Anda di halaman 1dari 11

1

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU HAMA PENYAKIT TANAMAN

Judul: Klasifikasi dan Identifikasi Serangga Berdasarkan


Morfologinya

Nama: Alfurqon Faiz


NPM: 150510180188
Program Studi: Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
2

Judul: Klasifikasi dan Identifikasi Serangga Berdasarkan Morfologinya

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Serangga merupakan hexapoda (hewan berkaki enam) yang termasuk kelas besar dari
filum Arthropoda. Serangga memiliki keanekaragaman dalam bentuk ukuran,bentuk tubuh,
jumlah sayap, jumlah kaki, dan perilaku. Kesuksesan eksistensi kehidupan serangga dibumi
ini diduga berkaitan erat dengan rangka luar (eksoskeleton) yang dimilikinya. Seperti kulit
yang juga memiliki peran sebagai rangka penunjang tubuhnya, ukuran serangga yang relatif
kecil meneyababkan kebutuhan makanan yang relatif sedikit dan lebih mudah dalam
menghadapi musuhnya, serangga juga memiliki kemampuan reproduksi yang lebih besar
dalam jangka waktu yang singkat. Selain itu serangga juga memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dengan ekosistem tempat tinggalnya, sehingga dapat menyebabkan banyak jenis
serangga yang berperan sebagai hama tanaman

Tubuh serangga terdiri atas kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat
mulut dan sepasang antena, sedangkan pada thoraks terletak tiga pasang tungkai dan sayap.
Aspek susunan bagian-bagian tubuh serupa ini sudah khas pada insekta, oleh karena itu
dinamakan juga hexapoda (hewan berkaki enam) (Brotiwijoyo, 1994).

Mengklasifikasi serangga dapat dilakukan dengan mengelompokkan serangga dengan


ciri yang sama. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mempermudah dalam pemberian nama
dan mengetahui jenisnya. Ada tiga bentuk morfologi serangga yang penting untuk dilakukan
identifikasi, ketiga bentuk morfologi itu adalah pola rangka sayap, bentuk antena, dan bentuk
mulut. Berdasarkan pembagian ordo, ada beberapa ordo yang memiliki peranan penting
dalam keseimbangan ekosistem, baik sebagai dekomposer, predator, parasitoid, dan
penyebuk (pollinator).

1.2 Tujuan
- Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan preparat serangga berdasarkan karakter
Morfologinya
3

II. Bahan dan Metode


2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB Hari Jumat, 13 September 2019.
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah Laboratorium Hama di Gedung Ex FTIP
Universitas Padjadjaran.

2.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Mikroskop
2. Lup
3. Petridish
4. Pisau & Jarum
5. Glass Object
Bahan:
1. Preparat serangga:
 Tonggeret Tahunan
 Orong-Orong / Anjing Tanah
 Jangkrik
 Kumbang Hitam
 Lalat Buah
 Lebah
 Ngengat
 Anggang-Anggang
 Kutu Beras

2.3 Metode Pelaksanaan

 Mengidentifikasi sampel preparat serangga.


 Mendiagnosis karakter morfologi preparat serangga yang telah disediakan untuk
menentukan klasifikasi preparat serangga tersebut serta peranannya di ekosistem.
4

III. Hasil

NO HASIL GAMBAR
1 Tonggeret tahunan
Klasifikasi
 Nama umum : Tonggeret tahunan
 Ordo : Hemiptera
 Famili : Cicadidae
Morfologi
 Tipe mulut : Menusuk-menghisap
 Karakterisitik sayap : Hemelytron, besar, tembus
pandang
 Tipe tungkai : Cursorial
 Tipe antena : Setasius (antena pendek)
 Warna tubuh : Coklat
Peranan umum : Hama
2 Orong-Orong / Anjing Tanah
Klasifikasi
 Nama umum : Orong-orong
 Ordo : Orthoptera
 Famili : Grilopididae
Morfologi
 Tipe mulut : Menggigit-mengunyah
 Karakterisitik sayap : Lurus, panjang & membranous
 Tipe tungkai : Fursorial
 Tipe antenna : Filiform
 Warna tubuh : Hitam kecoklatan
Peranan umum : Hama
3 Jangkrik
Klasifikasi
 Nama umum : Jangkrik
 Ordo : Orthoptera
 Famili : Gryllidae
Morfologi
 Tipe mulut : Menggigit-mengunyah
 Karakterisitik sayap : Dua pasang sayap (depan-
belakang)
 Tipe tungkai : Saltatorial
 Tipe antenna : Filiform
 Warna tubuh : Hitam kecoklatan
Peranan umum : Hama
4 Kumbang Hitam
Klasifikasi
 Nama umum : Kumbang Hitam
 Ordo : Coleoptera
 Famili : Coccinellidae
Morfologi
 Tipe mulut : Mandibulata
5

