NPM : 150510180061
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2019
Identifikasi dan Klasifikasi Serangga
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang
pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven, 1981) dan sebagian bersifat sebagai
predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger, 2000).
Sebagian besar spesies serangga memiliki manfaat bagi manusia. Sebanyak
1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru
di temukan hampir setiap tahun. Tingginya jumlah serangga dikarenakan serangga
berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya
(Borror, 1992).
Serangga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Serangga selalu
diidentikkan dengan hama di bidang pertanian, disebabkan banyak serangga yang bersifat
merugikan, seperti walang sangit, wereng, ulat grayak, dan lainnya selain itu serangga
juga dapat menjadi sumber vektor penyakit pada manusia. Namun, tidak semua serangga
bersifat sebagai hama atau vektor penyakit. Jenis serangga dari kelompok lain seperti
lebah, ulat sutera, kumbang macan, semut dapat menguntungkan manusia (Metcalfe and
William, 1975).
Serangga juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jaring-jaring
makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang hidup
di perairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan
komunitas hidup organisme lainnya di suatu ekosistem Sungai atau Danau. Di bidang
pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan maka keberhasilan proses
penyerbukan akan terhambat (Nazaruddin 1993).
Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak, dan abdomen).
Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata majemuk (faset) dan
mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan tungkai 3 pasang dan spirakel.
Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran timpani, spirakel, dan alat kelamin
(Arnest dkk, 1981)
Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat ditentukan letak
frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata tunggal (ocelli),
postgena, dan antena, Sedangkan toraks terdiri dari protorak, mesotorak, dan metatorak.
Sayap serangga tumbuh dari dinding tubuh yang terletak dorso-lateral antara nota dan
pleura. Pada umumnya serangga mempunyai dua pasang sayap yang terletak pada ruas
meso toraks dan meta torak. Pada sayap terdapat pola tertentu dan sangat berguna untuk
identifikasi (Borror dkk, 1992).
II. Tujuan
Mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan preparat serangga berdasarkan
karakter morfologinya.
Alat dan Bahan : Preparat serangga dari beberapa ordo, gelas obyek, mikroskop, pisau,
jarum, kaca pembesar dan petridish.
Hasil
Kelompok 1 :
- Amallia Sujana
- Audi Razaqa
- Daffa Alfauzi
- Sri Dwi Rahmawati
Peranan di
No. Nama spesies Klasifikasi Morfologi
ekosistem
Anjing Tanah Ordo : Orthoptera Tipe mulut : Mandibulata
1. (orong – orong ) Family : Karakteristik sayap : Lurus Hama
Gryllotalpidae dan membranous
Spesies: Gryllotalpa Tipe tungkai : Fassarial
sp. (untuk menggali)
Tipe antena : Filiform
Warna : Coklat
Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa serangga
yang telah diamati tersebut memiliki bentuk tungkai, antena, dan sayap yang berbeda-beda.
Adanya perbedaan tersebut mempermudah kita dalam mengklasifikasikan jenis-jenis
serangga yang berbeda. Perbedaan bentuk tersebut juga mencirikan perbedaan fungsi dari
tungkai, antena, dan sayap yang dimiliki oleh masing-masing serangga.
Berikut merupakan beberapa tipe tungkai dan modifikasinya :
a) Tipe Natatorial, terdapat pada serangga perenang. Pada tipe ini pasangan kaki tengah
dan belakang bentuknya pipih dan pada bagian tepinya terdapat rambut – rambut kasar.
Dari ke-6 preparat yang diamati yang tipe tungkainya termasuk Natatorial adalah
anggang – anggang.
b) Tipe Saltatorial, terdapat pada serangga peloncat, misalnya belalang. Hewan yang
memiliki tipe kaki saltatorial biasanya memiliki femur kaki belakang lebih besar
dibandingkan femur kaki depan. Dari ke-6 preparat yang diamati, yang memiliki tipe
tungkai saltatorial adalah jangkrik.
c) Tipe Fusorial, tipe tungkai ini berfungsi untuk menggali misalnya tungkai pada Gaang
(Gryllotalpa sp). Tibia pada kaki depan lebih besar dari kaki belakang. Dari ke-6
preparat yang kami amati, contoh serangga yang memiliki tungkai fusorial adalah
anjing tanah atau orong-orong.
d) Tipe Cursorial, terdapat pada serangga yang berjalan, hanya berfungsi untuk berjalan
atau berlari. Bentuk kaki yang sederhana, memiliki femur dan tibia yang panjang. Dari
ke-6 preparat yang kami amati, serangga yang memiliki tungkai cursorial ialah
kumbang hitam, lebah, tonggeret, ngengat, lalat buah, dan kumbang beras.
a) Tipe Setaceus: berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada bagian ujung.
Misalnya antena pada tonggeret.
b) Tipe Filiform: berbentuk seperti benang, setiap ruas memiliki ukuran yang hampir
sama dan biasanya berbentuk silindris. Misalnya antena pada anjing tanah, jangkrik,
lebah, anggang-anggang, dan ngengat.
c) Tipe Capitate: ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis tengahnya dan
peningkatannya terjadi secara tiba-tiba dan ujungnya menggada, contoh pada
kumbang penghisap cairan tumbuhan seperti kumbang beras.
d) Tipe Lamellate: bila ruas-ruas ujung meluas ke samping memiliki sudut dan memiliki
3 ruas, contoh pada kumbang hitam.
e) Tipe Aristate: ruas terakhir biasanya membesar dan mengandung bulu-bulu dorsal
yang banyak, yaitu arista, misalnya pada lalat buah.
Pada preparat yang kami amati juga ada beberapa tipe sayap pada serangga. Contohnya
yaitu pada anjing tanah atau orong-orong yang memiliki tipe sayap lurus dan membranous.
Kemudian pada kumbang hitam sayap bagian depannya keras (elitra) dan sayap belakangnya
membranous. Sedangkan pada tonggeret memiliki sayap yang hemylitron, lebar, dan tembus
pandang. Pada lalat buah memiliki sayap metathoric. Ngengat memiliki sayap lepidos atau
bersisik. Pada lebah memiliki sayap membranous. Anggang-anggang memiliki dua pasang
sayap yang bening. Dan pada kumbang beras memiliki sayap belakang berupa selaput.
Daftar Pustaka
Lampiran