RS DARING
PERIODE 01 OKTOBER – 30 NOVEMBER 2020
Disusun Oleh:
APOTEKER ANGKATAN XXXIX
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Anugerah-Nya, sehingga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Landson PT.
Pertiwi Agung dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Pelaksanaan Praktik Kerja
Profesi Apoteker berlangsung pada 01 Oktober – 30 November 2020.
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini kami banyak mendapat
bantuan, baik berupa bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada ibu apt. Putu Rika Veryanti
M.Farm-Klin selaku dosen pembimbing RS Daring di Fakultas Farmasi ISTN yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
serta saran selama pelaksanaan PKPA maupun dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu ucapan terimakasih juga disampaikan kepada:
1. Ibu apt. Dr. Dra. Lili Musnelina, M.Si selaku Rektorat Fakultas Farmasi ISTN
2. Ibu apt. Dr. Refdanita, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi ISTN
3. Ibu apt. Putu Rika Veryanti M.Farm-Klin selaku dosen pembimbing RS
Daring di Fakultas Farmasi ISTN
4. Seluruh pengajar, staf dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi ISTN
5. Orang tua dan keluarga tercinta atas doa, dukungan dan perhatian kepada kami
6. Teman-teman sejawat pendidikan profesi apoteker angkatan XXXIX Program
Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi ISTN.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Institut Sains dan Teknologi Nasional
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi
4
Institut Sains dan Teknologi Nasional
5
RS RS RS RS RS RS RS RS RS
Pemerintah aaSwastaaa Umum Khusus Pendidikan Kelas Kelas Kelas Kelas
A B C D
Administrasi Keuangan
Apabila instalasi farmasi harus mengelola keuangan maka
keluarganya.
atau seorang apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah
apoteker.
KFT/ TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat
KFT/ TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit
yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan KFT/ TFT, memiliki
pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat
bagi KFT/ TFT.
KFT/ TFT mempunyai tugas :
1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit;
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit;
3. Mengembangkan standar terapi;
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional;
6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki;
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit.
sakit;
g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. Melakukan edukasi mengenai formularium rumah sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk formularium rumah sakit :
maka rumah sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau
pengurangan obat dalam formularium rumah sakit dengan mempertimbangkan
indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.
Alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum diuraikan sebagai
berikut :
3) Pengeringan
BAB III
dan risiko yang berkaitan dengan terapi obat. Sebagai contoh pasien
yang menerima obat kanker harus dipantau lebih sering dan berkala
dibanding pasien yang menerima aspirin. Pasien dengan kondisi
relatif stabil tidak memerlukan pemantauan yang sering.
3.1.10 Dokumentasi
Setiap langkah kegiatan pemantauan terapi obat yang dilakukan harus
didokumentasikan. Hal ini penting karena berkaitan dengan bukti otentik
pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dapat di gunakan untuk tujuan
akuntabilitas/pertanggungjawaban, evaluasi pelayanan, pendidikan dan
penelitian. Sistimatika pendokumentasian harus dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah untuk penelusuran kembali. Pendokumentasian dapat
dilakukan berdasarkan nomor rekam medik, nama, penyakit, ruangan dan
usia. Data dapat didokumentasikan secara manual, elektronik atau
keduanya. Data bersifat rahasia dan disimpan dengan rentang waktu sesuai
kebutuhan. Sesuai dengan etik penelitian, untuk publikasi hasil penelitian
identitas pasien harus disamarkan.
b. Informasi sebaiknya ditulis singkat dan jelas (bentuk frase bukan kalimat
lengkap)
d. Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh semua
apoteker instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.
e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh semua
apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan informasi
obat diluar jam kerja
3.2.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung
ketersediaan dan perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam pelaksanaan
pelayanan informasi obat.
Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat, sebaiknya disediakan sarana
fisik, seperti :
1. Ruang kantor
2. Ruang rapat
3. Perpustakaan
4. Komputer
5. Telepon dan faksimili
6. Jaringan internet, dan lain lain
7. In house data base
Apabila tidak ada sarana khusus, pelaksanaan pelayanan informasi obat
dapat menggunakan ruangan instalasi farmasi beserta perangkat
pendukungnya dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif.
Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan
secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur,
leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker
pelayanan informasi obat mernberikan informasi obat sebagai jawaban atas
pertanyaan yang diterima.
e. Efisiensi anggaran
satu pintu, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis,
jumlah dan waktu serta mutu yang terjamin. Metode dan strategi
perencanaan dapat ditujukan untuk menyiapkan dan menyesuaikan biaya
untuk program baru dan pengembangan program. Metode perencanaan
dapat menentukan prioritas masalah kesehatan yang akan diatasi dan yang
memiliki pendekatan yang paling baik secara analisis efektivitas biaya,
kebutuhan darurat untuk epidemi atau kasus pasca-bencana, menyuplai
ulang yang berkurang, dan membandingkan konsumsi/permintaan obat saat
ini dengan prioritas kesehatan masyarakat dan penggunaan di sistem
kesehatan lain. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan didasarkan pada
penggunaan sumber daya dan data yang ada. Metode tersebut adalah metode
konsumsi, metode morbiditas, metode proxy consumption, atau kombinasi
dari beberapa metode.
b. Stok awal.
c. Penerimaan.
d. Pengeluaran.
e. Sisa stok.
k. Pola kunjungan.
E = Sisa stok
Keterangan :
• Lead time stock adalah lamanya waktu antara pemesanan obat sampai
dengan obat diterima.
• Lead stock adalah jumlah obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu
(lead time).
e. Jika sisa stok (E) adalah 10.000 tablet, maka Rencana Kebutuhan (A)
Natrium Diklofenat 50 mg untuk tahun 2019 adalah: A=(B+C+D)-E =
385.000 tablet – 10.000 tablet = 375.000 tablet.
Jika pernah terjadi kekosongan obat, maka perhitungan pemakaian rata-rata adalah
total pemakaian dibagi jumlah periode pelayanan dimana obat tersedia.
Contoh:
• 0 s.d. 4 tahun
• s.d. 14 tahun
• 15 s.d. 44 tahun
• >45 tahun
• atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (> 12 tahun) dan
anak (1 s/d 12 tahun)
b. Pola morbiditas penyakit
• Jenis penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok
umur yang ada.
• Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
c. Standar pengobatan Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus
disesuaikan dengan standar pengobatan di rumah sakit.
2) Menghitung kebutuhan jumlah sediaan farmasi, dengan cara jumlah
kasus dikali jumlah obat sesuai pedoman pengobatan dasar. Jumlah
kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkanfaktor antara lain pola penyakit, lead time dan buffer
stock.
Contoh perhitungan dengan metode morbiditas:
Penggunaan oralit pada penyakit diare akut
Anak-anak
Satu siklus pengobatan diare diperlukan 15 bungkus oralit @ 200 ml.
Jumlah kasus = 180 kasus.
Jumlah oralit yang diperlukan = 180 kasus x 15 bungkus = 1.620 bungkus
@ 200ml
Dewasa
Satu siklus pengobatan diare diperlukan 6 bungkus oralit @ 1 liter.
Jumlah kasus = 108 kasus.
Jumlah oralit yang diperlukan = 108 kasus x 6 bungkus = 648 bungkus.
1) Kelompok A:
2) Kelompok B:
3) Kelompok C:
1) Kelompok V (Vital)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang mampu menyelamatkan jiwa
(life saving ). Contoh: obat shock anafilaksis
2) Kelompok E (Esensial)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja pada sumber penyebab
penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan. Contoh:
Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: anti
diabetes, analgesik, antikonvulsi) dan Sediaan farmasi untuk mengatasi
penyakit penyebab kematian terbesar.
obat.
1) Melakukan substitusi obat dengan obat lain yang memiliki zat aktif
yang sama
b. Menentukan :
c. Pencatatan :
• Satu kartu stok hanya digunakan untuk mencatat mutasi satu jenis
obatdari satu sumber anggaran
b. Telah kadaluwarsa
bahan yang mempunyai tujuan untuk menghambat atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia
atau fisika. Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk maupun
karakteristik kualitas sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk
yang dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses sterilisasi
merupakan hal yang paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan
akhir, alat kesehatan maupun bahan yang nantinya akan dibuat atau digunakan.
Sehingga, perlu dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat
masing-masing bahan, alat serta wadah yang akan digunakan.
Sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian
infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam melaksanakan
tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit
penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun
instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah
sakit, sanitasi dan lain lain. Jika terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas
maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi. Jika dilihat
berdasarkan volume alat dan bahan yang harus disterilisasikan di rumah sakit
demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk memiliki suatu instalasi pusat
sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang berada
dibawah dan tanggung jawab langsung kepada direktur atau wakil direktur rumah
sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap
semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme (termasuk
endospora) secara tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau
bahan secara profesional, diperlukan pengetahuan atau keterampilan tertentu oleh
perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang
sterilisasi.
9. sterilisasi
10.Kontrol indikator
11.Gudang alat
12.Distribusi
a. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi
dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara
dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan
untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan
infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.
Syarat-syarat ruang dekontaminasi antara lain :
a. Ventilasi
1) Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter
1) Suhu 18-22°C
2) Kelembaban antara 35-75%
b. Ruang Pengemasan Alat
Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar
pasang alat, dan penyimpanan barang bersih.
c. Ruang Prosesing Linen
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen
yang akan disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk
menyimpan barang. Selain itu diruangan ini juga dilakukan persiapan
untuk bahan seperti kasa, kapas, dan cotton swab.
d. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk
sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan
dilengkapi dengan saluran pembuangan (exhaust).
BAB IV
PEMBAHASAN
Hematokrit 21 22 22 21 33 – 45 %
menunjukkan nilai yang rendah yaitu 2,4 g/dl yang biasanya gejala umumnya
mudah lelah dan sesak nafas. Sedangkan untuk data lainnya masih dalam rentang
nilai normal seperti data pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan kadar gula
darah sewaktu.
Setelah melihat data diagnosa dokter dan hasil data pemeriksaan
laboratorium perlu analisa pemantauan obat yang diberikan dengan pertimbangan
kondisi pasien. Berikut ini adalah tabel obat yang digunakan pasien selama
perawatan.
Mulai Tanggal
No Nama Obat terapi Dosis 17/9/20 18/9/20
P Si So M P Si So M
1 Ambroxol 10/9 3x1C 02 10 18 02 10 18
2 B12 10/9 3x1 02 10 18 02 10 18
3 Na Bicarbonat 10/9 3x1 02 10 18 02 10 18
4 Provital 10/9 3x1 02 10 18 02 10 18
5 Inpepsa 12/9 4 x 10 cc 04 10 16 22 04 10 16 22
6 Asam Folat 10/9 1x1 06 06
7 Kalitake 13/9 3x1 06 14 22 06 14 22
8 Trizedon MR 10/9 2x1 10 22 10 22
9 Bisoprolol 12/9 1x1,25mg STOP
10 Acyclovir 10/9 5x800mg 06 10 14, 22 06 10 14, 22
18 18
11 Meropenem 15/9 3 x 1g 03 11 19 03 11 19
12 Diflucan 15/9 2x 200mg - - - - 06 18
13 Vit C 13/9 2x 200mg 11 23 11 23
14 Fresofol 1% 10/9 3 cc/jam √ √ √ √ √ √ √ √
15 Fentanyl 100 mg 10/9 /24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
+Cedantron 8mg
16 Fuson Cream 12/9 2 x u.e 04 16 04 16
17 Salicyl Talk 10/9 2 x u.e 04 16 04 16
Dari tabel tersebut dapat dilihat penggunaan obat pasien selama perawatan
dengan sistem UDD yang terdiri dari 18 macam obat. Pada tahap pemantauan
terapi, diperlukan penilaian dalam hal ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, dan
duplikasi.
Berdasarkan data penggunaan obat pasien, obat obat yang diberikan sudah
sesuai indikasi penggunaan kecuali fuson krim yang kurang tepat penggunaanya.
Fuson krim digunakan untuk infeksi topikal yang disebabkan bakteri, sedangkan
untuk kasus yang diderita adalah peradangan infeksi yang disebabkan virus.
Untuk pengobatan antivirus secara topikal dapat digunakan alternatif lainnya
yaitu asiklovir krim.
Untuk obat lainnya sudah sesuai indikasi dimana ambroxol digunakan
untuk mengatasi batuk yang dapat disebabkan oleh efusi pleura juga efek
samping penggunaan obat sebelumnya yaitu captopril. Vitamin B12 digunakan
untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan dari rendahnya nilai hematokrit.
Natrium bikarbonat digunakan untuk mengatasi ketoasidosis yang diakibatkan
oleh penyakit ginjal. Provital digunakan untuk multivitamin, Inpepsa digunakan
untuk melapisi lambung akibat efek dari penggunaan obat seperti obat ambroxol.
Asam folat digunakan untuk mengatasi anemia. Kalitake merupakan kalsium
yang digunakan untuk mengatasi hiperkalemia akibat dari gangguan fungsi
ginjal. Trizedon MR digunakan sebagai terapi tambahan pada angina. Bisoprolol
digunakan untuk terap gagal jantung. Acyclovir diindikasian untuk herpes
zooster. Meropenem digunakan untuk komplikasi dari infeksi yang ditandai
dengan leukosit tinggi dan indikasi efusi pleura yang dapat disebabkan dari
pneumonia atau TBC. Diflucan digunakan untuk mengatasi pneumonia. Vitamin
C digunakan untuk menjaga kesehatan. Fresofol 1% digunakan sebagai anastesi.
