interaksi Obat : -
– Salycilic acid 5 gram
a. Komposisi : Salycilic acid 5 gram
b. Indikasi : Menangani penyakit kulit yang menimbulkan sisik
atau penumpukan kulit berlebih seperti psoriasis atau
eksim.
c. Kontraindikasi : Hipersensitif
d. Efek Samping : Kemerahan, panas, kulit mengelupas
e. Interaksi Obat : -
Dosis Lostabat + Salycilic acid dioleskan sehari 2 kali pada bercak tebal.
3. Cerini tablet
a. Komposisi : Cetirizine 10 mg
b. Indikasi : Rinitis menahun, rinitis alergi seasonal,
konjungtivitis, pruritus, urtikaria idiopati kronis.
c. Kontraindikasi : Hipersensitif, Gangguan ginjal berat.
d. Interaksi Obat : Sakit perut, mulut kering, mual, diare, muntah
e. Dosis : Sehari 1 kali

03-30 November 2021 37


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

3.1.1 Skrining Resep


I. Skrining Administratif
Tabel 3.1 Skrining Administratif
No Kelengkapan Adminstratif Ada Tidak ada
1. Nama Dokter √
2 SIP √
3 Alamat praktek √
4 Tanggal penulisan resep √
5 TTD/Paraf penulis resep √
6 Nama Pasien √
7 Umur Pasien √
8 Jenis kelamin pasien √
9 Berat badan pasien √
10 Alamat pasien √
11 Cara pemakaian yang jelas √

II. Skrining Farmasetis


Tabel 3.2 Skrining Farmasetis
No Kelengkapan Resep Ada Tidak ada
1 Bentuk sediaan √
2 Kekuatan resep √
3 Dosis √
4 Jumlah obat √
5 Stabilitas obat √
6 Ketersediaan √
7 Aturan dan cara penggunaan √
8 Lama penggunaan √
9 Inkompatibilitas √

III. Analisa Kesesuaian Dosis


Tabel 3.3 Analisa Kesesuaian Dosis
Dosis Dosis
Nama Obat Kesesuaian
dalam resep Literatur
Dermafoot 2 kali sehari 2 kali sehari Sesuai
Lostabat + Salycilic acid 2 kali sehari 1-2 kali sehari Sesuai
Cerini tablet 1 kali sehari 1 kali sehari Sesuai

IV. DRPs yang Ditemukan dan Penyelesaian

03-30 November 2021 38


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

Tabel 3.4 DRPs yang Ditemukan dan Penyelesaian


Point DRPs DRPs yang ditemukan Penyelesaian
Terapi obat yang tidak perlu - -
Salah obat - -
Dosis terlalu rendah - -
Reaksi obat yang merugikan - -
Dosis terlalu tinggi - -
Terapi obat yang tidak perlu - -
Untuk membantu melembabkan
Membutuhkan tambahan Vitamin E
kulit perlu vitamin oral

3.1.2 Assesment
Kulit kering (dry skin) atau xerosis didefinisikan untuk menggambarkan
hilangnya atau berkurangnya kadar kelembaban stratum corneum. Pada kulit
normal kandungan air pada lapisan kulit ini pasti lebih besar dari 10%. Kelainan
ini membuat kulit menjadi kasar, bersisik, keriput, kurang elastis dibandingkan
kulit normal dan kering pada perabaan. Peningkatan Trans Epidermal Water
Loss (TEWL) yang menyebabkan kulit kering dikarenakan adanya gangguan
pada kulit yang menyebabkan banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Kekeringan ini disebabkan maturasi dan adhesi korneosit yang abnormal,
menurunnya produksi kelenjar sebasea dan ekrin, sehingga menyebabkan
deskuamasi abnormal dari korneosit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti detergen, aceton, dan bahan kimia yang lain dan mandi
berendam terlalu sering (Scott E.J, 2008). Lebih dari 50% lansia menderita
xerosis yang merupakan faktor pencetus terjadinya pruritus dan menjadi masalah
kulit yang sering dialami lansia (Berger TG dkk, 2013).
Penggunaan Dermafoot dioleskan sehari 2 kali yang diindikasikan sebagai
pelembab dengan kandungan Urea, Ekstrak Portulaca (krokot), Panthenol,
Salicylic acid. Urea berfungsi sebagai keratolitik (PIONAS, BAB 13), Salicilic
acid berfungsi sebagai keratolitik (BNF 67, 2014), Panthenol efektif sebagai
pelembab dan pelembut serta menghilangkan kerutan dan garis-garis halus
karena dapat menarik air kedalam lapisan kulit atas (Chamargo, 2011). Ekstrak
krokot yang memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan
yang dapat menjaga kelembaban kulit (Oman, 2017). Pada resep kedua yaitu

03-30 November 2021 39


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

racikan krim Lotasbat dan Salicylic acid, dioleskan sehari 2 kali pada bercak
yang tebal. Lotasbat memiliki kandungan Clobetasol termasuk golongan
kortikosteroid yang berfungsi sebagai antiinflamasi (FI Edisi V, hal 654).
Penambahan Salycilic acid sebagai keratolitik pada racikan krim ini digunakan
untuk membantu proses pengelupasan sel kulit mati (Sulistyaningrum, 2012).
Resep ketiga yaitu Cerini dengan kandungan cetirizine termasuk golongan
antihistamin. Penambahan cerini digunakan untuk mengobati gatal pada kulit
yang mengalami xerosis. Pada pasien usia lanjut yang mengalami xerosis
merupakan faktor utama terjadinya pruritus. Pruritus adalah rasa gatal pada kulit
sehingga timbul rasa ingin menggaruk daerah tersebut, yang terjadi karena
gangguan hidrasi kulit (Rinaldo, 2019).
Penggunaan Salycilic acid merupakan first choise sebagai keratolitik yaitu
digunakan untuk agen pengelupas kulit (BNF 67, 2014). Penambahan Salycilic
acid pada resep ke dua dapat disebabkan oleh faktor usia pasien, karena pada
pasien usia lanjut terjadi penuruan fungsi kulit sehingga sulitnya pengelupasan
kulit dan terganggunya termogulasi kulit (Bianti, 2016). Pada resep pertama
terdapat anjuran dokter sebagai pelembab, dan pada resep ke dua terdapat
anjuran yaitu hanya pada bercak tebal, hal ini bisa dimaksudkan agar krim
bekerja hanya pada kulit yang mengalami xerosis sehingga sel kulit mati segera
terangkat.
Masalah terkait obat, karena pemilihan obat yang kurang lengkap walaupun
terdapat indikasi, pasien dapat ditambahan vitamin E oral untuk membantu
kelembapan kulit sehingga membantu penyembuhan xerosis. Vitamin E adalah
salah satu vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Sama seperti jenis
vitamin lainnya, vitamin E tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Namun sumber
vitamin ini dapat ditemukan diberbagai jenis makanan atau suplemen. Vitamin E
merupakan salah satu vitamin yang mengandung antioksidan tinggi. Zat ini
berperan penting untuk melindungi tubuh dari paparan radikal bebas yang dapat
merusak sel-sel dan jaringan tubuh. Vitamin E (α-tokoferol) sebagai antioksidan
larut lemak, menjadi antioksidan utama dalam membran sel dengan cara

03-30 November 2021 40


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

melindungi komponen membran sel dari oksidasi radikal bebas (Roziana dkk,
2015).
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi air putih
dalam jumlah yang cukup itu sangat penting karena pada lansia terjadi
peningkatan frekuensi buang air kecil. Sesuai dengan penelitian sebelumnya,
jika konsumsi air kurang dari 8 gelas sehari mengakibatkan tubuh akan
meretensi cairan dalam sirkulasi dan mengurangi penguapan air atau
Transepidermal water loss (TEWL). Hal ini menyebabkan kadar hidrasi kulit
menjadi lebih rendah. Kondisi ini mengakibatkan kadar hidrasi kulit pada lansia
relatif rendah (Michael JL dkk, 2016).

3.2 Studi Kasus Swamedikasi


3.2.1 Swamedikasi Obat Bebas
Seorang laki-laki dewasa datang ke apotek dengan keluhan sakit kepala tadi
pagi saat bangun tidur, pasien menanyakan obat apa yang dapat meredakan sakit
kepala tersebut?
Penyelesaian :
Penyelesaian (WHAM) :
W : Siapa yang sakit? Perempuan laki-laki dewasa
H : Berapa lama timbul gejala? Selama kurang lebih 1 hari
A : Tindakan apa yag sudah digunakan? Pasien belum melakukan tindakan
M : Obat apa yang sudah digunakan? Pasien belum menggunakan obat apapun.
Dalam penyelesaian kasus di atas pasien disarankan menggunakan panadol
extra. Panadol extra merupakan obat dengan kandungan Paracetamol dan
Caffeine. Obat ini dapat digunakan untuk meringankan sakit kepala dan sakit
gigi. Paracetamol sebagai analgetik, bekerja dengan meningkatkan ambang rasa
sakit dan Caffeine bekerja dengan menghambat kerja reseptor adenosin sehingga
mengurangi rasa nyeri.

