MANAJEMEN AGROEKOSISTEM
“Lahan Basah”
Oleh:
FENNI ASTRIA PUTRI R.
NIM. D1B116200
Gambar 1.1.
Pertanian lahan basah (Gambar 1.1.) adalah pertanian yang dikembangkan pada
dataran rendah yang mempunyai ketinggian kuran dari 300 meter di atas permukaan laut
yang disekitarnya terdapat banyak air dari sungai-sungai atau saluran irigasi.
Lahan basah yang dimaksud pada pertanian lahan basah ini adalah lahan yang kontur
tanahnya merupakan jenis - jenis tanah yang jenuh dengan air. Itu artinya, tanah pada
lahan pertanian basah ini memiliki kandungan air yang tinggi, bahkan tidak jarang lahan
pertanian basah ini tergenang oleh air sepanjang waktu. Atau bisa juga lahan pertanian
basah ini tidak pernah mengalami kekeringan yang berarti karena memiliki kandungan
air yang berlimpah secara alami.
Luas lahan basah di seluruh dunia mengalami pengurangan yang signifikan.
Menurut hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa 64% dari lahan basah di seluruh
dunia telah menghilang sejak tahun 1900. Bahkan di beberapa kawasan, terutama Asia,
laju pengurangan itu lebih tinggi. Saat ini luas lahan basah di dunia diperkirakan lebih
dari 8,5 juta km2. Jumlah ini setara dengan lebih dari 6% dari total luas permukaan bumi.
Lahan basah atau wetland adalah setiap wilayah di mana tanahnya jenuh dengan
air, dengan genangan air yang dangkal (baik sebagian atau keseluruhannya). Genangan
tersebut dapat bersifat permanen ataupun musiman, berupa air diam ataupun mengalir,
dalam bentuk air tawar, air payau, maupun air asin, serta terbentuk secara alami ataupun
buatan manusia.
Lahan basah atau dalam bahasa Inggris disebut wetland adalah wilayah-wilayah
di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman.
Wilayah lahan basah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan
air yang dangkal atau tergenang. Digolongkan ke dalam lahan basah ini di antaranya,
adalah rawa-rawa termasuk juga rawa bakau, payau, dan gambut. Dimana air yang
menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau juga air asin. Lahan
basah ini merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Kawasan lahan basah yang merupakan
lahan yang subur, sehingga sering dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan-
lahan pertanian. Lahan basah dicirikan oleh muka air tanah yang relatif dangkal, dan juga
dekat dengan permukaan tanah, pada waktu yang cukup lama sepanjang tahun untuk
menumbuhkan hidrofita, yaitu tumbuh-tumbuhan yang khusus tumbuh di wilayah basah.
Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh
lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah
rawa-rawa (termasuk rawa bakau), payau, dan gambut. Akan tetapi dalam pertanian
dibatasi agroekologinya sehingga lahan basah dapat di definisikan sebagai lahan sawah.
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus
menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Segala macam
jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Selain itu padi sawah juga
ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan
jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam
sesuai dengan sifat tanah asalnya.
Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian disawahkan
atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat saluransaluran drainase.
Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima
langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan
sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut
sawah lebak. Penggenangan selama pertumbuhan padi dan pengolahan tanah pada tanah
kering yang disawahkan, dapat menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah, baik sifat
morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi maupun sifat-sifat lain sehingga sifat-sifat tanah
dapat sangat berbeda dengan sifat-sifat tanah asalnya. Sebelum tanah digunakan sebagai
tanah sawah, secara alamiah tanah telah mengalami proses pembentukan tanah sesuai
dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya, sehingga terbentuklah jenisjenis tanah tertentu
yang masing-masing mempunyai sifat morfologi tersendiri. Pada waktu tanah mulai
disawahkan dengan cara penggenangan air baik waktu pengolahan tanah maupun selama
pertumbuhan padi, melalui perataan, pembuatan teras, pembuatan pematang, pelumpuran
dan lain-lain maka proses pembentukan tanah alami yang sedang berjalan tersebut
terhenti. Semenjak itu terjadilah proses pembentukan tanah baru, dimana air genangan di
permukaan tanah dan metode pengelolaan tanah yang diterapkan, memegang peranan
penting. Karena itu tanah sawah sering dikatakan sebagai tanah buatan manusia.
(Hardjowigno dan Endang, 2007).
Ciri yang paling melekat dimiliki oleh lahan basah adalah tanahnya jenuh akan
air. Kemungkinan nama lahan basah sediri inilah mencerminkan keadaan tanah yang
digenangi oleh air.
Lahan basah digenangi oleh air, dan air yang menggenangi ini dapat bersifat
permanen atau tetap maupun bersifat musiman. Maksudya permanen adalah lahan
tersebut selalu digenangi oleh air di setiap waktu, dan maksudnya musiman adalah bahwa
air hanya menggenai ketika musim tertentu saja, misalnya musim penghujan.
Air yang menggenangi lahan basah merupakan lapisan air yang dangkal. Lapisan
air dangkal ini bisa menggenangi sebagian atau bahkan seluruh permukaan dari tanah.
Meski demikian, terkadang kita menemukan juga ada lapisan perairan yang dalam pada
suatu lahan basah
Biasanya makhluk hidup, baik manusia, binatang dan bahkan tumbuhan akan
memilih untuk tiggal di lahan yang menyimpan banyak cadangan air. Maka dari itulah
biasanya lahan yang banyak airnya maka akan Dan kondisi ini pula yang terjadi pada
lahan basah. Maka dari itulah lahan basah memiliki beraneka ragam hayati, tidak hanya
tanaman saja namun juga binatang.
f. Memiliki Tingkat Kekerasan Tanah atau Kontur yang Lembek dan juga
Labil
Tidak dipungkiri bahwa kondisi lahan basah yang selalu tergenang air, membuat
kondisi tekstur tanah atau kontur yang cenderung bersifat lembek, lembab dan juga labil.
Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi
dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang
baik. Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan
basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki
kandungan air tetap, agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang
berlimpah.
Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini biasanya bisa berupa
sumber air alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah hutan bakau, dimana berlokasi
dekat denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki genangan air, ataupun
merupakan sebuah lahan yang memang sengaja dialiri oleh aliran air, seperti saluran
irigasi. Selain dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian, terkaang lahan basah seperti
ini juga dilakukan sebuah konversi mejadi dataran kering.
Lahan basah yang sudah dikonversi menjadi sebuah dataran kering biasanya akan
dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian kering, ataupun dimanfaatkan sebagai
kepentingan pendirian bangunan, baik itu sebuah residensial atau perumahan, ataupun
bangunan lainnya yang mendukung kehidupan manusia.
Sebagaimana diketahui, dari total air yang terdapat di bumi hanya 3% saja yang
berupa air tawar. Itupun sebagaian besar berupa air beku. Padahal, manusia membutuhkan
antara 20-50 liter air perharinya untuk memenuhi segala kebutuhan dasarnya mulai dari
minum, memasak, hingga mandi. Lahan basah menjadi wilayah yang kaya akan air tawar.
Lahan basah menampung air hujan hingga dapat dimanfaatkan manusia bahkan
membantu peresapan air ke dalam tanah sebagai cadangan air bersih di dalam tanah bagi
manusia.
Padi sebagai penghasil beras (makanan pokok miliaran orang) tumbuh di sawah.
Berbagai lahan pertanian yang mengandalkan saluran irigasi. Ikan yang setiap orang
mengkonsumsinya hingga rata-rata 19 kg pertahun, tumbuh dan berkembang biak di
rawa-rawa, hutan bakau, hingga muara sungai. Sawah, irigasi, rawa-rawa, hutan bakau,
hingga muara sungai adalah sedikit contoh kawasan lahan basah yang keberadaannya
menopang ketersediaan pangan bagi manusia.
Lahan basah menjadi tempat hidup bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan,
jumlah bahkan lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Sedikit
100.000 spesies air tawar mendiami lahan basah. Jutaan jenis burung air (di Indonesia
saja tercatat hampir 400-an spesies) tergantung pada kelestarian lahan basah. Belum
termasuk berbagai jenis hewan dan tumbuhan lainnya.
Lahan gambut, rawa-rawa, dan jenis lahan basah lainnya mampu menampung,
menyerap, dan mengelola air hujan hingga tidak menjadi bencana banjir. Kemampuan
menampung air hujan inipun mencegah terjadinya bencana kekeringan. Tumbuhan dalam
hutan bakau mampu meredam hantaman tsunami dan abrasi akibat gelombang air laut.
Lahan basah mampu berperan sebagai peredam berbagai bencana alam yang mengintai
manusia.
Lahan gambut, salah satu jenis lahan basah, mampu mengikat dan menyimpan
karbon (salah satu pemicu perubahan iklim) hingga 2 kali lipat dibandingkan seluruh
hutan di dunia. Lahan basah di daerah pesisir seperti mangrove, mampu meredam badai
dan tsunami.
g. Lahan Basah Sumber Mata Pencarian
Puluhan juta orang menggantungkan hidupnya dari perikanan yang sebagian besar
terdapat di lahan basah. Berbagai jenis kayu bangunan, tanaman obat, pakan ternak
dihasilkan dari lahan basah yang dikelola secara berkelanjutan dan lestari.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Saran penulis yaitu semoga penelitian dan pengamatan terhadap lahan basah lebih
ditingkatkan sehingga manfaatnya lebih banyak diketahui dan bisa lebih dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
https://alamendah.org/2015/01/17/manfaat-lahan-basah-bagi-masa-depan-
manusia/
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pertanian-lahan-basah-dan-lahan-kering
http://hutantani.blogspot.com/2014/04/pengertian-pertanian-lahan-basah-dan-
kering.html
http://agrotekptn.blogspot.com/2017/11/pertanian-lahan-basah.html