Fentanyl 100 mg dan Cedantron 8 mg digunakan untuk pereda nyeri, dan mual
muntah. Saliycl talk digunakan untuk meredakan gatal akibat herpes zoster, serta
pantoprazol digunakan untuk mengatasi mual dan muntah.
(140-umur) x kg BB
CrCl=
72 x serum kreatinin
(140-44) x 70 kg
CrCl=
72 x 9
CrCl= 10,37
Hasil GFR yang diperoleh adalah 10,37 dimana pasien masuk stage 5.
Keterangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Pasien masuk ke stage 5 dimana fungsi ginjalnya tidak dapat berjalan normal
sehingga diperlukan hemodialisa serta obat obatan yang digunakan pasien juga
harus dimonitor dan dipantau jam penggunaanya.
Obat yang perlu pemantauan dosis pada pasien ginjal ini adalah Diflucan
dengan komposisi fluconazol. Menurut literatur Drug Information Handbook,
Fluconazol sebesar 50% akan tereliminasi saat hemodialisa, maka pemberian
obat diberikan sebesar 100% setelah hemodialisa. Pada terapinya, dokter
memberikan Diflucan sebesar 200 mg sebanyak dua kali sehari dimana pada
literatur pemberian obat ini sebanyak satu kali sehari 200-400 mg. Hal ini sudah
sesuai mengingat sifat obat yang tereliminasi.
Untuk obat lainnya yang perlu pemantauan saat hemodialisa adalah asiklovir
dan meropenem. Obat ini mudah terdialisis maka sebaiknya diberikan pasca
hemodialisa.
Bagian keempat adalah Plan yang merupakan rencana dari penegakan
assesment. Plan untuk pasien ini berupa terapi nonfarmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi nonfarmakologi seperti pengaturan asupan protein pada
pasien dengan kadar LFG <60 ml/menit yaitu 0,6-0,8 kgBB/hari, pengaturan
asupan kalori yaitu 30-35 kkal/kgBB/hari, pengaturan asupan lemak yaitu 30-
40% dari kalori total, pengaturan asupan karbohidrat yaitu 50-60% dari kalori
total, juga pengaturan garam, kalium, fosfor, kalsium, besi, magnesium, dan air.
Untuk terapi farmakologi berupa penyesuaian obat yang disajikan dalam tabel
berikut ini
Tabel 5. Hasil Penyesuaian Obat
No Nama Obat Tanggal
(Tgl Mulai)
15/9/20 16/9/20 17/9/20 18/9/20
P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
1 Ambroxol 02 10 18 02 10 18 02 10 18 02 10 18
2 Na 02 10 18 02 10 18 02 10 18 02 10 18
Bicarbonat
3 Provital 02 10 18 02 10 18 02 10 18 02 10 18
4 Inpepsa 05 11 17 23 05 11 17 23
5 Trizedon MR 10 22 10 22 10 22 10
6 Bisoprolol 16 16 STOP
7 Acyclovir 04 14 19 24 04 14 19 24 04 14 19 24 04 14 19 24
09 09 09 09
8 Meropenem 03 11 19 03 11 19 03 11 19 03 11 19
9 Diflucan 06 18 06 18
10 Vitamin B12 02 10 18 02 10 18 02 10 18 02 10 21
11 Ketamin √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 Morfin + √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ondansetron
13 Acyclovir cr 04 16 04 16 04 16 04 16
14 Salicyl talk 04 16 04 16 04 16 04 16
15 Pantoprazol √ √
Gambar 7. Resep
Resep ini milik pasien atas nama Mr. ARK yang mengeluh nyeri tenggorokan
terutama ketika menelan, flu dan hidung tersumbat sejak 3 hari yang lalu tanpa
demam. Pasien mengalami mual dan sesekali muntah sejak kemarin.
Kajian pertama dalam resep adalah pengkajian administrasi yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Dari data kajian administrasi tersebut dilihat bahwa resep tersebut belum
memenuhi kelengkapan resep seperti no SIP dokter, paraf dokter, dan berat badan
pasien. Selanjutnya adalah kajian kesesuaian farmasetika yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Pasien Iya bu
Apoteker - Dokter
Apoteker Halo, selamat sore. Saya Fitria, Apoteker di Apotek Udayana. Apakah
benar ini dengan dokter WRT spesialis THT?
Dokter Selamat sore, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya mba?
Apoteker Baik dokter, saya ingin konfirmasi resep atas nama bapak ARK. Disini
dokter menuliskan resep obat racikan yang berisi antibiotik Aclam
Kaplet 500 mg sebanyak 15 Kaplet, karna antibiotik tidak dapat diracik
jadi sebaiknya untuk Aclam diminum 3x1 kaplet terpisah dok. Dan
untuk ranitidinnya, sebelumnya dokter menuliskan untuk diracik 2/3
tablet. Dari literatur MIMS, untuk pasien dewasa ranitidin tidak perlu
diracik dan diminum 2x1 tablet sebelum makan dok
Dokter Oh iya, diubah saja mba. Untuk antibiotik Aclam tidak perlu diracik
dan dosisnya 3x1 kaplet sesudah makan untuk 5 hari. Untuk Ranitidin
juga tidak perlu diracik, berikan 10 tablet dan dosisnya menjadi 2x1
tablet sebelum makan bila pasien masih mual atau muntah
Apoteker Baik dokter, saya ulangi ya dok. Untuk Aclam dan Ranitidin tidak perlu
diracik. Aclam kaplet diminum 3x1 sesudah makan untuk 5 hari dan
untuk ranitidin 2x1 sebelum makan bila mual atau muntah diberikan
sebanyak 10 tablet ya dok
Dokter Iya benar mba, jangan lupa diinfokan kepada pasien antibiotiknya
harus dihabiskan
Apoteker Baik dokter, terima kasih untuk konfirmasinya
Dokter Oke, sama sama mba
Apoteker - Pasien
Apoteker Perkenalkan pak, Saya Fitria, Apoteker di Apotek ini. Saya minta
waktunya untuk kita mendiskusikan mengenai obat yang bapak
dapatkan. Kurang lebih waktunya 5-10 menit ya pak
Pasien Baik bu, saya juga sedang tidak buru buru
Apoteker Sebelumnya, apakah benar dengan bapak ARK? Boleh saya tahu bapak
konsultasi dengan dokter siapa pak?
Pasien Iya betul bu dengan saya sendiri, tadi saya konsultasi dengan dokter
WRT spesialis THT
Apoteker Baik apakah bapak sudah mendapat informasi mengenai obat atau
penggunaan obat atau harapannya setalah menggunakan obat ini?
Pasien Saya hanya tau obat ini bisa mengobati keluhan saya bu
Apoteker Baik pak, disini saya akan menjelaskan mengenai beberapa obat yang
bapak dapatkan. Bapak mendapatkan 3 macam obat. Yang pertama ada
Aclam kaplet ya pak, Aclam kaplet ini digunakan sebagai antibiotik,
diminumnya setaip 8 jam sekali 1 kaplet sesudah makan dan harus
dihabiskan. Selanjutnya ada racikan kapsul, racikan kapsul ini
digunakan untuk obat nyeri tenggorokan, flu dan hidung tersumbatnya
ya pak, diminumnya 3x1 kapsul sesudah makan. Dan yang terakhir
bapak diberikan Ranitidin, diminum 2x1 tablet 30 menit sebelum
makan, diminum selama masih mual atau muntah saja.
Pasien Apakah ada efek samping dari obat obat yang saya dapatkan bu?
Apoteker Bapak tidak perlu khawatir, kemungkinan terjadinya efek samping
pasti ada, tapi hal tersebut belum tentu terjadi, hal ini tergantung dari
kondisi tubuh bapak. Dan apabila terjadi efek samping, bapak dapat
mengkonsultasikannya kepada dokter. Nah tadi saya sudah jelaskan
semua obat yang bapak dapatkan, apa masih ada yang ingin ditanyakan
pak?
Pasien Saya rasa tidak ada bu, saya sudah cukup memahami apa yang ibu
jelaskan
Apoteker Baik pak, sebelumnya saya minta izin untuk bapak mengulang kembali
mengenai aturan pakai dari obat yang sudah kita diskusikan tadi untuk
memastikan tidak ada informasi yang belum saya sampaikan
Pasien Jadi, saya mendapatkan 3 macam obat. Yang pertama ada antibiotik
Aclam kaplet, diminumnya 3x1 kaplet sesudah makan dan harus
dihabiskan. Selanjutnya saya diberikan racikan kapsul, racikan kapsul
ini untuk obat nyeri tenggorokan, flu dan hidung tersumbat, diminum
3x1 kapsul sesudah makan. Dan yang terakhir saya diberikan Ranitidin
diminum 2x1 tablet 30 menit sebelum makan bila mual atau muntah.
