Anda di halaman 1dari 11

SAYAP SERANGGA

Oleh :
Nama : Ryan Bagus Saputra
NIM : B1J014134
Rombongan : II
Kelompok :2
Asisten : Estri Jayanti

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga merupakan makhluk hidup yang mendominasi bumi. Kurang lebih 1 juta
spesies serangga telah dideprisikan (dikenal dalam ilmu pengetahuan) dan diperkiraan
masih ada sekitar 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsikan. Keanekaragaman
yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi. Fisiologi dan perilaku adaptasi dalam
lingkungan, dan demikian banyak jenis serangga yang terdapat di muka bumi ini,
menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni maupun yang terapan,
menggunakan serangga sebagai model (Arora & Dhaliwal, 1999).
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai
enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut juga Hexapoda (dari bahasa yunani
yang berarti berkaki enam). Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi.
Serangga termasuk dalam kelas insecta (sub filum uniramia) yang dibagi menjadi 29
ordo (Stefan, 1998).
Kehidupan serangga adalah proses perkembangan atau perubahan bentuk dan
ukuran tubuhnya yang tidak akan kembali lagi ke bentuk semula dengan barbagai
kegiatan. Dimana serangga tersebut melakukan berbagai gerakan, tumbuhan,
berkembang biak. Peka terhadap lingkungan dan mengadakan proses metabolisme.
Keberadaan serangga sebagai salah satu komponen biotik dalam satu ekosistem mutlak
di perlukan keberadaannya dalam ekosistem mengakibatkan berlangsungnya interaksi
antara serangga dengan komponen biotik lainnya (Subyanto & Sulthoni, 1991).

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum kali ini adalah praktikan dapat menjelaskan tipe-tipe
antena dan menjelaskan bagian-bagian dari antena pada serangga.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang berkaki enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula
Hexapoda. Filum Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen; podos
= kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.
Serangga atau insekta dikelompokkan menjadi dua sub kelas yaitu insekta tidak
bersayap, Insekta ini dikelompokkan dalam sub kelas Apterygota dan insekta bersayap
dikelompokkan dalam sub kelas Pterygota (Rioardi, 2009).
Hampir semua serangga mempunyai sayap, sehingga menjadikan serangga satu-
satunya hewan tidak bertulang belakang yang bisa terbang. Bentuk tubuhnya beragam,
ada yang panjang, pipih, dan bulat. Ukurannya pun beragam mulai dari 0,2 mm-35 mm.
Bagian depan kepalanya, serangga mempunyai dua antenna yang berfungsi sebagai alat
peraba. Serangga mempunyai mata campuran yang terdiri dari ribuan mata tunggal.
Beberapa jenis serangga seperti lebah, kupu-kupu, dan lalat, alat perabanya terletak di
kaki. Contoh serangga adalah lebah, kupu-kupu, lalat, capung, dan nyamuk. Dari
perspektif evolusi, pengaturan dasar untuk pemilihan tanaman sebagai inang merupakan
hal sederhana mengingat bahwa tanaman sebagai makanan untuk serangga (Gripenberg,
2010).
Keberadaan serangga sebagai salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem
mutlak diperlukan. Keberadaanya dalam ekosistem mengakibatkan berlangsungnya
interaksi antara serangga dengan komponen biotik lainnya. Salah satu jenis serangga
adalah serangga penggerek kayu, dimana penamaan jenis ini berdasarkan aktivitasnya
yang suka menggerek kayu terutama kayu-kayu yang masih sgar (setelah ditebang).
Kebanyakan serangga dewasa memiliki sepasang sayap yang membraneus terletak
secara dorsalateral pada mesothoraks dan metathoraks. Sayap-sayap sering digunakan
untuk identifikasi serangga, dikarenakan variasi ukuran, jumlah, bentuk, struktur dan
posisi menggantung saat istirahat. Beberapa serangga seperti lalat hanya memiliki
sepasang sayap yang muncul dari mesothorax sedangkan yang lainnya ada yang tidak
memiliki sayap. Sayap memiliki kekuatan oleh kontraksi otot yang ditimbulkan dan
perluasan dari thorax. Otot- otot menggerakan sayap yang melekat pada sklerit dalam
dinding tubuh thorax sebagai pengganti pelekatan yang langsung pada burung (Borror &
White, 1998).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah mikroskop, pinset,
mikroskop stereo atau kaca pembesar, cawan petri, kaca obyek, papan bedah, dan
gunting.
3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah belalang kayu
(Valanga nigricornis), kloroform, dan alkohol 70%.

B. Metode

1. Botol pembunuh serangga beserta alat dan bahan lainnya disiapkan.


2. Kapas ditetesi dengan kloroform, lalu dimasukkan ke dalam botol pembunuh
serangga dengan menggunakan pinset.
3. Serangga dimasukkan ke dalam botol pembunuh serangga dengan
menggunakan pinset, lalu botol ditutup dan ditunggu hingga obyek mati.
4. Serangga yang telah mati diambil menggunakan pinset.
5. Serangga diletakkan di atas papan bedah.
6. Venasi sayap serangga diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1. Venasi sayap pada Gambar 4.2. Venasi sayap pada
Nyamuk (Aedes aegypti) Kumbang Tanduk
(Xylotrupes gideon)

Gambar 4.3. Venasi sayap pada


Belalang Kayu
(Valanga nigricornis)
B. Pembahasan

Sayap merupakan pertumbuhan daerah tergum dan pleura. Sayap terdiri dari dua
lapis tipis kutikula yang dihasilkan oleh sel epidermis yang segera menghilang. Diantara
kedua lipatan terdapat berbagai cabang tabung pernapasan (trakea). Tabung ini
mengalami penebalan yang tampak seperti jari-jari sayap. Fungsi trakea sebagai
pembawa oksigen kejaringan dan penguat sayap. Jari- jari sayap mempunyai pola yang
tetap dan khas pada setiap kelompok dan jenis serangga tertentu, sifat ini mempermudah
dalam mendeterminasi serangga. Fungsi utama sayap pada serangga digunakan untuk
terbang (Hadi et al., 2009).
Rangka sayap dasar terdiri dari: kosta (C), subkosta (Sc) yang dapat bercabang
satu kali dan ditandai Sc1 dan Sc2, radius (R) yang terdiri dari percabangan posterior
yairu sektor radial (Rs) yang dapat bercabang dua kali dengan empat percabangan yang
mencapai batas sayap dan cabang anterior radius adalah R1, median (M) dapat bercabang
dua kali dengan empat rating cabang mancapai batas sayap, kubitus (Cu) bercabang satu
kali, dan ranting cabangnya adaalh Cu1 dan Cu2. Cu1 dibagian distalnya dengan dua
ranting cabang yaitu Cu1a dan Cu1b dan rangka sayap anal (A) secara khas tidak
bercabang dan biasanya ditandai dari anterior ke posterior sebagai sayap anal pertama
(1A), rangka sayap anal kedua (2A) dan seterusnya. Rangka-rangka sayap melintang
menghubungkan rangka-rang sayap longitudinal yang utama (Hadi et al., 2009).
Kelas insekta dibagi menjadi dua subkelas yaitu apterygota dan pterygota.
Apterygota yaitu serangga tanpa sayap, sedangkan Pterygota mempunyai sayap.
Apterygota mencakup ordo Protura, Thysanura, Diplura, dan Collembola (Borror &
White, 1998). Subkelas Pterygota terdiri dari ordo-ordo yang dikelompokkan
berdasarkan perkembangan sayap dan metamorfosisnya menjadi Eksopterygota dan
Endopterygota.
Menurut Purnomo (2010), subkelas Apterygota ini memiliki ciri-ciri yaitu tidak
bersayap, tidak mengalami metamorfosis (ametabola), tipe mulutnya menggigit, batas
antara kepala, dada, dan perut tidak jelas, serta antenanya panjang tidak beruas-ruas.
Contoh spesiesnya yaitu kutu buku (Lepisma sacharina). Kutu buku dapat merusak buku
karena dapat mengeluarkan enzim selulase. Subkelas Pterygota ini memiliki ciri-ciri
yaitu memiliki sayap, mengalami metamorfosis, dan tipe mulutnya bervariasi. Contoh
dari subkelas Pterygota yang sempurna yaitu kupu-kupu. Sayap pada kupu-kupu ini
memiliki dua bagian yaitu atas dan bawah. Sayapnya juga tersusun atas khitin serta
rongga udara (Niu et al., 2015).
Purnomo (2010) menyatakan subkelas Pterygota terdiri dari ordo-ordo yang
dikelompokkan berdasarkan perkembangan sayap dan metamorfosisnya menjadi
Eksopterygota dan Endopterygota. Beberapa contoh Ordo dari subkelas Pterygota adalah
sebagai berikut:
1. Ordo Orthoptera, contohnya, walang nona (Stagmomantis sp.), tempiris dan tongkat
berjalan (Anisomorpha sp.), belalang (Disostura sp.), jangkrik (Gryllus sp.), dan
katidid (Microcentrum sp.).
2. Ordo Isoptera, contohnya, Reticuli (Termes sp.) yang hidup di dalam tanah dan
kayu, Kalotermes di kayu kering, Zootermes di kayu basah yang dapat mematikan
pohon, Amitermes di tanah kering, Macrotermes membentuk rumah tanah, dan
Nasutitermes yang membentuk rumah seperti karton di daerah tropis.
3. Ordo Homoptera, contohnya, cikada (Magicicada septemdecem).
4. Ordo Hemiptera, contohnya, kalajengking air (Ranatra sp.), kutu busuk
(Cimexlecturalius), dan kepinding air (Lethocerus).
5. Ordo Odonata, contohnya, capung (Aeshna sp. dan Libellula sp.).
6. Ordo Lepidoptera, contohnya, kupu tomat (Protoparce sexta, Aegeria sp., dan
Papilia polyxetes), serta kupu ulat sutra (Attacus sp. dan Bombyx mori) yang
dipelihara di Indonesia.
7. Ordo Diptera, contohnya, nyamuk (Culex sp., Aedes sp. dan Anopheles sp.), lalat
rumah (Musca sp.), lalat buah (Drosophila melanogaster, Ceratitis capitata, dan
Dacus dorcalis), lalat kandang (Stomoxys sp.), lalat kuda (Tabanus sp.), lalat pasir
(Phlebotomus sp.), serta merutu (Chironomus).
8. Ordo Siphonoptera, contohnya, pinjal anjing (Ctenocephalus canis), pinjal kucing
(Ctenocephalus felis), pinjal manusia (Pulex irritans), dan pinjal tikus (Xenopsylla
cheopis).
9. Ordo Hymenoptera, contohnya, lebah madu (Apis mellifera), semut hitam
(Monomorium sp.), lebah dengung (Bombus sp.), dan lalat gergaji (Endelomya).
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dengan sekitar 40%
dari spesies hexapoda yang diketahui (Lanteri & Rio, 2017). Salah satu ciri khas dari
ordo Coleoptera ini adalah struktur sayap. Sebagian besar kumbang memiliki empat
sayap dengan pasangan sayap depan menebal seperti kulit atau keras dan rapuh disebut
elytra (tunggal elytrib) (Rimbing, 2015). Sayap depan ordo ini (elytra) mengeras dan
berfungsi melindungi tubuh serta sayap belakang yang terlipat dibawah sayap depan
pada saat hinggap. Pada sayap hinggap kedua sayap depan membentuk satu garis lurus
(Borror, 1992 dalam Irham et al., 2015). Sayap-sayap belakang berselaput tipis dan
biasanya lebih panjang dari sayap depan, dalam keadaan istirahat terlipat di bawah sayap
depan. Pada beberapa kumbang ada yang tereduksi pada sayap depan dan belakangnya.
Praktikum kali ini menggunakan preparat awetan sayap dari kumbang tanduk
(Xylotrupes gideon) (Campbell, 2003). Berikut klasifikasi kumbang tanduk menurut
(Dwomoh, 2008) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phlyum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Xylotrupes
Species : Xylotrupes gideon
Othoptera berarti bersayap lurus, serangga yang tergolong dalam ordo ini
melipatkan sayapnya pada saat istirahat secara lurus di atas tubuhnya. Ukuran tubuh
sedang sampai besar. Banyak diantaranya yang menjadi hama tanaman pertanian, ada
pula yang bersifat sebagai predator. Bentuk tubuh bulat panjang dengan kepala
hypognathus. Pada Orthoptera, serangganya ada yang bersayap ada juga yang tidak
bersayap. Serangga yang bersayap terdiri dua pasang sayap. Sayap depan memanjang
mempunyai jejari (vena) sayap yang banyak dan teksturnya menebal agak kaku disebut
tegmina. Tekstur sayap belakang seperti selaput dan lebar dengan banyak jejari.
Praktikum kali ini menggunakan preparat awetan sayap dari belalang kayu (Valanga
nigricornis) (Jasin, 1989). Berikut klasifikasi belalang kayu menurut (Dwomoh, 2008)
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis
Menurut Borror dan White (1992) menyatakan bahwa ciri khas ordo Diptera
diantaranya yakni memiliki sepasang sayap depan dan satu pasang sayap belakang yang
terdiferensiasi menjadi halter sebagai alat keseimbangan. Ordo Diptera mengalami
metamorphosis sempurna. Tipe mulut pada ordo Diptera ini ada yang menusuk dan
menghisap contohnya pada nyamuk atau menjilat dan menghisap contohnya pada lalat.
Ordo Diptera memiliki alat mulut yang bentuknya seperti belalai disebut proboscis.
Praktikum kali ini menggunakan preparat awetan sayap dari nyamuk (Aedes aegypti).
Berikut klasifikasi nyamuk menurut (Dwomoh, 2008) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
Selama bertahun-tahun, cara terbang serangga serangga telah menarik banyak
perhatian di sains dan teknik sejak konsep kendaraan udara mikro, terinspirasi oleh
terbang serangga, telah menjadi perhatian. Selama terbang, sayap serangga mengalami
deformasi secara signifikan (membungkuk dan memutar) karena mengepak. Deformasi
sayap serangga bisa sangat bervariasi gerakan ke gerakang, mendorong dorong asimetri
antara setengah mengepak; Dengan demikian, deformasi sayap memiliki fungsi penting
dalam perangkat tambahan dorongan dan mengaangkat sepanjang siklus pergerakan
sayap (Ha et al., 2013).
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :


Bagian-bagian sayap pada serangga terdiri dari kosta satu cabang, subkosta satu
cabang, radius lima cabang, median lima cabang, kubitus lima cabang, dan anal empat
cabang.

B. Saran

Mungkin bisa diberi penjelasan lagi mengenai ordo dari subkelas Pterygota
supaya lebih paham dan menambah wawasan.
DAFTAR REFERENSI

Arora, R. & Dhaliwal G. S. 1999. The Insect diversity, Habits and Management. India:
Punjab Agricultur University.
Borror, D. J. & White R. E. 1998. Field Guide Insect. New York: Houghton Mifflin
Company.
Campbell, N.A., J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta
: Erlangga.
Dwomoh E. A., Ackonor J. B., and Afun J. V. K. 2008. Survey of Insect Species
Associated with Cashew (Anacardium occidentale Linn.) and Their Distribution in
Ghana. African J AgrilRes, 3(3). pp. 205-214.
Gripenberg, S., Peter J., Mayhew, Mark P., and Tomas R. 2010. A Meta-analysis of
Preference Performance Relationships in Phytophagous Insects. Ecology Letter,
13. pp. 383-393.
Ha NS, Truong QT, Goo NS, Park HC. 2013. Biomechanical Properties of Insect Wings:
The Stress Stiffening Effects on the Asymmetric Bending of the Allomyrina
dichotoma Beetles Hind Wing. PLoS ONE 8(12): 1-10.
Hadi. M., U. Tarwotjo, R. Rahardian. 2009. Biologi Insekta: Etomologi. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Irham F., Elfira R. P., & Esse M. 2015. Identifikasi Serangga Ordo Coleoptera Pada
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L) Di Desa Tirta Mulya Kecamatan Makarti
Jaya Kabupaten Banyuasin II. Jurnal Biota, 1(1): 9-15.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar
Wijaya.

Lanteri, A.A., & Rio, M.G.D. 2017. Phylogeny of the Trube Naupactini (Coleoptera:
Curculionidae) Based on Morphological Characteristics. Systematic Entomology,
42: 429-447.
Niu, S., Bo L., Zhengzhi M., Meng Y., Junqiu Z., Zhiwu H., and Luquan R. 2015.
Excellent Structure-Based Multifunction of Morpho Butterfly Wing: A Review.
Journal of Bionic Engineering, 12. pp. 170-189.
Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Erlangga.
Rimbing, S. C. 2015. Keanekaragaman Jenis Serangga Hama Pasca Panen Pada
Beberapa Makanan Ternak Di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Zootek,
35(1): 164 177.
Subyanto & Sulthoni A. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai