Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BIOLOGI DAN EKOLOGI GULMA PUTRI MALU (Mimosa pudica)

Oleh :

Kelompok 2

Inas Nuzul (150510180022)

Rahma W.L. (150510180099)

Angga Hafiz (150510180117)

Salma Khaira Naza (150510180180)

Alfurqon Faiz Surya (150510180188)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Biologi dan Ekologi Gulma Putri Malu (Mimosa pudica)” Shalawat serta salam
tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata
kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman (Gulma) Universitas Padjajaran yang
telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Kami berharap makalah kami dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Penulis berharap
semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang telah membantu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Jatinangor, 06 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………....................i

DAFTAR ISI …………………………………………….....…….....................ii

ABSTRAK……………………………………………………………………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………...…………………..……………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………..…………………………...…….....…..2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….3

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Biologi Putri Malu..………………………………..……………….…….4
2.2 Syarat Tumbuh Ubi Kayu……….……………………………………….5
2.3 Rekayasa Ubi Kayu……………………………………………………...13
2.3.1 Pengaruh pemangkasan, pembumbunan dan perlakuan dengan
grafting terhadap produksi ubi kayu……………………………………13

2.3.2 Kelebihan dan kekurangan teknik rekayasa pemangkasan,


pembumbunan dan grafting pada ubi kayu……………………………..16

BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN


3.1 Simpulan………………………………...……………………………….18
3.2 Saran………………………………………..…………………………….18

DAFTAR PUSTAKA……………………………...……………………..…….19

ii
ABSTRAK

Sebagai sumber karbohidrat, tanaman ubikayu banyak dimanfaatkan sebagai


bahan pangan, pakan, maupun bahan baku industri pangan dan nonpangan.
Kenaikan jumlah penduduk, berkembangnya industri peternakan dan industri
berbahan baku ubikayu mendorong kebutuhan ubikayu meningkat tajam
sementara peningkatan produksi selama 10 tahun terakhir hanya sekitar
3,6%/tahun. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, peningkatan produksi melalui
perluasan area tanam/panen dan peningkatan produktivitas mutlak diperlukan.
Peningkatan produksi ubikayu dan ubijalar dapat dilakukan dengan cara
intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas
ubikayu dan ubijalar yang masih rendah ( masing-masing 18,2 t/ha dan 11 t/ha),
dilakukan dengan menanam varietas unggul dan menerapkan teknologi budidaya
yang lebih maju. Ekstensifikasi dilakukan dengan meningkatkan luas areal
tanam/panen ke lahan kering dengan berbagai jenis tanah, memanfaatkan lahan
tidur dan lebih meningkatkan indeks pertanaman.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman singkong merupakan tanaman tropis yang potensial digunakan


untuk ternak, karena menghasilkan biomassa sebagai sumber energy dalam bentuk
umbi dan protein tinggi yang terdapat dalam daun. Produksi utama dan ikutan
tanaman singkong terdiri dari umbi, daun, dan kulit umbi serta serta hasil
sampingan dari industry singkong yaitu, onggok.berdasarkan umur panen 12
bulan dengan luas 1 hektar dapat menghasilkan umbi segar sebanyak 17,5 ton,
kulit umbi sebanyak 2,79 ton, dan daun sebanyak 2,30 ton bahan kering (Sukira
dan Rantan,2009).
Akar merupakan organ penyimpanan utama pada umbi singkong. Secara
anatomi, akar singkong bukan akar umbi, tetapi akar sejati yang tidak bisa
digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Akar penyimpanan pada singkong
memiliki tiga jaringan berbeda yaitu periderm, korteks, dan parenkim. Ukuran dan
bentuk akar tergantung kondisi genotif dan lingkungan (Alves, 2002). Umbi yang
terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat
penampungan makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri
atas kulit luar tipis (ari) berwarna kecoklatan (kering), kulit dalam agak tebal
berwarna keputih-putihan (basah), dan daging berwarna putih atau kuning
(tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar berbeda.
Umbi umbian adalah salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nilai guna. Umbi-umbian tersebut merupakan
bahan sumber karbohidrat terutama pati dan merupakan sumber cita rasa dan
aroma karena mengandung aloeresin yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar industry untuk menghasilkan produk komersial termasuk makanan,

1
kosmetik,dan obat-obatan (priyadi dan Silawati,2004). Uwi, cantel, ganyong,
gembili, yang termasuk dalam umbi-umbian (Astawan,2004).

Umbi akar (tuberous root) merupakan umbi yang terbentuk dari modifikasi
akar. Ketela pohon adlaah salah satu contoh penghasil umbi akar. Umbi akar tidak
dapat dijadikan bahan perbanyakan. Beberapa organ yang tumbuh di bawah
permukaan tanah juga terkadang disebut sebagai umbi, seperti rimpang dan
geragih.

Sebagai sumber karbohidrat, tanaman ubikayu (Manihotesculenta Crantz.)


mempunyai kedudukan yang strategis sebagai bahan baku pangan, pakan maupun
berbagai industri pangan dan non pangan. Selain untuk memenuhi kebutuhan di
dalam negeri, ubikayu juga merupakan komoditas penghasil devisa negara melalui
ekspor dalam bentuk tepung, pati maupun bentuk olahan lainnya. Bertambahnya
jumlah penduduk, berkembangnya industry peternakan dan industri berbahan
baku ubikayu mendorong permintaan ubikayu meningkat tajam. Apalagi ke
depan, dengan ditetapkannya ubikayu sebagai salah satu tanaman sumber energi
alternatif terbarukan, dapat dipastikan permintaan ubikayu akan lebih meningkat
lagi. FAO menyebut ubikayu sebagai tanaman abad 21 karena beragamnya
kegunaan tanaman ini yang berpotensi besar untuk mengentaskan kemiskinan di
pedesaan serta meningkatkan ekonomi nasional (Howeler et al. 2013).

Panen tanaman singkong dilakukan setelah tanaman setidaknya berumur 9


bulan. Akan tetapi, umur panen yang paling bagus adalah 12 bulan. Pada usia
ini, umbi kayu sudah cukup banyak dan buahnya besar-besar. Potong batang
terlebih dahulu sebelum di panen supaya memudahkan proses mencabut
akarnya. Gunakan pengungkit atau cangkul apabila tanaman sulit di cabut.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa organ target yang ada pada tanaman singkong ?
b. Apa saja syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh ubi kayu ?
c. Bagaimana rekayasa produksi tanaman ubi kayu ?

2
1.3 Tujuan

a. Mengetahui organ target yang utama pada tanaman singkong


b. Mengetahui syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh ubi kayu.
c. Mengetahui rekayasa produksi tanaman ubi kayu.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Biologi Putri Malu

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica

b. Morfologi dan Perkembangan


1. Daun
Daun putri malu atau sikejut berupa daun majemuk menyirip ganda
duayang sempurna. Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5 - 26
pasang.Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung
runcing, pangkal memundar, tepi rata. Jika diraba pada permukaan atas
dan bawah daunterasa licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1-3 mm. daun berwarna
hijau, akantetapi pada tepi daun umumnya berwarna ungu. Jika daun tersentuh
akanmelipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang
4-5,5cm.

2. Batang
Batang tumbuhan putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh batangnya
terdapat rambut dan mempunyai duri yang menempel , batang tumbuhan putri
malu dengan rambut sikat yang mengarah secara miring kepermukaan tanah
atau ke arah bawah.

4
3. Akar

Putri malu atau sikejut mempunyai akar pena yang sangat kuat
berbedadengan akar-akar tanaman-tanaman lainnya, jika kita cabut langsung
terangkatseluruh akar-akar nya. Akan tetapi lain halnya dengan akar
tanaman putrimalu, untuk mencabuti nya kita memerlukan suatu alat-alat yang
khusus agarsemua akar-akar nya tercabut.

4. Bunga

Putri malu biasanya mempunyai bunga yang berbentuk bulat seperti


boladan tidak mempunya mahkota atau kelopak bunga yang besar seperti
bunga- bunga yang lain. Akan tetapi kelopak bunga putri malu bentuknya
sangat kecildan bergigi empat seperti selaput putih. Tabung mahkotanya juga
berukuran sangat kecil, bertajuk empat seperti selaput putih.

5. Buah

Buah putri malu berbentuk polong, pipih seperti garis dan berukuran
sangat kecil jika dibandingkan dengan buah-buah tumbuhan lainnya.

6. Biji

Sama halnya seperti buah, tanaman putri malu juga memiliki biji,
yang berukuran kecil dan bulat,berbentuk pipih . putri malu termasuk kedalamt
umbuhan yang berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkembang biak
dengan biji.

c. Daur Hidup
Mimosa pudica memiliki daur hidup annual weed (semusim) karena
hanya memiliki satu musim atau satu tahunan mulai dari tumbuh, anakan,
dewasa dan dewasa.d.

5
HabitatTumbuhan putri malu dapat tumbuh dimana saja dengan begitu
suburnyadisekitar kita. Putri malu dapat tumbuh secara liar dimana saja, dan
tanamanini tidak memerlukan perawatan yang khusus misalnya seperti
pemupukanatau penyiraman. Tanaman putri malu bisa tumbuh dimana saja
diatas permukaan tanah, baik diatas permukaan tanah yang lembab maupun diatas
permukaan tanah yang gersang.

Tanaman putri malu biasanya tumbuh diatas tanah yang lapang baik
itudiladang, diperkebunan, diperkarangan rumah dan pada tempat yang
lainnyadisekitar kita.e.

Nilai EkonomisMencegah terjadinya erosi, setelah dilakukan penelitian-


penelitian oleh paraahli dan barulah diketahui kegunaannya serta mamfaatnya
yang dapatdigunakan oleh manusia, barulah tanaman ini dianggap perlu dan
dipeliharaterutama sekali untuk tanaman pelindung tanah, guna mencegah
terjadinyaerosi atau pengikisan tanah oleh air, misalnya disungai.Bagian tanaman
putri malu yang berguna untuk mencegah terjadinya erosiadalah terletak pada
akarnya. Putri malu memiliki akar yang sangat kuat yaituakar pena. Akarnya yang
kuat itulah yang dapat menahan tanah dari bahayaerosi atau terkikis habisnya
tanah oleh air hujan yang turun dengan derassehingga dapat menbahayakan
lingkungan bagi kehidupan manusia danmakhluk hidup lainnya.Hujan yang turun
secara terus menurus juga dapat menimbulkan dapat yangsangat besar bagi
kehidupan makhluk hidup di ala mini. Karena bisamenyebabkan banjir dan
terjadinya tanah lonsor yang dapat berakibat fatalkhususnya bagi manusia sebagai
subjek utama dialam ini. Karena itulahtanaman putri malu mempunyai mamfaat
yang sangat besar bagi kita semua.

2.2 Syarat Tumbuh Ubi Kayu

6
A. Iklim

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500
mm/tahun. Suhu udara minimal sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10
derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil
karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal
antara 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama
untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

B. Media Tanam

Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan yang lebih baik, tanah
harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.

Jenis tanah yang sesuai adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah
kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (pH) tanah yang
sesuai antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-
pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup
netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

Ketinggian tempat yang baik dan ideal antara 10-700 m dpl, sedangkan
toleransinya antara 10-1.500 m dpl. dan dapat ditanam pada ketinggian tempat
tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU

A. Pembibitan

1. Persyaratan Bibit

Bibit yang baik untuk bertanam ubi kayu harus memenuhi syarat sebagai
berikut yaitu berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan,harus

7
dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam. Batangnya telah
berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurusdan tumbuh tunas-tunas baru.

2. Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Bibit berupa stek batang.

b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.

c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara


25-30 batang stek.

d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

B. Pengolahan Tanah

1. Persiapan

Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:

a. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter


dan cairan pH tester.

b. Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami
untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.

c. Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya
(tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman
yang sejenis.

d. Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani
ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena

8
berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada
saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi
panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.

2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan

Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala


macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya.
Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang
dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun
dengan mesin traktor.

Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah


tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai
tanah siap untuk ditanami.

3. Pembentukan Bedengan

Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian.
Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai
dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk
memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar
maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

4. Pengapuran

Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat


masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk
pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan
atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk
kandang.

9
C. Penanaman

1. Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan
tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau
setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola
monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X
40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150
X 100 cm atau 300 X 150 cm.

2. Cara Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela


pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian
stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam
dangkal saja.

D. Pemeliharaan

1. Penyulaman

Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni


dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau
tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani
maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada.
Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan
tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari,
saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan
minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga
setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara
tanaman pertama dan tanaman sulaman.

2. Penyiangan

10
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman
liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim
penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan. Penyiangan pertama
dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini
dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Sedangkan penyiangan
kedua dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam dengan menggunakan
herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, dengan jumlah
cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman

3. Pembubunan

Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar


tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat
bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila
tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman
sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak
kelihatan

4. Perempelan/Pemangkasan

Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/ pembuangan


tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal
ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam
mendatang.

E. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P,


K dengan dosis Urea=133-200 kg; TSP=60-100 kg dan KCl=120-200 kg. Pupuk
tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan
dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis
N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

11
F. Pengairan Dan Penyiraman

Kondisi lahan ubi kayu dari awal tanam sampai umur + 4-5 bulan
hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang
kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat.
Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung
akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah
sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan.
Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk
seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

G. Pengendaalian Hama, Penyakit Dan Gulma

Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya.


Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun
hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan
penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang
digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis
pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga
yang menguntungkan dapat ikut mati.

1. Hama

Uret (Xylenthropus) Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala:


tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau
mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.

Tungau merah (Tetranychus bimaculatus) Ciri: menyerang pada


permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun

12
akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan
menyemprotkan air yang banyak.

2. Penyakit

Bercak daun bakteri

Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .


Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada
daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan,
memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran
tanaman dan sanitasi kebun

Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith) Ciri: hidup di


daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air
panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan
pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan
Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)

Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-


bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati.
Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan,
pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica) Penyebab: cendawan yang


hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun
muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan
memangkas bagian tanaman yang sakit .

3. Gulma (tanaman pengganggu)

Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya


dibakar/ dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela
pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh

13
di parit/got dan lubang penanaman. Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus
sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3
kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut.
Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin
dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.

Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan


di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang
sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa
colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum
distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma
dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan
penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan
konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.

H. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

Ubi kayu dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai
berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen
tanaman ketela pohon telah mencapai 6-8 bulan untuk varietas Genjah dan 9-12
bulan untuk varietas Dalam.

2. Cara Panen

Ubi Kayu dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang
tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

3. Pengumpulan

14
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan.

2.3 Rekayasa Ubi Kayu

2.3.1 Pengaruh pemangkasan, pembumbunan dan perlakuan dengan


grafting terhadap produksi ubi kayu

a) Pemangkasan

Tipe pemangkasan mempengaruhi jumlah akar, jumlah dan panjang ubi


tidak nyata. Sebaliknya pemangkasan mempengaruhi nyata diameter, bobot dan
kadar pati ubi. Defoliasi mampu mengurangi penimbunan karbohidrat yang tidak
berguna pada daun, sehingga dapat meningkatkan laju fotosintesis yang berakhir
dengan optimalnya pengisian umbi. Penimbunan karbohidrat yang tidak berguna
dalam daun akan menghambat laju
fotosintesis. Faktor yang menjadi penyebabnya karena tanaman yang
menghasilkan jumlah daun lebih banyak mampu menghasilkan asimilat lebih
besar lewat fotosintesis yang lebih besar, kemudian disimpan sebagai cadangan
makanan yang menentukan jumlah ubi per tanaman (Arifin et al 2014).

Pemangkasan yang tepat dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan


vegetative dan produktif. Defoliasi yang tepat dapat mengurangi kanopi yang
terlalu rapat, sedangkan kanopi yang rapat akan menyebabkan penggunaan
karbohidrat yang lebih besar, sehingga efisiensi fotosintesis lebih rendah dan
menyebabkan hasil fotosintat ke ubi semakin kecil. Secara umum pada pangkas
tunas 2 MST dan defoliasi umur 16 MST. Bobot ubi dipengaruhi oleh panjang
ubi, sebaliknya kadar pati ubi dipengaruhi oleh bobot ubi. Panjang ubi tidak nyata
mempengaruhi kadar pati .

b) Pembumbunan

15
Pembumbunan berfungsi untuk melindungi umbi dari serangan hama
(Yudianto et al 2015 dalam Fitria dkk, 2017), menghindari umbi muncul ke
permukaan tanah (Hamdani 2009 dalam Fitria dkk, 2017), dan memperbaiki
sirkulasi udara di dalam tanah (Djahidun et al 2014 dalam Fitria dkk, 2017). Hal
ini dimungkinkan dengan pembumbunan tanaman mudah untuk membentuk
umbi sehingga umbi yang dihasilkan banyak. Tanah pada perlakuan dengan
pembumbunan lebih gembur dan remah sehingga air mudah masuk ke dalam
tanah dan melindi unsur hara pada tanah. Pengolahan tanah meningkatkan
kehilangan kadar bahan organik akibat tanah yang mudah tererosi. Dengan
semakin banyak frekuensi pembumbunan yang dilakukan maka nilai rata-rata
pada luas daun, jumlah daun, dan tinggi tanaman semakin meningkat. Hasil
jumlah umbi per tanaman yang diperoleh pada perlakuan pembumbunan yang
tinggi, karena tanaman menjadi lebih mudah dalam membentuk umbi pada tanah
yang gembur. (Fitria dkk, 2017)

c) Perlakuan dengan Grafting

Ubi kayu mukibat merupakan tanaman hasil sambung atau grafting antara
ubi karet sebagai batang atas dan ubi biasa sebagai batang bawah. Pemilihan ubi
karet sebagai batang atas dengan dasar bahwa ubi karet kapasitas sumber besar,
daun besar, dan warna hijau tua, sehingga tanaman mempunyai luas daun lebih
luas dan laju fotosintesis lebih besar. Menurut (Glodsworthy dan Fisher 1992
dalam Purwanto, 2007) ubi kayu secara bersama-sama mengembangkan luas
daun dan akar yang secara ekonomi berguna sehingga persediaan
fotosintat/asimilat yang ada dibagi antara pertumbuhan daun dan akar. Hal ini
berarti ada indek luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa
meningkatkan keseimbagan antara sumber dan lubuk dengan menggunakan teknik
mukibat diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman.

Karakteristik daun ubi karet dengan daun besar dan hijau diharapkan dapat
memanfaatlkan radiasi sinar matahari secara efisien. Spesies tanaman budidaya
yang efisien cenderung menginvestasikan sebagian besar awal pertumbuhan
dalam bentuk penambahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan radiasi

16
matahari yang efisien. Beberapa sifat tipe tanaman yang akan memberikan hasil
lebih tinggi yaitu luas daun terbesar harus tidak kurang dari 500 cm2, cabang
pertama harus terbentuk 6 bulan pertama setelah penanaman, dan umur daun
individual harus lebih dari seratus hari, sehingga tanaman akan memberikan
keseimbangan optimum antara luas daun (source) dan pertumbuhan akar (sink).

Dengan demikian untuk meningkatkan hasil tanaman dilakukan dengan


meningkatkan laju pertumbuhan tanaman per satuan luas daun. Penggunaan ubi
karet sebagai batang atas dengan morfologi daun yang lebih luas dan hijau berarti
mempunyai kemampuan untuk mempertahankan fotosintesisnya sampai laju
maksimum untuk jangka waktu yang panjang. Pada tanaman ubi kayu
penyimpanan dalam akar terjadi apabila daun secara fotosintesis aktif, bukan pada
saat laju fotosintesisnya menurun karena umur tanaman. Laju pertumbuhan yang
meningkat akan meningkatkan hasil umbi sampai dua kali lipat peningkatan laju
pertumbuhan tanaman dan juga akan meningkatkan LAI optimum. Pada tanaman
singkong terdapat korelasi yang positif antara luas daun atau lamanya luas daun
terhadap hasil umbi, hal ini mengindikasikan bahwa luas daun merupakan hal
penting yang menentukan laju pertumbuhan tanaman dan laju akumulasi fotosintat
pada bagian penyimpanan pada tanaman singkong.

2.3.2 Kelebihan dan kekurangan teknik rekayasa pemangkasan,


pembumbunan dan grafting pada ubi kayu

a) Pemangkasan

b) Pembumbunan

c) Grafting

 Keuntungan

Hasil penelitian (Ahit, 1981 dalam Purwanto, 2007) menunjukan bahwa


penggunaan teknologi mukibat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
hasil yang lebih tinggi yaitu tanaman memiliki stuktur tanaman lebih tinggi,
diameter akar yang lebat dengan bobot yang lebih tinggi serta LAI yang lebih

17
tinggi dibandingkan dengan tanaman ubi kayu biasa. Peningkatan produksi ubi
kayu sistem mukibat maningkat 30% dan bahkan dapat mencapai lebih dari 100 %
tergantung pada kondisi wilayah penanaman (Purwanto,2007)

 Keuntungan grafting :
- Persiapan benih relatif lebih cepat.
- Proses pembuahan dan perkembangbiakan lebih cepat.
- Produktivitas yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan
perbanyakan dengan biji.
- Pertumbuhan tanaman lebih seragam
- Proses pemanenan lebih mudah dan tersusun.
- Proses penangganan hama dan penyakit lebih mudah.

 Kerugian
- Perlu keahlian khusus.
- Kemungkinan tumbuh tanaman yang diarapkan tidak besar

 Kelemahan grafting :
- Membutuhkan pengetahuan dan pengalaman mengenai okulasi.
- Terkadang hasil okulasi yang dihasilkan tidak optimal.
- Terkadang tidak ada kecocokan dengan batang bawah dan batang atas,
meski satu famili dan genus.
- Peluang kegagalan dalam penyambungan cukup besar, dibandingkan
dengan perbanyakan menggunakan biji.

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organ target utama pada tanaman ubi kayu atau singkong adalah bagian
akarnya. Tanaman ubi kayu mempunyai syarat tumbuh seperti iklim yang optimal
dan tempat tumbuh yang sesuai. Untuk rekayasa tanaman ubi kayu dengan
pemangkasan yang tepat dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetative
dan produktif. Selain itu ada pembumbunan yang berfungsi untuk melindungi
umbi dari serangan hama. Teknik rekayasa terakhir adalah grafting, Ubi kayu
mukibat merupakan tanaman hasil sambung atau grafting antara ubi karet sebagai
batang atas dan ubi biasa sebagai batang bawah. Pemilihan ubi karet sebagai

19
batang atas dengan dasar bahwa ubi karet kapasitas sumber besar, daun besar, dan
warna hijau tua, sehingga tanaman mempunyai luas daun lebih luas dan laju
fotosintesis lebih besar. Organ target akar pada tanaman ubi kayu dapat meningkat
produksinya dengan dilakukannya suatu teknik rekayasa penanaman ubi kayu.

3.2 Saran
Pembaca yang tertarik dengan budidaya tanaman ubi kayu sebaiknya
mengetahui cara atau metode untuk merekayasa produksi tanaman ubi kayu.
Dengan rekayasa produksi tanaman ubi kayu, akan banyak manfaat yang akan
diperoleh. Salah satunya adalah meningkatnya komponen hasil panen. Selain itu,
merekayasa tanaman ubi kayu dalam budidaya tanaman juga bermanfaat dalam
meningkatkan produktivitas hasil panen yang optimal dan menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Awidiari. 2007. Umbi-umbian. Eprints.ums.ac.id. diakses pada hari Rabu 2


Oktober 2019.

Fitria, R. dkk. 2017. Respon Pertumbuhan dan Hasil Garut (Maranta


Arundinacea) Terhadap Pembumbunan Dan Pemupukan Kalium.46-49.

Howeler, R.H. 1994. Integrated soil and crop management to prevent environment
degradation in cassava based cropping systems in Asia. Proc. of workshop
on Upland Agriculture in Asia, April 6-8, 1993 at Bogor,Indonesia. 195-
224.

20
Nugraha, dkk.2015. Kajian Potensi Produktivitas Ubikayu (Manihot Esculenta
Crant.) Di Kabupaten Pati.676.

Purwanto.2007. Peningkatan Produktivitas Singkong Dengan Teknologi Mukibat


Sebagai Sumber Bahan Baku Bioethanol.6-8.

Saleh, Nasir, dkk. 2015. Peningkatan Produksi dan Kualitas Umbi-Umbian. 9-10.

Sunyoto, dkk.2015. Kajian Produksi Ubi Dan Aci Tanaman Ubikayu (Manihot
Esculenta Crantz) Akibat Pemangkasan Tajuk.314-316.

21

Anda mungkin juga menyukai