 Karakterisitik sayap : Menebal sebagai pelindung


sayap
 Tipe tungkai : Cursorial
 Tipe antenna : Lamelate
 Warna tubuh : Hitam
Peranan umum : Hama
5 Lalat Buah
 Nama umum : Lalat Buah
 Ordo : Diptera
 Famili : Tephritidae
Morfologi
 Tipe mulut : Menusuk-menghisap
 Karakterisitik sayap : Sayap depan transparan &
sayap belakang menjadi halter
 Tipe tungkai : Cursorial
 Tipe antenna : Aristate
 Warna tubuh : Hitam kekuningan
Peranan umum : Hama
6 Lebah
 Nama umum : Lebah
 Ordo : Himenoptera
 Famili : Apidae
Morfologi
 Tipe mulut : Menusuk-menghisap
 Karakterisitik sayap : Membranous
 Tipe tungkai : Cursorial
 Tipe antenna : Filiform
 Warna tubuh : Hitam kuning
Peran umum : Pollinator
7 Ngengat
 Nama umum : Ngengat
 Ordo : Lepidoptera
 Famili : Noctuidae
Morfologi
 Tipe mulut : Menghisap
 Karakterisitik sayap : Dua pasang sayap bersisik
halus
 Tipe tungkai : Cursorial
 Tipe antenna : Filiform
 Warna tubuh : Coklat
Peran umum : Hama
8 Anggang-Anggang
 Nama umum : Anggang-Anggang
 Ordo : Hemiptera
 Famili : Gerridae
Morfologi
 Tipe mulut : Menusuk-menghisap
 Karakterisitik sayap : Dua pasang sayap bening
6

 Tipe tungkai : Natatorial (untuk napak di air)


 Tipe antenna : Filiform
 Warna tubuh : Coklat
Peran umum : Bioindikator kualitas perairan, predator
9 Kutu Beras
 Nama umum : Kutu Beras
 Ordo : Coleoptera
 Famili : Curculionidae
Morfologi
 Tipe mulut : Menggigit-mengunyah
 Karakterisitik sayap :
 Tipe tungkai : Cursorial
 Tipe antenna : Capitate (menggada)
 Warna tubuh : Hitam
Peranan umum : Hama

IV. Pembahasan

1. Tonggeret Tahunan (Tibicen linnei)

Tonggeret merupakan serangga yang diklasifikasikan dalam ordo Hemiptera.


Tonggeret termasuk ke dalam famili Cicadidae, famili Cicadidae terdiri dari dua sub famili,
yaitu sub famili Cicadinae yang dicirikan dengan adanya timbal pada serangga jantan yang
sebagian atau seluruhnya tertutup oleh semacam piringan; dan sub famili Tibicininae yang
dicirikan dengan adanya timbal pada serangga jantan yang terbuka sehingga terlihat jelas
organ dalamnya.

Serangga ini dapat hidup pada daerah dengan iklim sedang sampai tropis. Panjang
badan serangga ini bervariasi antara 0,8-6,5 cm. Bentuk kepalanya pendek, melebar dan
letaknya melintang. Sayapnya besar, kokoh, dan tembus pandang, sehingga semua venasi
atau pertulangannya terlihat jelas. Ketika istirahat, sayap direntangkan ke belakang sepanjang
abdomennya sehingga mirip seperti atap. Sayap yang panjang menutupi sayap yang lebih
pendek. Imago tonggeret memiliki badan yang tebal dengan dua pasang sayap yang
berukuran 2,5-15 cm. Abdomennya terdiri dari 9-10 segmen.

Tonggeret digolongkan sebagai salah satu hama hutan pertanian (Kahono 1992)
karena nimfa dan imago tonggeret menghisap cairan atau sari makanan dari pohon dengan
menggunakan stiletnya sehingga menyebabkan pertumbuhan pohon menjadi terhambat.
Umumnya tonggeret berwarna hijau muda atau coklat.
7

2. Orong-Orong / Anjing Tanah (Gryllotalpa sp)

Anjing tanah (Gryllotalpa sp.) merupakan insekta ber-ordo Orthopthera. Umumnya


anjing tanah adalah hewan herbivora, memakan akar tanaman dalam tanah dimana mereka
tinggal. Anjing tanah umumnya sebagai hama penganggu. Anjing tanah biasanya hidup
dengan panjang tubuh berkisar 27-35 mm, tubuhnya kuat dan silindris, hitam kecoklat-
coklatan seperti beludru, kepala dan bagian mulut untuk mengunyah, antenanya pendek dan
dilindungi oleh protoraks. Anjing tanah mempunyai tungkai depan yang pendek dan besar
untuk menggali dan membuat terowongan di dalam tanah, sayap belakang panjang dan
transparan dilindungi oleh hialin elytra yang pendek, sepasang serkus yang terdapat pada
distal abdomen (Little. 1963)

Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih ssering
bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari untuk mencari makan. Habitat yang
disukai adalah pekarangan dan lapangan rumput. Siklus metamorfosisnya yaitu
paurometabola yaitu telur-nimfa-imago.

3. Jangkrik (Gryllus sp.)

` Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang
berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo
Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah dingin.
Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidupnya
dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati beberapa kali
stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik dewasa (imago) yang ditandai
dengan terbentuknya dua pasang sayap (Borror et al., 1992).

Morfologi jangkrik berwarna hitam kecoklatan mempunyai rangka luar. Jangkrik


bersayap dua pasang, sepasang sayap depan dan sepasang sayap belakang. Pada kepala
jangkrik terdapat sepasang antena, mata majemuk, mata oseli. Pada saat pengamatan jangkrik
ditemukan pada permukaan daun. Kerusakan yang diakibatkan oleh jangkrik menyebabkan
daun-daun tanaman meranti, berlubang dan kemungkinan besar jangkrik juga
memotong batang tanaman karena di lapangan ditemukan ada bekas tanaman yang terpotong.
Belalang memiliki dua antena di bagian kepala yang jauh lebih
8

pendek dari bentuk tubuh. Belalang ini juga memiliki femor belakang yang panjang dan kuat
sehingga dapat melompat dengan baik.

4. Kumbang Hitam

5. Lalat Buah (Bactrocera spp.)

Lalat buah adalah hewan jenis serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Diptera,
famili Tephritidae. Siklus hidup lalat buah termasuk yang mengalami perkembangan
sempurna atau holometabola. Lalat buah akan melalui tahap telur, larva, pupa, dan lalat
dewasa dalam satu siklus kehidupannya. Pada fase larva tipe alat mulutnya adalah menggigit-
mengunyah, sedangkan pada fase imago tipe alat mulutnya adalah menusuk-menghisap. Lalat
buah merusak dengan gejala awal ditandai dengan noda titik bekas tusukan ovipositor (alat
peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas
hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva akan makan daging
buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Sifat khas lalat buah adalah hanya
dapat bertelur di dalam buah, larva (belatung) yang menetas dari telur tersebut akan merusak
daging buah, sehingga buah menjadi busuk dan gugur.

Sebagai anggota ordo diptera, lalat buah hanya mempunyai dua sayap. Sayap yang
berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan berubah menjadi alat
keseimbangan yang disebut halter. Pada permukaannya terdapat bulu-bulu halus yang
berfungsi sebagai indera penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran udara.
Lalat buah berwarna menarik, dengan kombinasi warna hitam keabu-abuan, kuning, dan
oranye kecoklat-coklatan. Kepala lalat buah terbentuk bulat agak lonjong, dan merupakan
tempat melekat antena dengan tiga ruas

6. Lebah

7. Ngengat
9

8. Anggang-Anggang (Gerris sp.)

Secara fisik seluruh permukaan tubuh Anggang – anggang dilapisi oleh rambut -
rambut halus yang hidrofobik. Rambut ini berfungsi untuk mencegah percikan atau tetesan
air pada tubuhnya. Tubuh anggang-anggang terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, thorax,
dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat beberapa organ luar seperti sepasang antena
dengan empat segmen pada setiap antenanya. Keempat segmen tersebut biasanya tidak lebih
dari panjang kepala anggang - anggang, sepasang mata majemuk (mata faset).

Anggang–anggang bergerak meluncur dipermukaan air. Kaki-kakinya dapat


merasakan adanya getaran dari organisme lain. Ada sepasang depan, tengah, dan sepasang
kaki belakang. Kaki depan yang melekat di posterior mata merupakan kaik terpendek dan
memiliki cakar preapical yang diadaptasi untuk menusuk mangsanya. Cakar Preapical adalah
cakar yang tidak terletak pada akhir kaki, melainkan di tengah. Kaki tengah lebih panjang
daripada kaki depan dan lebih pendek dari kaki belakang dan menempel pada pertengahan
dada, melekat dekat dengan kaki belakang. Kaki belakang adalah kaki terpanjang dan
digunakan untuk mendistribusikan berat badan serta kemudi di permukaan air.

Keberadaaan anggang-anggang di perairan juga bisa dijadikan sebagai indikator


kualitas kebersihan, serangga ini hanya bisa hidup di peraian yang bersih dengan kualitas air
yang masih terjaga baik. Ini tentunya menjadi sebuah kepastian jika anggang-angggang
menjadi indikator bagi kebersihan air. Semua anggang-anggang air dikenal sebagai
predaceous. Mereka memakan serangga terestrial yang jatuh di atas air dan invertebrata air
yang mempertahankan beberapa derajat kontak dengan permukaan.

9. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)

Morfologi Sitophilus oryzae L. imago muda berwarna coklat merah dan umur tua
berwarna hitam. S. oryzae dikenal dengan nama bubuk beras atau rice weevil karena
merupakan hama utama pada beras dan gabah. Imago berbentuk bulat memanjang dengan
kepala dan alat mulut memanjang dan meruncing ke depan membentuk moncong atau
rostrum (snout). Tipe alat mulut ini disesuaikan/dikhususkan untuk menggerek/melubangi
bebijian yang keras seperti beras, jagung pipilan dan lain-lain. Tubuh berwarna hitam, sayap
depan (elytra) masing-masing memiliki dua bercak berwarna kuning agak pucat. Bagian
pronotum mempunyai lekukan lekukan yang kecil dan bundar.
10

Serangga ini mengalami metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu dalam


perkembangan dari telur sampai dewasa melalui empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan
imago. Imago merusak butiran bahan dengan bentuk alat mulutnya yang khas yaitu
berbentuk seperti moncong (rostrum), dikhususkan untuk melubangi butiran beras, butiran
jagung atau bebijian lainnya yang keras. Bebijian yang terserang, terutama beras akan
menjadi berlubang-lubang kecil-kecil sehingga mempercepat hancurnya bijian tersebut
menjadi seperti tepung. Kerusakan yang berat mengakibatkan adanya gumpalan-gumpalan
pada bahan pascapanen akibat adaanya/bercampurnya air liur larva dan kotoran yang
dihasilkan oleh serangga.

V. Daftar Pustaka

Anggradewi, Arunika. 2008. Identifikasi Tonggeret (Hemiptera: Cicadidae) di Kebun Raya


Bogor dan Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Rekaman Suara [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.

Borror, D.J., Charles A.T., dan Norman, F.J.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Brotowidjoyo, M. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta; Erlangga

Fakhrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah di Gampong Krueng Simpo


Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal Pendidikan Almuslim, Vol.IV No.1,
Januari 2016 : 48-52.

Kahono S. 1992. Beberapa Aspek Perilaku, Perbandingan Jenis Kelamin dan Populasi
Tonggeret Dewasa Dundubia mannifera (Linn) (Cicadidae) di KRB. Buletin Kebun
Raya Indonesia 7(3): 71-74.
11

Little, V.A. 1963. General and Applied Entomology 2nd Edition. New York: Harper and Row.

Manueke, J., Tulung, M., & Mamahit, J.,M.,E. 2015. Biologi Sitophilus oryzae dan Sitophilus
zeamais (Coleoptera: Curculionidae) Pada Beras dan Jagung Pipilan. Eugenia Volume
21 No. 1

Oramahi, H.A, & Wulandari, S.R. 2017. Identifikasi Morfologi Serangga Berpotensi Sebagai
Hama dan Tingkat Kerusakan Pada Bibit Meranti Merah. Jurnal Hutan Lestari
Volume 5 No.3 Halaman 644-652.

VI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai