Anda di halaman 1dari 25

Tugas Kelompok

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

TANAMAN CABAI

Disusun oleh :
KELOMPOK 5 KELAS F
Evi Tamala (

Nur Amalia

Rizki Asmi N

Rufaidah Alimuddin

Yusran Yahya

Pandji Pramulyo H

Andi Muh Irvanto Aniryah (G11116533)

Andi Tenri Ola (G11116201)

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Hama dan Penyakit Tanaman Cabai”
untuk pembaca.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Hama dan
Penyakit Tanaman Pisang ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Penyusun

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 Tanaman Cabai........................................................................................... 2
2.2 Hama Tanaman Cabai ................................................................................ 7
2.3 Penyakit Tanaman Cabai ........................................................................... 10
III. PENUTUP ................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabai termasuk tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh
masyaraka petani di indonesia. Selain sebagai penambah cita rasaa dalam masakan
atau sebagai sayuran, buah yang satu ini juga memiliki manfaat kesehatan. Salah
satunya adalah mencegah penyakit kangker karena dalam buah cabai terdapat
kandungan lasparaginase dan capcaicin. Selain itu kandungan vitamin c pada cabai
cukup tinggi dapat mencegah kekurangan vitamin c sepeerti penyakit sariawan,
meskipun memiliki banyak manfaat tetapi harus dikonsumsi secukupnya saja
untuk mencegah nyeri lambung (Prajanata, 2008)
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, permintaan pasokan cabai
dimasyarakat kian meningkat. Dengan demikian peluang keuntungan budi daya
cabai sangat menjanjikan. Tidak hanya untuk pasar lokal tetapi juga untuk pasar
ekspor. Untuk me ningkatkan hasil produksi cabai rawitnya, para petani berusaha
mengatasi kendala kendala yang dapat mengakibatkan gagal panen dengan cara
melakukan pemupukan secara teratur, melakukan pengendalian hama dan penyakit
misalnya dengan sistem kultivar. Pupuk memiliki peran yang sangat penting dalam
menunjang pertumbuhan, ataupun produktifitas tanaman. Karena dapat
menyediakan zat hara bagi tanaman lebih cepat dan dengan konsentrasi yang
tinggi. akan tetapi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah yang tinggi dan
pemakaian jangka panjang akan merusak struktur tanah. Pupuk kimia juga sering
mengalami kelangkaan sehingga harganya melonjak tinggi (Santika, 2008).
Dalam melakukan budidaya cabai perlu dilakukan pada lahan yang sesuai
dengan sifat tanaman, penanaman cabai membutuhkan lahan yang luas. Akan
tetapi seiring dengan laju pertumbuhan penduduk lahan prertanian kian menyempit
hal ini dikarnakan banyak lahan dialih fungsikan mejadi pemukiman penduduk
sehingga berpengaruh pada bidang budidaya tanaman. agar dapat menghasilkan
hasil yang optimal, serta harus mengamati kondisi cuaca, karena jika pada musim
hujan penyakit penyakit mudah menyerang tanaman cabai. Salah satu kendaka

1
dalam budidaya cabai adalah adanya gangguan penyakit yang menyerang mulai
dari tanaman disemai sampai tanaman menghasilkan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui cara budidaya, hama dan
penyakit tanaman cabai.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Cabai
Cabai atau lombok termasuk dalam jenis tanaman terong-terongan atau
solanaceae dan merupakan tumbuhan yang mudah ditanam pada daerah dataran
rendah dan juga pada daerah dataran tinggi. Tanaman cabai memiliki banyak
kandungan vitamin A dan vitamin C serta terdapat kandungan minyak atsiri
capsaicin yang dapat memberikan rasa pedas serta memberikan rasa hangat atau
panas ketika dicampurkan dengan rempah-rempah atau bumbu dapur yang lain
beserta dengan lauk pauknya.
Cabai memiliki nama latin capsicum annum L yang merupakan salah satu
komoditas sayuran dan banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia
karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi serta memiliki beberapa manfaat
bagi kesehatan manusia salah satunya yakni zat capsaicin yang berfungsi untuk
mengendalikan penyakit kanker.
Buah ini bisa digolongkan dalam jenis sayur ataupun bumbu tergantung
dari kebutuhan dan selera. Didaerah tropis cabai tumbuh sebagai tumbuhan
tahunan, sedangkan pada daerah subtropis cabai tergolong sebagai tumbuhan
semusim. Tumbuhan berbentuk perdu ini berasal dari Dunia Baru atau negara
Meksiko dan Amerika Tengah, serta wilayah Andes yang ada diwilayah Amerika
Selatan.
Klasifikasi ilmiah tanaman cabai ini, antara lain sebagai berikut;
Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatofita

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledon

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L

3
2.1.1 Manfaat Cabai
Tanaman cabai termasuk tanaman yang multi guna. Bisa untuk bahan
memasak, dan bisa juga untuk bahan obat-obatan. Untuk contoh, daunnya cukup
ampuh mengobati luka (obat luar). Buahnya, yang kandungan gizinya cukup
tinggi itu, merupakan bahan ramuan obat. Bisa membantu kerja pencernaan;
mencegah kebutaan; dan menyembuhkan sakit tenggorakan.
Sekarang ini, di mata dunia industri pengolahan, cabai memang sudah
menjadi salah satu bahan utama pembuatan saus sambal hijau, saus sambal merah,
bubuk cabe, dan bahan masakan lainnya. Sedangkan dalam dunia industri farmasi,
cabai merupakan salah satu bahan campuran untuk pembuatan balsem, inhaler,
dan permen pengganti rokok. Bubuk cabai juga bisa dimanfaatkan sebagai
pengganti fungsi lada yang bisa memancing selera makan. Sedangkan ekstraksi
bubuk cabai digunakan dalam pembuatan minuman ginger beer.
Selain kegunaan tersebut, bubuk cabai pun dapat dijadikan sebagai bahan
obat penenang. Sementara kandungan bioflavonoids yang ada di dalamnya, selain
dapat menyembuhkan radang akibat udara dingin, juga dapat menyembuhkan
polio.Cabai pun juga dimanfaatkan para pecinta burung ocehan dan burung hias.
Rupanya, kandungan capsaicin mampu mempertajam lidah burung ocehan dan
memperindah bulu burung hias. Bubuk cabai yang dicampurkan ke pakan ayam,
bisa merangsang ayam yang enggan bertelur menjadi rajin bertelur.
Selain mengandung capsaicin,cabai pun mengandung semacam minyak
asiri, yaitu capsicol. Minyak asiri ini dapat dimanfaatkan untuk menggantikan
fungsi minyak kayu putih. Konon minyak ini dapat mengurangi rasa pegal,
rematik, sesak napas, dan gatal gatal. Sedangkan capsaicin tidak hanya membuat
cabai pedas rasanya melainkan juga memiliki efek anti penumbuhan sel kanker.
Berikut beberapa keuntungan mengonsumsi cabai :
 Bermanfaat untuk kesehatan mata dan memperhalus kulit
 Menjaga tubuh dari kemungkinan infeksi
 Membantu mencarlkan peredaran terutama bagi penderita tekanan darah
rendah
 Memiliki efek pelancar dan baik untuk mengatasi sembelit.
 Mengurangi rasa sakit, merangsang produksi ‘neurotransmitter’ dalam otak

4
 Bagus dikonsumsi penderita diabetes
 Membantu melunturkan lemak secara pelan dalam usus
 Membantu mengatasi obesitas
 Kandunan betacarotene, capsaicin, vitamin A dan vitamin C, ampuh
untukmenjaga kesehatan dan mengatasi impotensi.

2.1.2 Syarat Tumbuh


a) Iklim
Tanaman cabai rawit tumbuh di tanah dataran rendah sampai menengah. Untuk
tumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari
sekurang- kurangnya selama 10 -12 jam. Suhu yang paling ideal untuk
perkecambahan benih cabai adalah 25 30 0C, sedangkan untuk pertumbuhannya
24- 28 0C
b) Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran
tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
c) Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga
memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu
800-2000 mm/tahun.
d) Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun
suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam
hari 130C-160C untuk kelembaban tanaman 80%.
e) Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin yang berhebus perlahan,
angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkan oleh tanaman cabai rawit.
f) Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl.
Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m
dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu
berproduksi secara maksimal.

5
2.1.3 Teknik budidaya tanaman cabai

a. Pembibitan
Cabai terdapat banyak varietas seperti cabai keriting, cabai rawit dan cabai
hias. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam budidaya cabai adalah
pemilihan benih dan pembibitan, kriteria benih yang baik digunakan sebagai bibit
adalah benih berasal dari pohon yang sehat dalam artian, tanaman induk yang akan
diambil buahnya sebagai bibit tidak terserang hama dan penyakit. Selain itu benih
yang dipakai harus benih yang bernas atau berisi serta ukuran benihnya seragam.
Kebutuhan benih setiap hektar adalah sekitar 150–300 gram dengan daya tumbuh
lebih dari 90 gram. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan media semai berupa
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Dengan ketinggian media
semai sekitar 20 cm dan panjang 1m. Sebaiknya pada persemaian diberi naungan
berupa alang alang atau daun lain agar bibit yang masih muda tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Selanjutnya benih disebar pada media semai yang sudah
dibuat secara merata kemudian ditutup dengan tanah tipis. Agar benih cepat
tumbuh perlu dilakukan penyiraman.
b. Penyiapan Lahan

Tanaman cabai mudah tumbuh hampir oppada seluruh lahan pertanian yang
tanaman lain dapat hidup. Namun agar tanaman dapat tumbuh dengan subur dan
menghasilkan buah yang baik, perlu dicari lahan yang subur untuk melakukan
budidaya. Keriteria tanah yang bagus untu budidaya cabai adalah gembur, kaya
bahan organik, tidak berair atau becek,dan memiliki ph sekitar 5–6,8.(Rukman
1994). Tanah pada lahan yangh akan ditanami dibersihkan dari rumput kemudian
digemburkan bisa dengan cara dicangkul atau dibajak dengan traktor. Ssetelah
tanah digemburkan selanjutnya dibuat bedengan dengan arah dari timur kebarat
agatr sseluruh tanaman nantinya mendapat sinar matahari secara merata. Ukuran
bedengsan biasanya dibuat dengan lebar sekitar 100–150 cm dan panjangnya
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.

c. Pemasangan Mulsa

6
Setelah terbentuk bedengan, selanjutnya dipasang mulsa hitam perak pengan
posisi warna perak diatas agar dapat memantulkan sinar matahari sehingga hama
yang bersembunyi dibawah daun akan pergi. Sebaiknya pemasangan mulsa
dilakukan pada siang hari pada saat matahari terik agar mulsa tidak mudah sobek
ketika ditarik. Cara pemasanganya adalah dengan cara menarik kedua ujung
memanjang di atas bedengan, lalu pasang pasak dari bambu berbentuk u pada sisi
kanan dan kiri bedengan. Jika mulsa sudah terpasang, Lubangi mulsa yang telah
terpasang dengan menggunakan potongan kaleng yang tajam dengan cara ditekan,
kemudian buat lubang tanam pada mulsa yang sudah dilubangi. Jarak pembuatan
lubang tam adalah 60x70 atau 70x70 cm (Rukmana, 1994)
d. Penanaman

Penanaman bibit tanaman cabai sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari.
Karena jika dilakukan pada siang hari, tanaman akan layu karena bibit masih
lemah dan perlu penyesuaian dengan suhu panas secara bertahap. Bibit yang
ditanam sebaiknya bibit yang telah berumur 17–23 hari atau telah memiliki jumlah
daun sebanyak 2–4 helai. Cara penanamanya adalah dengan mengambil bibit dari
tempat persemaia, pengambilan bibit dilakukan secara hati hati. Dengan
mencongkel media semai menggunakan solel agar akar tanaman muda tidak rusak,
pada waktu menanam usahakan akar tunggang tanaman jangan sampai patah
ataupun membengkok. Pada bedengan yang akan ditanami dibuat lubang tanam
sesuai dengan panjang akar tanaman, kemudian beri pupuk dasar dan tanam
tanaman pada lubang tersebut. Setelah ditanam, Sebaiknya tanaman segera
duisiram dan diberi penutup seperti pelepah pisang atau daun daun lainya untuk
mencegah layu yang dapat menyebabkan tanaman mati (Pracaya, 1993)
e. Pemeliharaan

Pada fase awal pertumbuhan atau tanaman masih dalam tahap penyesuaia diri
dengan lingkungan baru. Penyiraman tanaman perlu dilakukan secara rutin setiap
hari, terutama pada musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat serta
perakaranya dalam , tanaman cukup disiram tiga hari sekali. Bila terdapat banyak
gulma perlu dilakukan penyiangan, agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman
kelamaan tanaman akan menjadi kurus dan kerdil. Salah satu penyebab gagal
panen atau penurunan hasil panen adalah adanya serangan hama dan

7
penyakit,salah satu penyakit yang sering menyebabkan cabai rontok adalah
penyakit busuk buah. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian, pengendalian yang
banyak dilakukan adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida. Agar
tanaman dapat tumbuh dengan maksimal dan dapat menghasilkan, perlu dilakukan
pembuangan tunas air, pembuangan tunas air bertujuan untuk mengurangi
pertummbuhan vegetatif agar tanaman tidak terlalu rimbun, serta menghambat
pertumbuhan tinggi tanaman agar mempermudah dalam perawatan serta
pemanenan. Pembuangan tunas air juga bertujuan untuk mengurangi kelembaban
disekitar tanaman , dengan demikian pertumbuhan cendawan akanberkurang serta
meningkatkan pertumbuhan generatif (Pracaya 1993)
f. Pemupukan
Agar tanaman cabai dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah
yang berkualitas pelu dilakukan pemupukan Pada waktu yang tepat serta, serta
dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang baik sesuai
dengan jenis pupuknya. Karena pupuk merupakan nutrisi yang sangat penting
dalam pertumbuhan tanaman. Pemupukan pertama dilakukan ketika tanaman
berusia satu minggu pertama, yaitu dengan pupuk kandang yang ditaruh pada
lubang tanam dengan dosis 1ton per hektar atau dapat juga dengan cara ditugal
pada samping tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berusia
sekitar tiga bulan, cara pemupukanya adalah dengan mencampurkan pupuk NPK,
KNO putih, urea serta TSP. Dengan perbandingan 4:1:1:1:1, sehingga total semua
8kg kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 250 liter kemudian dikocorkan pada
perakaran tanaman cabai dengan dosis 250 ml per tanaman. Untuk pemupukan
tanaman setelah 3 bulan lebih. Dapat menggunakan pupiuk campuran yang sama
pada pemupukan saat tanaman berumur 1 bulan, hanya saja jumlah dosisnya yang
ditambah 2:3:8:2, dan dilarutkan dengan air sebanyak 250 liter kemudian
disiramkan pada perakaran tanaman dengan dosis 250 ml per tanaman,
pemiupukan ini daopat dilakukan setiap dua minggu sekali.
g. Panen

Jika tanaman dirawat dengan baik biasanya sudah dapat dipanen pada usia 4
bulan , pemanenan dapat dilakukan sebanyak 2 kali seminggu. kriteria buah yang
sudah siap panen adalah buah yang bener bener tua. biasanya ditandai dengan biji

8
yang padat, berisi dan apabila ditekan buahnya keras, buahnya berwarna hijau tua
atau hijau kemerah merahan. Biasanya pemanenean oleh petani dimajukan atau
diundur beberapa hari tergantung waktu harga yang sedang tinggi. Memanenanya
dilakukan dengan cara memetik tangkai buah secara hati hati agar percabangan dan
calon bunga tidak patah atau rusak. Panen dapat dilakukan sampai tanaman
berumur 2–3 tahun dengan jumlah panen sampai 96 kali. Pada umumnya sawat
panen pertama hanya menghasilkan cabai sedikit kemudian pada panen berikutnya
bertambah terus sampai mencapai puncaknya dan selanjutnya akan semaki
berkurang hingga akhirnya tanaman mati.

2.2 Hama Tanaman Cabai

2.2.1 Thrips ( Thrips parvispinus Karny) (Thripidae:Thysanoptera)

Gambar. Gejala serangan Thrips


Gejala serangan :
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah
daun (terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak
keperak - perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga,
mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan
daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor,
pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi
mati.
Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada
musim kemarau perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi
sedangkan pada musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak
thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan.

9
Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang
merah, bawang daun, jenis bawang lainnya dan tomat, sedangkan tanaman inang
lainnya tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari
famili Crusiferae, Crotalaria dan kacang-kacangan.
Cara Pengendalian :
 Menggunakan tanaman perangkap seperti kenikir kuning.

 Menggunakan mulsa perak

 Sanitasi lingkungan dan pemotongan bagian tanaman yang terserang thrips.

 Penggunaan perangkap warna kuning sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per
500 m2 yang dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu. Perangkap dapat
dibuat dari potongan bambu yang dipasang plastik map warna kuning. Plastik
diolesi dengan lem agar thrips yang tertarik menempel. Apabila plastik sudah
penuh dengan thrips maka plastik perlu diganti.

 Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk mengendalikan hama thrips,


antara lain predator kumbang Coccinellidae, tungau, predator
larva Chrysopidae, kepik Anthocoridae dan patogen Entomophthora sp

Gambar. Perangkap Warna Kuning

 Pestisida digunakan apabila populasi hama atau kerusakan tanaman telah


mencapai ambang pengendalian (serangan mencapai lebih atau sama dengan
15% per tanaman contoh) atau cara-cara pengendalian lainnya tidak dapat
menekan populasi hama.

10
2.2.2 Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Gambar. Gejala Serangan Lalat Buah

Gejala serangan :
Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda
maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan
kemudian jatuh ke tanah. Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian
pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena aktifitas lalat buah
dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan menetas
dan berkembang di dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah
menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna kuning pucat dan
layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun dan tidak layak
untuk dipasarkan.
Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan
ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang
terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.
Pengendalian:
 Pemusnahan buah terserang

 Pembungkusan buah

 Pengggunaan perangkap atraktan metil eugenol (ME) atau petrogenol


sebanyak 1 ml/perangkap. Jumlah perangkap yang dibutuhkan 40 buah/Ha.
Perangkap dipasang pada saat tanaman berumur 2 minggu sampai akhir panen
dan atraktan diganti setiap 2 minggu sekali.

 Rotasi tanaman

11
 Pemanfaatan musuh alami antara lain parasitoid larva dan pupa
(Biosteres sp, Opius sp), predator semut, Arachnidae(laba –
laba), Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera(Cecopet).

Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara – cara pengendalian


lainnya tidak dapat menekan populasi hama. Pestisida yang digunakan harus
efektif, terdaftar dan sesuai anjuran.

Gambar. Perangkap Lalat Buah

2.2.3 Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Gambar. Kutu Kebul

Gejala serangan :
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh
rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa.
Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Embun muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan
serangan jamur jelaga yang berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman.
Keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada
daun.

12
Kisaran inang serangga ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang
besar dalam waktu yang cepat apabila kondisi lingkungan
menguntungkan. Beberapa tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul
adalah kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce dan brokoli. Selain
kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya
karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus
yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus,
Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.
Pengendalian :
 Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan patogen
serangga.
 Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul, antara
lain Menochilus sexmaculatus (mampu memangsa larva Berisik tab aci
sebanyak 200-400 larva/hari), Scymus Syriacus, Orius albidipennis, dll.
 Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci adalah Encarcia
Adrianae (15 spesies), sedangkan jenis patogen yang menyerang B. Tabaci
yaitu Bacillus thuringiensis.
 Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan pengendalian secara
fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara
tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya
dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat.
 Sanitasi lingkungan
 Tumpangsari antara cabai dengan Tagetes, penanaman jagung disekitar
tanaman cabai sebagai tanaman perangkap
 Sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti
tanaman kentang dan mentimun.
 Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir antara lain
Permethrin, Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin,
Buprofezin, Endosulphan dan asefat.

