Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GULMA PADA TANAMAN KEDELAI

Oleh :

Kelompok 8

Yuliantika W.S (150510180071)

Alifia Syifa Alzena (150510180163)

Muhammad Sulhan (150510180164)

Alfurqon Faiz Surya (150510180188)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019

KATA PEENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Gulma Pada Tanaman Kedelai” Shalawat serta
salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang
paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah Teknologi
Perlindungan Tanaman (Gulma) Universitas Padjajaran yang telah menyerahkan kepercayaannya
kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami berharap makalah kami dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak
berkenan di hati. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang telah
membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Jatinangor, 15 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………....................i

DAFTAR ISI …………………………………………….....…….....................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………...…………………..……………………………2
1.2 Maksud dan Tujuan……………..…………………………...…….....…..3

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Gulma Pada Tanaman Kedelai…………………………………..……….4
2.2 Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kedelai……….……………………10

BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN


3.1 Simpulan………………………………...……………………………….15
3.2 Saran………………………………………..…………………………….15

DAFTAR PUSTAKA……………………………...……………………..……..16

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kedelai merupakan bahan baku pembuatan tahu, tempe, dan kecap bagi
industri pengolahan pangan di Indonesia. Konsumsi kedelai oleh masyarakat
Indonesia dipasstoka akan terus meningkat, mengingat beberapa pertimbangan,
seperti bertambahnya populasi penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, dan
kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Dibandingkan protein hewani, protein
yang berasal kedelai adalah murah dan terjangkau oleh kebanyakan masyarakat.
Kedelai merupakan sumber protein rendah kolesterol, sehingga kedelai dapat
dijadikan alternatif di tengah merebaknya kolesterol.

Produktivitas kedelai Indonesia masih tergolong rendah. Hal itu


disebabkan oleh teknik pengendalian OPT yang masih kurang efektif. Serangan
OPT akan menurunkan produktivitas tanaman kedelai. Salah satu OPT tanaman
kedelai adalah keberadaan gulma. Gulma ialah tumbuhan yang kehadirannya tidak
dikehendaki oleh manusia.

Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya persaingan antara tanaman


utama dengan gulma. Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat
menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya (Widaryanto,2010). Gulma
mempunyai kemampuan bersaing yang kuat dalam memperebutkan CO2, air,
cahaya matahari dan nutrisi. Gulma berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai.

Keberadaan gulma dapat menjadi pengganggu tamaman budidaya karena


gulma dapat menurunkan prouktivitas tanaman. Besarnya tingkat kerugian akibat
persaingan tanaman kedelai dengan gulma sangat bervariasi, tergantung pada
populasi dan macam spesies gulma yang ada diantara tanaman budidaya tersebut.

Gulma yang sering dijumpai di pertanaman kedelai dan termasuk kategori


noxious weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan), serta sulit dikendalikan

1
oleh herbisida maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki. Oleh karena itu,
gulma sangat merugikan bagi manusia karena mampu menurunkan produktivitas
tanaman kedelai, maka diperlukan pengendalian gulma secara baik dan benar serta
efisien.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain untuk :

1. Mengetahui gulma yang menganggu tanaman kedelai.


2. Mengetahui pengendalian gulma pada tanaman kedelai.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Gulma Pada Tanaman Kedelai

Ta
bel 1. Nilai SDR (Summed Dominance Ratio) gulma pada tanaman kedelai

Kedelai adalah salah satu tanaman penghasil protein yang murah, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan protein masyarakat bawah. Walaupun murah
ternyata Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional, sehingga
kebutuhan tersebut masih dipenuhi dengan impor. Masalah di Indonesia ialah
gangguan gulma pada lahan pertanaman kedelai yang mengakibatkan
produktivitas kedelai menurun, sehingga mengharuskan Indonesia untuk impor
kedelai. Gulma adalah tanaman pengganggu yang menjadi pesaing bagi tanaman
budidaya dalam memperebutkan hara, ruang tumbuh, cahaya, air, dan
karbondioksida. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan pertumbuhan
tanaman kedelai akan menurun, sehingga hasil produksinya menjadi tidak
maksimal.
Persaingan antara gulma dan tanaman kedelai dapat dinyatakan dengan
derajat persaingan yang akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan

3
tanaman pokok yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil dari tanaman pokok
tersebut.

1. Gulma Teki-tekian

Kelompok ini umumnya termasuk famili Cyperacea, mempunyai daya


tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang
(stolon) di dalam tanah yang mampu bertahan hidup pada cekaman lingkungan
yang berat. Gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C-4 yang sangat efisien
sehingga pertumbuhannya cepat. Contoh: Teki ladang (Cyperus rotundus)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Cyperales

Family : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Species : Cyperus rotundus L.

Rumput teki merupakan tanaman herba menahun yang banyak tumbuh di


lahan pertanian sebagai gulma. Tanaman ini sangat mudah ditemukan di Indonesia
karena beriklim tropis. Umbi batang merupakan mekanisme pertahanan yang ada
pada rumput teki, karena hal ini rumput teki dapat bertahan berbulan-bulan.
Rumput teki yang termasuk ke dalam famili Cyperaceae merupakan tanaman
gulma tahunan. Kulit umbi berwarna hitam dan berwarna putih kemerahan
dalamnya, serta memiliki bau yang khas. Bunga terletak pada ujung tangkai
memiliki tiga tunas kepala benang sari yang berwarna kuning jernih (Lawal,
2009). Rumput teki termasuk rumput semu menahun, tetapi tidak termasuk
Graminae (keluarga rumput-rumputan). Batang berbentuk segitiga, helaian daun

4
memiliki bentuk garis dan warna permukaan berwarna hijau tua mengkilat dengan
ujung daun meruncing. Bunga rumput teki berbentuk bulir majemuk

2. Gulma Rumput-rumputan

Kelompok ini umumnya termasuk famili Gramineae. Umumnya berdaun


sempit, mempunyai akar rimpang (Rhizoma) yang membentuk jaringan rumit di
dalam tanah dan sulit diatasi secara mekanik. Contoh: Cakar ayam (Digitaria sp.)

Digitaria ciliaris tergolong rumput semusim. Gulma ini hidup berumpun


dengan batang menjalar dan stolon yang mengeluarkan akar dan tunas. Digitaria
ciliaris menghasilkan biji yang banyak sehingga sering dominan di areal tanaman
budidaya (Sastroutomo, 1990)

Kingdom :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Liliopsida

Ordo :Poales

Famili :Poaceae

Genus :Digitaria

Spesies :Digitaria ciliaris

D. ciliaris memiliki batang menjalar, kemudian tegak hingga 60 cm,


berumur semusim. Daun berbentuk pita, lunak, berambut pada permukaannya,
lidah daun rata. Bunga berbentuk bulir majemuk menjari. Anak bulir berpasangan
dua-dua, dan berbentuk lanset. Berkembangbiak dengan biji, dapat juga dari
potongan buluh (ruas batang). D. ciliaris merupakan gulma berdaun sempit, yang
memiliki ciri khas seperti : daun menyerupai pita, batang beruas-ruas, tumbuh
menjalar atau tegak, dan memiliki pelepah atau helaian daun. Pelepah tipis, helai
daunnya lembut berbentuk pita. Bunga majemuk di ujung batang, berbentuk
tandan berjumblah 4- 9 spikelet berbentuk bulat telur. Batang berongga, pipih

5
yang besar semakin ke bawah. Pelepah daun menempel pada batang, lidah sangat
pendek.

3. Gulma Berdaun Lebar

Berbagai macam gulma ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok


ini. Gulma ini biasanya tumbuh dengan habitus yang besar, sehingga persaingan
yang terjadi dengan tanaman terutama adalah persaingan dalam mendapatkan
cahaya. Contoh: Wedusan (Ageratum conyzoides)

Tumbuhan gulma babadotan Ageratum conyzoides L. memiliki klasifikasi


sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L.

