Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PRODUKSI PENGOLAHAN BENIH

PENYIMPANAN BENIH SORGUM

Disusun oleh:
Kelompok 4

Anggota :

Alfurqon Faiz S. R 150510180188


Farah Farikhatur Rohmah 150510180053
Farras Salsabil 150510180123
Gian Prya 150510130112
Iftah Fatihatul Husna 150510180152
Ihsan Robbani 150510180086
Indira Reviany H. 150510180167

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyimpanan
Benih Sorgum”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah banyak berkontribusi dengan memberikan banyak masukan baik pikiran
maupun materi.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Produksi
Pengolahan Benih”. Dalam makalah ini kami menjelaskan Bagaimana
pengeringan terhadap benih tanaman hias. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pengetahuan kepada para pembaca. Bahkan, kami berharap agar
makalah ini akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar bahwa masih ada banyak
kekurangan dalam makalah kami baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa.
Oleh karenanya, kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Jatinangor, 03 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................3


2.1 Penyimpanan Benih .......................................................................................3
2.2 Studi Kasus ....................................................................................................4
2.3 Hasil................................................................................................................9
2.3.1 Ringkasan Analisis Varian ....................................................................9
2.3.2 Pengaruh Periode Penyimpanan terhadap Kualitas Fisik dan Vigor
Benih Sorghum (Sorghum bicolor [L.] Moench .)...............................10

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................17
3.1 Kempulan ....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) adalah sebuah tanaman yang mirip
dengan jagung pada nilai agronomis dan nilai nutrisi (Neto et al., 2017).
Meskipun begitu, syarat tumbuh sorghum lebih unggul karena sorghum dapat
beradaptasi pada periode kering dan rendahnya kesuburan tanah (Borba et al.,
2012). Sorghum dapat digunakan untuk sumber makanan alternative, bahan
bioethanol industry, dan pakan hewan. Nutrisi yang terkandung pada sorghum
mirip dengan jagung dan beras, memiliki kandungan protein sekitar 10-11%.
Sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, yaitu 339 kalori dan 11.3%
protein/100 gram pada benih-benihnya dan 12.8% protein kasar pada vegetatifnya
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah dan sapi ternak (USDA, 2011).
Dengan begitu, sorghum juga digunakan sebagai pakan hewan pada Negara maju,
seperti Jepang, USA, dan Eropa.
Kesulitan pada ketersediaan benih berkualitas menyebabkan penolakan
produksi karena penggunaan benih dengan kualitas rendah dan kemampuan
adaptasi di lapangan berkurang (Jyoti & Malik, 2013). Ketersediaan kualitas benih
berhubungan dengan penyimpanan benih. menurut Goftishu dan Belete (2014),
penanganan baik saat penyimpanan benih dapat meminimalisir kerusakan fisik
pada benih, terutama kualitas saat penyimpanannya, sehingga benih dapat
disimpan untuk periode yang lama. Penanganan buruk saat penyimpanan dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan benih mengalami deteriorasi . deteriorasi
benih adalah sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari.
Vigor benih akan meningkat ketika penyimpanan (Akter et al., 2014).
Penyimpanan benih pada area tropis seperti Indonesia menjadi masalah
utama karena tingginya kelembaban dan fluktuasi pada suhu. Setiap benih
memiliki umur berbeda untuk periode penyimpanannya. Menurut Bortey et al.
(2016), periode penyimpanan benih dapat mempengaruhi viabilitas benih dengan
menurunnya viabilitas benih seiring berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan
menurunnya viabilitas dapat menyebabkan pematangan embrio pada periode

1
simpan dan pematangan cadangan makanan selama penyimpanan sebelum
germinasi, aktivitas-aktivitas ini dapat meningkatkan proses metabolism pada
benih. Hasilnya, viabilitas benih berkurang dan tidak dapat bergerminasi secara
optimal karena energinya sudah digunakan pada proses metabolism (Badawi et
al., 2017). Dengan begitu, viabilitas benih pada penyimpanannya pun dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan simpan, seperti temperature dan kelembaban relatif
(Strelec et al., 2010).
Benih yang disimpan pada temperature rendah akan mengalami germinasi
lebih mudah dibandungkan temperature tinggi (Mbofung, 2012). Hal ini
dikarenakan benih yang disimpan pada temperature tinggi akan meningkatkan
kemampuan respirasi dan aktivitas enzim yang mengakibatkan pematangan
sebelum germinasi benih sehingga vigor dan kualitas fisik benih menurun.
Penelitian dilakukan untuk menentukan efek dari periode simpan dan pengaruh
varietas pada kualitas fisik dan vigor benih sorghum

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efek periode penyimpanan berbagai varietas benih
sorgum terhadap kualitas fisik dan vigor benih.
2. Untuk mengetahui cara penyimpanan benih sorgum yang baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih adalah usaha pengawetan benih yang berdaya hidup,


semenjak pengumpulan hingga di lapangan. Maksud penyimpanan benih sendiri
adalah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau pada
musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih
dari suatu jenis tanaman (Sutopo, 2004). Kadar air benih yang tinggi dapat
meningkatkan laju kemunduran benih pada tempat penyimpanan. Laju
kemunduran benih dapat diperlambat dengan cara kadar air benih harus dikurangi
sampai kadar air benih optimum. Penggunaan bahan pengemas yang tepat juga
dapat mlindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu
kelembaban nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan
ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan
lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukur adalah kadar air benih.
Benih dapat disimpan pada suhu kamar (28-32oC) atau ruang sejuk (18-
22oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan
disimpan. Penyimpanan selama 12 bulan, kadar air benih sebaiknya dibawah 12 %
dan jika penyimpanan benih lebih dari 12 bulan, kadar air sebaiknya dibawah 8 %
dengan menggunakan plastic yang kedap udara dan air. Kemasan yang baik untuk
menyimpan benih sorgum adalah kemasan plastik polietilen dan alumunium foil
mempunyai stabilitas air lebih terjaga, sehingga vigor benih lebih dapat
dipertahankan dalam periode simpan yang lama.

3
2.2 Studi Kasus

Judul : Efek Lama Penyimpanan Pada Kualitas Fisik dan Vigor Benih dari
Empat Varietas Sorghum (Sorghum Bicolor [L.] Moench)

Latar Belakang
Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) adalah sebuah tanaman yang mirip
dengan jagung pada nilai agronomis dan nilai nutrisi (Neto et al., 2017).
Meskipun begitu, syarat tumbuh sorghum lebih unggul karena sorghum dapat
beradaptasi pada periode kering dan rendahnya kesuburan tanah (Borba et al.,
2012). Sorghum dapat digunakan untuk sumber makanan alternative, bahan
bioethanol industry, dan pakan hewan. Nutrisi yang terkandung pada sorghum
mirip dengan jagung dan beras, memiliki kandungan protein sekitar 10-11%.
Sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, yaitu 339 kalori dan 11.3%
protein/100 gram pada benih-benihnya dan 12.8% protein kasar pada vegetatifnya
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah dan sapi ternak (USDA, 2011).
Dengan begitu, sorghum juga digunakan sebagai pakan hewan pada Negara maju,
seperti Jepang, USA, dan Eropa. Kesulitan pada ketersediaan benih berkualitas
menyebabkan penolakan produksi karena penggunaan benih dengan kualitas
rendah dan kemampuan adaptasi di lapangan berkurang (Jyoti & Malik, 2013).
Ketersediaan kualitas benih berhubungan dengan penyimpanan benih. menurut
Goftishu dan Belete (2014), penanganan baik saat penyimpanan benih dapat
meminimalisir kerusakan fisik pada benih, terutama kualitas saat
penyimpanannya, sehingga benih dapat disimpan untuk periode yang lama.
Penanganan buruk saat penyimpanan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
benih mengalami deteriorasi . deteriorasi benih adalah sebuah proses yang terjadi
secara alami dan tidak dapat dihindari. Vigor benih akan meningkat ketika
penyimpanan (Akter et al., 2014). Penyimpanan benih pada area tropis seperti
Indonesia menjadi masalah utama karena tingginya kelembaban dan fluktuasi
pada suhu. Setiap benih memiliki umur berbeda untuk periode penyimpanannya.
Menurut Bortey et al. (2016), periode penyimpanan benih dapat mempengaruhi
viabilitas benih dengan menurunnya viabilitas benih seiring berjalannya waktu.

4
Hal ini dikarenakan menurunnya viabilitas dapat menyebabkan pematangan
embrio pada periode simpan dan pematangan cadangan makanan selama
penyimpanan sebelum germinasi, aktivitas-aktivitas ini dapat meningkatkan
proses metabolism pada benih. Hasilnya, viabilitas benih berkurang dan tidak
dapat bergerminasi secara optimal karena energinya sudah digunakan pada proses
metabolism (Badawi et al., 2017). Dengan begitu, viabilitas benih pada
penyimpanannya pun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan simpan, seperti
temperature dan kelembaban relatif (Strelec et al., 2010). Benih yang disimpan
pada temperature rendah akan mengalami germinasi lebih mudah dibandungkan
temperature tinggi (Mbofung, 2012). Hal ini dikarenakan benih yang disimpan
pada temperature tinggi akan meningkatkan kemampuan respirasi dan aktivitas
enzim yang mengakibatkan pematangan sebelum germinasi benih sehingga vigor
dan kualitas fisik benih menurun. Penelitian dilakukan untuk menentukan efek
dari periode simpan dan pengaruh varietas pada kualitas fisik dan vigor benih
sorghum

Metode
Alat dan Bahan
penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi benih dan Pemuliaan
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Indonesia, sejak November
2015 sampai November 2016. Varietas benih Sorghum pada penelitian ini adalah
Kawali, Talaga Bodas, Super-1, dan Pahat. Untuk bahan yang digunakan air bebas
ion, compact disc (CD) dan sedotan kertas, 2,3,5-triphenyl tetrazolium chloride
(Merck, Pte. Singapore). Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu container
plastic, staples, alat tulis, karet, penggaris, plastic wrap glue, petridish, pisau
scalpel, baki, label, seed blower, oven, konter benih tipe Seedburo 801 count- A-
PAK (Seedburo, IL, USA), timbangan elektrik tipe Scout Pro, timbangan analitik
tipe (Cole Parmer PA USA), electroconductivity meter tipe series WTW pH/Cond
720, penguji kelembaban biji type GMK 303 RS (WTW, Weilheim, Germany),
germinator IPB type 71-2A (IPB, Bogor, Indonesia) and gelas plastik. Dua
perlakuan ditentukan pada sebuah randomized complete block design (RCBD).
Factor pertama adalah periode penyimpanan (P), yang berisi penyimpanan benih

5
dengan lama simpan 10 bulan (P1) dan 12 bulan (P2). Factor kedua adalah
varietas (V), berisi Kawali (V1), Talaga Bodas (V2), Super-1 (V3) dan Pahat
(V4). Ada 8 kombinasi perlakuan pada setiap percobaan dan setiap perlakuan
memiliki dua ulangan sehingga totalnya ada 16unit eksperimen. Homogenitas dari
varian data diuji oleh uji Bartlett dan selin itu diuji dengan uji Tukey.
Perbedaannya dapat dilihat menggunakan Honestly Significant Difference (HSD)
pada α 0.05.

Langkah Kerja
Memanen sorghum
Benih didapat dari desa marhain, kecamatan anak tuha, lampung
tengah. Benih yang sudah dikumpulkan kemudian dikeringkan dan
dicuci menggunakan seed blower

Pengemasan
Sejumlah 200 biji yang sudah bersih ditempatkan pada gelas plastic
container kemudian disimpan pada baki dan disusun kemudian di lem.
Penyimpanan
Disimpan pada ruangan bersuhu 180 drajat celcius dengan kelembaban
± 48% untuk penyimpanan 10 bulan dan 12 bulan.

Kualitas Fisik
Kerusakan benih
Didapatkan dari penggolongan benih berdasarkan tampilan fisik
sesuai dengan prosedur ISTA. Kemudian dikarakterisasi
berdasarkan ukuran benih yg rusak, benih utuh, lubang, dan benih
kopong. Perhitungan benih rusak sesuai jumlah sample dengan
persentase dari total 200 bulir (Goftishu & Belete, 2014).
Kelembaban benih
Pengukuran kelembaban benih dilakukan dengan uji kelembaban
dengan mengambil 5 bulir benih sorghum secara acak dan diulang
2x.

6
Vigor benih
Electrical Conductivity (EC) : Konduktivitas elektrik
25 bulir benih sorgum direndam dalam 50ml air tanpa ion
kemudian tutup dengan plastic, siamkan selama 24 jam. Kemudian
konduktivitas dihitung mengunakan conductivity meter (ISTA,
2010). Kemudian konduktivitas elektrik dikalkulasikan
menggunakan rumus:

Germination Test
Metode yang digunakan berdasar pada ISTA (2010) menggunakan
tes ukdp. Uji germinasi benih berisi 25 bulir benih sorghum pada
setiap percobaan kemudian disimpan pada germinator.
Observasinya meliputi kecepatan germinasi yang didapat dari
perhitungn kumulatif total persentase daya kecambah benih pada
observasi ke 2 sampai 5. Kecepatan germinasi dikalkulasikan
berdasarkan rumus berikut : (Copeland & Donald, 2005):

SG= speed of germination (Kecepatan germinasi) (%/day)


NS= daya kecambah normal (%)
d= FDP
n = LDP

7
Daya kecambah normal
Dikalkualasikan dari observasi hari ke 2 sampai hari ke 5. Nilai
persentasi didapatkan melalui rumus (ISTA, 2010):

TNS= Daya Kecambah (%)


ΣNS= Kecambah normal
i = hari
n = Jumlah benih (25).

Benih mati
Merupakan benih yang tidak menunjukan ciri germinasi (ISTA,
2010). Dihitung pada hari ke 5 observasi.
Normal Strong Seedlings (dayakecambah kuat)
Dihitung dari uji vigor dengan minimal tinggi akar 4cm
Normal Weak Seedling (Daya kecambah lemah)
Dihitung dari uji vigor dengan panjang akar dibawah 4cm,
Copeland dan McDonald (2005)
Kecambah normal
Diukut oleh 5 sampel kecambah normal yang diambil secara acark,
panjang akar menyesuaikan sesuai yg muncul pada ujung bulir
Panjang akar pada benih kecambah normal
Didapat dengan mengukur panjang akar yg muncul pada ujung
bulir by Kandil et al. (2013) and AOSA (2010).
Berat kering benih kecambah normal
Diukur menggunakan 5 sampel benih kevambah normal yang telah
diikeringkan di oven selama 3x24 jam pada temperature 800
derajat Celciusm(Copeland & McDonald, 2005).
Uji tetrazolium
Sejumlah 25 bulir benih sorghum di uji tetrazolium untuk melihat benih viable
dan non-viable (ISTA, 2010).

8
2.3 Hasil

2.3.1 Ringkasan Analisis Varian

Analisis varians Menunjukkan bahwa perbedaan dalam fisik masa penyimpanan


mempengaruhi kualitas dari benih sorgum yang ditunjukkan dengan persentase biji rusak,
tetapi tidak ada perbedaan variable dalam kadar air biji. Disana tidak ditemukan
perbedaan dalam kualitas fisik, baik benih rusak dan kadar air benih untuk semua
varietas.Dalam sorgum, vigor benih menunjukkan perbedaan hasil karena perbedaan
dalam periode penyimpanan, kecuali untuk bibit dengan daya kecambah yang lemah.

Perbedaan vigor benih pada varietas sorgum ditunjukkan oleh variabel konduktivitas
listrik, panjang akar primer bibit dengan daya kecambah normal dan berat kering bibit
dengan daya kecambah normal. Berdasarkan dari hasil tidak terdapat interaksi antara
periode penyimpanan dan perbedaan varietas sorgum digunakan untuk semua variabel
yang diamati (Table 1)

Table 1 Ringkasan Analisis Variance Pengaruh Penyimpanan Seriod (P) dan


Variety (V) pada Kualitas Fisik dan Sorghum Benih Vigor

Tidak. Variabel pengamatan Perlakuan


p V px V
A. Kualitas fisik
1. Benih rusak (%) ** ns ns
2. Kadar air biji (%) ns ns ns
B. Benih vigor
3. Konduktivitas listrik (μS.cm -1 ) ** * ns

4. Bibit kecambah kuat (%) * ns ns


5. Bibit kecambah lemah (%) ns ns ns
6. Panjang tunas benih normal ** ns ns
(cm.seedling -1)
7. Panjang akar primer bibit kecambah ** * ns
normal ( cm.seedling -1 )
8. Berat kering bibit kecambah normal ( ** * ns
mg.seedling -1 )
9. Kecepatan Perkecambahan (% / hari) ** ns ns
10. Total bibit kecambah normal (%) ** ns ns

9
11. Benih mati (%) * ns ns

Catatan . P = periode penyimpanan; * = berbeda signifikan pada α = 0,05; v = varietas;


** = sangat berbeda nyata pada α = 0,01; V x P = efek interaksi P dan V; ns = tidak
berbeda nyata pada α = 0,05

2.3.2 Pengaruh Periode Penyimpanan terhadap Kualitas Fisik dan Vigor Benih
Sorghum (Sorghum bicolor [L.] Moench .)

Hasil menunjukan bahwa semua varietas yang disimpan pada suhu kamar ± 18oC dan RH
± 48%, persentase dari benih rusak lebih tinggi untuk periode penyimpanan 12
dibandingkan dengan periode penyimpanan 10 bulan, masing-masing sebesar 24,19% dan
14,73%. Hasil ini sejalan dengan pernyataan penelitian Goftishu dan Belete (2014),
persentase akhir benih rusak dengan data tertinggi terdapat pada 29,33 ± 2,23%. Dalam
percobaan ini, persentase dari kelembaban yang disimpan selama 10 bulan 8,90% tidak
berbeda dari 12 bulan, 8,98% (Gambar 1). Ini diduga bahwa benih disimpan di ruang
dingin, kadar air benih tergantung pada kelembaban udara di sekitarnya, jika kelembaban
udara meningkat, kadar air benih meningkat juga, dan jika kelembaban rendah, kadar air
benih akan menurun (Mbofung et al., 2013).

Gambar 1. Benih Rusak (A) dan Kelembaban Biji (B) setelah Disimpan 10 dan 12
Bulan

Pengaruh periode penyimpanan pada vigor benih disebabkan peningkatan konduktivitas


listrik air perendaman benih, dari 48,66 μS.cm-1 dalam biji yang disimpan selama 10
bulan dan 61,89 μS.cm-1 dari benih yang disimpan selama 12 bulan. Ada perbedaan
13,23 μS.cm -1. Naguib et al. (2011) menyatakan bahwa peningkatan periode
penyimpanan dari 0 hingga 18 bulan menyebabkan peningkatan nilai konduktivitas listrik
biji gandum 16,03 menjadi 52,02 μS.cm-1. Selama penyimpanan telah mengalami

10
kerusakan seperti yang ditunjukkan oleh kebocoran elektrolit yang meningkatkan nilai
konduktivitas listrik dalam air rendaman. Naguib dkk. (2011) juga menyebutkan bahwa
peningkatan periode penyimpanan juga mengakibatkan perkecambahan dan berat kering
menurun, pada akhir pengamatan persentase perkecambahan awal menurun dari 82,3% (0
bulan) menjadi 53,6% (18 bulan), diikuti oleh jumlah benih mati. Pernyataan tersebut
sejalan dengan peningkatan persentase benih mati yang dimulai dari 25,31% (pada 10
bulan) menjadi 30,16% (pada 12 bulan) (Gambar 2).

11
12
Gambar 2. Konduktivitas Listrik (A), Bibit Mati (B) Bibit Kecambah Kuat (C)
Panjang Tunas Bibit Kecambah Normal (D) Panjang Akar Primer Benih Kecambah
Normal (E) Berat Kering Bibit Kecambah Normal (E), Kecepatan Perkecambahan
(G), dan Total Kecambah Normal (H). Nilai Rata-rata Diikuti oleh Tidak Berbeda
pada Taraf Α 0,05 Mengacu pada Tes Tukey HSD

Pada bibit dengan kecambah kuat, panjang tunas bibit kecambah normal, panjang akar
primer bibit kecambah, berat kering bibit kecambah normal, kecepatan perkecambahan
dan penurunan total bibit normal dapat dilihat pada Gambar 2. Kandil et al. (2013)
melaporkan bahwa panjang akar, panjang tunas dan berat kering bibit kecambah normal
berkurang setelah disimpan selama 12 bulan bila dibandingkan dengan periode
penyimpanan biji kedelai 3,6, dan 9 bulan. Peningkatan periode penyimpanan pada biji
gandum dari penyimpanan 3, 6 dan 9 bulan secara signifikan mempengaruhi viabilitas
dan kualitas benih, persentase perkecambahan terendah terdapat pada bulan 9. Ini
menunjukkan bahwa kerusakan benih selama penyimpanan cenderung menyebabkan
kerusakan membran, enzim, protein, dan asam nukleat yang akhirnya menyebabkan
kehilangan persen perkecambahan dan kematian benih (Badawi et al., 2017).

2.3.3 Pengaruh Berbagai Varietas terhadap Kualitas Fisik dan Semangat Sorghum
(Sorghum Bicolor [L.] Moench.)

Varietas yang berbeda pada vigor benih menunjukkan hasil yang berbeda dalam
konduktivitas listrik dengan nilai tertinggi dari varietas Super-1 sebesar 64,65 μS.cm-1
dan Kawali sebesar 62,84 μS.cm-1 jika dibandingkan dengan varietas Pahat dari 46,29

13
μS.cm -1tapi tidak berbeda dengan Talaga Bodas 47,33 μS.cm-1 (Gambar 3).
Peningkatan konduktivitas listrik menandakan penurunan vigor benih, serta karakteristik
bahwa benih mengalami kemunduran seperti yang ditunjukkan oleh meningkatnya
kebocoran elektrolit (Akter et al., 2014).

Gambar 3. Daya Konduksi Listrik dari Empat Varietas Sorgum. Nilai Rata-rata
Diikuti oleh Tidak Berbeda pada Taraf α 0,05 Mengacu pada Uji Tukey HSD

Pada panjang akar primer kecambah normal menunjukkan Talaga Bodas memiliki akar
primer terpanjang sebesar 9,23 cm.seedling-1, tetapi tidak berbeda dengan super -1
sebesar 8,54 cm.seedling-1 dibandingkan dengan Kawali 7,01 cm.seedling-1 didukung
oleh berat kering bibit kecambah normal yang menunjukkan Talaga Bodas dan Super-1
memiliki bobot kering tertinggi masing-masing sebesar 6,99 mg.seedling-1 dan 6,72
mg.seedling-1 dibandingkan dengan Kawali dari 4,92 mg. benih Super-1 memiliki vigor
terbaik karena Super-1 adalah varietas yang memiliki nilai konduktivitas listrik tertinggi
yang merupakan indicator dari kerusakan benih (Gambar 3) tetapi tidak menyebabkan
panjang akar primer dan berat kering rendah pada bibit kecambah normal. Super-1 tidak
berbeda dari Talaga Bodas (Gambar 4) serta evaluasi vigor melalui uji Tetrazolium
menunjukkan persentase benih yang layak di Super-1 masih tinggi (Tabel 2). Perbedaan
panjang akar dan berat kering mungkin disebabkan oleh perbedaan genetik dan komposisi
biokimia dari masing-masing varietas yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat
kerusakan dan penurunan vigor (Kandil et al., 2013). Bobot kering yang tinggi
menunjukkan bahwa penggunaan cadangan dalam benih sangat efisien karena benih yang
memiliki vigor tinggi dapat mentransmisikan material mentah ke embrio dengan cepat
sehingga akumulasi bobot kering meningkat. Ukuran biji dari masing-masing varietas
juga dapat mempengaruhi berat kering bibit kecambah normal karena biji dengan ukuran

14
besar yang memiliki cadangan makanan besar. Jika vigor seed tinggi, maka penggunaan
cadangan makanan sangat efisien untuk digunakan selama perkecambahan.

Gambar 4. Panjang Akar Utama Bibit Kecambah Normal (A) dan Bobot Kering
Bibit Kecambah Normal (B) Empat Varietas

Tabel 2. Evaluasi Vigor Benih Sorghum melalui Uji Tetrazolium

Varietas Masa Penyimpanan

10 bulan (%) 12 bulan (%)

Kawali - 56

Talaga Bodas 80 68

Super 1 80 68

Pahat NA 68

Jumlah persentase benih mati meningkat dengan meningkatnya periode penyimpanan.


Persentase benih mati tertinggi terdapat dalam biji kedelai yang disimpan dalam periode
penyimpanan 60 hari setelah disimpan, yang merupakan waktu penyimpanan terpanjang

15
dari penelitian (Akter et al., 2014). Peningkatan suhu dan periode penyimpanan
menyebabkan persentase benih berkecambah, jumlah bibit normal dan aktivitas enzim
menurun (Azadi & Younesi, 2013). Pernyataan itu sejalan dengan jumlah biji yang tidak
dapat hidup dalam uji tetrazolium (Gambar 5).

Gambar 5. Evaluasi Vigor Benih Sorghum melalui Uji Tetrazolium, Benih dengan
Embrio Merah Penuh Adalah Benih yang Dapat Dibudidayakan (A); Benih dengan
Memar (B) dan Bintik Putih (C) Adalah Benih Yang Tidak Layak

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Semua varietas sorgum disimpan di ruang penyimpanan dengan suhu ± 18oC dan
RH ± 48% selama 12 bulan menghasilkan benih dengan kerusakan lebih tinggi daripada
disimpan selama 10 bulan, masing-masing sebesar 24,19%, 14,73%. Vigor benih seperti
yang ditunjukkan oleh persentase total bibit normal yang disimpan di ruang penyimpanan
dengan suhu ± 18oC dan RH ± 48% selama 12 bulan lebih rendah daripada yang
disimpan di ruang penyimpanan selama 10 bulan, masing-masing sebesar 59,50%,
78,00%. Juga, kecepatan perkecambahan benih setelah penyimpanan 12 bulan lebih
rendah daripada yang disimpan di ruang penyimpanan selama 10 bulan, masing-masing
sebesar 36,47% / hari, 24,58% / hari. Varietas sorgum yang memiliki kecambah terbaik
adalah Super-1. Itu ditunjukkan oleh panjang akar dan berat kering bibit normal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Akter, N., Haque, M. M., Islam, M. R., & Alam, K. M. (2014). Seed Quality of
Stored Soybean (Glycine max L.) asInfluenced by Storage Containers and
Storage Periods. A Scientific Journal of Krishi Foundation, 12(1), 85-95.

Azadi, M. S., & Younesi, E. (2013). The Effects of Storage on Germination


Characteristics and Enzyme Activity or Sorghum Seeds. Journal of Stress
Physiology and Biochemistry, 9(4), 289-298.

Badawi, M. A., Seadh, S. E., Abido, W. A. E., & Hasan, R. M. (2017). Effect of
Storage Treatments on Wheat Storage. International Journal of Advanced
Research in Biological Sciences, 4(1), 78-91.
https://doi.org/10.22192/ijarbs.2017.04.01.009

Bortey, H. M., Sadia, A. O., & Asibuo, J. Y. (2016). Influence of Seed Storage
Techniques on Germinability and Storability of Cowpea (Vigna
unguiculata (L) Walp). Journal Agricultural Science, 8(10), 241-248.
https://doi.org/10.5539/jas.v8n10p241

Copeland, L. O., & Mcdonald, M. B. (2005). Principles of Seed Science and


Technology-Fourth Edision. Burgess Publishing Company. Minneapolis.
Minneasota.

Kandil, A. A., Sharief, A. E., & Sheteiwy, M. S. (2013). Seedling Parameters of


Soybean Cultivars as Influenced with Seed Storage Periods, Conditions
and Materials. International Journal of Agriculture Sciences, 5(1), 330-
338. https://doi.org/10.9735/0975-3710.5.1.330-338

Naguib, N. A., Mohamed, E. A. I., & El- Aidy, N. A. (2011). Effect of Storage
Period and Packaging Material on Wheat (Triticumaestivum L.) Seed
Viability and Quality. Journal Agriculture, 89(4), 1481-1497.

Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya
Terhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin
Teknik Pertanian Vol. 12. No. 1, 2007

18
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Strelec, I. P. R., Ivanisic, I. J. V., Jurkovic, Z., Ugarcic-Hardi, Z., & Sabo, M.
(2012). Influence of Temperature and Relative Humidity on Grain
Moisture, Germinationand Vigour of Three Wheat Cultivars During One
Year Storage. J. Poljoprivreda, 16(2), 20-24.

19

Anda mungkin juga menyukai