LATIHAN III
TIPE KAKI SERANGGA
Disusun oleh:
Manap Trianto
18/432396/PBI/01554
Asisten:
Arum Dwi Hastuti, M.Sc
LABORATORIUM ENTOMOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
I. Dasar Teori
Entomologi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
serangga (Natadisastra, 2005). Entomologi merupakan studi untuk mengetahui
seluruh fase kehidupan serangga dan perannya di alam (Pedigo, 2009).
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling
dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum arthropoda (Borror, et al.,
1992; Hadi, dkk., 2009). Oleh karena itu serangga dimasukkan dalam kelompok
hewan yang lebih besar dalam filum arthropoda atau binatang beruas (Hadi, dkk.,
2009).
Berbicara mengenai serangga, tidak lepas dari pembahasan tipe kaki
serangga itu sendiri. Tipe kaki serangga berbeda-beda karena tergantung dari
jenis, kegunaan, jenis makanan, pola hidup dan habitat serangga. Secara umum,
kaki serangga pada dasarnya terdiri dari 4 bagaian yaitu coxa, trochanter, femur
dan tibia. Tetapi dari bermacam-macam jenis serangga, tipe kakinya juga
mempunyai struktur dan bentuk yang bermacam-macam pula sesuai dengan
habitatnya (Hadi, dkk., 2009). Menurut Hadi, dkk. (2009) modifikasi kaki
serangga secara umum terbagi atas 6 macam yaitu:
1. Tipe Natatorial.
Terdapat pada serangga perenang. Pada tipe ini pasangan kaki tengah dan
belakang bentuknya pipih dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut kasar.
2. Tipe Raptorial.
Misalnya terdapat pada belalang sembah yaitu pada sepasang kaki depan
berfungsi sebagai lengan untuk memegang dan menangkap mangsanya.
3. Tipe Saltatorial.
Terdapat pada serangga peloncat, misalnya belalang. Hewan yang memiliki
tipe kaki ini biasanya memiliki femur kaki belakang lebih besar dibandingkan
femur kaki depan.
4. Tipe Fossorial.
Berfungsi untuk menggali. Tibia pada kaki depan lebih besar dari kaki
belakang.
5. Tipe Clasping.
Misalnya bentuk kaki depan pada kumbang air yang berfungsi untuk
memegang atau menangkap serangga betina pada saat kopulasi. Beberapa
tarsomer memiliki alat penghisap dan cakar yang besar.
6. Tipe Ambulatorial.
Terdapat pada serangga yang berjalan. Berfungsi untuk berjalan atau berdiri.
Bentuk kaki yang sederhana, memiliki femur dan tibia yang panjang.
II. Hasil
Adapun hasil pengamatan dalam praktikum ini yaitu:
1. Hasil Pengamatan.
Keterangan:
1. Coxa 11. Tibia
2. Trochanter 12. Claw
3. Carinula 13. Ariola
4. Carina 14. Pretarsus
5. Pulvilus
6. Femur
7. Spura
8. Spina
9. Basitarsus
10. Meditarsus
Keterangan:
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia
5. Tarsus
6. Claw
7. Spirakulum
2. Sistematika.
7. Pediculus humanus
Phylum : Arthropoda
Klassis : Insecta
Ordo : Phthiraptera
Familia : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus
III. Pembahasan
Dalam pengamatan ini digunakan tujuh awetan serangga yaitu Valanga
nigricornis, Gryllotalpa hexadactyla, Dysticus marginalis, Apis mellifera, Mantis
Sp., Periplaneta americana dan Pediculus humanus.
A. Valanga nigricornis.
Valanga nigricornis atau belalang merupakan serangga yang berasal dari
ordo Orthoptera dan famili Acrididae. Belalang dimasukkan ke dalam ordo
Orthoptera karena memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit dari pada
sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap
belakang membranus dan melebar dengan venavena yang teratur. Pada waktu
istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Tipe alat mulutnya adalah
penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang
mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillaris,
dan labium dengan palpus labialis. Bentuk perkembangannya adalah metamorfose
sederhana (paurome-tabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur-
nimfa -dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada
bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Selain itu, sebagian anggota ordo
ini juga dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya
yang berperan sebagai predator pada serangga lain (Santianawati, 2001;
Pinontoan, et. al., 2011). Selanjutnya, dimasukkan ke dalam famili Acrididae
karena serangga ini memiliki sungut yang pendek, umumnya terdapat di padang
rumput, organ pendengaran (timpana) terletak pada ruas sisi abdomen pertama,
femur kaki belakang membesar, tarsi 3 ruas dan alat perteluran pendek (Borror, et
al., 1992; Hadi, dkk., 2009).
B. Gryllotalpa hexadactyla.
Gryllotalpa hexadactyla atau anjing tanah merupakan serangga yang berasal
dari ordo Orthoptera dan famili Gryllotalpidae. Anjing tanah dimasukkan ke
dalam ordo Orthoptera karena memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih
sempit dari pada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut
tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan venavena yang teratur.
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Bentuk
perkembangannya adalah metamorfose sederhana (paurome-tabola) dengan
perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur- nimfa -dewasa (imago). Bentuk
nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran
tubuhnya. Selain itu, sebagian anggota ordo ini juga dikenal sebagai pemakan
tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang berperan sebagai predator pada
serangga lain (Santianawati, 2001; Pinontoan, et. al., 2011). Selanjutnya,
dimasukkan ke dalam famili Gryllotalpidae karena serangga ini berbulu kapok
(berambut kecil) yang lebat berwarna kecoklat-coklatan dengan sungut yang
pendek dan tungkai depannya sangat lebar serta berbentuk sekop (Borror, et al.,
1992).
C. Dysticus marginalis.
Dysticus margialis atau kumbang merupakan serangga yang berasal dari
ordo Coleoptera dan famili Dytiscidae. Kumbang dimasukkan ke dalam ordo
Coleoptera karena sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan
menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat,
elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian
dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah
sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik (Borror, et al., 1992; Hadi, dkk., 2009; Pinontoan, et. al.,
2011). Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya
terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe
sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur-larva-
kepompong (pupa)-dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe
oligopoda), namun ada beberapa jenis yang tidak berkaki (apoda). Selain itu,
anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga
yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain (Pinontoan, et. al.,
2011). Selanjutnya, dimasukkan ke dalam famili Dytiscidae karena serangga ini
memiliki notopleural suture, sternum pertamanya terbagi oleh coxa kaki belakang,
tarsi biasanya 5-5-5, antena bertipe filiform dan predaceus (Hadi, dkk., 2009).
D. Mantis Sp.
Mantis Sp. atau belalang sembah merupakan serangga yang berasal dari
ordo Mantodea dan famili Mantidae. Belalang sembah dimasukkan ke dalam ordo
Mantodea karena mempunyai ciri tubuh protorax sangat memanjang dan dapat
digerakkan menempel pada perotoraks, koksa-koksa depan sangat panjang dan
femora depan dan tibia dilengkapi dengan duri-duri yang kuat dan cocok untuk
menangkap mangsa. Bagian kepala bebas bergerak (Borror, et al., 1992).
Selanjutnya, dimasukkan ke dalam famili Mantidae karena serangga ini dapat
memutar kepalanya (Borror, et al., 1992).
E. Apis mellifera.
Apis mellifera atau lebah madu merupakan serangga yang berasal dari ordo
Hymenoptera dan famili Apidae. Lebah madu dimasukkan ke dalam ordo
Hymenoptera karena mempunyai ciri sayap dua pasang seperti selaput, bervena
sedikit, sayap depan lebih besar dari sayap belakang, mempunyai sederetan kait-
kait kecil yang terletak di margin anterior yag digunakan yang digunakan pada
waktu terbang. Antenanya mempunyai 10 ruas atau lebih (Hadi, dkk., 2009).
Selanjutnya, dimasukkan ke dalam famili Apidae karena serangga ini mempunyai
palpus-palpus maksilla yang menyusut, daerah gena yang lebar, terdapat
korbikulae pada tungkai-tungkai belakang dan tidak ada keping pigidium (Borror,
et al., 1992).
F. Periplaneta americana.
Periplaneta americana atau kecoa merupakan serangga yang berasal dari
ordo Blattaria dan famili Blattidae. Kecoa dimasukkan ke dalam ordo Blattaria
karena mempunyai ciri tubuhnya berbentuk bulat telur dan gepeng serta kepala
tersembunyi dari atas oleh pronotum. Timpana dan organ pembuat suara biasanya
tidak ada. Biasanya sayap-sayap ada, walaupun pada beberapa jenis sayap-sayap
tersebt menyusut. Sersi beruas, panjang, sungut panjang dan berbentuk seperti
filamen. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam famili Blattidae karena serangga ini
mempunyai keping sub genital betina terbagi secara longitudinal, stili jantan
serupa, langsing, memanjang dan lurus, panjangnya 18 mm atau lebih (Borror, et
al., 1992).
G. Pediculus humanus.
Pediculus humanus atau kutu merupakan serangga yang berasal dari ordo
Phthiraptera dan famili Pediculidae. Kutu dimasukkan ke dalam ordo Phthiraptera
karena merupakan serangga ektoparasit pengganggu dan beberapa jenis adalah
vektor penyakit. Bagian mulut terdiri dari tiga stilet penusuk, terdapat satu
rostrum yang pendek. Ordo ini mengalami metamorfosis sederhana. Yang betina
dari kebanyakan jenis bertelur 50 sampai 150 telur, hampir selalu menempelkan
mereka pada rambut-rambut atau bulu-bulu dari induk-semang. Selanjutnya,
dimasukkan ke dalam famili Pediculidae karena serangga ini mempunyai
abdomen lebih panjang dari pada lebar dasarnya dan tampak gelambir-gelambir
lateral, tungkai-tungkai tengah dan belakang tidak lebih gemuk dari pada tungkai-
tungkai depan (Borror, et al., 1992).
Dysticus marginalis
Phylum : Arthropoda
Klassis : Insecta
Ordo : Coleoptera
Familia : Dystiscidae
Genus : Dysticus
Spesies : Dysticus marginalis
V. Daftar Pustaka
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Jhonson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Terjemahan S. Parto Soedjono dan M. D. Brotowidjojo. Edisi
ke-6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pedigo, P.L & Rice E.M. 2009. Entomology and Pest Management: Sixth Edition.
jkl jkl j USA: Waveland Press.
Pinontoan, R.O., Lenkong, M., Makal, V.G. 2011. Hama Penting Tanaman Ubi
Jalar (Ipomea batatas L.(Lamb)) di Kabupaten Minhasa, Minahasa Utara
dan Kota Tomohon. Jurnal Ilmu Pertanian. 17(2):114-120.
Santianawati. 2001. BAHAN AJAR ENTOMOLOGI. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.