Babadotan termasuk gulma berdaun lebar batang babadotan berbentuk


bulat yang ditumbuhi rambut panjang dan memiliki cabang. Daun babadotan
berbentuk bulat telur dengan daun sebuku dengan pangkal membulat dan bagian
bagian tepi ujung runcing, tepi, bergerigi. Panjang daun babadotan 5-13 cm dan
lebar 0,5-6 cm. Kedua permukaan daun ditumbuhi bulu atau rambut (trichome)
(Dalimartha, 2002). Bunga babadotan berada di ketiak daun (aksiler), bongkol
menyatu menjadi karangan dengan panjang 6-8 mm dengan tangkai berambut,
kelopak berbulu, mahkota berbentuk lonceng dengan warna putih atau ungu.

6
Bunga merupakan bunga majemuk yang berkumpul lebih dari 3 kuntum
(Dalimartha, 2002). Biji babadotan berbentuk ramping dan kecil memiliki panjang
1,5-2 mm berwarna hitam. Babadotan (A. conyzoides) merupakan gulma yang
banyak tumbuh di Indonesia. Untuk di Indonesia menemukan gulma ini sangat
mudah karena hampir setiap daerah ada dan gulma ini masih kurang
termanfaatkan. Gulma ini mudah ditemukan di ladang, kebun, pekarangan tepi,
jalan atau saluran air pada ketinggian 1-2.100 m dpl (Dalimartha, 2002).

Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam


memperebutkan air, hara, cahaya dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

1. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulma yang ada diantara tanaman kedelai, maka persaingan
yang terjadi antar keduanya akan semakin hebat, sehingga pertumbuhan tanaman
menurun dan berakibat pada hasil yang juga menurun.

2. Macam gulma
Setiap gulma memiliki kemampuan bersaing masing-masing, sehingga
hambatan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai akan berbeda dan hasil dari
tanaman kedelai pun juga berbeda.

3. Waktu kemunculan gulma


Semakin awal saat kemunculan gulma, maka persaingan yang terjadi semakin
hebat yang berakibat pertumbuhan tanaman menurun, sehingga hasilnya juga
menurun.

4. Periode kompetisi gulma atau Lama keberadaan gulma


Semakin lama gulma bersaing dengan tanaman pokok, maka semakin besar
penurunan hasil pada tanaman pokok karena persaingannya semakin hebat dan
pertumbuhan tanaman pokok semakin menurun

5. Kecepatan tumbuh gulma

7
Semakin cepat pertumbuhan gulma, maka semakin cepat pula persaingannya.
Akibatnya pertumbuhan tanaman menurun dan hasilnya juga menurun.

6. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan daunnya lebih lebar serta lebih dalam dan luas
akarnya, maka kemampuan bersaingnya lebih besar, sehingga pengaruhnya cukup
besar bagi pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil yang besar pula.

7. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)


Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga
persaingannya lebih hebat. Akibatnya pertumbuhan tanaman menurun dan
hasilnya juga menurun.

8. Allelopati
Bagi gulma yang mampu mengeluarka allelopati atau senyawa beracun, maka
kemampuan bersaingnya sangat besar, sehingga dapat menurunkan produktivitas
dan hasil yang besar pula.

Gulma pada setiap tanaman berbeda-beda dan memiliki daya saing yang
berbeda pula. Akibatnya penurunan hasil pada tanaman kedelai juga berbeda.
Namun, apabila jumlah spesies gulma dalam pertanaman kedelai cukup banyak,
maka tingkat penurunan hasil semakin besar. Biasanya dalam setiap tanaman
memiliki jenis gulma yang berbeda dan tingkat pengaruh yang berbeda pula.
Beberapa jenis gulma yang sangat berpengaruh pada budidaya kedelai ialah
Eleusine indica, Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, dan Portulaca
oleraceae. Selain itu, terdapat gulma yang memiliki pengaruh tidak cukup besar
pada pertanaman kedelai yaitu Pistia stratiotes (Kayu apu), Portulaca oleraceae
(Krokot), Salvinia molesta (Jukut cai), Marsilea crenata (Semanggi), Ageratum
conyzoides (Babadotan), Echinochloa colona (Tuton), Echinochloa crusgalli
(Jajagoan), Pasphalum distichum (kakawatan).

Jenis gulma pada pertanaman kedelai cukup banyak, sehingga hal utama
yang perlu dilakukan ialah pengendalian. Pengendalian gulma dilakukan karena
gulma mampu menurunkan hasil sampai 80%. Nilai tersebut sangat tinggi karena

8
akan mengakibatkan defisiensi kedelai di Indonesia. Semakin tinggi kemampuan
bersaing suatu gulma, maka semakin besar tingkat penurunan hasilnya bahkan
dapat mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu, hal utama yang harus
dilakukan ialah dilaksanakannya pengendalian terhadap serangan gulma.

Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu


tercapainya tingkat hasil kedelai yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui
berbagai cara. Secara biologi pengendalian gulma degan menggunakan organisme
hidup. Sedangkan secara fisik, pengendalian gulma dengan membakar dan
menggenangi, melalui budidaya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya
saing dan penggunaan mulsa. Secara mekanis, pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiangi dengan tangan,
dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin. Sedangkan
secara kimiawi, pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida.

Gulma pada pertanaman kedelai umumnya dikendalikan dengan cara


mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak
lingkungan, sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian
lainnya. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan zat kimia berupa kerusakan
tanah, matinya organisme bukan target, polusi air, serta mengganggu kesehatan
baik hewan maupun manusia. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang
efektif, efisien, dan tidak berbahaya.

Pengendalian gulma dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan.


Mencegah biasanya lebih murah, tetapi tidak selalu lebih mudah. Sehingga
diperlukan konsep yang mudah dan murah untuk mengatasi keberadaan gulma.

2.2 Pengendalian Gulma pada Tanaman Kedelai

Pengendalian gulma pada pertanaman kedelai dapat dilakukan dengan


beberapa cara, yaitu :

1. Preventif (pencegahan)

9
Pencegahan adalah suatu cara yang ditujukan terhadap spesies-spesies gulma
yang sangat merugikan dan belum tumbuh pada pertanaman kedelai. Sehingga,
terdapat beberapa cara untuk mencegah masuknya gulma tersebut, yaitu:

a. pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma;


b. pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang;
c. pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan
ternak;
d. pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan;
e. pencegahan pengangkutan tanaman beserta tanahnya.
Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka
kemampuan gulma tumbuh akan kecil, sehingga daya saingnya juga kecil dengan
tanaman kedelai. Selain itu, hal yang perlu dilakukan ialah mencegah agar gulma
tidak berbuah dan berbunga. Di samping itu, perlu dilakukan pencegahan pada
gulma tahunan (perennial weeds) agar tidak dapat berkembang biak, terutama
dengan cara vegetatif.

2. Pengendalian gulma secara fisik


Pengendalian gulma secara fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya ialah sebagai berikut :

a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak,
serta traktor juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat
pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung dari beberapa faktor,
seperti siklus hidup dari gulma, penyebaran akar, umur dan ukuran gulma, serta
jenis dan topografi tanah dan iklim.

b. Pembabatan
Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan
relatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara tersebut tergantung
pada waktu pemangkasan, interval atau ulangan dan sebagainya. Pembabatan
biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai tanaman berupa pohon atau

10
tanaman lain yang berukuran besar. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu
gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan
hebat.

c. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan
menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi
harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka
gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.

d. Pembakaran
Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan
tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pembakaran umumnya
banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir
jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan
pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu
pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah hama dan
patogen juga mati. Namun, keburukan dari pembakaran ialah bahaya kebakaran
bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah,
dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, serta asapnya dapat
menimbulkan alergi.

e. Mulsa (penutup seresah)


Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak
sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya
akan mati dan perkecambahannya dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji,
kertas dan plastik.

3. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya


Cara pengendalian ini juga disebut pengendalian secara ekologis karena
menggunakan prinsip-prinsip ekologi, yaitu mengelola lingkungan sedemikian

11
rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman, tetapi merugikan
bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat
beberapa cara yaitu :

a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma
dalam ambang yang tidak membahayakan. Contoh: padi-tebu-kedelai, padi-padi-
tembakau. Setiap tanaman tertentu memiliki jenis gulma yang berbeda
dikarenakan setiap gulma akan tumbuh pada kondisi yang cocok untuk
pertumbuhannya. Misalnya gulma teki (Cyperus rotundus) yang sering menjadi
pengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun, seperti tomat, cabe,
dan kedelai. Namun, dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat
berubah-ubah, sehingga hidup gulma tidak akan teratur.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan
tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar
tajuk tanaman menutupi seluruh ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk
menekan pertumbuhan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan suatu cara untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman, sehingga mempertinggi daya saing
pertanaman terhadap gulma.

c. Pemberian naungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)


Adanya tanaman penutup tanah mengakibatkan pertumbuhan gulma menurun
karena ruang tumbuhnya semakin sempit. Sehingga, persaingan antara tanaman
pokok dengan gulma semakin kecil. Akibatnya, produksi semakin meningkat.

4. Pengendalian gulma secara biologis


Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan
menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan. Pengendalian
biologis yang paling intensif ialah dengan menggunakan insekta atau fungi.
Organisme tersebut biasanya hanya ditujukan terhadap suatu spesies gulma yang
telah menyebar secara luas. Contoh pengendalian biologis dengan insekta ialah

12
pengendalian kaktus Opuntia spp. di Australia dengan memakai Cactoblastis
cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan memakai Cyrtobagous
singularis. Demikian pula dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang
dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina
bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi
dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng
gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang, dan Cerospora spp. untuk kayu
apu.

5. Pengendalian gulma secara kimiawi


Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida. Herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun
non selektif. Terdapat berbagai macam herbisida yang dapat dipilih secara kontak
maupun sistemik. Selain itu, penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh
atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat
dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Namun kerugian penerapan cara
tersebut ialah bahaya keracunan tanaman dan mempunyai efek residu terhadap
alam. Dikarenakan pengendalian gulma secara kimiawi sangat berbahaya, maka
cara tersebut harus dijadikan pilihan terakhir apabila cara lain tidak mampu
mengatasi.

6. Pengendalian gulma secara terpadu


Pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya. Cara tersebut ialah gabungan dari bebagai cara yang
diharapkan akan lebih efektif dan efisien dalam mengatasi keberadaan gulma
diantara pertanaman budidaya.

BAB 3 PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan

Gulma adalah spesies tanaman yang sampai saat ini masih menjadi
masalah yang serius dalam menganggu tanaman budidaya. Hal itu dikarenakan
tanaman kedelai memiliki sifat pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga kurang
dapat bersaing dengan gulma. Oleh karena itu, lahan budidaya kedelai harus bebas
dari gulma selama waktu tanam. Gulma yang terdapat pada tanaman kedelai
meliputi, gulma rumput-ruputan, gulma teki-tekian dan gulma berdaun lebar.
Contohnya ialah Digitaria sp. , Cynodon dactylon, Ageratum conyzoides
(Babadotan),

Teknik pengendalian gulma pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan


cara preventif, fisik, sistem budidaya, mekanik, kultur teknis, biologi, dan kimia
(herbisida), dan pengendalian terpadu.

3.2 Saran
Pembaca yang tertarik dengan budidaya tanaman kedelai sebaiknya lebih
waspada terhadap pertumbuhan gulma yang menganggu pertumbuhan tanaman
kedelai. Dengan mengendalikan gulma, akan banyak manfaat yang akan
diperoleh. Salah satunya adalah meningkatnya komponen hasil panen. Selain itu,
pengendalian gulma dalam budidaya tanaman juga bermanfaat dalam
meningkatkan produktivitas hasil panen yang optimal dan menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Dalimartha, S. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker. Jakarta:
PT Penebar Swadaya.

Lawal, O.A., dan Adebola, O. (2009). Chemical Composition of The Essential


Oils of Cyperus rotundus L. from South Africa. Journal Molecules.
14(150):2909-2917.

Prayogo, D.P., Sebayang, H.T. & Nugroho, A. 2017. Pengaruh Pengendalian


Gulma Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Merril) Pada Berbagai Sistem Olah Tanah. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5
No. 1, Januari 2017: 24 – 32

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Widaryanto, E. 2010. Teknologi Pengandalian Gulma. Fakultas Pertanian.


Universitas Brawijaya. Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai