Anda di halaman 1dari 14

1

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU HAMA PENYAKIT TANAMAN

Judul: Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga

Nama: Alfurqon Faiz


NPM: 150510180188
Program Studi: Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
2

Judul: Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan serangga adalah peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada serangga
yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi) dan bersifat irreversible atau
tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sebagai contoh : pertambahan serangga, pertambahan
berat serangga, tubuh serangga bertambah besar ketika menginjak fase dewasa (imago).
Pertumbuhan bersifat kualitatif/punya nilai yang dapat diukur dalam angka. Selama hidupnya
makhluk hidup selain mengalami pertumbuhan juga mengalami perkembangan.

Perkembangan serangga merupakan proses biologis menuju tingkat kedewasaan,


dapat berupa perubahan bentuk, susunan dan fungsi organ-organ tubuh menuju
kedewasaan/kesempurnaan. Dalam perubahan tersebut perbedaan ukurannya tidak terlalu
besar/mencolok namun terjadi perubahan besar yang tidak dapat diukur berupa perubahan
bentuk. Proses perkembangan yang sudah memasuki tahap akhir salah satu cirinya adalah
kematangan organ-organ reproduksi.

Proses perkembangan yang mengubah pradewasa instar pertama menjadi dewasa


disebut metamorfosis (metamorphosis), yang arti sebenarnya adalah perubahan
bentuk. Perubahan bentuk itu bisa berangsur-angsur (gradual), yaitu bentuk pradewasa secara
umum hampir sama dengan bentuk dewasanya, atau tiba-tiba (abrupt), yaitu bentuk
pradewasanya sangat berbeda dengan dewasanya dan perubahan ini terjadi pada instar akhir
pradewasa

1.2 Tujuan
-Memahami, mengetahui dan mampu membedakan tipe perkembangan, stadia hidup serta
jenis-jenis larva dan pupa serangga
3

II. Bahan dan Metode


2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB Hari Jumat, 20 September 2019.
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah Laboratorium Hidroponik di Saung D3
Ciparanje Universitas Padjadjaran.

2.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Kamera
2. Lup
3. Jaring Serangga
4. Botol Preparat
5. Plastik
6. Pinset
7. Buku Panduan
Bahan:
1. Serangga yang ada di lapangan baik pada fase telur, pupa, dan imago.

2.3 Metode Pelaksanaan

 Mencari serangga dari berbagai stadia hidup di lapangan.


 Mengidentifikasi serangga yang telah ditemukan.
 Mendiagnosis serangga yang ditemukan dilapangan dan menentukan fase hidupnya,
tipe metamorfosisnya , klasifikasi serangga (ordo, famili), alat mulut dan perannya di
lingkungan
4

III. Hasil

NO SERANGGA YANG GAMBAR


DITEMUKAN
1 Belalang Kayu (Valanga
nigriconis)
Klasifikasi
 Ordo : Orthoptera
 Famili : Acrididae
Tipe metamorfosis : Paurometabola
Fase hidup ketika ditemukan :
Imago
Tipe mulut : Mandibulata
Peranan umum : Hama

2 Belalang Sembah (Mantis sp.)


Klasifikasi
 Ordo : Mantodea
 Famili : Acrididae
Tipe metamorfosis : Paurometabola
Fase hidup ketika ditemukan :
Imago
Tipe mulut : Mandibulata
Peranan umum : Predator,
Biokontrol

3 Belalang (Dissosteira carolina)


Klasifikasi
 Ordo : Orthoptera
 Famili : Acrididae
Tipe metamorfosis : Paurometabola
Fase hidup ketika ditemukan :
Imago
Fase hidup : Imago
Tipe mulut : Mandibulata
Peranan umum : Hama
5

4 Kutu Daun (Aphis gossypii)


Klasifikasi
 Ordo : Hemiptera
 Famili : Aphididae
Tipe metamorfosis : Paurometabola
Fase hidup ketika ditemukan :
Imago
Tipe mulut : Menusuk-menghisap
Peranan umum : Hama

5 Semut
Klasifikasi
 Ordo : Hymenoptera
 Famili : Formicidae
Tipe metamorfosis : Holometbola
Fase hidup ketika ditemukan :
Imago
Tipe mulut : Menusuk-menghisap
Peranan umum : Predator

6 Ulat Daun
Klasifikasi
 Ordo : Lepidoptera
 Famili : Papilionidae
Tipe metamorfosis : Holometabola
Fase hidup ketika ditemukan :
Larva
Tungkai Larva : Polipoda
Bentuk Larva : Eruciform
Tipe mulut : Mandibulata
Peranan umum : Hama
6

7 Pupa Liriomyza sp.


Klasifikasi
 Ordo : Diptera
 Famili : Agromyzidae
Tipe metamorfosis : Holometabola
Fase hidup ketika ditemukan : Pupa
Bentuk pupa : Koartat

8 Pupa Kupu-Kupu
Klasifikasi
 Ordo : Lepidoptera
 Famili : Papilionidae
Tipe metamorfosis : Holometabola
Fase hidup ketika ditemukan : Pupa
Bentuk pupa : Obtek

9 Pupa Ulat Kantung


Klasifikasi
 Ordo : Lepidoptera
 Famili : Psychidae
Tipe metamorfosis : Holometabola
Fase hidup ketika ditemukan : Pupa
Peranan umum : Koartat
7

IV. Pembahasan

1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)

Belalang kayu adalah salah satu jenis hewan herbivora yang termasuk dalam ordo
Orthoptera dengan famili Acrididae. Hewan ini memiliki dua antena dibagian kepala yang
jauh lebih pendek dari bentuk tubuh. belalang ini juga memiliki femor belakang yang panjang
dan kuat sehingga dapat lompat dengan baik, dan bahkan juga memiliki kebiasan – kebiasan
mengerik atau mengeluarkan suara pada malam hari.

V. nigricornis disebut juga belalang kayu, yang mempunyai ciri-ciri antena pendek, sayap
depan lurus dan agak keras, sayap belakang berbentuk seperti selaput, memiliki panjang
tubuh sekitar 6,2 cm. serta mempunyai kaki belakang yang lebih panjang dari kaki depan
(Sofyan, 2010). Nimfa maupun imago belalang ini berwarna hijau muda kekuning-kuningan
dengan panjang kurang lebih 44-72 mm. V. nigricornis bersifat fitopagus atau memakan
berbagai jenis tanaman. Dalam populasi yang tidak terkendali V. nigricornis akan merusak
tanaman, sehingga berpotensi besar sebagai hama tanaman. Sudarmo (2000) menyatakan
bahwa V. nigricornis betina dewasa memiliki alat peletak telur atau yang disebut ovipositor.
Telur-telur tersebut lalu dimasukkan ke dalam tanah sedalam 5-8 cm yang dibungkus dengan
massa busa yang kemudian mengering dan memadat. Telur berwarna coklat dengan panjang
2-3 cm. Setelah 5-7,5 bulan telur menetas. Biasanya terjadi pada awal musim hujan (Oktober-
November).

2. Belalang Sembah (Mantis sp)

Belalang sembah yang termasuk dalam ordo Mantodea memiliki adaptasi yang baik
dengan kamuflase dan mimikri. Belalang sembah ini juga berperan sebagai predator bagi
belalang, ngengat, kupu-kupu, lalat dan kutu daun dalam ekosistem (Sureshan dan Sambath,
2009). Menurut Prokop dan Radovan (2008), belalang sembah memiliki perilaku kanibalisme
pada saat kawin. Berdasarkan penelitian Prokop dan Radovan didapatkan bahwa umur
belalang sembah betina mempengaruhi perilaku kanibalisme saat kawin.

Siklus hidup belalang sembah menurut Jumar (1997) adalah sebagai berikut.
Telur diletakkan pada cabang tanaman dalam sarang yang dibentuk oleh betina. Masing-
masing sarang bisa berisi 200 telur atau lebih. Telur berwarna cokelat kemerahan.Lama stadia
telur adalah 5-8 minggu. Nimfa keluar dari sarang telur secara bersama-sama. Nimfa
kelihatan seperti dewasa kecuali dia lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa ganti kulit
8

beberapa kali. Nimfa berwarna putih, kuning ,ungu, dimana bentuk dan warnanya berubah
seperti warna bunga. Nimfa mengalami 5 instar. Setelah itu, Imago kawin dan betina bertelur
dalam sarang. Biasanya betina memakan jantan langsung setelah kawin atau sambil kawin.
Imago berwarna hijau cerah. Stadia imago kurang lebih 4 bulan.

3. Belalang (Dissosteira carolina)

Belalang ini pada umumnya hampir sama dengan jenis belalang lainnya. Tipe mulut
pada belalang ini adalah holometabola. Peranan belalang di alam merupakan serangga yang
memakan rumput ataupun daun. Siklus hidup belalang yaitu metamorfosis paurometabola.
Belalang yang termasuk metamorfosis paurometabola mengalami perubahan secara bertahap.
Setiap pergantian kulit (ecdysis), ukuran tubuhnya bertambah besar. Bakal sayap tumbuh
secara bertahap, makin lama makin besar, dan akhirnya menyerupai sayap serangga dewasa.
Serangga muda disebut "nimfa" (nymph), dan serangga dewasa disebut "imago". Baik nimfa
maupun imago hidup dalam habitat yang sama, dengan jenis makanan yang sama pula.

4. Kutu Daun (Aphis gossypii)

Salah satu kendala dalam budidaya tanaman adalah kehadiran serangga hama. Salah
satu hama tanaman adalah penghisap daun yaitu kutu daun. Siklus hidup hama ini adalah
paurometabola. Tanaman yang diserang akan terhambat pertumbuhannya, menjadi lemah dan
kehilangan warna, daun mengerut dan mengeriting, dan akhirnya menyebabkan penurunan
hasil dari tanaman tersebut. Tipe mulut kutu daun adalah menusuk-menghisap karena kutu
daun menyerang jaringan daun yang mengakibatkan daun terlihat kerdil atau terlihat
kekeringan.

Siklus Hidup A. gossypii:

a) Imago, A. gossypii ada yang bersayap dan tanpa sayap. A. gossypii mempunyai kauda
pucat agak kehitaman dan dua-tiga pasang rambut setae. Tuberkel kepala A. gossypii
berjauhan, kepala depan (forehead) relatif rata dan tidak terjadi penonjolan di dasar antena.
Warna kornikel A. gossypii gelap, relatif pendek dan hitam. Ukuran antena A. gossypii lebih
pendek dari panjang tubuhnya. Warna tubuh A. gossypii bervariasi mulai dari hijau, hijau
kebiruan sampai abu-abu kebiru-biruan. Imago A. gossypii bersayap mempunyai kornikel
hitam dari dasar sampai ujung, tuberkel kecil diantara antena dan tidak mempunyai tonjolan
tambahan pada sisi dorsal abdomen.
9

b) Nimfa A. gossypii berwarna abu-abu sampai hijau, kadang-kadang mempunyai tanda hitam
pada kepala, toraks dan bakal sayap serta abdomen berwarna hijau kehitam-hitaman. Nimfa
A. gossypii dapat berkembang menjadi imago bersayap dan imago tidak bersayap.

c) Telur A. gossypii yang baru diletakkan berwarna kuning, tetapi segera menjadi hitam
mengkilat. Telur yang diletakkan rata-rata berjumlah 5 butir setiap hari selama 16-18 hari.

5. Semut

Individu semut mengalami metamorfosis sempurna dalam perkembangannya, terdiri


atas tahap telur, larva, pupa, imago. Telurnya sangat kecil dan berwarna putih. Larva yang
baru menetas berwarna putih, sangat halus. Sama halnya dengan larva, fase pupa pun tidak
bisa bergerak. Pupa berwarna putih kekuningan. Siklus hidupnya dimuai dari telur hingga
imago memakan waktu 6 minggu sampai 2 bulan.

Koloni semut dimulai dengan terbangnya semut jantan dan semut betina dari
sarangnya baik itu dari sarang yang terbuat dari daun atau yang berada di dalam tanah atau
sarang-sarang lainnya. Terbangnya semut ini diikuti karena adanya perkawinan antara semut
jantan dan betina, kemudian semut betina akan melepaskan sayapnya setelah melakukan
perkawinan dan semut jantan akan mati pada beberapa saat setelah melakukan perkawinan
(Putra, 1994). Semut disebut dengan serangga sosial karena kehidupannya yang sangat suka
bergotong royong, hidup bersama-sama seperti halnya dalam bermasyarakat dan saling
membantu satu sama lain. Semut mempunyai tiga golongan, yaitu semut jantan, semut betina
(ratu semut) dan semut pekerja. Semut jantan dan semut betina pada umumnya adalah
bersayap sementara itu semut pekerja tidak bersayap. Ratu semut mempunyai abdomen yang
besar dan pekerjaannya hanya bertelur untuk menjaga keturunannya, sementara itu semut
pekerja terdiri dari semut-semut betina yang mandul yang pekerjaanya mencari makanan atau
semua pekerjaan dilakukan oleh semut betina (Srimawab, 1997).

6. Ulat Daun

Ulat merupakan bagian dari siklus hidup serangga berordo Lepidoptera. Metamorfosis
yang dialami oleh serangga ini yaitu holometabola. Tipe larva ini berdasarkan tungkainya
adalah larva Polipoda, yaitu larva yang memiliki kaki 3 pasang pada thoraks dan lebih dari 3
pasang proleg atau kaki semu pada abdomen. Bentuk yang terdapat pada ulat daun ini adalah
eruciform yaitu bertubuh silinder, kepala berkembang sempurna akan tetapi antenna sangat
pendek. Pada bagian toraks terdapat tungkai yang berkembang sempurna, dan pada abdomen
10

terdapat tungkai palsu. Pada fase larva atau ulat tipe mulutnya adalah mandibulata. Peranan
umum di alam pun merugikan, yaitu sebagai hama yang menyerang pertumbuhan daun pada
tanaman budidaya.

7. Pupa Lirimoyza sp.

Lalat pengorok daun termasuk genus Liriomyza, ordo Diptera, famili Agromyzidae.
Imago betina memiliki ovipositor yang berkembang sempurna, dan alat ini merupakan ciri
pembeda dengan lalat jantan. Lalat betina membuat beberapa tusukan pada bagian atas
permukaan daun yang diawali pada daun bagian atas. Telur hanya diletakkan pada beberapa
aktivitas penusukan, sedangkan aktivitas penusukan lainnya adalah perilaku makan. Bekas
tusukan baik untuk makan maupun peletakan telur dengan jelas terlihat berupa bintik-bintik
putih. Saat menetas, larva mengorok bagian jaringan palisade. Larva mengalami tiga instar,
larva instar akhir berukuran 23 mm berwarna kuning. Larva dewasa jatuh ke tanah dan
membentuk pupa pada serasah tanaman. Pupa berbentuk koartat. Lalu imago terbang saat ke
luar dari pupa. Siklus hidup dari stadia telur sampai imago berlangsung sekitar 21 hari.

8. Pupa Kupu-Kupu

Stadium pupa adalah fase istirahat setelah larva tumbuh sempurna dan telah berhenti
makan. Pupa dibungkus dalam krisalis dan tidak akan bergerak selama proses perubahan
menjadi kupu-kupu dewasa. Pada fase pupa masing-masing larva memiliki kelenjar sutera
yang akan membantu mengaitkan tubuhnya ketika menjadi pupa pada batang, ranting, atau
daun (Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Di dalam tubuh yang seolah-olah diam dan istirahat
ini, terjadi proses perubahan yang besar sehingga akan terbentuk kupu-kupu dewasa yang
siap keluar dari kulit pupa. Tidak seperti ngengat, pupa kupu-kupu umumnya tidak
membentuk kokon, kecuali pada familia Hesperiidae yang kepompongnya terbentuk dalam
balutan benang sutra di antara daun-daun. Pupa umumnya berwarna hijau atau coklat. Warna
hijau atau coklat ini merupakan mekanisme pertahanan diri larva dari pemangsa (dengan
menyerupai warna tumbuhan inangnya) sebagai salah satu mekanisme pertahanan.

9. Pupa Ulat Kantung

Ulat kantong adalah nama larva dari ngengat yang masuk kelompok ordo
Lepidoptera famili Psychidae. Disebut ulat kantong, karena larvanya hidup didalam kantong
yang terbuat dari serpihan-serpihan daun dan ranting yang dianyam dengan benang-benang
sutera yang dikeluarkan dari mulutnya.Ukuran dan bentuk kantong bervariasi,kantong akan
11

semakin membesar seiring dengan pertumbuhan larva. Larva selalu membawa kantongnya
kemana saja, seperti saat ulat makan atau berpindah tempat.

Dalam siklus hidupnya ulat kantong mengalami metamorfose sempurna yaitu melalui
tahapan telur – larva – pupa – imago. Kehidupan ulat kantong dimulai saat telur dalam
kantong induknya, menetas menjadi ulat/larva yang sangat kecil hanya beberapa milimeter
(instar 1), larva keluar dari kantong induknya melalui lubang posterior secara bersamaan.
Ulat kecil itu mengeluarkan benang sutera dan ulat bergelantungan dengan benang suteranya
mencari tempat, kemudian segera membuat kantongnya masing-masing sebagai pelindung,
apabila kantong tidak segera dibuat maka larva tersebut kemungkinan besar akan mati. Larva
akan mulai beraktivitas setelah kantong selesai dibuat. Menjelang larva berubah menjadi
pupa, lubang kantung anterior dan posterior menutup rapat, posisi larva berubah menghadap
ke bawah (posterior), kemudian ulat (larva) berganti kulit, berubah menjadi pupa, tubuhnya
agak gemuk menggembung, batas antara kepala, dada, dan abdomen tidak jelas. Kaki, sayap,
mata dan sungut juga tidak jelas. Pupa jantan terbentuknya lebih cepat dibandingkan dengan
pupa betina, tetapi masa pupanya lebih singkat. Ngengat betina tidak mempunyai kaki
maupun sayap (mereduksi) bentuknya tetap seperti larva. Pupa betina hanya berada dan dapat
bergerak naik turun dalam kantong dan kulit kepompong, karena gerakan ini lubang dibawah
kantong membuka dan terlihat bagian kepala serta abdomen ngengat betina .

Penampilan ngengat jantan sangat berbeda dengan ngengat betina, ngengat jantan
mempunyai mata, antena dan sayap yang berkembang baik sehingga bebas keluar dari
kantongnya. Perkawinan ngengat dimulai dengan ngengat betina yang mengeluarkan dada
dan kepalanya dari kantong, kemudian mengeluarkan bau-bauan (feromon) untuk
mengundang ngengat jantan. Ngengat jantan menghampiri kantong ngengat betina dan
hinggap pada kantong dengan memasukkan ujung abdomennya dan tidak bergerak beberapa
saat, perkawinanpun terjadi. Ngengat betina yang telah kawin akan segera bertelur. Tubuh
ngengat betina mengerut dan mengecil sebab telur yang semula memenuhi abdomennya telah
dikeluarkan semua, telur ditempelkan begitu saja pada kulit kepompong dalam kantong.
Setelah 2 – 3 minggu, telur menetas secara bersamaan, beribu-ribu ulat kecil itu
mengeluarkan benang dan ulat bergelantungan mencari tempat dan makanan, pada saat yang
bersamaan induk ulat kantong melepaskan diri dan jatuh ke tanah (mati). Setiap jenis ulat
kantong mempunyai waktu yang berbeda-beda dalam proses siklus hidupnya, perkembangan
dalam satu generasi setiap yaitu ada yang 3 bulan sampai 7 bulan.
12

V. Daftar Pustaka

Anggraeni, Illa., & Ismanto, Agus. 2013. Keanekaragaman Jenis Ulat Kantong yang
Menyerang di Berbagai Pertanaman Sengon (Paraserianthes falcataria(L). Nielsen)
di Pulau Jawa. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 3, No. 2, Halaman
184 – 192.

Baliadi, Yuliantoro., & Tengkano, W. 2010. Lalat Pengorok Daun Liriomyza sp. (DIptera:
Agromyzidae), Hama Baru Pada Tanaman Kedelai di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian, 29(1) Halaman 1-9

Jumar. 1997. Entimologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Mastrigt, H.V. dan E. Rosariyanto. 2005. Buku Panduan Kupu-kupu untuk Wilayah
Membrano sampai Pegunungan Cyclops. Jakarta: Conservation International
Indonesia.

Prakoso, Bagas. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: ordo Orthoptera) pada


Agroekosistem (Zea mays L.) dan Ekosistem Hutan Tanaman di Kebun Raya
Baturaden, Banyumas. Biosfera Vol 34 Halaman 80-88.

Prokov, P dan Radovan, V. 2008. Seasonal Aspects of Sexual Cannibalism in the Praying
Mantis (Mantis religiosa). J. Ethol. 26(1): 213-218.

Putra, N. S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kanisius.

Srimawab, T. 1997. Serangga Dalam Lingkungan Hidup. Jakarta: Akadoma.

Sudarmo, S. 2000. Tembakau, Pengendalian Hama dan Penyakit. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiarto, Ari. 2018. Inventarisasi Belalang Sembah (Mantodea) di Desa Serdang Menang,
Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ili. Insect Village Vol. 1,
No.1 Hal 4-6

Sureshan P.M dan Sambath S. 2009. Mantid (Insecta: Mantodea) Fauna of Old Bihar (Bihar
and Jharkhand) with Some New Records for the State. Records of the Zoological
Survey of India. 109(3):11-26.
13

VI. Lampiran

Kertas acc praktikum


14

Anda mungkin juga menyukai