Begitu yang saya pahami bu
Apoteker Iya betul, sudah tepat sekali pak. Jika keadaan bapak belum juga
membaik namun obat yang diresepkan sudah habis, bapak harus
berkonsultasi kembali dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan
lanjutan.
Pasien Baik bu, terima kasih banyak untuk penjelasannya. Saya izin pamit ya
bu
Apoteker Iya sama sama pak, semoga lekas sembuh ya pak
A 10 70
B 20 20
C 70 10
Pada tabel tersebut dijelaskan bahwa kelas A adalah barang yang memiliki
nilai investasi sekitar 70% dari nilai invetasi total atau berada di urutan teratas pada
daftar yang mengontrol mayoritas total pengeluaran tahunan. Untuk kelas B adalah
barang yang memiliki nilai invetasi sekitar 20% dan merupakan item yang
mengontrol pengeluaran tahunan yang cukup tinggi. Dan untuk kelas C adalah
barang yang memiliki nilai investasi sekitar 10% dan merupakan kelompok yang
menyerap dana rendah dengan jumlah obat yang lebih banyak.
Sementara untuk analisa VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan
dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Untuk metode ini dibagi jadi 3 jenis
seperti pada tabel dibawah ini
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa semua obat dari data yang diperoleh
termasuk dalam golongan E karena antibiotik dan antijamur merupakan obat untuk
terapi kausal.
Untuk pengelompokan obat dengan metode ABC maka diperlukan data obat,
data pemakaian selama 1 tahun, dan data harga satuan jual, kemudian data hitung
sub total, persentase, dan persentase kumulatif. Setelah itu dikelompokkan kelas
ABC dan VEN seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Dimana:
EOQ= Jumlah optimum unit per pesanan
S= Biaya pemesanan
D= Permintaan tahunan dalam unit
H= Biaya penyimpanan per unit
Data dihitung dan diperoleh hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai EOQ atau berapa jumlah
pengadaan obat pada salah satu contoh obat yaitu Sporetik 200 mg adalah 30
tablet, begitu juga untuk obat lainnya.
Bagian ketiga adalah analisa ROP. Analisa ini digunakan untuk menentukan
titik dimana sebuah jenis obat harus ditambah persediaannya. Untuk menghitung
nilai ROP adalah sebagai berikut.
ROP= U x L + SS
Dimana:
𝐷
U = 𝑡
L = 60 hari
SS = SD x Z
̅̅̅̅̅
∑(𝑋−𝑋) 2
SD= √ 𝑁
𝐷
x = 𝑥̅ = 𝑛
Keterangan:
U = Tingkat penggunaan obat perhari
D = Jumlah pakai obat
T = Rata-rata hari kerja (300 hari)
L = Waktu tunggu pemesanan obat (lead time)
SS = Safety stock
SD= Standar deviasi
Z = 2,054 (tingkat kepercayaan 98%)
n = jumlah bulan dalam tahun (12)
X = Pemakaian sesungguhnya
𝑥̅ = Perkiraan Pemakaian
N = Jumlah Data
Untuk setiap item obat memiliki ROP yang bervariasi. Pengadaan obat baru
akan dilakukan jika stok sudah mencapai titik ROP. Seperti pada Sporetik 200 mg
yang memiliki ROP 318 tablet begitu juga dengan obat yang lain. ROP merupakan
cara pengadaan obat dengan mempertimbangkan lead time, safety stock. Lead time
digunakan untuk memperkirakan suatu persediaan sudah habis, sedangkan safety
stock merupakan persediaan pengaman untuk menghindari jika terjadi
permintaaan fluktuatif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) daring yang
dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Kegiatan praktik kefarmasian hendaknya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan etika farmasi yang berlaku
2. Simulasi kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan seperti pengkajian
resep, UDD, pelayanan KIE, analisa dalam pengadaan obat sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan selama PKPA daring yang dilaksanakan, saran yang
dapat disampaikan adalah:
1. Untuk meningkatkan keefektifan dari PKPA ini, sebaiknya PKPA daring
dijalankan langsung oleh pihak rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
100
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit.
Dirjen Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2019. Pedoman Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Dan
Pengendalian Persediaan Obat Di Rumah Sakit, Dirjen Pelayanan Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
LAMPIRAN