13
2.2.4 Kutu Daun Persik (Myzus persicae)

Kutu daun persik merupakan hama yang menjadi hama utama karena beberapa
alasan diantaranya mampu bertahan hidup pada hampir semua tanaman
budidaya, merupakan penular yang paling efisien dibandingkan hama lainnya.
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda
dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak
berbercak-bercak. Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian
tanaman yang terserang akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi
serangan berat daun akan berkerut- kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil,
berwarna kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu dan
mati.
Tanaman inangnya lebih dari 400 jenis, dengan inang utama pada sayuran
adalah cabai, kentang dan tomat. Kutu ini dapat berperan sebagai vektor lebih dari
90 jenis virus penyakit pada sekitar 30 famili tanaman antara lain meliputi jenis
kacang-kacangan, bit-gula, tebu, kubis-kubisan, tomat, kentang, jeruk dan
tembakau. Populasi hama ini dapat meningkat pada musim kemarau, seballiknya
pada musim hujan populasi akan turun.
Pengendalian hama kutu daun ini dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida, bila populasi tinggi (ambang batas), yaitu lebih dari 50 setiap tanaman
pada tanaman muda, tanaman pindahan, hampir panen. Musuh alami kutu daun ini
dapat berupa parasitoid yaitu Diaretiella rapae, sedangkan predator yang
berfungsi sebagai musuh alami dari hama ini seperti kumbang macan, laba-laba,
larva dari syrphid, dan belalang sembah.

14
2.2.5 Kutu Daun (Aphididae)

Gambar. Kutu Daun

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman


yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda.
Daun yang diserang akan mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga
mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun
madu. Embun madu menarik datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya
cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah.
Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus (50 jenis virus)
seperti, Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus, Cucumber Mosaic
Virus (CMV). Penyebaran hama ini sangat luas, meliputi daerah beriklim tropis
dan sedang kecuali Canada bagian utara dan Asia bagian utara. Kisaran inang dari
hama ini cukup luas, seperti tanaman dari family Fabaceaae (Legumes, Lucerne),
Solanaceae, Cucurbitaceae dan asteraceae. Kutu daun menyebabkan kerusakan
yang cukup serius pada beberapa tanaman sayuran, seperti asparagus, cabai,
terong dan okra. Selain tanaman sayuran, kutu daun juga menyebabkan kerusakan
yang cukup parah pada jeruk, kapas dan melon.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menginfestasikan musuh alami seperti,
parasitoid Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus testaceipes (Cresson),
predator Coccinellatransversalis atau cendawan entomopatogen
Neozygitesfreseni.

15
2.3 Penyakit Tanaman Cabai

2.3.1 Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp)

Gambar. Serangan Layu Fusarium pada Cabai Merah

Gejala Serangan :
Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning
danmenjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi
layu. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup
hifa putih seperti kapas. Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman
maksimum, maka tanaman masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan
sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur.
Pengendalian:
 Sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman terserang
 Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp.
dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
 Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.

2.3.2 Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)

Gejala serangan :
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat.
Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus),

16
apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah
muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah
lingkaran konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam
waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang
berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti
jerami padi.

Gambar. Busuk Buah Antraknosa (Foto: Meilin, 2014)

Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda
maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang
terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air
hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan ini
berkisar antara 20–24° C.
Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda
maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang
terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air
hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan ini
berkisar antara 20–24° C.
Pengendalian :
 Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dan tanaman yang
terserang agar tidak menyebar.
 Seleksi benih atau menggunakan benih cabai yang tahan terhadap penyakit ini
perlu dilakukan mengingat penyakit ini termasuk patogen tular benih.

17
 Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat dan sanitasi
dengan memotong dan memusnahkan buah yang sakit.
 Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir. Hindari
pengguanaan alat semprot, atau lakukan sanitasi terlebih dahulu sebelum
menggunakan alat semprot.

2.3.3 Penyakit Virus kuning (Gemini Virus)

Gejala serangan :
Helai daun mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk berkembang
menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas.
Infeksi lanjut dari gemini virus menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning
terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Keberadaan penyakit ini sangat
merugikan karena mampu mempengaruhi produksi buah.

Gambar. Serangan Gemini Virus pada Tanaman

Selain cabai virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat, buncis, gula
bit, babadotan, atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh
virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus
gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat ditularkan melalui
penyambungan dan melalui vektor Bemisia tabaci
Pengendalian :
 Mengendalikan serangga vektor virus kuning yaitu kutu kebul
(Bemisia tabaci) dengan menggunakan musuh alami predator

18
seperti Menochilus sexmaculatus atau jamur patogen serangga seperti
Beauveria bassiana atau Verticillium lecani.
 Penanaman varietas tahan seperti hotchilli.
 Melakukan sanitasi lingkungan terutama tanaman inang seperti ciplukan,
terong, gulma bunga kancing.
 Pemupukan tambahan untuk meningkatkan daya tahan tanaman sehingga
tanaman tetap berproduksi walaupun terserang virus kuning.
 Kultur teknik yang meliputi : perendaman benih, penggunaan mulsa plastik
(untuk menekan gulma inang, populasi vektor, menunda perkembangan virus)
 Penanaman tanaman pembatas seperti jagung dan tagetes.

2.3.4 Penyakit bercak daun (Cercospora sp.)

Gambar. Gejala bercak daun Cercospora

Gejala Serangan :
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar. Gejala
serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna coklat
pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak
berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat
menyebabkan lubang-lubang. Bercak daun mampu menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu dan

19
rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang tanaman muda di persemaian,
dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat meyebabkan
tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan mempengaruhi
kemampuan cabai dalam menghasilkan buah.
Kondisi lingkungan yang selalu hujan mendukung perkembangan dan
penyebaran penyakit bercak daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang
mempunyai drainase baik, penyakit layu kurang berkembang.
Pengendalian :
 Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi/terserang
 Menanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh
patogen, baik dipersemaian maupun di lapangan
 Perlakuan benih sebelum tanam
 Perbaikan drainase
 Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang baik dan
pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae
 Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana,
efektif, terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada
peramalan cuaca dan populasi spora di lapangan

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang
tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi
kesehatan. Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran
yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual
yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan. Budidaya cabai bukanlah
yang mudah dilakukan jika kita menginginkan hasil yang lebih maksimal. Dalam
budidaya cabai banyak hal yang harus diperhatikan supaya hasil panen yang kita
peroleh lebih baik, mulai dari pemilihan lahan sampai cara panen
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai sangatlah banyak.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai tidak hanya dengan
menggunakan bahan-bahan kimia berupa pestisida, karena penggunaan bahan-
bahan kimia merusak struktur tanah dan mengurangi unsur hara yang terkandung
dalam tanah, belum lagi resiko hilangnya organisme-organisme yang membantu
dalam proses pertumbuhan tanaman pisang. Untuk itu , kita harus menerapkan
sistem pertanian berkelanjutan agar alam kita terjaga dan hasilnya maksimal.

3.2. Saran
Sebaiknya saat menemukan hama ataupun penyakit pada tanaman cabai harus
dikendalikan secara maksimal dan tepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Duriad, & Muhram. (2003). Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai


Dan Pengendalianya Berdasarkan Epidemologi Terapan. lembang,
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Martoredjo. (2009). Ilmu Penyakit Pasca Panen. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pracaya. (1993). Budidaya Tanaman Lombok. Yogyakarta: Kasinus.

Prajanata, F. (2008). Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rukmana, R. (1994). Budidaya Cabai Hibrida Sistem Mulsa


Plastik.Yogyakarta: PenebarSwadaya.

Santika, A. (2008). Agribisnis Cabai.Jakarta: Penebar swadaya.

Setiadi. (2006). Jenis Dan BudidayaCabai Keriting. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Taniwiryono, D. I. (2008). Pupuk Kimia Buatan, Pupuk Organik,Pupuk


Hayati.jakarta: Balai Penelitian Bioteknologi.

Tjahjadi, N. (1991). Bertanam Cabai.Yogyakarta: Kasinus.

Warsino, & Dhana. (2010). Peluang UUsaha Dan Budidaya


Cabai. Jakarta: Gramedia.

22

Anda mungkin juga menyukai