TANAMAN CABAI
Disusun oleh :
KELOMPOK 5 KELAS F
Evi Tamala (
Nur Amalia
Rizki Asmi N
Rufaidah Alimuddin
Yusran Yahya
Pandji Pramulyo H
Penyusun
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 Tanaman Cabai........................................................................................... 2
2.2 Hama Tanaman Cabai ................................................................................ 7
2.3 Penyakit Tanaman Cabai ........................................................................... 10
III. PENUTUP ................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam budidaya cabai adalah adanya gangguan penyakit yang menyerang mulai
dari tanaman disemai sampai tanaman menghasilkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui cara budidaya, hama dan
penyakit tanaman cabai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Cabai
Cabai atau lombok termasuk dalam jenis tanaman terong-terongan atau
solanaceae dan merupakan tumbuhan yang mudah ditanam pada daerah dataran
rendah dan juga pada daerah dataran tinggi. Tanaman cabai memiliki banyak
kandungan vitamin A dan vitamin C serta terdapat kandungan minyak atsiri
capsaicin yang dapat memberikan rasa pedas serta memberikan rasa hangat atau
panas ketika dicampurkan dengan rempah-rempah atau bumbu dapur yang lain
beserta dengan lauk pauknya.
Cabai memiliki nama latin capsicum annum L yang merupakan salah satu
komoditas sayuran dan banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia
karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi serta memiliki beberapa manfaat
bagi kesehatan manusia salah satunya yakni zat capsaicin yang berfungsi untuk
mengendalikan penyakit kanker.
Buah ini bisa digolongkan dalam jenis sayur ataupun bumbu tergantung
dari kebutuhan dan selera. Didaerah tropis cabai tumbuh sebagai tumbuhan
tahunan, sedangkan pada daerah subtropis cabai tergolong sebagai tumbuhan
semusim. Tumbuhan berbentuk perdu ini berasal dari Dunia Baru atau negara
Meksiko dan Amerika Tengah, serta wilayah Andes yang ada diwilayah Amerika
Selatan.
Klasifikasi ilmiah tanaman cabai ini, antara lain sebagai berikut;
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatofita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
3
2.1.1 Manfaat Cabai
Tanaman cabai termasuk tanaman yang multi guna. Bisa untuk bahan
memasak, dan bisa juga untuk bahan obat-obatan. Untuk contoh, daunnya cukup
ampuh mengobati luka (obat luar). Buahnya, yang kandungan gizinya cukup
tinggi itu, merupakan bahan ramuan obat. Bisa membantu kerja pencernaan;
mencegah kebutaan; dan menyembuhkan sakit tenggorakan.
Sekarang ini, di mata dunia industri pengolahan, cabai memang sudah
menjadi salah satu bahan utama pembuatan saus sambal hijau, saus sambal merah,
bubuk cabe, dan bahan masakan lainnya. Sedangkan dalam dunia industri farmasi,
cabai merupakan salah satu bahan campuran untuk pembuatan balsem, inhaler,
dan permen pengganti rokok. Bubuk cabai juga bisa dimanfaatkan sebagai
pengganti fungsi lada yang bisa memancing selera makan. Sedangkan ekstraksi
bubuk cabai digunakan dalam pembuatan minuman ginger beer.
Selain kegunaan tersebut, bubuk cabai pun dapat dijadikan sebagai bahan
obat penenang. Sementara kandungan bioflavonoids yang ada di dalamnya, selain
dapat menyembuhkan radang akibat udara dingin, juga dapat menyembuhkan
polio.Cabai pun juga dimanfaatkan para pecinta burung ocehan dan burung hias.
Rupanya, kandungan capsaicin mampu mempertajam lidah burung ocehan dan
memperindah bulu burung hias. Bubuk cabai yang dicampurkan ke pakan ayam,
bisa merangsang ayam yang enggan bertelur menjadi rajin bertelur.
Selain mengandung capsaicin,cabai pun mengandung semacam minyak
asiri, yaitu capsicol. Minyak asiri ini dapat dimanfaatkan untuk menggantikan
fungsi minyak kayu putih. Konon minyak ini dapat mengurangi rasa pegal,
rematik, sesak napas, dan gatal gatal. Sedangkan capsaicin tidak hanya membuat
cabai pedas rasanya melainkan juga memiliki efek anti penumbuhan sel kanker.
Berikut beberapa keuntungan mengonsumsi cabai :
Bermanfaat untuk kesehatan mata dan memperhalus kulit
Menjaga tubuh dari kemungkinan infeksi
Membantu mencarlkan peredaran terutama bagi penderita tekanan darah
rendah
Memiliki efek pelancar dan baik untuk mengatasi sembelit.
Mengurangi rasa sakit, merangsang produksi ‘neurotransmitter’ dalam otak
4
Bagus dikonsumsi penderita diabetes
Membantu melunturkan lemak secara pelan dalam usus
Membantu mengatasi obesitas
Kandunan betacarotene, capsaicin, vitamin A dan vitamin C, ampuh
untukmenjaga kesehatan dan mengatasi impotensi.
5
2.1.3 Teknik budidaya tanaman cabai
a. Pembibitan
Cabai terdapat banyak varietas seperti cabai keriting, cabai rawit dan cabai
hias. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam budidaya cabai adalah
pemilihan benih dan pembibitan, kriteria benih yang baik digunakan sebagai bibit
adalah benih berasal dari pohon yang sehat dalam artian, tanaman induk yang akan
diambil buahnya sebagai bibit tidak terserang hama dan penyakit. Selain itu benih
yang dipakai harus benih yang bernas atau berisi serta ukuran benihnya seragam.
Kebutuhan benih setiap hektar adalah sekitar 150–300 gram dengan daya tumbuh
lebih dari 90 gram. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan media semai berupa
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Dengan ketinggian media
semai sekitar 20 cm dan panjang 1m. Sebaiknya pada persemaian diberi naungan
berupa alang alang atau daun lain agar bibit yang masih muda tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Selanjutnya benih disebar pada media semai yang sudah
dibuat secara merata kemudian ditutup dengan tanah tipis. Agar benih cepat
tumbuh perlu dilakukan penyiraman.
b. Penyiapan Lahan
Tanaman cabai mudah tumbuh hampir oppada seluruh lahan pertanian yang
tanaman lain dapat hidup. Namun agar tanaman dapat tumbuh dengan subur dan
menghasilkan buah yang baik, perlu dicari lahan yang subur untuk melakukan
budidaya. Keriteria tanah yang bagus untu budidaya cabai adalah gembur, kaya
bahan organik, tidak berair atau becek,dan memiliki ph sekitar 5–6,8.(Rukman
1994). Tanah pada lahan yangh akan ditanami dibersihkan dari rumput kemudian
digemburkan bisa dengan cara dicangkul atau dibajak dengan traktor. Ssetelah
tanah digemburkan selanjutnya dibuat bedengan dengan arah dari timur kebarat
agatr sseluruh tanaman nantinya mendapat sinar matahari secara merata. Ukuran
bedengsan biasanya dibuat dengan lebar sekitar 100–150 cm dan panjangnya
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.
c. Pemasangan Mulsa
6
Setelah terbentuk bedengan, selanjutnya dipasang mulsa hitam perak pengan
posisi warna perak diatas agar dapat memantulkan sinar matahari sehingga hama
yang bersembunyi dibawah daun akan pergi. Sebaiknya pemasangan mulsa
dilakukan pada siang hari pada saat matahari terik agar mulsa tidak mudah sobek
ketika ditarik. Cara pemasanganya adalah dengan cara menarik kedua ujung
memanjang di atas bedengan, lalu pasang pasak dari bambu berbentuk u pada sisi
kanan dan kiri bedengan. Jika mulsa sudah terpasang, Lubangi mulsa yang telah
terpasang dengan menggunakan potongan kaleng yang tajam dengan cara ditekan,
kemudian buat lubang tanam pada mulsa yang sudah dilubangi. Jarak pembuatan
lubang tam adalah 60x70 atau 70x70 cm (Rukmana, 1994)
d. Penanaman
Penanaman bibit tanaman cabai sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari.
Karena jika dilakukan pada siang hari, tanaman akan layu karena bibit masih
lemah dan perlu penyesuaian dengan suhu panas secara bertahap. Bibit yang
ditanam sebaiknya bibit yang telah berumur 17–23 hari atau telah memiliki jumlah
daun sebanyak 2–4 helai. Cara penanamanya adalah dengan mengambil bibit dari
tempat persemaia, pengambilan bibit dilakukan secara hati hati. Dengan
mencongkel media semai menggunakan solel agar akar tanaman muda tidak rusak,
pada waktu menanam usahakan akar tunggang tanaman jangan sampai patah
ataupun membengkok. Pada bedengan yang akan ditanami dibuat lubang tanam
sesuai dengan panjang akar tanaman, kemudian beri pupuk dasar dan tanam
tanaman pada lubang tersebut. Setelah ditanam, Sebaiknya tanaman segera
duisiram dan diberi penutup seperti pelepah pisang atau daun daun lainya untuk
mencegah layu yang dapat menyebabkan tanaman mati (Pracaya, 1993)
e. Pemeliharaan
Pada fase awal pertumbuhan atau tanaman masih dalam tahap penyesuaia diri
dengan lingkungan baru. Penyiraman tanaman perlu dilakukan secara rutin setiap
hari, terutama pada musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat serta
perakaranya dalam , tanaman cukup disiram tiga hari sekali. Bila terdapat banyak
gulma perlu dilakukan penyiangan, agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman
kelamaan tanaman akan menjadi kurus dan kerdil. Salah satu penyebab gagal
panen atau penurunan hasil panen adalah adanya serangan hama dan
7
penyakit,salah satu penyakit yang sering menyebabkan cabai rontok adalah
penyakit busuk buah. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian, pengendalian yang
banyak dilakukan adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida. Agar
tanaman dapat tumbuh dengan maksimal dan dapat menghasilkan, perlu dilakukan
pembuangan tunas air, pembuangan tunas air bertujuan untuk mengurangi
pertummbuhan vegetatif agar tanaman tidak terlalu rimbun, serta menghambat
pertumbuhan tinggi tanaman agar mempermudah dalam perawatan serta
pemanenan. Pembuangan tunas air juga bertujuan untuk mengurangi kelembaban
disekitar tanaman , dengan demikian pertumbuhan cendawan akanberkurang serta
meningkatkan pertumbuhan generatif (Pracaya 1993)
f. Pemupukan
Agar tanaman cabai dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah
yang berkualitas pelu dilakukan pemupukan Pada waktu yang tepat serta, serta
dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang baik sesuai
dengan jenis pupuknya. Karena pupuk merupakan nutrisi yang sangat penting
dalam pertumbuhan tanaman. Pemupukan pertama dilakukan ketika tanaman
berusia satu minggu pertama, yaitu dengan pupuk kandang yang ditaruh pada
lubang tanam dengan dosis 1ton per hektar atau dapat juga dengan cara ditugal
pada samping tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berusia
sekitar tiga bulan, cara pemupukanya adalah dengan mencampurkan pupuk NPK,
KNO putih, urea serta TSP. Dengan perbandingan 4:1:1:1:1, sehingga total semua
8kg kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 250 liter kemudian dikocorkan pada
perakaran tanaman cabai dengan dosis 250 ml per tanaman. Untuk pemupukan
tanaman setelah 3 bulan lebih. Dapat menggunakan pupiuk campuran yang sama
pada pemupukan saat tanaman berumur 1 bulan, hanya saja jumlah dosisnya yang
ditambah 2:3:8:2, dan dilarutkan dengan air sebanyak 250 liter kemudian
disiramkan pada perakaran tanaman dengan dosis 250 ml per tanaman,
pemiupukan ini daopat dilakukan setiap dua minggu sekali.
g. Panen
Jika tanaman dirawat dengan baik biasanya sudah dapat dipanen pada usia 4
bulan , pemanenan dapat dilakukan sebanyak 2 kali seminggu. kriteria buah yang
sudah siap panen adalah buah yang bener bener tua. biasanya ditandai dengan biji
8
yang padat, berisi dan apabila ditekan buahnya keras, buahnya berwarna hijau tua
atau hijau kemerah merahan. Biasanya pemanenean oleh petani dimajukan atau
diundur beberapa hari tergantung waktu harga yang sedang tinggi. Memanenanya
dilakukan dengan cara memetik tangkai buah secara hati hati agar percabangan dan
calon bunga tidak patah atau rusak. Panen dapat dilakukan sampai tanaman
berumur 2–3 tahun dengan jumlah panen sampai 96 kali. Pada umumnya sawat
panen pertama hanya menghasilkan cabai sedikit kemudian pada panen berikutnya
bertambah terus sampai mencapai puncaknya dan selanjutnya akan semaki
berkurang hingga akhirnya tanaman mati.
9
Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang
merah, bawang daun, jenis bawang lainnya dan tomat, sedangkan tanaman inang
lainnya tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari
famili Crusiferae, Crotalaria dan kacang-kacangan.
Cara Pengendalian :
Menggunakan tanaman perangkap seperti kenikir kuning.
Penggunaan perangkap warna kuning sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per
500 m2 yang dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu. Perangkap dapat
dibuat dari potongan bambu yang dipasang plastik map warna kuning. Plastik
diolesi dengan lem agar thrips yang tertarik menempel. Apabila plastik sudah
penuh dengan thrips maka plastik perlu diganti.
10
2.2.2 Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Gejala serangan :
Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda
maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan
kemudian jatuh ke tanah. Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian
pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena aktifitas lalat buah
dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan menetas
dan berkembang di dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah
menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna kuning pucat dan
layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun dan tidak layak
untuk dipasarkan.
Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan
ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang
terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.
Pengendalian:
Pemusnahan buah terserang
Pembungkusan buah
Rotasi tanaman
11
Pemanfaatan musuh alami antara lain parasitoid larva dan pupa
(Biosteres sp, Opius sp), predator semut, Arachnidae(laba –
laba), Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera(Cecopet).
Gejala serangan :
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh
rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa.
Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Embun muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan
serangan jamur jelaga yang berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman.
Keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada
daun.
12
Kisaran inang serangga ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang
besar dalam waktu yang cepat apabila kondisi lingkungan
menguntungkan. Beberapa tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul
adalah kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce dan brokoli. Selain
kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya
karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus
yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus,
Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.
Pengendalian :
Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan patogen
serangga.
Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul, antara
lain Menochilus sexmaculatus (mampu memangsa larva Berisik tab aci
sebanyak 200-400 larva/hari), Scymus Syriacus, Orius albidipennis, dll.
Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci adalah Encarcia
Adrianae (15 spesies), sedangkan jenis patogen yang menyerang B. Tabaci
yaitu Bacillus thuringiensis.
Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan pengendalian secara
fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara
tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya
dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Sanitasi lingkungan
Tumpangsari antara cabai dengan Tagetes, penanaman jagung disekitar
tanaman cabai sebagai tanaman perangkap
Sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti
tanaman kentang dan mentimun.
Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir antara lain
Permethrin, Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin,
Buprofezin, Endosulphan dan asefat.
13
2.2.4 Kutu Daun Persik (Myzus persicae)
Kutu daun persik merupakan hama yang menjadi hama utama karena beberapa
alasan diantaranya mampu bertahan hidup pada hampir semua tanaman
budidaya, merupakan penular yang paling efisien dibandingkan hama lainnya.
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda
dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak
berbercak-bercak. Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian
tanaman yang terserang akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi
serangan berat daun akan berkerut- kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil,
berwarna kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu dan
mati.
Tanaman inangnya lebih dari 400 jenis, dengan inang utama pada sayuran
adalah cabai, kentang dan tomat. Kutu ini dapat berperan sebagai vektor lebih dari
90 jenis virus penyakit pada sekitar 30 famili tanaman antara lain meliputi jenis
kacang-kacangan, bit-gula, tebu, kubis-kubisan, tomat, kentang, jeruk dan
tembakau. Populasi hama ini dapat meningkat pada musim kemarau, seballiknya
pada musim hujan populasi akan turun.
Pengendalian hama kutu daun ini dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida, bila populasi tinggi (ambang batas), yaitu lebih dari 50 setiap tanaman
pada tanaman muda, tanaman pindahan, hampir panen. Musuh alami kutu daun ini
dapat berupa parasitoid yaitu Diaretiella rapae, sedangkan predator yang
berfungsi sebagai musuh alami dari hama ini seperti kumbang macan, laba-laba,
larva dari syrphid, dan belalang sembah.
14
2.2.5 Kutu Daun (Aphididae)
15
2.3 Penyakit Tanaman Cabai
Gejala Serangan :
Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning
danmenjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi
layu. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup
hifa putih seperti kapas. Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman
maksimum, maka tanaman masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan
sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur.
Pengendalian:
Sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman terserang
Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp.
dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.
Gejala serangan :
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat.
Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus),
16
apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah
muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah
lingkaran konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam
waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang
berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti
jerami padi.
Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda
maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang
terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air
hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan ini
berkisar antara 20–24° C.
Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda
maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang
terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air
hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan ini
berkisar antara 20–24° C.
Pengendalian :
Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dan tanaman yang
terserang agar tidak menyebar.
Seleksi benih atau menggunakan benih cabai yang tahan terhadap penyakit ini
perlu dilakukan mengingat penyakit ini termasuk patogen tular benih.
17
Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat dan sanitasi
dengan memotong dan memusnahkan buah yang sakit.
Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir. Hindari
pengguanaan alat semprot, atau lakukan sanitasi terlebih dahulu sebelum
menggunakan alat semprot.
Gejala serangan :
Helai daun mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk berkembang
menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas.
Infeksi lanjut dari gemini virus menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning
terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Keberadaan penyakit ini sangat
merugikan karena mampu mempengaruhi produksi buah.
Selain cabai virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat, buncis, gula
bit, babadotan, atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh
virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus
gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat ditularkan melalui
penyambungan dan melalui vektor Bemisia tabaci
Pengendalian :
Mengendalikan serangga vektor virus kuning yaitu kutu kebul
(Bemisia tabaci) dengan menggunakan musuh alami predator
18
seperti Menochilus sexmaculatus atau jamur patogen serangga seperti
Beauveria bassiana atau Verticillium lecani.
Penanaman varietas tahan seperti hotchilli.
Melakukan sanitasi lingkungan terutama tanaman inang seperti ciplukan,
terong, gulma bunga kancing.
Pemupukan tambahan untuk meningkatkan daya tahan tanaman sehingga
tanaman tetap berproduksi walaupun terserang virus kuning.
Kultur teknik yang meliputi : perendaman benih, penggunaan mulsa plastik
(untuk menekan gulma inang, populasi vektor, menunda perkembangan virus)
Penanaman tanaman pembatas seperti jagung dan tagetes.
Gejala Serangan :
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar. Gejala
serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna coklat
pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak
berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat
menyebabkan lubang-lubang. Bercak daun mampu menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu dan
19
rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang tanaman muda di persemaian,
dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat meyebabkan
tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan mempengaruhi
kemampuan cabai dalam menghasilkan buah.
Kondisi lingkungan yang selalu hujan mendukung perkembangan dan
penyebaran penyakit bercak daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang
mempunyai drainase baik, penyakit layu kurang berkembang.
Pengendalian :
Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi/terserang
Menanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh
patogen, baik dipersemaian maupun di lapangan
Perlakuan benih sebelum tanam
Perbaikan drainase
Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang baik dan
pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae
Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana,
efektif, terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada
peramalan cuaca dan populasi spora di lapangan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang
tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi
kesehatan. Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran
yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual
yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan. Budidaya cabai bukanlah
yang mudah dilakukan jika kita menginginkan hasil yang lebih maksimal. Dalam
budidaya cabai banyak hal yang harus diperhatikan supaya hasil panen yang kita
peroleh lebih baik, mulai dari pemilihan lahan sampai cara panen
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai sangatlah banyak.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai tidak hanya dengan
menggunakan bahan-bahan kimia berupa pestisida, karena penggunaan bahan-
bahan kimia merusak struktur tanah dan mengurangi unsur hara yang terkandung
dalam tanah, belum lagi resiko hilangnya organisme-organisme yang membantu
dalam proses pertumbuhan tanaman pisang. Untuk itu , kita harus menerapkan
sistem pertanian berkelanjutan agar alam kita terjaga dan hasilnya maksimal.
3.2. Saran
Sebaiknya saat menemukan hama ataupun penyakit pada tanaman cabai harus
dikendalikan secara maksimal dan tepat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22