03-30 November 2021 41


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

3.2.2 Swamedikasi Obat Bebas Terbatas


Seorang perempuan remaja datang ke apotek dengan keluhan flu batuk
selama 2 hari, pasien menanyakan obat apa yang dapat meredakan flu batuk
tersebut?
Penyelesaian :
Penyelesaian (WHAM) :
W : Siapa yang sakit? Perempuan remaja
H : Berapa lama timbul gejala? Selama 2 hari
A : Tindakan apa yag sudah digunakan? Pasien belum melakukan tindakan
M : Obat apa yang sudah digunakan? Pasien belum menggunakan obat apapun.
Dalam penyelesaian kasus di atas pasien disarankan menggunakan lacoldin
tablet dan imboost tablet untuk membantu penyembuhan. Lacoldin tablet
mengandung Paracetamol 500 mg, Phenylpropanolamine HCl 12.5 mg,
Dextromethorphan HBr 15 mg, Chlorpheniramine maleate 2 mg. Paracetamol
dapat menurunkan demam, menghilangkan rasa nyeri, sakit kepala, dan nyeri
ringan lainnya. Phenylpropanolamine berfungsi untuk membantu melegakan
hidung tersumbat. Dextromethorphan membantu meredakan batuk kering.
Chlorpheniramine maleate berperan sebagai sebagai antihistamin (obat alergi).
Imboost merupakan suplemen dengan kandungan Echinacea purpurea herb dry
extract dan Zn Piccolinate dalam bentuk tablet salut selaput. Suplemen ini
digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh yang berfungsi untuk memper
cepat penyembuhan. Selain itu pasien juga mengimbangi dengan makanan yang
bergizi agar proses penyembuhan lebih cepat.

03-30 November 2021 42


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) angkatan 2
Fakultas Farmasi Universitas Kadiri yang telah dilakukan di Apotek Kimia
Farma Mojoroto dapat disimpulkan:
1. Apotek merupakan suatu sarana yang memiliki peranan penting dalam
pelayanan kefarmasian serta tanggung jawab moral dan etika profesi.
2. Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Kimia Farma Mojoroto dalam
melaksanakan tugasnya di apotek memiliki tanggung jawab yang besar
dalam pelayanan kefarmasian dan berwenang untuk mengambil
keputusanyang berkaitan dengan mutu pelayanan apotek dan manajemen
apotek.
3. Apotek Kimia Farma Mojoroto merupakan apotek pelayanan yang
menggunakan sistem pengadaan barang secara desentralisasi yaitu
pengadaan barang dilakukan oleh bagian pembelian di Unit Bisnis Manager
dan administrasi telah didukung oleh sistem komputerisasi sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan di apotek.
4. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma Mojoroto berdasarkan
farmakologi dan bentuk sediaan dimana penyusunannya secara alfabetis
sehingga memudahkan petugas untuk mengambil obat.
5. Penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia
Farma Mojoroto disimpan pada rak yang terpisah. Penambahan dan
pengurangan barang dicatat dalam kartu stok masing-masing barang.
6. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Kimia Farma Mojoroto
menyediakan layanan pesan antar obat (Delivery Service).

03-30 November 2021 43


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

4.2 Saran
1. Untuk meningkatkan fungsi pelayanan seorang apoteker kepada masyarakat
luas, apotek harus mengoptimalkan pelayanannya baik dalam komunikasi,
informasi maupun edukasi tentang obat kepada pasien. Pelayanan tersebut
dapat disampaikan melalui leaflet, brosur maupun poster.
2. Perlu meningkatkan kedisiplinan petugas apotek dalam hal mencatat
pemasukan dan pengeluaran obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian antara jumlah fisik obat dengan kartu stok dengan stok
dikomputer.
3. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap penilaian kepuasan
konsumen terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh Apotek
Kimia Farma Mojoroto, misalnya dengan membuat kuisioner yang dapat
diisi langsung oleh pasien pada saat datang ke apotek sehingga dapat
diketahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
kepuasan konsumen.

03-30 November 2021 44


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

DAFTAR PUSTAKA

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Peraturan Menteri


Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/1/1978 tentang Penyimpanan Narkotika.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1981. Peraturan Menteri


Kesehatan RI No. 26/MenKes/Per/1/1981 tentang Pengelolaan dan Perizinan
Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menteri


Kesehatan No. 917/Menkes/Per/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturanteri Kesehatan


No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin
Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesahatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menkes


No.924/ Menkes/Per/X/ 1993 tentang Obat Wajib Apotek No 2.Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesahatan Republik Indonesia. 1993. Surat Keputusan


Menkes No. 1176 Menkes/SK/X/ 1999 1993 tentang Obat Wajib Apotek No
3.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 919/Menkes/Per/X/199tentang Kriteria
Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Undang - Undang RI
No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang
Penggolongan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri


Kesehatan RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang StandarPelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[KepMenKes] Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. UndangUndang


RI No. 069/MENKES/SK/III/2006 tentang pencantuman Harga Eceran Tertinggi
(HET) pada label obat adalah Harga Netto Apotek (HNA) ditambah PPN 10%
ditambah margin apotek. Jakarta:Keputusan Mentri Kesehatan RI.

03-30 November 2021 45


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang - Undang RI


No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor: 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kongres nasional .2009. No.006/KONGRES
XVII/ISFI/2009, kode etik profesi apoteker.

(ISFI) Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009, Keputusan Kongres Nasional


XVII/ISFI/200 tentang Kode Etik Apoteker/Farmasi Indonesia, Jakarta, Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia.

[DepKes RI] Departemen Kesahatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 889/Menkes/Per//V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor: 2 Tahun 2017 tentang perubahan Penggolongan
Narkotika.

[DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2017 tentang perubahan Penggolongan
Narkotika.

[DepKes RI] Departemen Kesahatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[DepKes RI] Departemen Kesahatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 9 tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta:
J MAJORITY. Vol. 4, No. 5:93-99.

Kepmenkes RI No.3Tahun 2015 tentang peredaran , penyimpanan,pemusnahan dan


pelaporan narkotika,psikotropika dan prekursor farmasi.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI; 2015.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia,PERKENI, Jakarta.

PerMenKes RI] Peraturan Mentri Kesehatan No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang


Daftar Obat Wajib Apotek (OWA) I. Jakarta: Peraturan Mentri Kesehatan RI.

03-30 November 2021 46


LAPORAN PKPA APOTEK
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI

[PerMenKes RI] Peraturan Mentri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 tentang


Daftar Obat Wajib Apotek (OWA) II. Jakarta: Peraturan Mentri Kesehatan RI.

[PerMenKes RI] Peraturan Mentri Kesehatan No. 1176 Menkes/SK/X/ 1999 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek (OWA) III. Jakarta: Peraturan Mentri Kesehatan RI.

[PerMenKes RI] Peraturan Mentri Kesehatan No. 347/MENKES/SK/VII/1990, tentang


Obat Wajib Apotek (OWA). Jakarta: Peraturan Mentri Kesehatan RI Priyanto, dan
Batubara,L., 2008, Farmakologi Dasar, 77-78, Leskonfi, Jakarta.

Bianti, Marsha. 2016. Kulit Kering pada Usia Lanjut. Alumna Fakultas Kedokteraan
Universitas Indosnesia. Jakarta.

BPOM RI.2015. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika. Jakarta.

DiPiro C.V., 2015, Oncologic Disorders : Breast Cancer dalam Wells B.G., DiPiro
J.T., Schwinghammer T.L., Pharmacotherapy Handbook 9th edition, McGraw-
Hill Companies, USA.

Mursal, 2016. Konseling Terhadap Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi


Counseling toward Medication Adherence of Hypertensive Patient. J. Ilmu
Keperawatan.

Permenkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1191/MENKES/


PER/VIII/2010 Tahun 2010 Tentang Penyalur Alat Kesehatan.pdf.

Pratiwi, D., 2011. Pengaruh Konseling Obat terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi di
Poliklinik Khusus RSUP DR. M. Djamil Padang. Univ. ANDALAS.

Rinaldo, Alvin. Linda Julianti Wijayadi. Sari Mariyati Dewi. 2019. Karakteristik Kadar
Hidrasi Kulit Pada Lansia di Panti Wreda Kristen Hana: Kajian Terhadap
Pruritus. Fakultas Kedokteran Tarumanegara. Jakarta.

Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementrian Kesehat. Republik


Indonesia. https://doi.org/1 Desember 2021.

Sam, A. T., & Parasuraman, S. (2015). The nine-star pharmacist: an overview. Journal


of Young pharmacists, 7(4), 281.

Setyanto, Oman. 2017. Model Diabetes Mellitus yang Diterapi Salep Tanaman Krokot
(Portulaca oleracea). Universitas Brawijaya.

Sulistyaningrum, S.K, Nilasari,H., Effendi, E. H. 2012. Penggunaan Asam Salisilat


Dalam Dermatologi. J Idon Med Assoc: 62;277-84.

03-30 November 2021 47

Anda mungkin juga menyukai