Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PRAKTIKUM

HAMA TANAMAN UTAMA

NAMA. : FAUZAN ABID HANIF NASUTION

NO BP : 1810251002

KELAS. : PROTEKSI B

DOSEN. : 1. Ir. YUNISMAN, M.P.

2. Dr. Ir. YAHERWANDI, M.Si.

ASISTEN : TUTY HARDIYANTI (1710252013)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
A. Hama Tanaman Padi .................................................................................... 3
B. Hama Tanaman hortikultura ......................................................................... 7
C. Hama Tanaman Perkebunan ......................................................................... 9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 11
A. Waktu dan Tempat..................................................................................... 11
B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 11
C. Prosedur Kerja ........................................................................................... 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 12
A. HASIL .................................................................................................... 12
B. PEMBAHASAN ..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

i
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai nama lain


insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecare. Kata
tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan secare berarti
“memotong” atau “membagi”. Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai tubuh
terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari dua kata
hexa dan poda. Hexa mempunyai arti “enam” dan poda mempunyai arti “kaki”
sehingga hexapoda berarti binatang berkaki enam. Golongan binatang secara
berurutan akan terdiri atas beberapa phyila, satu phyila terdiri atas beberapa
klas, demikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus meningkat dalam
setiap kelompok. Kelompok spesies/ jenis terdiri atas sekitar satu juta nama
(Rahmawati, 2012).

Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme


pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman
dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan yang
disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan
dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini merupakan konsekuensi
logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat budidaya tanaman. Hama
dari jenis serangga merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang
selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.

Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga dapat menurunkan


produkttifitas tanaman dan menurunkan nilai ekonomis dari hasil produksi tanaman
dan dapat menyebabkan tanaman akan layu dan bahkan mati (Rahmawati, 2012).

Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan


kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama
terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis serangga
yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat hama. Hama
tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas serangga (insecta),

1
dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga
hama pengganggu tanaman. Hama gudang merupakan hama yang sering
menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam penyimpanan dan
gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang mempunyai sifat yang
khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang di lapangan, hal ini
sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya
memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.Walaupun hama gudang
(produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena
ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing memiliki sifat
sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang
(Rahmawati, 2012).

B. Tujuan

Tujuan praktikum hama tanaman utama ini adalah untuk mengetahui hama utama
pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Mengetahui bioekologi dari
masing- masing hama baik itu gejala yang di hasilkan dan juga stadia/ metamorfosis
dari hama tersebut.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Tanaman Padi

1. Keong Mas (Pomacea Caniliculata)

Filum. : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda,
Famili : Ampullariidae,
Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea

a. Morfologi

Tanaman padi merupakan tanaman pangan pokok yang penting dan


bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika produktivitas padi menurun maka akan
berdampak negatif bagi sektor-sektor pertanian lainnya dan mempengaruhi
ketersediaan beras di suatu daerah. Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas
tanaman padi yaitu hama. Hama tanaman padi yang diketahui saat ini yaitu hama
yang disebabkan oleh virus, bakteri, wereng dan salah satunya adalah keong
mas.Keong mas merupakan hama bagi tanaman padi yang menyerang daun muda
atau bibit tanaman padi. Keong mas akan menyerang tanaman padi pada stadium
vegetatif sampai tanaman akan memasuki umur 35 hari. Daya rusak hama ini sangat

3
tinggi karena seekor keong mas mampu menghabiskan satu rumpun tanaman padi
umur 3 minggu dalam waktu 10-15 menit.(hasminanto,2006)

Keong mas termasuk spesies asing yang paling cepat berkembang dan
paling merugikan. Kerugian yang disebabkan oleh keong mas bukan hanya
menurunnya hasil panen padi, tetapi juga bertambahnya biaya pengendalian seperti
pestisida kimia yang digunakan untuk membasmi keong mas. Keong mas juga
dapat dikonsumsi sebagai lauk pauk karena kandungan gizinya cukup tinggi,
terutama kalsium. Pemberantasan keong mas dengan pestisida
dikhawatirkanKeong mas memakan tanaman padi muda yang baru ditanam serta
dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal. Serangan keong mas
yang parah dapat mengakibatkan tanaman padi yang baru di tanam habis total. Saat-
saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk
padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada sistem tabela (tanam
benih secara langsung). Setelah umur tersebut, tingkat pertumbuhan tanaman
biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.(hasminanto,2006)

b. Gejala serangan

Mulut keong mas berada di antara tentakel bibir dan memiliki radula, yaitu
lidah yang dilengkapi dengan beberapa baris duri yang tiap baris terdiri atas tujuh
duri. Radula memarut jaringan tanaman pada perbatasan permukaan air, sehingga
tanaman patah dan kemudian dimakan. Keong mas merupakan hewan nocturnal
yang sangat rakus, terutama pada malam hari dan makan hampir semua tumbuhan
dalam air yang masih lunak. Keong mas memakan berbagai tumbuhan seperti
ganggang, azola, eceng gondok, padi, dan tumbuhan sukulen lainnya. Jika makanan
dalam air tidak ada atau tidak cukup, keong mas naik ke daratan untuk mencari
makanan. Keong mas yang masih kecil makan bahan organik yang terlarut atau
remah-remah dari tumbuhan, daging dan bangkai hewan lainnya.(Harianto, 2009)

Keong mas dapat makan bahan organik yang terapung di permukaan air,
selain menampung bahan yang ada di permukaan. Untuk makan bahan yang
terapung, keong mas mengulung kaki depan hingga berbentuk corong dan bagian
tengah berbentuk tabung. Pedalcilia menarik makanan dari permukaan ke dalam
corong sampai ke tabung dan terjerat lendir di pangkal tabung. Makanan yang

4
terkumpul kemudian masuk ke tembolok sambil mendorong kepalanya. Bahan
yang terapung di permukaan air kaya protein. Walaupun herbavorus, dalam
keadaan terdesak, keong mas memakan bangkai atau bahkan kanibal sebagai cara
untuk bertahan hidup. Tanaman padi rentan terhadap serangan keong mas sampai
15 hari setelah tanam untuk padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi
sebar langsung. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat tergantung pada populasi,
ukuran keong, dan umur tanaman. Tiga ekor keong mas per m2 tanaman padi sudah
mengurangi hasil secara nyata. Pada padi varietas Ciherang yang berumur 15 hari
setelah tebar, keberadaan keong mas dengan tutup cangkang berdiameter 0,5 cm
selama 13 hari hampir tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Keong mas
dengan diameter 1,0 cm menyebabkan sedikit kerusakan, sedangkan yang
berdiameter 1,5; 2,0; dan 2,5cm sudah menyebabkan kerusakan berat pada tanaman
sejak hari pertama dan pada hari ketiga kerusakan tanaman sudah mencapai lebih
dari 97%. Keong mas berukuran panjang 4 cm lebih ganas, dapat merusak tanaman
padi yang ditanam pindah maupun tebar langsung.(Harianto,2009)

c. Pengendalian
1. Secara mekanis

Perbaikan saluran irigasi perlu diikuti oleh sanitasi gulma seperti kangkung.
Memasang saringan pada saluran masuk dan keluar air diperlukan untuk mencegah
keong masuk ke petak sawah. penyaring seperti layar jaring kawat didirikan di titik-
titik saluran masuknya air untuk mencegah penyebaran melalui aliran air. Namun,
ukuran keong mas terkecil adalah 2mm dan jerat hanya berukuran lebih kecil dari
2mm. Jadi ukuran ini tidak banyak digunakan karena filter yang tersumbat oleh
kotoran atau sampah terlalu cepat. Setelah filter tertutup oleh sampah, air tidak akan
mengalir dan air akan meluap ke tepi saluran irigasi. Kecuali ada tenaga kerja yang
tersedia untuk membersihkan filter secara berkala. Jadi, cara ini kurang efektif
karena keong mas mampu merayap melewati saringan atau galengan (Joshi, 2005).
Untuk mempermudah pengambilan keong mas, pada petakan sawah yang memiliki
pengairan terkendali dapat dibuat caren. Keong mas akan menuju caren dan
berkumpul di dalamnya, sehingga mudah diambil, terutama pada saat tanaman
masih muda atau pada saat aplikasi pestisida. Pengambilan keong mas akan lebih
mudah jika dilakukan pada pagi hari.(Hera,2007)

5
2. Secara kultur teknis

Pengendalian secara kultur teknik sama baiknya dengan cara


mekanis, karena tidak mencemari lingkungan. Dalam hal ini, cara yang dapat
dilakukan antara lain adalah dengan menanam bibit yang lebih tua. Bibit padi
yang berumur lebih dari 28 hari kurang disukai oleh keong. Oleh karena
itu, serangan keong mas pada pertanaman padi yang ditanam secara sebar
langsung lebih berat dari tanam pindah. Memberikan pupuk dasar sebelum tanam
dapat mengurangi tingkat serangan keong mas. Kulit keong yang terkena pupuk
menyebabkan iritasi dan mati karena mengeluarkan banyak lendir. Keong yang
mati akibat pupuk ditandai oleh terbukanya operculum, sedangkan keong yang mati
akibat pestisida ditandai oleh tertutupnya operculum (Cruz et al. 2001).
Kalaupun keong tidak mati, kerakusannya menurun setelah terkena pupuk. Keong
mas akan aktif dan lebih rakus makan jika ketinggian air di sawah sama dengan
tinggi rumah siput. Oleh karena itu, ketinggian air perlu diatur sedemikian rupa agar
terlalu tinggi atau sawah tidak diairi selama 7–10 hari setelah tanam.(Hera,2007)

Pengapuran (CaO) dapat menyebabkan keong mas kurang aktif dan bahkan
mati. Pengapuran dengan takaran 50 kg/ha efektif menekan perkembangan keong
mas (Hendarsih dan Kurniawati, 2002). Pengapuran dianjurkan pada saat populasi
keong mas rendah atau pada saat tanam. Selain menurunkan daya makan keong
mas, penggunaan kapur pertanian atau CaO juga penting artinya untuk
meningkatkan pH tanah, terutama pada tanah masam. Rotasi tanaman padi dengan
kedelai, terutama untuk tanaman padi sebar langsung, dapat menekan populasi
keong mas, dibandingkan dengan tanpa rotasi (Wada, 2003). Di Jepang, rotasi
tanaman padi dengan kedelai dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Dalam hal
ini padi ditanam pada tahun kedua. Walaupun di Indonesia belum ada data
penelitian tentang pengaruh rotasi tanaman terhadap serangan keong mas, secara
teori cara tersebut dapat diterapkan untuk mengurangi popuilasi awal.(Hera,2007)

3. Secara biologi

Penelitian skala laboratorium di Jepang menunjukkan bahwa predator


keong mas yang potensial adalah beberapa spesies kepiting, penyu, dan tikus.
Musuh alami keong mas adalah semut merah Solenopsis geminata dan

6
belalang Conocephalous longipennis yang memakan telur keong. Tikus sawah juga
dapat makan daging atau memangsa keong mas secara utuh.(Hase, 2009)

B. Hama Tanaman hortikultura

1. Kutu putih

Kerajaan: Animalia

Divisi: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera

Superfamili: Coccoidea

Keluarga: Margarodidae

Genus: Drosicha

Spesies: D. Mangiferae

1.Morfologi

Drosicha mangiferae (G.), adalah polifagus yang serius, bobrok, dimorfik


danHama kebun mangga terkenal di anak benua India mencatat bahwa D.
mangiferae memiliki kecenderungan menyerang berbagai buah lainnya pohon
selain mangga dan dengan demikian memperbesar tingkat kerusakan. Kerusakan
tanaman adalah terwujud karena penghisapan tak henti-hentinya 'getah sel' dari
daun yang lembut, batang, dan perbungaan dan bahkan dari buah yang tumbuh.
Getah pengurangan dari tanaman tender mengakibatkan hilangnya kekuatan

7
tanaman, hasil yang disubsidi, pertumbuhan berkurang, ranting dan cabang mati,
daun rontok, dan terkadang kematian. (Rioardi, 2009)

2. Gejala Serangan

Kutu putih mangga (Drosicha mangiferae), merupakan hama tanaman


mangga di Asia. Nimfa dan betina menghisap getah tanaman dari perbungaan, daun
empuk, pucuk dan batang buah.Akibatnya, perbungaan yang terkena mengering,
mempengaruhi set buah, menyebabkan buah jatuh. Mereka juga mengeluarkan
melon pada daun pohon mangga, tempat jamur berjamur berkembang biak,
mengurangi efisiensi fotosintesis pohon. Ini adalah hama polifag dan ditemukan di
lebih dari 60 spesies tanaman lainnya.(Nyoman, 2005)

Di Pakistan, Drosicha mangiferae is univoltine dan memiliki cycle hidup total


78–135 hari. Antara April dan Mei, telur berwarna ungu di tempat kantung telur
yang terdiri dari benang lilin, di tanah gembur di sekitarnya (dalam radius 2–3 m)
pohon mangga yang terserang. Telur menetas pada bulan Desember - Januari dan
nimfa mulai menetas dari pohon ke pucuk segar dan bagian dasar buah. Nimfa
melalui tahapan instar 1 (45–71 hari), instar 2 (18–38 hari) dan instar 3 (15–26 hari).
Penampilan wanita dan pria dimulai pada bulan Maret - April. Jantan bersayap dan
berumur pendek setelah kawin, dan tidak menyebabkan kerusakan pada
pohon.(Nyoman, 2005)

3. Pengendalian Kutu Putih

Ada berbagai teknik budaya, kimia, dan non-kimia untuk kerusakan pada
tanaman mangga, misalnya penggunaan penghalang fisik untuk memasang nimfa
Drosicha mangiferae merayap ke batang pohon mangga, dengan membungkus
lembaran plastik atau pita perekat (kadang-kadang diresapi dengan insektisida) di
sekitar batang pohon.( Rioardi, 2009)

8
C. Hama Tanaman Perkebunan

1. Tikus

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas:. Mammalia

Ordo: Rodentia

Famili:. Tikus

Marga: Rattus

Spesies: R. Argiventer.

1.Morfologi

Tikus ini mempunyai siklus hidup kurang lebih selama 8 bulan. Tikus betina
dapat dewasa dalam waktu 40 hari, sedangkan tikus jantan dapat menjadi dewasa
dalam waktu 60 hari. Masa kehamilan tikus betina berlangsung selama 19-23 hari,
dengan rata-rata masa kehamilan yaitu 21 hari.( Balipta, 2004)

Stadia penyerang pada hama tikus ini pada saat masih kecil (tikus muda)
hingga tikus dewasa. Tikus yang menyerang pada saat fase persemaian dan
perkecambahan pada tanaman karet mempunyai ciri khas bekas gigitan pada daun
maupun batang tanaman karet. Gejala serangan dari hama ini yaitu daun-daun pada

9
bibit karet yang habis dimakan bahkan sampai batang tanaman sehingga
mengakibatkan rusak bahkan matinya tanaman karet tersebut.Adapun cara
pengendalian hama ini agar tidak merusak bibit tanaman karet adalah dengan
melindungi tempat perkecambahan. Tempat perkecambahan bisa ditutup dengan
kawat. Selain itu cara pengendalian lainnya yang dapat dipadukan dengan
memberikan perlindungan pada tempat perkecambahan ialah dengan memasang
perangkap tikus yang disebar di sekitar tempat perkecambahan bibit karet tersebut.(
Balipta, 2001)

2. Gejala Serangan

Tikus menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan pesemaian.
Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan
dan saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda. Tikus
merupakan hewan dengan kemampuan berkembang biak sangat tinggi, sehingga
jika tidak dikendalikan akan menjadi hama yang menimbulkan kerugian sangat
besar. Tikus biasanya membuat sarang disemak-semak atau gundukan tanah. Oleh
karena itu pencegahannya bisa dengan membersihkan tempat sekitar areal
perkebunan.( ACIAR, 2001)

3.Pengendalian

Stadia penyerang pada hama tikus ini pada saat masih kecil (tikus muda) hingga
tikus dewasa. Tikus yang menyerang pada saat fase persemaian dan perkecambahan
pada tanaman karet mempunyai ciri khas bekas gigitan pada daun maupun batang
tanaman karet. Gejala serangan dari hama ini yaitu daun-daun pada bibit karet yang
habis dimakan bahkan sampai batang tanaman sehingga mengakibatkan rusak
bahkan matinya tanaman karet tersebut.Adapun cara pengendalian hama ini agar
tidak merusak bibit tanaman karet adalah dengan melindungi tempat
perkecambahan. Tempat perkecambahan bisa ditutup dengan kawat. Selain itu cara
pengendalian lainnya yang dapat dipadukan dengan memberikan perlindungan
pada tempat perkecambahan ialah dengan memasang perangkap tikus yang disebar
di sekitar tempat perkecambahan bibit karet tersebut.( Angga AW, 2006)

10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Hama Tanaman Utama dilakukan secara mandiri, terhitung dari


bulan September 2020. Praktikum dilakukan di Kecamatan Bejenis, kota Tebing
Tinggi, Sumatera Utara

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman padi,
mangga, tikus, perangkap serangga jaring ayun (insecnet), plastik, karet gelang,
botol bekas, alat tulis, serta kamera untuk dokumentasi pengamatan.

C. Prosedur Kerja

1. Prosedur kerja lapangan (Survey dan pengambilan sampel)

Prosedur kerja lapangan diawali dengan survey, yaitu mencari tanaman


pangan, hortikultura dan perkebunan. Pada tanaman yang telah ditentukan, dicari
tanaman yang terserang hama. Hama yang berada pada tanaman diambil untuk di
rearing.

2. Eksperimen

Eksperimen yang dilakukan adalah dengan melakukan proses rearing pada


hama tanaman yang diamati. Masing- masing hama dimasukkan ke dalam botol
bekas bening. Dimasukkan juga pakan dari hama, selanjutnya ditutup dengan
menggunakan plastik dan karet gelang.

D. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati tanaman pangan,


hortikultura, dan perkebunan yang terserang hama. Diamati bagaimana
perkembangan serangan hama pada tanaman yang telah ditentukan. Setiap serangan
akan di foto dan dilaporkan setiap minggunya. Pada pengamatan proses rearing
hama, diamati biologi kehidupan hama. Setiap minggu dilaporkan bagaimana
perkembangan dari hama yang direaring tersebut.

11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

TABEL 1. PENGAMATAN HAMA TANAMAN UTAMA PADA TANAMAN


MANGGA (HORTIKULTURA)
NO DOKUMENTASI LITERATUR

Pengamatan lapangan
2

Pengamatan periringan

12
TABEL 2. PENGAMATAN HAMA TANAMAN UTAMA PADA PADI
(PANGAN)
NO DOKUMENTASI LITERATUR

Pengamatan lapangan
2

Pengamtan minggu pertama


3

Pengamatan minggu kedua

13
TABEL 3. PENGAMATAN HAMA TANAMAN UTAMA PADA SAWIT
(PERKEBUNAN)
NO DOKUMENTASI LITERATUR

Pengamatan lapangan

B. PEMBAHASAN

a. Kutu putih

Pada pengamatan hama tanaman hortikultura yang ditemukan dilapangan


adalah kutu putih D. Mangiferae. Pengambilan sampel hama berada di desa batu
lima kelurahan teluk karang kecamatan bajenis kota tebing tinggi sumatera utara.
Parameter pengamatan hama tersebut adalah melihat siklus hidup dari hama
tersebut, Kutu putih pada mangga jantan mengalami metamorfosis holometabola
(metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang
terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan
instar keempat berupa pupa, dan stadium imago yang memiliki sepasang sayap
(Tanwar et al., 2010).

14
Tetapi pada pengamatan kali ini mengalami kendala yaitu pada saat periringan
yang disebabkan oleh kekeliruan dalam periringan yang menyebabkan hama
tersebut mati, sehingga hanya dapat melihat perkembangan imagonya saja dan tidak
mengamati perkebangan siklus hidup dari hama tersebut.

Kutu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin, sering hinggap di
daun dan menghisap cairan sel daun. Akibat serangan kutu tersebut, pada daun
terdapat bercak kuning kotor. Gejala jika tanaman terserang hama kutu putih adalah
daun menjadi keputihan penuh dengan kutu putih. Kutu putih juga merangsang
terbentuknya cendawan jelaga. Serangan hama kutu putih menyebabkan
pertumbuhan dan produksi tanaman terhambat.

Pengendalian yang bisa dilakukan adalah Memelihara pemangsa alami hama


kutu putih, Salah satu cara yang paling mudah dan efektif yaitu memanipulasi
lingkungan sehingga sesuai untuk tempat hidup predator dan parasitoid hama kutu
putih. Predator akan memangsa kutu putih tanpa ikut merusak tanaman. Predator
pemangsa alami kutu putih diantaranya lacewing, minute pirate bug (hewan
semacam kumbang bunga), beberapa jenis kepik dan laba-laba. Sedangkan
parasitoid yang sering ditemukan adalah Encarsia formosa yang merupakan
tabuhan yang dapat memarasit tubuh kutu putih.

Menggunakan perangkap khusus hama kutu putih, Cara berikutnya yaitu


pemakaian alat perangkap hama kutu putih. Alat ini berupa potongan karton
berwarna cerah dengan satu sisi lengket yang dipasang di tanaman. Perangkap ini
dapat dibeli di toko pertanian atau dapat dibuat sendiri. Perangkap ini hanya bisa
digunakan untuk menjebak kutu putih dewasa. Untuk hasil lebih efektif, metode ini
dapat digabungkan dengan metode pengendalian lainnya.

Memangkas daun yang mengandung banyak kutu putih, Untuk mencegah hama
kutu putih menyebar ke daun atau ke tanaman lainnya, daun yang mengandung
banyak kutu putih sebaiknya dipangkas atau dihilangkan. Biasanya, di bagian
bawah daun akan terlihat banyak telur berwarna putih atau kutu muda. Daun yang
sudah sangat rusak biasanya penuh dengan zat lengket atau berubah warna menjadi
kuning. Jauhkan juga tanaman sehat dari sekitar tanaman yang terjangkit kutu
putih.

15
Menggunakan alat semprotan atau penyedot debu, Jika kutu dewasa bisa
ditangkap dengan perangkap, kutu putih yang masih muda bisa dibasmi
menggunakan semprotan atau selang taman. Penyedot debu kecil juga dapat
digunakan untuk menyedot koloni kutu putih muda. Karena gerakan kutu putih
cukup lambat pada pagi hari atau saat cuaca sejuk, lakukan metode ini pada waktu
tersebut. Masukkan kutu ke dalam kantong kedap udara lalu bekukan selama 24
jam. Setelah terbunuh, buang bangkai kutu putih ini.

b. keong mas

Serangan keong mas menyebabkan tanaman padi gagal menghasilkan anakan


secara maksimal pada minggu-minggu awal pertumbuhannya. Hama ini menyerang
tanaman padi pada fase vegetatif awal, terutama di sawah yang selalu terendam.

Keong mas memotong dan memakan batang padi pada 3-4 minggu setelah
pindah tanam. Populasi keong mas dengan kepadatan 3 ekor per m2 dapat
menyebabkan kerugian yang signifikan. Gejala kerusakan akibat keong mas mirip
dengan serangan tikus atau orong- orong (anjing tanah). perbedaannya adalah
keong mas menyerang pada kondisi lahan terendam. Keong mas menyerang
terutama pada malam hari.

Keong mas jantan dan betina mulai bereproduksi ketika ukuran cangkang 2,5
cm berumur 100-150 hari. Namun, keong mas betina akan tumbuh lebih cepat
daripada keong mas jantan. Keong mas dapat hidup lebih dari 4 tahun. Keong mas
bertahan hidup (diapause) selama periode kering dengan mengubur dirinya dalam
lumpur. Keong mas kembali aktif pada saat air mulai menggenangi sawah.

Keong mas betina mampu meletakkan telur sebanyak 50-500 butir dan rata-
rata 80 % berhasil menetas. Telur berwarna merah muda dengan diameter telur
berkisar antara 2,2-3,5 mm, tergantung pada lingkungan. Telur diletakkan
berkelompok sehingga menyerupai buah murbei. Telur diletakkan dalam kelompok
pada tumbuhan, pematang, dan ranting. Telur keong mas menetas dalam waktu
sekitar 8-12 hari.

16
Ukuran keong mas yang baru menetas sekitar 2 mm, sehingga mudah menyebar
melalui saluran air irigasi. Keong mas yang berukuran lebih besar membutuhkan
air untuk berpindah tempat, sehingga bila air surut keong mas tidak bisa memencar.

Keberadaan air di lahan persawahan. Jika air surut, keong mas akan
membenamkan diri ke tanah dan berdiapause. Keong mas juga cenderung
berkumpul ditempat- tempat yang rendah dan tergenang.Keberadaan tanaman padi
yang masih muda. Tanaman padi yang berumur kurang dari 15 HST rentan
terhadap serangan keong mas. Mengusahakan supaya sawah tidak selalu tergenang
sampai padi berumur 15 HST.Mengumpulkan telur dengan cara memasang ajir
sebagai alternatif tempat peletakkan telur sebelum tanam.

Pemasangan saringan bertahap pada jalur masuk ke petak sawah untuk


menghindari masuknya anakan keong. Saringan terdiri dari 2 lapisan yaitu saringan
kasar untuk menyaring sampah dan saringan halus untuk menahan anakan
keong.Membuat parit pinggir dan tengah untuk mengarahkan keong agar mudah
dikumpulkan secara manual.Pada sudut lahan dapat dipasang perangkap dengan
jaring yang diberi umpan daun pepaya, singkong, talas, dan pisang pada bagian
atasnya.

c. Tikus

Diareal belum menghasilkan, tikus memakan pelepah terbawah tanaman sehingga


menunjukkan karakteristik yaitu, pelepahnya terkulai ditanah kadang kala tikus
juga memakan tunas muda sehingga mengakibatkan matinya tanaman. Kerusakan
disebabkan oleh tikus sangat berpengaruh di tanaman yang menghasilkan, baik
buah mentah maupun masak dimakan, brondolan dibawah pergi dan dimakan
sebagian.

Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan yang berarti pada daun dengan mencabik
daun untuk sarangnyaJika tidak dikendalikan tikus dapat meningkat dari tingkat
yang dapat ditoleransi yaitu 60 ekor meningkat menjadi 300 per ha dalam waktu 6
bulan. Pada tingkat serangan seperti ini 5 – 15% produksi hilang pada daerah yang

17
diserang. Pada keadaan ini populasi bertambah semakin cepat menjadi 600-1500
per ha dan kehilangan hasil mencapai 30% atau lebih.

Sensus serangan tikus harus dilakukan jika tampak ada serangan berat, areal harus
dibagi menjadi blok-blok dengan luas 20 ha, intensitas sensus adalah satu baris
untuk tiap 10 baris, dan hanya serangan baru baik pada buah masak maupun
mentahPelaksanaan pengendalian harus dilakukan jika “serangan baru” lebih besar
15% atau 20 pohon per ha.

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

 Jika dijumpai kerusakan di pembibitan pemberian umpan hanya dibatasi


sekeliling areal diserang, dengan interval 3 -5 hari dalam barisan polibag
dengan umpan antikoagulan.
 Untuk areal penanaman baru, dengan meletakkan umpan antikoagulan pada
setiap titik tanam ke tiga kira kira 1 bulan sebelum penanaman, dan umpan
yang dimakan harus diamati dan di catat
 Jika umpan yang dimakan menunjukan populasi jumlah tikus, maka
program pemasangan umpan lanjutan di areal yang menghasilkan harus
dimulai
 Dapat juga dipasang kawat ayam pada leher bibit

Tanaman Menghasilkan (TM)

 Jika tingkat serangan melebihi ambang


yang ditetapkan pada blok-blok
tertentu, harus dilakukan pengendalian
 Satu umpan diletakkan di setiap
piringan di daerah yang bermasalah
 Gantilah setiap umpan yang hilang setiap 3-4 hari, sampai jumlah yang
harus diganti menjadi 20% dan tidak ada lagi serangan baru.
 Daerah yang harus diberi umpan adalah daerah dan areal terserang ditambah
sedikit perluasan

18
 Jika jumlah umpan yang hilang tinggi dan jumlah serangan baru juga tinggi
maka pengumpanan harus dilanjutkan sampai jumlah umpan yang dimakan
lebih kecil dari 20%
 Pengendalian harus dilakukan secara tuntas, pelaksanaan yang setengah
setengah hanya akan membuang waktu dan uang.
 Disaat pemberian umpan dilarang memegang umpan langsung dengan
tangan sebab bau tangan akan membuat tikus enggan memakan umpan
(gunakan sarung tangan).

DAFTAR PUSTAKA

ACIAR [Australian Centre for International Agricultural Research]. 2001. Nota


Ringkasan Penelitian. Pengendalian tikus non-kimiawi di lahan sawah irigasi.
8 hal.

Anggara AW, Sudarmaji, dan NA Herawati. 2006. Teknis pengendalian tikus


dengan Linear Trap Barrier System (LTBS). Makalah dan bahan ajar pada
Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, 11-12 Desember 2006.

19
Balitpa [Balai Penelitian Tanaman Padi]. 2004. Pengendalian tikus dengan Sistem
Bubu Perangkap (TBS). Pp : 1-8.

Hansamunahito, 2006.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara:


Jakarta

Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman pangan .


Pusat Penelitian padi dan jagung: Jember.Hase, 2009. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman.

Hera, 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.


Nyoman, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai