Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN DAUN, BIJI, DAN GETAH PEPAYA (Carica papaya L.

)
SEBAGAI BIOPESTISIDA
Husni Ahmad Sidiq
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman buah, berupa herba dari famili
caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat, bahkan
kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman papaya banyak ditanam baik
di daerah tropis maupun subtropis, di daerah basah dan kering, atau di daerah
dataran rendah dan pegunungan. Tanaman pepaya (Carica papaya) berpotensi
sebagai insektisida nabati, disini akan dibahas mengenai daun, biji, dan getah
untuk mengendalikan hama kutu daun, fungi, bakteri, nematoda, dll. Daun
pepaya mengandung senyawa toksik seperti saponin, alkaloid karpain, papain,
flavonoid, biji pepaya mengandung glukosida cacirin dan karpain, yang
berkhasiat untuk membunuh cacing sedangkan getah pepaya mengandung
kelompok enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain dan
menghasilkan senyawa senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan
asam amino nonprotein yang sangat beracun bagi serangga pemakan tumbuhan.
Pembuatan ekstrak daun, biji, dan getah memiliki cara pembuatan yang berbeda
beda. Dalam penggunaannya, ekstrak tersebut dapat dicampur dengan bahan
lain agar meningkatkan efektivitas kinerjanya, seperti campuran ekstrak daun
pepaya dan biji jarak kepyar. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan sebagai racun kontak dan racun perut yang
merupakan produk alam yang ramah lingkungan, mudah terurai di alam, tidak
mencemari ekosistim serta relatif aman terhadap manusia dan ternak.
Kata kunci : Carica papaya, alkaloid, papanin, ekstrasi, biopestisida

PENDAHULUAN

Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)


Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman buah, berupa herba dari
famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat, bahkan

kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman papaya banyak ditanam baik
di daerah tropis maupun subtropis, di daerah basah dan kering, atau di daerah
dataran rendah dan pegunungan. Dalam pengembangan pepaya terdapat
permasalahan antara lain adalah produktivitasntya saat ini yang masih rendah
yaitu antara 30 kg dan 40 kg per pohon (Setiaty 2011).
Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m.
Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun.
Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m - 1.000m dari permukaan laut dan pada
suhu udara 22C-26C. Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik akar,
batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan (Warisno 2003 dalam Pangesti et
al. 2013).
Pertanian organik berupaya dengan alternatif untuk insektisida dengan
menggunakan hama dan penyakit varietas tahan, bio-pestisida, praktek-praktek
budaya, dan penggunaan peradilan insektisida atau sama sekali (Aktar 2010 dalam
Ujjan 2014). Sejak, ekstrak tumbuhan, minyak dan turunan lainnya (tumbuhan)
yang dipelajari untuk aktivitas insektisida. Terutama ekstrak biji pepaya diketahui
sifat insektisida. Senyawa insektisida 'Papain' juga telah dilaporkan dari pepaya
(Konno 2003 dalam Ujjan 2014).
Tanaman pepaya (Carica papaya) berpotensi sebagai insektisida nabati
(Wahyuni 2015). Aktivitas insektisida dari kandungan metabolit sekunder pada
daun dan biji pepaya sifatnya beracun seperti saponin, flavonoid dan triterpenoid.
Flavonoid bekerja sebagai racun perut yang menurunkan larva nafsu makan
karena larva gagal untuk mengenali stimulus makanan, sehingga dari waktu ke
waktu larva akan mati kelaparan (Mohimi et al., 2007 dalam Wahyuni 2015).
Saponin adalah racun yang polar, larut dalam air, dan ketika memasuki tubuh
dalam larva dapat mengakibatkan hemolisis dalam pembuluh darah. Saponin yang
terkandung dalam ekstrak biji pepaya dan menghambat proses metamorfosis,
menghambat pembentukan kulit larva, sehingga mengakibatkan kematian larva
(Sarwar 2009 dalam Wahyuni 2015). Triterpen adalah senyawa toksik akut ketika
diterapkan topikal dan / atau dimasukkan ke dalam air. Triterpenoid menyebabkan
berkurangnya makan dan kematian meningkat (Wahyuni 2015).
Penggunaan ekstrak daun dan ekstrak biji pepaya sebagai larvasida relatif
lebih aman bagi lingkungan karena merupakan bahan alami dan sifatnya tidak
beracun, namun ekstrak daun pepaya menjadi badan air akan mempengaruhi
warna dan rasa. Penggunaan biji pepaya ekstrak relatif tidak berpengaruh pada
warna, tetapi dapat mengubah rasa air, karena ekstrak biji pepaya memiliki warna
lebih terang. Daun pepaya memiliki rasa yang sangat pahit (Wahyuni 2015).

Tanaman pepaya menghasilkan senyawa alami yang terdapat pada daun,


kulit kayu dan ranting jaringan yang memiliki keduanya sangat anti-tumor dan
sifat pestisida (Noriko et al. 2010 dalam Tasneem et al. 2014)
Menurut Tjitrosoepomo (2004) Pangesti et al. (2013), sistematika
tumbuhan pepaya (Carica pepaya L.) berdasarkan taksonominya adalah sebagai
berikut.
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Cistales

Famili

: Caricaceae

Genus

: Carica

Spesies

: Carica pepaya L.

Nama lokal

: Pepaya

Kandungan Bahan Kimia pada Tanaman Pepaya


Daun Tanaman Pepaya
Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung senyawa toksik seperti
saponin, alkaloid karpain, papain, flavonoid. Kandungan daun papaya diantaranya
senyawa papain merupakan racun kontak yang masuk ke dalam tubuh serangga
melalui lubang-lubang alami dari tubuh serangga. Senyawa papain juga bekerja
sebagai racun perut yang masuknya melalui alat mulut pada serangga. Kemudian
cairan tersebut masuk lewat kerongkongan serangga dan selanjutnya masuk
saluran pencernaan yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas makan
(Setiawan dan Oka 2015).
Daun pepaya juga digunakan sebagai insektisida alami terhadap
perkembangan Crocidolomia binotalis pada tanaman sawi (Julaily et al. 2013
dalam Siahaya dan Rumthe 2014).

Gambar 1.1. Struktur Senyawa Papain


Sumber : id.wikipedia.org

Gambar 1.2. Struktur Senyawa Karpain


Sumber : sh.wikipedia.org

Gambar 1.3. Struktur Senyawa Saponin


Sumber : en.wikipedia.org
Biji Tanaman Pepaya
Dalam biji pepaya mengandung senyawa-senyawa steroid. Kandungan biji
dalam buah pepaya kira-kira 14,3 % dari keseluruhan buah pepaya.
Kandungannya berupa asam lemak tak jenuh yang tinggi, yaitu asam oleat dan
palmitat. Selain mengandung asam-asam lemak, biji pepaya diketahui
mengandung senyawa kimia lain seperti golongan golongan fenol, alkaloid,
terpenoid dan saponin. Zat-zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut
bisa berefek sitotoksik, anti androgen atau berefek estrogenik. Alkaloid salah
satunya yang terkandung dalam biji pepaya dapat berefek sitotoksik. Efek
sitotoksik tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme sel spermatogenik
(Satriyasa dan Pangkahila 2010 dalam Pangesti et al. 2013).

Menurut Rukmana (1995) dalam Amin (2010), Biji papaya dapat


dimanfaatkan, karena biji pepaya mengandung glukosida cacirin dan karpain,
yang berkhasiat untuk membunuh cacing. Selain itu pepaya juga mengandung
papain dan karposit yang merupakan bahan yang mengandung enzim proteolitik
yang berguna untuk melunakkan daging. Papain pada pepaya ini bersifat
antihelmentik yang dapat merusak protein tubuh cacing.
Menurut Mehidyastuti (2012) dalam Supono et al. (2015) ekstrak biji
pepaya (Carica papaya L.) dapat menyebabkan kematian larva A. aegypti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mortalitas larva nyamuk A. aegypti
menggunakan limbah biji karika.
Sehana (2004) dalam Amin (2010), melaporkan bahwa pada uji in vitro
yang dilakukan dengan menggunakan konsentrasi bubuk biji pepaya 0; 0,05; 0,1;
0,5; dan 1,0% terbukti efektif menyebabkan Meloidogyne spp. Inaktif dan
mengalami mortalitas yang tinggi. Tingkat inaktifitas dan mortalitas tertinggi
diperoleh pada perlakuan 1%, yaitu masing-masing 66,8% dan 79,3%, 24 dan 48
jam setelah aplikasi.
Sementara Ilmi (2004) dalam Amin (2010), melaporkan bahwa pada uji in
vivo perlakuan bubuk biji pepaya tidak memberikan pengaruh yang nyata didalam
mengendalikan serangan nematoda Meloidogyne spp.
Getah Tanaman Pepaya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Konno (2004) dalam Julaily et
al. (2013), getah pepaya mengandung kelompok enzim sistein protease seperti
papain dan kimopapain. Getah pepaya juga menghasilkan senyawa senyawa
golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino nonprotein yang sangat
beracun bagi serangga pemakan tumbuhan. Adanya kandungan senyawa
senyawa kimia di dalam tanaman pepaya yang terkandung dapat mematikan
organisme pengganggu.
Menurut Purnomo dan Amalia (2007) dalam Ardini et al. (2014) getah yang
diperoleh dari buah pepaya yang berusia 2 sampai 3 bulan dikenal sebagai papain
atau lebih dikenal dengan sebutan enzim proteolitik. Miller dan Strickler (1984)
dalam Purnomo dan Amalia (2007) menambahkan bahwa getah yang dihasilkan
tumbuhan dapat bersifat toksik dan mampu sebagai penolak makan pada serangga.
Dalam penelitian Macalood et al. (2013) dilaporkan bahwa olahan Carica
papaya dapat digunakan secara efisien dalam membakar jaringan dan infeksi
mikroba / cacing. Hal ini dapat juga digunakan sebagai insektisida / kegiatan
molluscicidal terhadap berbagai hama. pepaya mengandung sel-sel khusus
(latisifer) tersebar di sebagian besar jaringan dan mengeluarkan "lateks".

Konno et al. (2004) dalam Siahaya dan Rumthe (2014) melaporkan, bahwa
getah pepaya (Carica papaya) mengandung kelompok enzim sistein protease
seperti papain dan kimopapain, serta menghasilkan senyawasenyawa golongan
alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino yang sangat beracun bagi serangga
pemakan tumbuhan.
Getah pepaya berpotensi sebagai perlindungan dari berbagai macam hama
seperti serangga herviborus, moluska, jamur, dan hama lainnya yang merusak
pertanian (Moussaoui et al. 2001)
Bukti eksperimental telah menunjukkan bahwa getah pepaya berkontribusi
dalam perlindungan terhadap predator baik secara mekanis atau kimia (Moussaoui
et al. 2001 dalam Macalood et al. 2014). Misalnya, sebagai akibat dari koagulasi,
tetesan lateks dapat akhirnya mengeras ke titik hampir membungkam predator
(Dussourd dan Eisner 1987 dalam Macalood et al. 2014).

GAGASAN KHUSUS
Kondisi Kekinian
Pestisida merupakan substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Bagi petani jenis hama yaitu tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, dan
virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
Pada saat ini penggunaan pestisida sintetik (kimia) sudah mengkhawatirkan
dan perlu dibatasi karena mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Apalagi sejak krisis moneter, harga pestisida sintetik meningkat drastis
sampai 300% sehingga hal ini sekaligus meningkatkan biaya produksi.
Pemakaian pestisida sintetis dapat meninggalkan efek residu bahan kimia
pada hasil pertanian yang kurang baik bagi kesehatan. Selain itu aplikasi pestisida
sintetis yang terus menerus menyebabkan resistensi hama, resurgensi hama,
timbulnya hama sekunder, matinya musuh alami dan pencemaraan lingkungan.
Penggunaan pestisida sintetis yang dinilai praktis untuk mengendalikan serangan
hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi
penggunanya sendiri. Oleh karena itu, alternatif yang perlu dikembangkan adalah
pestisida nabati (pestisida botani).

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan
sebagai racun kontak dan racun perut yang merupakan produk alam yang ramah
lingkungan, mudah terurai di alam, tidak mencemari ekosistim serta relatif aman
terhadap manusia dan ternak. Penggunaan biopestisida ini juga dapat mengurangi
residu beracun pada produk palawija dan sayuran organik sehingga aman untuk
dikonsumsi.
Tanaman dapat memberikan jalan alternatif untuk penggunaan pestisida
masa kini dalam hal kontrol hama karena pada banyak tanaman terdapat bahan
kimia bioaktif (Tasneem et al. 2014)
Atas kelimpahan dan kekayaan keanekaragaman hayati di negara
indonesia, banyak sekali tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk pestisida
alami. Salah satunya adalah tanaman Pepaya atau Carica papaya yang ternyata
daun, biji, maupun getahnya dapat digunakan sebagai pestisida alami.
Cara Mengekstrasi Daun, Biji, dan Getah Carica papaya Menjadi Pestisida
Nabati
Dalam penelitian Julaily et al., (2013), Daun pepaya 2,5 kg dipotong
kecilkecil kemudian diblender hingga halus dan direndam di dalam 100 mL air
yang telah dicampur dengan 0,1 g rinso selama 24 jam. Hasil perendaman disaring
dengan kain halus untuk memperoleh ekstrak daun pepaya 100%. Selanjutnya
ekstrak diencerkan dengan akuades sesuai konsentrasi yang digunakan. Ekstrak
daun tersebut dapat digunakan untuk pengendalian hama pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.)
Pembuatan larutan daun pepaya menurut Kardinan (2001) dalam Setiawan
dan Oka (2015) :
a.
b.
c.

Blender dari tiap dosis daun pepaya yang akan digunakan yang sudah
dipotong kecil-kecil.
Endapkan larutan yang telah jadi selama sehari semalam (24 jam).
Keesokan harinya larutan disaring dengan penyaring.

Ekstrak daun tersebut dapat digunakan untuk pengendalian hama kutu daun pada
tanaman kacang panjang.
Dalam penelitian Amin (2010), Biji buah pepaya (varietas Mas) yang masak
diambil lalu dipisahkan dari daging dan serat buah pepaya, kemudian dicuci
bersih. Setelah itu biji pepaya dikeringkan selama kurang lebih lima hari sebelum
dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian diayak. Untuk mendapatkan
konsentrasi yang diinginkan maka bubuk biji pepaya tersebut ditimbang dengan
berat 2, 4, dan 5 g setelah itu masing-masing dilarutkan dalam 100 ml aquades.

Ekstrak biji tersebut dapat digunakan untuk mengatasi serangan nematoda


Meloidogyne spp. pada tanaman tomat
Dalam penelitian Supono et al. (2015), Pembuatan serbuk biji karika. Biji
dipisahkan dari daging buah, dikumpulkan dan dikeringanginkan. Kemudian
diblender hingga berbentuk serbuk dan disimpan di wadah tertutup. Ekstraksi biji
karika Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan
pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70% yang masing-masing bersifat non
polar, semi polar, dan polar. Serbuk biji karika 550 g dilarutkan dalam nheksana
hingga terendam semua (2 liter), dikocok, dibiarkan selama 24 jam. Ekstrak
disaring untuk diambil filtratnya. Ampas dilarutkan ke dalam pelarut etil asetat
hingga terendam semua (2 liter), dikocok, dibiarkan selama 24 jam dan ekstrak
disaring untuk diambil filtratnya. Ampas yang tersisa dilarutkan dengan pelarut
etanol 70% sampai terendam semua ( 2 liter), dikocok, dibiarkan selama 24 jam
dan ekstrak disaring untuk diambil filtratnya. Masing-masing filtrat yang didapat
dipekatkanengan cara dievaporasi pada suhu 50C hingga diperoleh ekstrak cair.
Ekstrak diuapkan untuk menghilangkan pelarut dan diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental kemudian disimpan dalam suhu 4C. Ekstrak biji karika tersebut
dapat digunakan sebagai Biokontrol larva nyamuk Aedes aegypti.
Dalam penelitian Ardini et al. (2014), Getah buah tanaman pepaya dari buah
berusia 2,53 bulan diambil dan disadap menggunakan cutter dengan mata cutter
hanya 2 mm dari pegangan cutter. Getah buah tanaman pepaya hasil sadapan
masih mengandung molekul pro-papain yang memiliki ikatan disulfida agar
molekul papain aktif perlu memutuskan ikatan disulfida menggunakan NaHSO3
dan NaCl. Hasil pencampuran ini disaring dengan corong berisi kertas saring,
kemudian hasil saringan dikeringkan dengan dijemur. Penjemuran dapat
dilakukan 1 hingga 3 hari bergantung panas matahari, kemudian diperoleh padatan
berwarna putih kekuningkuningan. Ekstrak getah tersebut dapat digunakan untuk
menurunkan serangan Begomovirus terhadap tanaman cabai merah.
Upaya Promotif Pestisida Alami dari Tanaman Carica papaya
Sejalan dengan program pemerintah dalam hal perlindungan tanaman
menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu sesuai dengan Inpres No. 3
Tahun 1998, maka alternatif yang perlu dikembangkan adalah pestisida nabati
(pestisida botani) yang merupakan produk alam yang ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan residu (Siahaya dan Rumthe 2014).
Upaya promotif dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya
dengan mensosialisasikan kepada masyarakat, seperti yang dilakukan oleh
Prehatin Trirahayu Ningrum, Rahayu Sri Pujiati, Ellyke,dan Anita Dewi M yang
berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember melakuakan

Seminar Nasional dengan tema Prosiding Seminar Nasional Current Challenges


in Drug Use and Development dengan Judul Materi Rendaman Daun Pepaya
(Carica papaya) sebagai Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama Ulat Grayak
(Spodoptera litura) pada Tanaman Cabai. Diselenggarakan Oleh Fakultas
Farmasi Universitasn Jember di Hotel Aston, 28 November 2015.
Selain dengan seminar, cara lain adalah dengan mengajukan PKM-K
tentang pemanfaatan tanaman pepaya sebagai biopestisida yang nantinya produk
kreatifitas tersebut akan dijual secara tersebar dan dikenal baik oleh para petani
dan yang paling penting dijual dengan harga yang sangat terangku, sehingga
petani lebih memilih biopestisida yang berasal dari bahan tanaman pepaya.
Cara selanjutnya adalah dengan dukungan penuh dari pemerintah atas
kesadarannya menghadapi kenyataan bahwa penggunaan pestisida sintesis dapat
merusak lingkungan, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan
pengedaran pestisida sintesis di pasar dan meninggikan pajak bagi prosdusen
pestisida sintesis akibatnya tentu akan menjerat produesen pestisida sintesis dan
akhirnya bisa jadi tren pestisida semakin berkembang dalam biopestisida.
Sebagian cara tersebut menurut saya dapat membuat masyarakat lebih
mengenal tanaman pepaya yang berpotensi sebagai pestisida nabati dan membuat
masyarakat yang tadinya memakai pestisida sintesis beralih menggunakan
pestisida alami dari tanaman pepaya yang lebih aman.
Upaya Preventif Pestisida Alami dari Tanaman Carica Papaya
Penggunaan suatu biopestisida tetaplah selalu ada kelebihan dan
kekurangan nya. Karena itu, penyempurnaan dan inovasi harus terus berkembang
dan diupayakan. Suatu pestisida alami dapat bekerja lebih efektif ketika diberi
tambahan bahan atau zat lain yang mendukung daya racun pestisida alami dalam
mengatasi serangan hama. Dalam penelitian Sayuthi et al. (2014) dilaporkan
bahwa campuran ekstrak daun pepaya dan biji jarak kepyar efektif membasmi
hama Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Tanaman Brokoli.
Campuran beberapa senyawa aktif dari tumbuhan dapat berdampak
sinergis, antagonis dan netral (Prijono 2003 dalam Sayuthi et al. 2014). Untuk
meningkatkan keefektifan terhadap penggunaan insektisida, petani sering
mencampur beberapa jenis insektisida pada saat aplikasi. Penggunaan insektisida
dalam bentuk campuran telah direkomendasi karena lebih efisien, dosis yang
digunakan lebih rendah dibanding penggunaan dosis insektisida secara terpisah.
(Yuswanti dan Prijono 2004 dalam Sayuthi et al. 2014)
Upaya preventif ini dilakukan dengan cara mengekstraksi Daun pepaya
dengan biji jarak kepyar yaitu, daun pepaya dibersihkan, dirajang hingga halus
dan dikeringanginkan serta ditimbang sebanyak 2 kg, kemudian direndam dalam

pelarut metanol 70 % selama 48 jam dan diaduk selama 15 menit setiap hari
(Prijono 2003 Sayuthi et al. 2014). Hasil rendaman disaring dengan corong
burman dan dialasi kertas Whatman. Filtrat yang dihasilkan diuapkan dalam
rotary evaporator agar menghasilkan larutan jadi dalam bentuk gel atau fraksi
kasar. Biji jarak kepyar dikupas dan proses untuk menghasilkan fraksi kasar
seperti prosedur pada ekstrak daun pepaya dan biji jarak kepyar (Sayuthi et al.
2014).

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Nur. 2010. Pengaruh Perlakuan Bubuk Biji Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Serangan Nematoda Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat. J.
Fitomedika, 7 (1), 9 14
Ardini, S.P., M. Ibrahim, dan G. Trimulyono. 2014. Efektivitas Pemberian Getah
Pepaya (Carica papaya) pada Tanaman Cabai Merah terhadap Penurunan
Serangan Begomovirus. LenteraBio, 3(3), 198 203
Julaily, N., Mukarlina, dan T.R. Setyawati. 2013. Pengendalian Hama pada
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya
(Carica papaya L.). Jurnal Probiont, 2(3), 171 175
Macalood, J.S., H.J. Vicente, R.D. Boniao, Jessie G, Gorospe, and E.C. Roa.
Chemical Analysis of Carica papaya L. Crude Latex. American Journal of
Plant Sciences, 4, 1941-1948
Macalood, J.S., H.J. Vicente, R.D. Boniao, Jessie G, Gorospe, and E.C. Roa.
2014. Revisiting Carica Papaya L. Latex Potentials May Resolve
Agricultural Infestation Problems. INTERNATIONAL JOURNAL OF
SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH, 3(1), 95 98
Nechiyana, A. Sutikno, D. Salbiah. 2011. Penggunaan Ekstrak Daun Pepaya
(Carica papaya L.) Untuk Mengendalikan Hama Kutu Daun (Aphis gossypii
glover) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Unri, 1 10
Ningrum P.T., R.S. Pujiati, Ellyke, A. Dewi M. 2015. Rendaman Daun Pepaya
(Carica papaya) sebagai Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama Ulat
Grayak (Spodoptera litura) pada Tanaman Cabai. Universitas Jember, 80
87
Pangesti, Tika, I.N. Fitriani, F. Ekaputra, dan A. Hermawan. 2013. Sweet Papaya
Seed Candy Antibacterial Escherichia coli Candy. PELITA, 8(2), 156
163
Sayuthi, Muhammad, Hasnah dan S. Jannah. 2014. Ekstrak Daun Pepaya dan Biji
Jarak Kepyar Berpotensi sebagai Insektisida terhadap Hama Crocidolomia

pavonana (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Brokoli, Jurnal Biologi


Edukasi Edisi 13, 6(2), 78 82
Setiaty, E.D. 2011. Produksi Buah Pepaya Varietas Callina (Carica papaya L.)
pada Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik di Tanah Ultisol. UNSRI, 1
8
Setiawan, H., dan A.A. Oka. 2015. Pengaruh Variasi Dosis Larutan Daun Pepaya
(Carica papaya L.) Terhadap Mortalitas Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) sebagai
Sumber Belajar Biologi. BIOEDUKASI, 6(1), 54 62
Siahaya V.G., dan R.Y. Rumthe. 2014. Uji Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)
Terhadap Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae). Agrologia, 3(2), 75
131
Supono, Sugiyarto, A. Susilowati, S. Purwantisari, dan F.N. Kurniawati. 2015.
Biokontrol Larva Nyamuk Aedes aegypti Menggunakan Limbah Biji Karika
(Vasconcellea pubescens). PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1(5),
1127 1131
Tasneem, S., S.H. Kauser, and R. Yasmeen. Toxicity of two biopesticidal plants
aqueous leaf extracts to Oreochromis mossambicus histopathology of gill,
liver and intestine. Jbiopest, 7(2), 124-131
Ujjan, A.A., M. Khanzada, and S. Shahzad. Insecticide and Papaya Leaf Extract
Toxicity to Mustard Aphid (Lipaphis Erysimi Kal.). JAAS Journal, 2 (2), 45
48
Wahyuni, Dwi. 2014. New Bioinsecticide Granules Toxin from Ectract of Papaya
(Carica papaya) Seed and leaf Modified Against Aedes aegypti larvae.
Procedia Environmental Sciences 23 ( 2015 ) 323 328

Anda mungkin juga menyukai