Anda di halaman 1dari 7

INTISARI

KESESUAIAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT


DI RSU MAWAR BANJARBARU

Nurul Fithriah1, Rakhmadhan Niah1, Erna Prihandiwati1

Obat high alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadinya kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok obat
high alert diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound
Alike/LASA), elektrolit konsentrasi tinggi dan obat risiko tinggi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert,
dan untuk mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert kategori
obat risiko tinggi, elektrolit konsentrat tinggi dan Look Alike Sound Alike (LASA)
berdasarkan SOP di RSU Mawar Banjarbaru.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental dengan
metode penelitian survey deskriptif. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional,
yaitu penelitian dilakukan pada satu waktu dan satu kali saja. Penelitian dilakukan
pada tanggal 12 April – 17 April 2019 di RSU Mawar Banjarbaru. Teknik sampling
yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Alat penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah lembar observasi. Jumlah keseluruhan obat high alert adalah
(n=118) sampel, terdiri atas obat risiko tinggi (n=44); LASA (n=70); dan elektrolit
konsentrat tinggi (n=4) sampel.
Hasil penelitian menunjukkan persentase kesesuaian penyimpanan berdasarkan
dengan SOP RSU Mawar Banjarbaru sebesar 72,03 % (85). Sedangkan kesesuaian
berdasarkan kategori, obat risiko tinggi sebesar 77,27% (34), LASA (Look Alike
Sound Alike) sebesar 67,14% (47), dan Elektrolit konsentrat tinggi sebesar 100 %
(4).

Kata Kunci: Kesesuaian, Penyimpanan, Obat High Alert, Instalasi Farmasi, Rumah
Sakit Umum
1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat atau sarana penyelenggaraan dalam upaya

kesehatan, salah satunya adalah adanya pelayanan kefarmasian. Pelayanan

kefarmasian merupakan salah satu sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi

pada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat,

dan termasuk juga pelayanan farmasi klinik. Dengan adanya pelayanan

kefarmasian, diharapkan keselamatan pasien akan lebih meningkat, namun tidak

begitu saja harapan tersebut tercapai. Meskipun telah ada berbagai aturan, kejadian

kesalahan pengobatan atau medication error masih saja terjadi. Salah satu faktor

penyebabnya adalah dalam segi pemberian obat, hal ini akan berakibat fatal jika

kita sebagai tenaga kesehatan salah dalam melakukan pemberiannya dan akan lebih

berbahaya lagi jika yang diberikan adalah obat-obat high alert (Kemenkes RI,

2016).

Obat high-alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering

menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang

berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

Kelompok obat high alert diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan

kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look

2
Alike Sound Alike/LASA), elektrolit konsentrasi tinggi dan obat-obat sitostatika (Kemenkes RI,

2016).

Insiden karena larutan elektrolit konsentrat tinggi pernah dilaporkan, beberapa negara

melaporkan kematian karena kekeliruan pemberian larutan elektrolit, misalnya 10 kematian

dalam satu tahun di USA, dan 23 insiden di Kanada. Larutan kalium konsentrat tinggi paling

sering dilaporkan, kesalahan yang terjadi dapat berupa tidak seharusnya diberi atau keliru dalam

mengambil, pemberian dengan dosis yang terlalu tinggi atau terlalu cepat. Dampak yang

ditimbulkan sangat berbahaya dan cepat, yaitu aritmia dan henti jantung (Whardhani, 2017).

Penanganan yang paling efektif untuk obat high alert adalah dengan meningkatkan

proses penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai, dari pemberian label, pemisahan

penyimpanan obat-obat LASA, serta penyimpanan khusus untuk elektrolit konsentrat tinggi.

Untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati, Rumah Sakit secara

kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat

yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit. Kebijakan atau prosedur

tersebut juga mengidentifikasi area mana saja yang boleh menyimpan atau membutuhkan

elektrolit konsentrat, serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silva, dkk (2011) tentang kesalahan dalam

peresepan dan pemberian di Rumah Sakit Brazil disebutkan bahwa terjadi satu atau lebih

kesalahan dalam peresepan, total sebanyak 1.632 kesalahan, ditemukan kesalahan sebanyak 632

(89,6%) dari 705 obat high alert yang diresepkan dan dibagikan/diserahkan. Peneliti juga

mengidentifikasi setidaknya terjadi satu kesalahan pengeluaran dalam setiap pemberian obat-

obat high alert, total sebanyak 1.707 kesalahan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nilasari, dkk (2017) di RS Pondok Indah Jakarta

menunjukkan bahwa kesalahan dalam pemberian obat disebabkan oleh prosedur penyimpanan

obat yang kurang tepat khususnya untuk obat LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obatan

3
yang bentuk/rupanya dan pengucapannya/namanya mirip diletakkan berdekatan. Maka dari itu

sangat penting bagi tenaga kefarmasian untuk mengelola penyimpanan yang sesuai untuk obat-

obat high alert agar meminimalisir kesalahan pada saat pemberian obat high alert.

Rumah Sakit Umum Mawar Banjarbaru merupakan salah satu rumah sakit umum yang

mempunyai cukup banyak obat high alert, kesalahan dalam penyimpanan obat dapat

mengakibatkan hal yang fatal. Saat ini, penyimpanan obat high alert di RSU Mawar masih belum

begitu diperhatikan, sehingga masih terdapat obat-obat high alert yang belum diberi label seperti

lidocain inj, obat-obat LASA yang masih disimpan berdekatan seperti metronidazole infus dan

levofloxacin infus yang memiliki kemiripan dalam bentuk kemasannya, serta penyimpanan

elektrolit konsentrat tinggi yang masih disimpan dalam satu tempat. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian kesesuaian penyimpanan obat–obat High Alert di RSU

Mawar Banjarbaru berdasarkan dengan SOP di RSU Mawar Banjarbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Berapa persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert berdasarkan SOP di RSU

Mawar Banjarbaru?

2. Berapa persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert kategori obat risiko tinggi,

elektrolit konsentrat tinggi dan Look Alike Sound Alike (LASA) berdasarkan SOP di RSU

Mawar Banjarbaru?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert berdasarkan SOP di

RSU Mawar Banjarbaru.

4
2. Untuk mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert kategori obat risiko

tinggi, elektrolit konsentrat tinggi dan Look Alike Sound Alike (LASA) berdasarkan SOP di

RSU Mawar Banjarbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap

kesesuaian penyimpanan obat high alert di RSU Mawar Banjarbaru.

2. Bagi Akademi

Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi dan bahan bacaan bagi mahasiswa/I

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan saran evaluasi

tentang penyimpanan obat high alert di RSU Mawar Banjarbaru.

5
REFERENSI

Aini, Farida Nur., 2014, ‘Gambaran Penyimpanan Obat-obat High Alert Di Instalasi Farmasi
RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo’, Karya Tulis Ilmiah, Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang
Almasdy, Dedy, dkk., 2015, Evaluasi Penggunaan Obat Antidiabetik pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe-2 di Suatu Rumah Sakit Pemerintah Kota Padang-Sumatera Barat, Junal
Sains Farmasi dan Klinis, Vol. 02 No. 01
Aslam, Mohamed, dkk.,2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), PT Elex Media Komputindo,
Jakarta
Asyikin, H. Asyhari., 2018, Studi Implementasi Sistem Penyimpanan Obat Berdasarkan Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Sejati Farma Makassar, Media Farmasi, Vol. XIV.
No.1 : 29-34
Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2018, Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan
Perbekalan Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Jakarta
Bayang, A.T., Pasinringi, S., Sangkala., 2013, Faktor Penyebab Medication Error Di RSUD
Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Departemen Kesehatan RI., 2005, Pharmaceutical care Untyk Penyakit Diabetes Mellitus,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Diana, Lisnawaty., 2016, ‘Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert Di Instalasi Farmasi RSUD
Ulin Banjarmasin’, Karya Tulis Ilmiah, Akademi Faramsi ISFI Banjarmasin
Hermanto, B., Irma, R., Sabtanti, H., 2015, Pengelolaan Obat High Alert Medication Pada
Tahap Distribusi Dan Penyimpanan Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hestiawati., 2015, Profil Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai High Alert Medication Di
RSUP Fatmawati, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Institute for Safe Medication (ISMP). 2018. ISMP’s list High Alert Medication, (Online), diakses
pada 18 Oktober 2018, <http://www.ismp.org>
Julyanti., Gayatri, C., Sri, S., 2017, Evaluasi Penyimpanan Dan Pendistribusian Obat Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Siloam Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, Vol 6 No. 4 :
2302-2493.
Kementrian Kesehatan RI. 2008. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di Instalasi
Farmasi Kabupaten / Kota. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. JICA
2010
Kementerian Kesehatan, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan, 2015, Peredaran, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

6
Kementerian Kesehatan, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Jakarta, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Keselamatn Pasien, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), 2017, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) Edisi 1, Jakarta, Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Nilasari, 2017, Faktor-faktor Yang Berkaitan/Berhubungan Dengan Medication Error Dan
Pengaruhnya Terhadap Patien Safety Yang Rawat Inap Di RS. Pondok Indah-Jakarta
Tahun 2012-201, Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal, Vol. 2, No.1 : 2502-8413.
Pitoyo, A.Z., Tuti, H., Navis, Y., Indah, M., 2016, Kebijakan Sistem Penyimpanan Obat LASA,
Alur Layanan, dan Formulir Untuk Mencegah Dispensing Error, Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. 29, No. 3 : 235-244.
Rumah Sakit Umum Mawar Banjarbaru, 2018, Kebijakan Direktur Tentang Obat Yang Perlu
Diwaspadai (High Alert Medications) No : 006 /MWR/SK-SKP/IX/2018, Banjarbaru,
Rumah Sakit Umum Mawar Banjarbaru
Undang-undang No. 35, 2009., Tentang Narkotika, Presiden Republik Indonesia
Silva et al.,2011, Clinical Science, Concomitant Prescribing And Dispensing Errors at a
Brazilian Hospital : a descriptive study, 66(10):1691-1697
Wardhani, Viera., 2017, Buku Ajar-Manajemen Keselamatan Pasien, UB Press, Malang,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai