Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serangga merupakan kelompok binatang yang terbesar di dunia, dengan
jumlah spesies diperkirakan sebanyak 30-80 juta spesies yang meliputi sekitar
50% dari diversitas spesies di muka bumi. Jumlah spesies serangga yang sudah
teridentifikasikan sekitar 2-3 juta spesies, dengan segala bentuk dan
perilakunya yang beranekaragam. Serangga selalu mempengaruhi setiap
kegiatan manusia yang berupaya untuk meningkatkan kesejahteraannya
melalui pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya. Dimanapun
dan kapanpun manusia hidup, bergerak dan bertindak tidak dapat
menghindarkan diri dari interaksi dengan dan dipengaruhi oleh serangga.
Berbagai sektor atau subsektor pembangunan ekonomi yang tidak dapat
dilepaskan dari interaksinya dengan serangga adalah sektor-sektor lingkungan
hidup, pertanian, kehutanan, perikanan, kesehatan, industri dan parawisata.
Serangga memiliki jumlah yang banyak yang kemudian diklasifikasikan
untuk mempermudah mempelajarinya. Serangga memiliki berbagai keunikan
maupun ciri khas tersendiri yang berbeda antara satu dengan jenis serangga
lainnya. Serangga diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya sayap yang
dimiliki. Dalam hal ini kita akan membahas mengenai serangga yang tidak
bersayap yang disebut Apterygota.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Apterygota?
2. Bagaimana klasifikasi dari Ordo Apterygota?

C. Tujuan
1. Untuk dapat menjelaskan pengertian dari Apterygota
2. Untuk dapat menjelaskan klasifikasi dari Ordo Apterygota

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Apterygota
Spesies serangga yang dijelaskan didistribusikan secara tidak merata di
antara kelompok pengukur taksonomi yang lebih tinggi Lima perintah "utama"
menonjol untuk kekayaan spesies tinggi mereka: kumbang (Coleoptera); lalat
(Diptera); tawon, semut dan lebah (Hymenoptera); kupu-kupu dan ngengat
(Lepidoptera); dan serangga sejati (Hemiptera) (Gullan 2014).
Serangga ialah benda hidup dari kelompok hewan Invertebrata, kelas
Insecta, yang mempunyai bilangan spesies terbanyak. Di habitat daratan,
serangga paling luas tersebar berbanding dengan kelas-kelas yang lain dalam
filum Arthropoda. Berdasarkan ada tidaknya sayap, insekta dikelompokkan
menjadi dua sub kelas yaitu:
1. Insekta tidak bersayap, Insekta ini dikelompokkan dalam sub kelas
Apterygota.
2. Insekta bersayap dikelompokkan dalam sub kelas Pterygota.
Serangga tidak bersayap berada di dalam salah satu dari dua buah sub kelas
Insekta yakni sub kelas Apterygota. Sub kelas Apterygota ini memiliki ciri
bertubuh relative kecil, memiliki alat tambahan pada ujung abdomennya seperti
style, bermetamorfosis sederhana, biasa digolongkan dalam serangga primitif,
dan tentu tidak bersayap. Serangga tak bersayap dalam sub kelas Apterygota
ini adalah serangga yang sejak nenek moyangnya dulu benar–benar tidak
memiliki sayap. Dalam maakalah ini akan dibahas mengenai insekta
Apterygota (Mochmad, 2009).

B. Klasifikasi Apterygota
Jenis-jenis dalam ordo ini adalah makhluk-makhluk yang tidak bersayap,
berukuran kecil sampai metamorfosis sederhana (Ametabola). Microcoryphia
(Archeognatha) dan Thysanura (Zygentoma) adalah kerabat dekat dari

2
serangga bersayap tetapi berbeda dalam banyak hal. Pada Microcoryphia dan
Thysanura tidak terdapat sutura pleura, furka-furka dan fragmata.
Microcoryphia dan Thysanura adalah ektognatus, yaitu bagian-bagian mulut
agak terbuka dan tidak tertutup oleh lipatan-lipatan kranium. Ruas-ruas
flagelum antena tanpa urat daging, tarsi tiga sampai lima ruas, biasanya
terdapat mata majemuk dan tentorium cukup bagus berkembang (Mochmad,
2009).
Strategi reproduksi pada serangga ini dengan pembuahan secara tidak
langsung, yaitu dengan spermatofor, seperti pada ordo Diplura dan Collembola
(Hexapoda entognatha). Kedua jenis serangga ini mempunyai sifat primitif
dibanding ordo lainnya yaitu vestigial (degeneratif), mempunyai sepasang
embelan (styli), mempunyai caudal cerci, dan tidak bersayap secara primitif.
Mereka juga punya sifat 'maju' (advanced) dengan memiliki alat mulut
ectognatha dan antena musculate (scape dan pedicel dengan otot dalam)
(Mochmad, 2009).
Menuurut Mochmad (2009), Apterygota terdiri atas beberapa ordo
diantaranya :
1. Ordo Protura
2. Ordo Collembola
3. Ordo Thysanura
4. Ordo Archeognatha
5. Ordo Diplura

1. Ordo Protura
Kata protura berasal dari bahasa yunani yaitu prothos (pertama) dan ura
(ekor). Serangga berwarna putih dan berukuran kecil (0,6-1,5 mm). tidak
mempunyai mata, sayap, sersi dan antenna. Alat mulut enthognatus
menjorok kedalam rongga kepala. Proses pertumbuhannya ametabola
tungkai depannya terangkat keatas sehingga terlihat seperti antenna. hidup
ordo ini adalah didalam tanah yang lembab, seresah, dibawah kulit kayu dan

3
didalam batang kayu yang lapuk. Contoh Acerentulus beriberi ewing
(Jumar, 2000).
Artropoda yang berukuran kecil (panjang tubuhnya kira-kira 0,5 – 2,0
mm) berwarna keputih-putihan ini hidup di dalam bahan-bahan organik dan
memakan cendawan mikoriza, bahan-bahan tumbuhan yang membusuk dan
sejenisnya. Oleh karena itu, para ahli menduga bahwa heksapoda ini penting
dalam proses perombakan bahan organik (Destiani, 2010).
Protura meliputi serangga-serangga kecil dengan panjang tubuh tidak
lebih dari 1,5 mm berwarna keputih-putihan. Abdomen 12 ruas pada yang
dewasa. Kepala berbentuk kerucut, tidak memiliki mata dan antena. Alat
mulut tipe menghisap dan alat mulut tersebut dapat ditarik masuk kedalam
kepala. Sepasang kaki depan dari kepala posisinya seperti antenna dan
berfungsi sebagai alat peraba (Destiani, 2010).
Heksapoda ini dicirikan oleh tubuhnya yang pucat; tidak mempunyai
mata dan antena sebagaimana layaknya artropoda lain; kepala berbentuk
mirip kerucut. Alat mulut tipe menghisap dan alat mulut tersebut dapat
ditarik masuk kedalam kepala. Pasangan kaki depan biasanya diadakan di
depan tubuh dan tampaknya berfungsi sebagai organ-organ indera. Protura
baru menetas memiliki sembilan segmen perut. Setiap kali mereka berganti
bulu, segmen lain yang ditambahkan di dekat akhir perut sampai mereka
dewasa (dan seksual dewasa) dengan 11 segmen perut. Sepanjang
pertumbuhan dari nimfa awal hingga dewasa, Protura melewati lima instar
melalui proses yang disebut anamorfosis, yaitu menambahkan jumlah
abdomen sampai total ruas pada setiap instarnya. Stadia maturus adalah
stadia di antara nimfa dan imago (dewasa), dan pada stadia ini, jumlah ruas
abdomennya sudah mencapai 11 (Mochmad, 2009).
Menurut Hadi (2009), Ordo Protura terbagi menjadi beberapa famili
yaitu:
a. Famili Eosentomidae mempunyai trachea dengan dua pasang spirakulum
pada thorax. Alat tambahan pada abdomen mempunyai sebuah terminal
vesicle

4
b. Famili Protentomidae tidak mempunyai trachea dan spirakulum. Alat
tambahan pada abdomen paling sedikit mempunyai 2 pasang terminal
vesicle
c. Famili Acerentomidae tidak mempunyai trachea dan spirakulum. Alat
tambahan pada abdomen hanya pasangan pertama yang mempunyai
terminal vesicle.

2. Ordo Collembola
Collembola berasal dari bahasa Yunani, Colla (lem) dan embolon (baji
atau pasak). Serangga ini tidak bersayap dan ukurannya kurang dari 6 mm,
tubuh memanjang atau oval dan umumnya berwarna hitam. Kebanyakan
dari Collembola sebagai pemakan organik (saprofag) dan pemakan
cendawan (misetofag) dan jarang sebagai hama. Ordo Collembola dibagi
menjadi dua sub ordo arthropleona dan symphypleona (Sonja, 2015).
Menurut Destiani (2010), ciri-ciri umum ordo Collembola yaitu:
a. Berupa serangga kecil, panjang tubuh kurang dari 6 mm, alat mulut
disesuaikan untuk menggigit, antenna 4 ruas, tidak memiliki mata
majemuk. Abdomen berjumlah 6 ruas, pada ruas abdomen keempat
terdapat furcula yaitu alat untuk meloncat. Pada waktu istirahat, furcula
dilipat dibawah abdomen dan dijepit oleh tenaculum yang terdapat pada
ruas abdomen ketiga. Pada ruas abdomen kesatu terdapat kolofor
(collophore), suatu struktur yang berperan dalam pengambilan air.
b. Tidak mempunyai sistem trakea dan tidak mengalami metamorfosis.
c. Banyak Collembola memiliki ommatidia sampai 8 pada kepala,
sedangkan yang lainnya berkurang atau sama sekali tidak mempunyai
(buta).
d. Serangga ini ditemukan di tanah, pada daun tanaman yang telah
membusuk (serasah), diantara herba, dibawah kulit kayu dan sebagainya
Menurut Mochmad (2009), Colembolla dibagi menjadi 2 sub ordo
berdasarkan bentuk tubuh dan sifat abdomennya yaitu:

5
a. Sub ordo Arthropleona
Tubuhnya panjang, abdomen terdiri dari 6 ruas yang jelas. Sub ordo
Arthropleona terdiri dari:
1) Famili Produridae
Prothoraxnya berkembang dengan baik,dapat dilihat dari atas dan
mempunyai rambut atau setae sebelah dorsal. Mempunyai mata. Ruas
antena ketiga hanya mempunyai alat perasa seperti papila, ruas ke 14
mempunyai terminal vesicle yang dapat ditarik. Kulitnya tidak
mempunyai pori yang tersebar teratur.

Sumber: Podura aquatica from the UK


(Janssens, 2017)
2) Famili Onychiuridae
Sifat prothoraxnya sama dengan Poduridae. Tidak mempunyai
mata. Ruas antena ke 3 mempunyai 2 atau 3 alat perasa berbentuk
kerucut dan alat perasa seperti papila. Ruas antena ke 4 ada yang
mempunyai terminal vesicle ada yang tidak. Kulitnya berpori yang
tersebar.

Sumber: Onychiuridae
(Servitude, 2010)

6
3) Famili Entomobryidae
Entomobryidae merupakan Familia yang terbesar dari ordo
Collembola. Berwarna kecoklat-coklatan atau keputih-putihan dan
beberapa jenis ada yang berwarna belang. Memiliki antena panjang,
memiliki abdomen 6 ruas dan ruas abdomen keempat sangat besar.
Protoraks menyusut, biasanya tidak terlihat dari atas dan tidak
memiliki rambut-rambut duri atau seta di bagian dorsal. Tubuh
bersisik dan jika ada seta bentuknya seperti gada. Furkula berkembang
dengan baik. Contoh: Tomocerus elongates dan Entomobrya sicia.

Sumber: Orchesella villosa


(Janssens, 2017)
4) Famili Isotomidae
Isotomidae berwarna putih, putih kuning, dan hijau sampai biru,
coklat dan ungu tua dengan garis-garis longitudinal atau pita-pita
transversal. Tubuh memanjang, abdomen memiliki 6 ruas yang jelas
terlihat. Ruas abdomen ketiga dan keempat kira-kira sama panjang
dengan panjang garis tengah ruas abdomen ketiga

Sumber: Isotomurus plumosus


(Janssens, 2017)

7
b. Sub ordo Symphypleona
Tubuhnya oval atau bulat, keempat ruas abdomen berfusi menjadi
satu, sedang ruas kelima dan ke enam membentuk apikal papila yang
kecil. Sub ordo ini hanya terdiri dari satu famili yaitu Smynthuridae yang
ciri-cirinya seperti sub ordonya.

Sumber: Sphaeridia serrata


(Janssens, 2017)

3. Ordo Thysanura
Kata Thysanura berasal dari bahasa Yunani yang berarti thysanus (bulu
atau rumbai) dan ura (ekor). Serangga ini tidak bersayap, tubuh memanjang
dengan tiga buah embelan (1 pasang serci dan sebuah filamen kaudal) yang
seperti ekor pada abdomen. Antenna panjang terdiri atas 11 ruas. Alat mulut
amthognatus serta bertipe menggigit, mengunyah dan biasanya mempunyai
mata majemuk. Serangga dari ordo ini biasanya hidup dibawah batu dan
kotoran, buku, pakaian, kertas, serta di lingkungan lembab dan gelap. Ordo
Thysanura terbagi atas dua sub ordo yaitu Ecetognata dan Entognata.
Contoh serangga ordo ini adalah serangga perak peloncat (Meiner telidae)
(Sonja, 2015).
Jenis Thysanura berupa serangga dengan ukuran kecil sampai sedang dan
bentuknya memanjang. Alat mulut disesuaikan untuk menggigit. Antena
beruas banyak, hanya ruas dasar yang dilengkapi dengan otot. Mata
majemuk mungkin ada atau mungkin tidak ada. Tarsus beruas 2 atau 4.

8
Abdomen beruas 11, pada ujung abdomen terdapat dua. Abdomen beruas
11, pada ujung abdomen terdapat dua atau tiga embelan yang menyerupai
ekor dan pada beberapa ruas abdomennya terdapat stili. Cercus terdapat satu
pasang yang beruas banyak. Pernapasan pada Thysanura dengan sistem
trakea. Serangga ada yang mengalami metamorphosis sederhana atau tidak
mengalami metamorfosis (Destiani, 2010).
Serangga ini disebut dengan serangga perak memiliki ukuran sedang
sampai kecil, biasanya bentuknya memanjang dan agak gepeng, mempunyai
embelan-embelan seperti ekor pada ujung posterior abdomen. Tubuh hampir
selalu ditutupi oleh sisik-sisik, tipe mulut adalah mandibulata yang
berfungsi untuk mengigit, mata majemuk kecil dan sangat lebar terpisah,
mata tunggal ada atau tidak ada, tarsi 3-5 ruas, embelan seperti ekor terdiri
dari sersi dan sebuah filamen ekor median. Abdomen beruas 11, pada ujung
abdomen terdapat dua atau tiga embelan yang menyerupai ekor dan pada
beberapa ruas abdomennya terdapat stili. Cercus terdapat satu pasang yang
beruas banyak. Pernapasan pada Thysanura dengan sistem trakea. Serangga
ada yang mengalami metamorfosis sederhana atau tidak mengalami
metamorfosis (Mochmad, 2009).
Habitat dari serangga ini terdapat pada kulit kayu, gua-gua, di bawah
tanah, lubang-lubang mamalia dan beberapa jenis yang jinak menghuni
gedung-gedung, tapi umumnya hidup bebas ditempat yang lembab dan
beberapa hidup berasosiasi dengan semut. Mereka makan segala macam
substansi yang bertepung dan seringkali sebagai hama. Pada perpustakaan
mereka memakan kertas-kertas di toko-toko mereka makan sayuran dan
makanan yang mengandung tepung. Di pemukiman mereka makan pakaian
yang bertepung, gorden, sutra dan kertas dinding, ordo ini bersifat omnivora
(kapang dan bahan-bahan yang mengandung pati). Serangga ini sangat aktif
dan bergerak dengan cepat, dengan tipe tungkai cursorial (Mochmad, 2009).
Menurut Mochmad (2009), famili yang sering dijumpai pada ordo
Thysanura adalah:

9
a. Famili Lepidotrichidae
Mempunyai mata facet kecil, letak keduanya terpisah lebar.
Mempunyai ocelli. Coxa kaki tengah dan belakang tidak mempunyai
styli. Tarsus beruas 5. Letak styli abdomen bervariasi. Tubuhnya ada
yang tertutup sisik ada yang tidak. Serangga pelari.

Sumber: Tricholepidion gertschi


(Wolgemuth, 2016)
b. Famili Nicoletiidae
Tidak mempunyai mata facet dan ocelli. Coxa kaki tengah dan
belakang tidak mempunyai styli, tarsi beruas 3 atau 4. Letak stili
abdomen bervariasi. Tubuhnya ada yang tertutup sisik ada yang tidak.
c. Famili Lepismatidae
Mempunyai mata facet yang kecil dan letak keduanya terpisah, tidak
mempunyai ocelli. Coxa kaki tengah dan belakang tidak mempunyai stili,
tarsi beruang 3 atau 4. Letak stili abdomen bervariasi. Tubuh selalu
tertutup sisik.

Sumber: Thermobia domestic


(Tim Salazar, 2002)

10
d. Famili Machilidae
Mempunyai mata facet yang besar dan letak keduanya berdekatan.
Coxa kaki tengah dan belakang mempunyai stili, tarsi beruas 3.
Abdomen mempunyai stili yang terletak pada ruas kedua sampai ke
sembilan. Serangga pelompat.

4. Ordo Archeognatha
Archeognatha serupa dengan serangga perak pada ordo Thysanura, tetapi
mereka lebih silindris dengan thoraks agak melengkung, mata majemuk
besar dan bersinggungan, terdapat mata tunggal, masing-masing mandibel
memiliki satu titik artikulasi dengan kapsula kepala, tarsi tiga ruas dan
koksa-koksa tengah dan belakang biasanya mengandung stilus-
stilus. Sebagian dengan eversible vesicles dekat stili di abdomen
(Mochmad, 2009).
Serangga ini hidup di daerah rumput atau hutan di bawah daun-daunan,
di bawah kulit kayu, batu-batuan, karang dan tempat-tempat yang serupa.
Kebanyakan mereka adalah binatang malam dan matanya bercahaya pada
waktu malam bila disinari dengan lampu. Serangga ini sangat aktif dan
meloncat bila diganggu, dengan menggunakan tungkainya yang bertipe
cursorial. Tubuh ditutupi oleh sisik-sisik yang kadang-kadang membentuk
pola-pola yang jelas, makanannya adalah ganggang, lumut, buah-buahan
yang membusuk dan bahan-bahan yang serupa. Famili dari ordo ini adalah
Machilidae dan Meinertellidae (Mochmad, 2009).

5. Ordo Diplura
Nama Diplura berasal dari bahasa Yunani, diplo- yang berarti dua, dan -
uros yang berarti ekor. Panjang tubuh heksapoda ini kira-kira 2-5 mm,
meskipun genus Japyx dapat mencapai panjang tubuh 20 mm (Mochmad,
2009).
Diplura mirip Thysanura, tetapi diplura tidak memiliki filamen ekor
bagian median dan hanya mempunyai dua filamen atau embelan pada

11
ekornya. Tubuh Diplura biasanya tidak tertutup dengan sisik, tidak terdapat
mata majemuk dan mata tunggal. Tarsi memiliki satu ruas, dan bagian-
bagian mulut terdiri dari mandibula dan tertarik ke dalam kepala. Terdapat
stili pada ruas-ruas abdomen 1-7 atau 2-7. Memiliki panjang tubuh kurang
dari 7 mm, dan biasanya berwarna pucat. Terdapat di tempat-tempat lembab
di dalam tanah, di bawah kulit kayu, di bawah batu-batuan, pada kayu yang
sedang membusuk, dan di tempat-tempat lembab lainnya (Mochmad, 2009).
Kebanyakan spesies Diplura adalah pemakan, sekaligus perombak bahan
organik, meskipun beberapa kelompok, misalnya anggota famili Japygidae,
dikategorikan sebagai predator pada Collembola, isopoda, dan artropoda
kecil yang lain (Mochmad, 2009).
Menurut Mochmad (2009) ordo Diplura dibagi menjadi 3 famili yaitu:
a. Famili Campodeidae_cerci
Lebih dari 1 ruas dan tidak berbentuk catut. Cerci beruas banyak
sepanjang antena. Styli pada abdomen terletak pada ruas ke 2 sampai ke
7. Tidak mempunyai palpus. Panjang tubuh 4 mm atau lebih.
b. Famili Anajapygidae
Mempunyai sersi yang lebih pendek dari antena, beruas banyak akan
tetapi jumlah ruas lebih sedikit dari anggota Campodeidae. Cerci tidak
berbentuk catut. Mempunyai palpus. Styli pada abdomen terletak pada
ruas kesatu sampai ke tujuh.
c. Famili Japygidae
Mempunyai cerci beruas satu dan berbentuk catut.

Sumber: Dipluran
(Ferguson, 2010)

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sub kelas Apterygota dibagi menjadi beberapa ordo diantaranya Ordo
Protura, Ordo Collembola, Ordo Thysanura, Ordo Archeognatha, dan Ordo
Diplura. Kelima ordo tersebut terdapat perbedaan yang dapat diamati dengan
mengamati ciri-ciri. Ciri ordo Protura diantaranya: tubuhnya berwarna
pucat,tidak mempunyai mata dan antena,bentuk kepala mirip kerucut,tipe
mulut penghisap,dan kaki depan diarahkan kedepan. Ciri ordo Collembola
diantaranya: tubuh kecil berwarna hitam, memiliki sepasang antena,memiliki
ommatida dapat mencapai 8 pada kepala, tipe mulut menggigit,dan tidak
memiliki mata majemuk. Ciri ordo Tysanura diantaranya: merupakan serangga
perak,tubuh ditutupi sisik, mata majemuk kecil, ada yang memiliki mata
tunggal tetapi kadang ada juga yang tidak memiliki mata tunggal, dan tipe
mulut mandibulata yang berfungsi untuk menggigit. Ciri ordo Archeognatha
diantaranya: merupakan serangga perak tetapi lebih silindris,terdapat mata
tunggal,dan mata majemuk besar dan bersinggungan. Ciri ordo Diplura
diantaranya: tidak memiliki filamen ekor pada bagian median, tubuh tidak
tertutup sisik,tidak terdapat mata majemuk atau mata tunggal,dan warna tubuh
pucat.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami mengenai arti pentingnya
memelihara keanekaragaman hayati, diantaranya ialah jenis-jenis insekta yang
tergolong kedalam Apterygota.

13

Anda mungkin juga menyukai