Anda di halaman 1dari 33

TELAAH KURIKULUM

“SISTEM PENILAIAN PADA SEKOLAH MENENGAH”


Makalah disusun untuk memenuhi mata kuliah Telaah Kurikulum yang dibina
oleh Dr. Herliani M.Pd

PENDIDIKAN BIOLOGI B/2017

Gita Ayu Lestari Dewi Chandrawati Siti Nur Septiarini


(1705015078) (1705015045) (1705015059)

Dea Merly Kirnasari Radika Saraswati


(1705015047) (1705015064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai
rahmat bagi semesta alam, beserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya
yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami mengenai
“Sistem Penilaian pada Sekolah Menengah”. Kami berharap penyusunan dalam bentuk
makalah ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Dan kami menyadari didalam penyusunan makalah ini mungkin masih belum
sempurna dan apabila terdapat kesalahan dalam penyusunannya, Kami mohon untuk
bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat membangun.

Samarinda, 22 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Penilaian...................................................................................
B. Tahap-Tahap Penilaian...............................................................
C. Macam-Macam Penilaian............................................................
D. Pelaksanaan Penilaian.................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah mengeluarkan kabijakan tentang Kurikulum 2013 yang
diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum
2013 menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas yang diharapkan akan
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui
penguatan sikap, pengetahuan, dan kterampilan yang terintegrasi. Hal ini
berimplikasi pada pelaksanaan panilaian yang meliputi penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan menggunakan berbagai cara antara
lain observasi, penilaian proyek, dan portofolio.
Salah satu aspek yang mengalami perkembangan dibanding kurikulum
sebelumnya adalah penilaian. Pada Kurikulum 2013, penilaian diatur dalam
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
meliputi penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian ini
merupakan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan
dan pemerintah. Pada Kurikulum 2013, penilaian lebih tegas dan menyeluruh
dibanding dengan pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2006.
Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013 secara eksplisit meminta agar
guru-guru di sekolah seimbang dalam melakukan penilaian di tiga ranah domain,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor sesuai dengan tujuannya yang hendak diukur.
Penekanan penilaian menyeluruh terhadap ketiga aspek memberikan perubahan
besar dibanding kurikulum sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian ?
2. Apa saja tahap-tahap penilaian ?
3. Apa saja macam-macam penilaian ?
4. Bagaimana pelaksanaan dalam penilaian

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penilaian
2. Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap dari sistem penilaian
3. Mahasiswa dapat mengetahui dapat mengetahui macam-macam penilaian
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan dalam penilaian

1.4 Manfaat Penulisan


Menambah wawasan Mahasiswa dalam mempelajari teknik atau sistem-sistem
penilaian dalam sekolah menegah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian
Penilaian merupakan salah satu aspek penting pada proses pendidikan.
Penilaian merupakan langkah untuk menghimpun berbagai informasi yang
digunakan untuk penentuan kebijakan proses pembelajaran pada skala kelas
ataupun skala nasional. Domain penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi
domain spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih
umum dapat dikategorikan menjadi tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap sosial dan spiritual), dan psikomotor (keterampilan). Domain
kognitif mencakup hasil yang berhubungan dengan aspek pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Sikap merupakan kecenderungan
seseorang terhadap objek yang berupa orang, konsep, ide, dan kelompok.
Dengan demikian maka domain afektif meliputi perasaan, dan minat seseorang
(Setiadi, 2016: 171).
Kemampuan kognitif adalah penampilanpenampilan yang dapat diamati
sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman sendiri. Ranah kognitif merupakan domain yang mencakup kegiatan
mental. Dalam taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka
dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan
kurikulum di seluruh dunia. Enam kategori pokok ranah kognitif dengan urutan
mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi yakni:
pengetahu-an (knowledge); pemahaman (comprehension); penerapan
(application); analisis (analysis); sin-tesis (synthesis); dan evaluasi (evaluation)
(Setiadi, 2016: 171).
Teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu (1)
penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat dan jurnal; (2) penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis, tes
lisan dan penguasan; (3) penilaian kompetensi keterampilan melalui tes praktik,
projek dan portofolio. Penggunaan teknik penilaian disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang dapat menunjang program pengajaran seperti
kompetensi dasar yang akan dicapai. Perencanaan yang matang seperti
pembuatan kisi-kisi instrumen, diharapkan dapat memberi informasi yang akurat
tentang kompetensi-kompetensi siswa yang perlu diukur, mendorong peserta
didik belajar untuk lebih giat meningkatkan kompetesinya, memotivasi tenaga
pendidik mengajar untuk meningkatkan kompetensi siswa, meningkatkan
kinerja lembaga dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan kata lain,
penilaian dapat digunakan untuk mendorong peningkatan kualitas pembelajaran,
sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, evaluasi pelaksanaan
penilaian pendidikan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari Standar
Penilaian Pendidikan agar standar minimal ini selalu dapat ditingkatkan dari dari
waktu ke waktu agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Setiadi, 2016: 171).
B. Menurut (Setiadi, 2016: 172-173) berikut tahap-tahap penilaian yaitu :
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan adalah kegiatankegiatan yang dilakukan oleh guru
sebelum pelaksanaan penilaian dilakukan. Perencanaan merupakan fondasi awal
yang sangat penting dan mendukung kelancaran proses penilaian. Penilaian pada
Kurikulum 2013 relatif kompleks dan rumit sehingga tanpa persiapan yang baik,
keterlaksanaan proses penilaian akan terganggu. Guru harus merancang dan
mengembangkan instrumen penilaian berdasarkan pada kompetensi yang akan
dicapai. Guru dituntut untuk dapat mengembangkan instrumen penilaian yang
dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada
proses penelitian diidentifikasi upaya-upaya guru dalam mengupayakan
pengembangan instrumen agar dapat mengukur pencapaian siswa dengan baik.
Aspek pertama aktivitas guru dalam melakukan analisis terhadap butir soal yang
disusun. Sedikit yang melakukan analisis instrumen penilaian (berdasarkan data
empirik) pada ujian sekolah yaitu 34%, selain itu guru yang menganalisis
instrumen penilaian hasil belajar yang memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa juga relatif sedikit yaitu 31% Tidak adanya proses
analisis instrumen menunjuk kan pula bahwa tidak ada proses revisi ataupun
pemilahan soal yang layak, revisi, ataupun ditolak. Hasil FGD juga
menunjukkan bahwa hampir semua guru menghadapi masalah dalam membuat
rubrik pada saat mereka membuat soal uraian. Mayoritas responden menyatakan
tidak menyusun rubrik penilaian bersamaan dengan menyusun soal. Guru hanya
membuat proporsi penskoran tiap butir dan rumus penilaian. Data tersebut
selaras dengan data angket yang menunjukkan bahwa banyak guru yang tidak
mengetahui bahwa istilah rubrik itu sama dengan pedoman penskoran. Guru
belum membuat pedoman penskoran sebagai acuan dalam penilaian soal
uraiannya. Dari hasil FGD didapatkan data bahwa pada tahap perencanaan,
banyak guru yang mengabaikan fungsi kisi-kisi. Seharusnya kisi-kisi merupakan
fondasi awal konstruksi suatu instrumen penilaian sehingga sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur. Namun, fakta lapangan menunjukkan bahwa
sebagian besar guru tidak membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Guru langsung
menyusun instrumen penilaian tanpa diawali dengan penyusunan kisi-kisi.
Kondisi tidak ideal lain yang berkaitan dengan penyusunan kisi-kisi soal adalah
guru menyusunnya setelah soal selesai. Kisi-kisi disusun hanya untuk memenuhi
tuntutan administrasi atau acuan siswa, bukan sebagai landasan penulisan soal.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa guru belum sepenuhnya paham peran,
kegunaan, dan manfaat kisi-kisi soal
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi penilaian berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh guru. Hasil angket menunjukkan bahwa
penilaian sikap yang dilakukan oleh guru-guru di kelas relatif masih sedikit,
terutama oleh guru-guru jenjang SD. Pada jenjang SMA/MA, guru yang
melakukan penilaian kompetensi sikap dengan lembar observasi 48%, yang
melakukan penilaian kompetensi sikap dengan lembar penilaian diri 42%, yang
melakukan penilaian kompetensi sikap dengan penilaian antarteman 42%, dan
yang melakukan penilaian kompetensi sikap dengan membuat jurnal 41%. Pada
jenjang SD/MI guru-guru umumnya lebih sedikit lagi yang melakukan penilaian
kompetensi sikap, yaitu dengan lembar observasi 36%, yang melakukan
penilaian kompetensi sikap dengan Lembar penilaian diri juga 36%, yang
melakukan penilaian kompetensi sikap dengan penilaian antarteman 24%, dan
yang melakukan penilaian kompetensi sikap dengan membuat jurnal 27%.
3. Tahap Pelaporan
Hasil FGD menunjukkan bahwa banyak guru yang menghadapi
permasalahan dalam pembuatan laporan. Hambatannya terutama pada
penggunaan rentang nilai 1-4. Belum ada tabel konversi yang dibuat pada
Peraturan Pemerintahnya untuk mengkonversi rentang nilai 0-100 menjadi
rentang nilai 1-4 pada penilaian pengetahuan dan keterampilan. Tanggapan lain
dari perubahan skala penilaian datang dari orang tua siswa. Banyak orang tua
yang kesulitan dalam membaca dan menerjemahkan nilai karena sudah terbiasa
dengan skala sebelumnya. Terdapat beberapa masalah yang terjadi terkait
dengan penulisan rapor. Saat mengisi rapor juga beberapa guru mengalami
hambatan mengenai pembuatan deskripsi penilaian dan penyatuan nilai tiap mata
pelajaran. Kedua hambatan tersebut dirasa sangat memberatkan guru karena
membutuhkan waktu yang relatif lama dan rumit.
C. Macam-macam teknik penilaian
1. Penilaian Sikap
1) Pengertian
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku siswa
sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian
sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan
keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam
hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina
perilaku serta budi pekerti siswa sesuai butir-butir sikap dalam KD pada KI-1
dan KI-2 (Muhammad, 2015: 5).
Penilaian sikap spiritual dan sikap sosial dilakukan secara berkelanjutan oleh
guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas dengan
menggunakan observasi dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai
sumber. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3
dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan
penilaian antarteman (peer assessment) dalam rangka pembinaan dan
pembentukan karakter siswa, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu
data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh guru. Hasil penilaian sikap
selama periode satu semester ditulis dalam bentuk deskripsi yang
menggambarkan perilaku siswa. Melalui pembiasaan dan pembudayaan sikap
spiritual dan sikap sosial diharapkan siswa memiliki keseimbangan dalam
hubungannya dengan Tuhan (ketakwaan) dan hubungannya dengan sesama serta
lingkungan (budi pekerti luhur dan peduli lingkungan) (Muhammad, 2015: 2).
2)Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap terutama dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas, melalui observasi yang dicatat dalam
jurnal berupa catatan anekdot (anecdotal record) dan catatan kejadian tertentu
(incidental record). Dalam pelaksanaan penilaian sikap diasumsikan setiap siswa
memiliki perilaku yang baik, sehingga jika tidak dijumpai perilaku yang sangat
baik atau kurang baik maka sikap siswa tersebut dianggap baik, sesuai dengan
indikator yang diharapkan. Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dijumpai
di kelas selama proses pembelajaran dicatat dalam jurnal guru mata pelajaran.
Sedangkan perilaku siswa yang sangat baik atau kurang baik dan informasi lain
yang valid dan relevandi luar kelas, selain dicatat guru mata pelajaran, juga
menjadi catatan guru BK dan wali kelas. Penilaian diri dan penilaian antarteman
dilakukan sebagai penunjang dan hasilnya digunakan untuk bahan konfirmasi
dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter siswa (Muhammad, 2015:
5-6).
Rangkuman hasil penilaian sikap oleh guru mata pelajaran dan guru BK
selama satu semester dikumpulkan kepada walikelas, kemudian wali kelas
menggabungkan dan merangkum dalam bentuk deskripsi yang akan diisikan ke
dalam rapor setiap siswa di kelasnya. Skema penilaian sikap dapat dilihat pada
gambar berikut (Muhammad, 2015: 6).
Gambar 1. Skema penilaian sikap
a. Observasi
Observasi dalam penilaian sikap siswa merupakan teknik yang dilakukan
secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang sangat baik
(positif) atau kurang baik (negatif) yang berkaitan dengan indikator sikap
spiritual dan sikap sosial. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah
lembar observasi atau jurnal. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang
dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali
kelas. Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku siswa yang sangat baik atau
kurang baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-
butir sikap. Berdasarkan catatan tersebut guru membuat deskripsi penilaian
sikap siswa selama satu semester (Muhammad, 2015: 6).
Menurut Muhammad (2015, 7) berapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan penilaian sikap dengan teknik observasi yaitu:
1) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas
selama periode satu semester.
2) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh siswa yang
mengikuti mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua
siswa yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali
kelas digunakan untuk 1 (satu) kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK diserahkan kepada wali
kelas untuk diolah lebih lanjut.
4) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak
terbatas pada butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan
melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana
dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir sikap lainnya
yang ditanamkan dalam semester itu jika butirbutir sikap tersebut
muncul/ditunjukkan oleh siswa melalui perilakunya.
5) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada
kemungkinan dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang
baik muncul lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali.
6) Perilaku siswa yang tidak menonjol (sangat baik atau kurang baik) tidak
perlu dicatat dan dianggap siswa tersebut menunjukkan perilaku baik
atau sesuai dengan yang diharapkan.
b. Penilaian diri
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan penilaian dengan cara
meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam berperilaku. Hasil penilaian diri siswa dapat digunakan sebagai data
konfirmasi (Muhammad, 2015: 9).
Menurut Muhammad (2015: 9-10) penilaian diri dapat memberi dampak
positif terhadap perkembangan kepribadian siswa, antara lain:
1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) Siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki;
3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian
diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna
ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami siswa, dan menggunakan
format sederhana yang mudah diisi siswa. Lembar penilaian diri dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap siswa dalam situasi
yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan siswa mengidentifikasi
kekuatan atau kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan
siswa menilai dirinya secara subjektif. Penilaian diri oleh siswa perlu
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut, menjelaskan kepada
siswa tujuan penilaian diri, menentukan indikator yang akan dinilai,
menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan merumuskan
format penilaian, dapat berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian
(rating scale) (Muhammad, 2015: 10).
c. Penilaian antarsiswa/antarteman
Penilaian antarsiswa/antarteman merupakan penilaian dengan cara
meminta siswa untuk saling menilai perilaku temannya. Sebagaimana
penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat digunakan sebagai data
konfirmasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman.
Penilaian antarteman paling cocok dilakukan pada saat siswa mengerjakan
kegiatan kelompok. Misalnya setiap siswa diminta melakukan
pengamatan/penilaian terhadap dua orang temannya, dan dia juga akan
dinilai oleh dua orang teman dalam kelompoknya (Muhammad, 2015: 12).
Menurut Muhammad (2015: 12) kriteria instrumen penilaian antarteman
yaitu:
1) sesuai dengan indikator yang akan diukur
2) indikator dapat diukur melalui pengamatan siswa
3) kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak
berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda
4) menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami siswa
5) menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh siswa
6) indikator menunjukkan sikap/perilaku siswa dalam situasi yang nyata
atau sebenarnya dan dapat diukur
Lembar penilaian diri dan penilaian antarteman yang telah diisi
dikumpulkan kepada guru, selanjutnya dipilah dan dibuat rekapitulasinya
untuk ditindaklanjuti. Guru dapat menganalisis jurnal atau data/informasi
hasil observasi penilaian sikap yang dilakukannya dengan data/informasi
hasil penilaian diri dan penilaian antarteman (triangulasi) sebagai bahan
pembinaan. Hasil analisis dinyatakan dalam deskripsi sikap spiritual dan
sikap sosial yang perlu segera ditindaklanjuti. Kepada siswa yang
menunjukkan banyak perilaku positif diberi apresiasi/pujian dan siswa yang
menunjukkan banyak perilaku negatif diberi motivasi sehingga selanjutnya
siswa tersebut dapat membiasakan diri berperilaku baik (positif)
(Muhammad, 2015: 13-14).
2. Penilaian Pengetahuan
1) Pengertian Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur
kemampuan siswa yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga
tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada
KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.Penilaian pengetahuan
dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Guru memilih teknik penilaian
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian
dimulai dengan perencanaan yang dilakukan pada saat menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada silabus (Muhammad,
2015: 14).
Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah siswa telah
mencapai ketuntasan belajar (mastery learning), juga untuk mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan siswa dalam proses
pembelajaran (diagnostic). Untuk itu, pemberian umpan balik (feedback)
kepada siswa dan guru merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil
penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Hasil
penilaian pengetahuan yang dilakukan selama dan setelah proses
pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang 0-100.
Ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan paling rendah 60. Namun
secara bertahap sekolah harus meningkatkan kriteria ketuntasan di atas 60
dengan mempertimbangkan kondisi siswa dan pendukung pembelajaran
(Muhammad, 2015: 14).
2) Teknik Penilaian Pengetahuan
Berbagai teknik penilaian pada kompetensi pengetahuan dapat digunakan
sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan
adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup
kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya portofolio dan
observasi (Muhammad, 2015: 14).
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara tertulis
untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes.
Tes tertulis menuntut adanya respons dari peserta tes yang dapat dijadikan
sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya.Instrumen tes tertulis
dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah,
menjodohkan, dan uraian (Muhammad, 2015: 15).
Menurut Muhammad (2015, 14) pengembangan instrumen tes tertulis
mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Menetapkan tujuan tes, apakah tujuan tes untuk seleksi, penempatan,
diagnostik, formatif, atau sumatif.
2) Menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan spesifikasi yang digunakan
sebagai acuan menulis soal. Di dalam kisi-kisi tertuang rambu-rambu
tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang akan diukur,
materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-
kisi, penulisan soal lebih terarahkarena sesuai dengan tujuan tes dan
proporsi soal per KD atau materi yang hendak diukur lebih tepat.
3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.
4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang
digunakan. Untuk soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban
singkat disediakan kunci jawaban karena jawabannya sudah pasti dan
dapat diskor dengan objektif. Untuk soal uraian disediakan pedoman
penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik dengan rentang
skornya.
5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan. Bentuk
soal yang sering digunakan di SMA adalah pilihan ganda (PG) dan
uraian.
Menurut Muhammad (2015, 16-17) tes tulis dapat dibedakan menjadi:
1) Tes tulis bentuk pilihan ganda
Butir soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan
jawaban (option). Untuk tingkat SMA biasanya digunakan 5 (lima)
pilihan jawaban. Dari kelima pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah
kunci (key) yaitu jawaban yang benar atau paling tepat, dan lainnya
disebut pengecoh (distractor).
2) Tes tulis bentuk uraian
Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut siswa untuk
mengorganisasikan dan menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.
b. Tes lisan
Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal pada waktu
pembelajaran. Jawaban siswa dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragraf. Tes lisan menumbuhkan sikap siswa untuk berani berpendapat
(Muhammad, 2015: 19).
Menurut Muhammad (2015, 19) rambu-rambu pelaksanaan tes lisan
ialah:
1) Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai (assessment of
learning) dan dapat juga digunakan sebagai fungsi diagnostik untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap kompetensi dan materi
pembelajaran (assessment for learning).
2) Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan lingkup materi
pada kompetensi dasar yang dinilaian
3) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengonstruksi
jawabannya sendiri.
4) Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih komplek.
c. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur
dan/atau meningkatkan pengetahuan.Penugasan yang digunakan untuk
mengukur kompetensi pengetahuan (assessment of learning) dapat dilakukan
setelah proses pembelajaran sedangkan penugasan yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan (assessment for learning) diberikan sebelum
dan/atau selama proses pembelajaran. Penugasan dapat berupa pekerjaan
rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas. Penugasan lebih ditekankan pada
pemecahan masalah dan tugas produktif lainnya (Muhammad, 2015: 20).
Menurut Muhammad (2015, 19) rambu-rambu penugasan ialah:
1) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2) Tugas dapat dikerjakan oleh siswa, selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
3) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa.
4) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
5) Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
6) Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
7) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
8) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
d. Observasi
Observasi bukan hanya dilakukan untuk menilai sikap, namun penilaian
terhadap pengetahuan siswa dapat juga dilakukan melalui observasi selama
proses pembelajaran, misalnya pada waktu diskusi atau kegiatan
kelompok.Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik (Muhammad,
2015: 22).
3. Penilaian Keterampilan
1) Pengertian Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian untuk mengukur pencapaian
kompetensi siswa terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian
keterampilan menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu.Penilaian inidimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan
yang sudah dikuasai siswa dapat digunakan untuk mengenal dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life).
Ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan dibuat dalam bentuk
angka 0 – 100. Ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan optimum
paling rendah 60. Secara bertahap satuan pendidikan dapat menetapkan
ketuntasan belajardi atas 60 (Muhammad, 2015: 23).
2) Teknik Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara
lain penilaian praktik/kinerja, proyek, dan portofolio. Teknik penilaian lain
dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4 pada mata
pelajaran yang akan diukur. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek
atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubric (Muhammad, 2015:
23).
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran
yang berupa keterampilan proses dan/atau hasil (produk). Penilaian
kinerja yang menekankan pada hasil (produk) biasa disebut penilaian
produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses dan
produk dapat disebut penilaian praktik. Aspek yang dinilai dalam
penilaian kinerja adalah proses pengerjaannya atau kualitas produknya
atau kedua-duanya. Sebagai contoh: (1) keterampilan menggunakan alat
dan atau bahan serta prosedur kerja dalam menghasilkan suatu produk;
(2) kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan kriteria teknis dan
estetik. Contoh penilaian kinerja yang menekankan pada proses adalah
berpidato, membaca karya sastra, memanipulasi peralatan laboratorium
sesuai keperluan, dan memainkan alat musik. Contoh penilaian proses
yang melibatkan aktivitas fisik adalah melempar/menendang bola,
bermain tenis, berenang, koreografi, dan menari. Contoh penilaian
kinerja yang menekankan pada produk misalnya menyusun karangan,
melukis, dan menyulam. Contoh penilaian kinerja yang menekankan
pada proses dan produk misalnya pembuatan makanan tradisional
(Muhammad, 2015: 24).
Menurut Muhammad (2015, 24) langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam penilaian kinerja adalah:
1) mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang akan
mempengaruhi hasil akhir (output).
2) menuliskan dan mengurutkan semua aspek kemampuan spesifik yang
penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan
hasil akhir (output) yang terbaik.
3) mendefinisikan dengan jelas semua aspek kemampuan yang akan
diukur. Kemampuan atau produk yang akan dihasilkan tersebut
tidak perlu terlalu banyak atau rinci, yang pentingharus dapat diamati
(observable).
4) memeriksa dan membandingkan kembali semua aspek kemampuan
yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan (jika ada
pembandingnya).
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan,
yangharus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek
dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, inovasi dan kreativitas,kemampuan penyelidikan dan
kemampuan siswa menginformasikan matapelajaran tertentu secara jelas.
Penilaian proyek dapat dilakukan dalam satu atau lebih KD, satu mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran serumpun atau lintas mata pelajaran
yang bukan serumpun. Penilaian proyek umumnya menggunakan metode
belajar pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktifitas secara nyata (Muhammad, 2015: 26-27).
Menurut Muhammad (2015, 27) dalam penilaian proyek setidaknya
ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Pengelolaan yaitu kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
2) Relevansi yaitu kesesuaian topik, data, dan hasilnya dengan KD atau
mata pelajaran.
3) Keaslian. Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil
karyanya sendiri dengan mempertimbangkan kontribusi guru dan
pihak lain berupa bimbingan dan dukungan terhadap proyek yang
dilakukan siswa.
4) Inovasi dan kreativitas. Proyek yang dilakukan siswa terdapat unsur-
unsur baru (kekinian) dan sesuatu yang unik, berbeda dari biasanya.
c. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan
perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Ada
beberapa tipe portofolio yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses,
dan portofolio pameran. Guru dapat memilih tipe portofolio yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dasar dan/atau konteks mata pelajaran.
Pada akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai
oleh guru bersama siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut,
guru dan siswa dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui
karyanya. Portofolio siswa disimpan dalam suatu folder dan diberi
tanggal pembuatan sehingga dapat dilihat perkembangan kualitasnya dari
waktu ke waktu (Muhammad, 2015: 28-29).
Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai karya-karya siswasecara
bertahap dan pada akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan
dan dipilih bersama oleh guru dan siswa. Karya-karya terpilih yang
menurut guru dan siswa adalah karyakarya terbaik disimpan dalam buku
besar/album/stofmap sebagai dokumen portofolio. Guru dan siswa harus
sama-sama memahami alasan mengapa karyakaryatersebut disimpan di
dalam koleksi portofolio. Setiap karya pada dokumen portofolio harus
memiliki makna atau kegunaan bagi siswa, guru, dan orang lain yang
mengamati. Selain itu, diperlukan komentar dan refleksi dari
guru,orangtua siswa,atau pengamat pendidikan yang memiliki
keterkaitan dengan karya-karya yang dikoleksi. Karya siswa yang dapat
disimpan sebagi dokumen portofolio antara lain: karangan, puisi,
gambar/lukisan, surat penghargaan/piagam, foto-foto prestasi, dsb.
Dokumen portofolio dapat menumbuhkan rasa bangga yang mendorong
siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Guru dapat memanfaatkan
portofolio untuk mendorong siswa mencapai sukses dan membangun
kebanggaan diri. Secara tidak langsung, hal ini berdampak pada
peningkatan upaya siswa untuk mencapai tujuan individualnya. Di
samping itu guru pun akan merasa lebih mantap dalam mengambil
keputusan penilaian karena didukung oleh bukti-bukti autentik yang
telah dicapai dan dikumpulkan siswanya (Muhammad, 2015: 29).
Menurut Muhammad (2015, 29) rambu-rambu penyusunan dokumen
portofolio yaitu:
1) Dokumen portofolio berupa karya/tugas siswa dalam periode tertentu
dikumpulkan dan digunakan oleh guru untuk mendeskripsikan
capaian kompetensi keterampilan.
2) Dokumen portofolio disertakan pada waktu penerimaan rapor kepada
orangtua/wali siswa, sehingga orangtua/wali mengetahui
perkembangan belajar putera/puterinya. Orangtua/wali siswa
diharapkan dapat memberi komentar/catatan pada dokumen
portofolio sebelum dikembalikan ke sekolah.
3) Gurupada kelas berikutnya menggunakan portofolio sebagai
informasi awal siswa yang bersangkutan
D. Pelaksanaan Penilaian
1. Perumusan Indikator
Dalam pelaksanaan penilaian, guru lebih dahulu merumuskan indikator
pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dijabarkan
dari Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI) pada setiap mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi diperlukan untuk penyusunan
instrumen penilaian dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk Kompetensi Dasar pada KI-3 dan KI-4 sesuai
dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut dan perilaku yang
dapat diobservasi sebagai pemenuhan kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2.
Untuk pegetahuan dan pengetahuan. Instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan substansi/materi, konstruksi, dan bahasa. Persyaratan substansi
merepresentasikan kompetensi yang dinilai; persyaratan konstruksi memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan
persyaratan bahasa adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa (Muhammad, 2015)
Indikator untuk mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan dan
keterampilan mengandung kata kerja operasional. Indikator tersebut digunakan
sebagai rambu-rambu dalam penyusunan butir soal atau tugas. Indikator
pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan merupakan ukuran,
karakteristik, atau ciri-ciri yang menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi
dasar tertentu dan menjadi acuan dalam penilaian kompetensi dasar mata
pelajaran. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih
indikator pencapaian pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk
mengukur pencapaian kompetensi sikap digunakan indikator penilaian sikap
yang dapat diamati (Muhammad, 2015)
Menurut Muhammad, 2015, Sikap yang dapat diamati adalah:
a. Sikap Spiritual
Penilaian sikap spiritual dilakukan dalam rangka mengetahui
perkembangan sikap siswa dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya. Indikator sikap spiritual pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1
dengan memperhatikan butir-butir nilai sikap yang tersurat. Sementara itu,
indikator untuk penilaian sikap spiritual yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran lain tidak selalu dapat diturunkan secara langsung dari KD pada KI-1,
melainkan dirumuskan dalam perilaku beragama secara umum. Berikut ini
contoh indikator sikap spiritual yang dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran: (1) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; (2)
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya; (3) memberi salam pada saat
awal dan akhir kegiatan; (4) bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa; (5) mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri; (6)
bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu; (7) berserah diri (tawakal)
kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha; (8) menjaga lingkungan
hidup di sekitar sekolah; (9) memelihara hubungan baik dengan sesama umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; (10) bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai bangsa Indonesia; (11) menghormati orang lain yang menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya.
b. Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap
sosial siswa dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaanya. Sikap sosial dikembangkan terintegrasi dalam
pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Indikator KD dari KI-2 mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn dirumuskan dalam perilaku
spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD matab. Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap
sosial siswa dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaanya. Sikap sosial dikembangkan terintegrasi dalam
pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4.
Indikator KD dari KI-2 mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti dan PPKn dirumuskan dalam perilaku spesifik sebagaimana tersurat di
dalam rumusan KD mata pelajaran tersebut. Sementara indikator KD dari KI-2
mata pelajaran lainnya dirumuskan dalam perilaku sosial secara umum. Sebagai
contoh: tidak menyontek dalam ujian, mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan. Disamping itu, pada mata pelajaran tertentu pada
KD tertentu, dapat dikembangkan indikator yang secara spesifik sesuai dengan
karakteristik KD pada mata pelajaran tersebut.
Berikut contoh indikator-indikator umum sikap sosial:
(1) jujur, yaitu perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan. Indikator jujur antara lain:
a) tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber);
b) tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan;
c) mengungkapkan perasaan apa adanya;
d) menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan;
e) membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya;
f) mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki;
(2) disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator disiplin antara lain:
a) datang tepat waktu;
b) patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah;
c) mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang
ditentukan, mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar;
(3) tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa. Indikator tanggung jawab antara lain:
a) melaksanakan tugas individu dengan baik;
b) menerima resiko dari tindakan yang dilakukan;
c) tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat;
d) mengembalikan barang yang dipinjam;
e) mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan;
f) menepati janji;
g) tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri;
h) melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta;
(4) toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan. Indikator toleransi antara lain:
a) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat;
b) menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya;
c) dapat menerima kekurangan orang lain;
d) dapat mememaafkan kesalahan orang lain;
e) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki
keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan;
f) tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain;
g) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan
orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik;
h) terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu yang baru;
(5) gotong royong, yaitu bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong
secara ikhlas. Indikator gotong royong antara lain:
a) terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah;
b) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan;
c) bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan;
d) aktif dalam kerja kelompok;
e) memusatkan perhatian pada tujuan kelompok;
f) tidak mendahulukan kepentingan pribadi;
g) mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri
sendiri dengan orang lain;
h) mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan
bersama;
(6) Santun atau sopan, yaitu sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa
maupun bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang
dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada
tempat dan waktu yang lain. Indikator santun atau sopan antara lain:
a) menghormati orang yang lebih tua;
b) tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur;
c) tidak meludah di sembarang tempat;
d) tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat;
e) mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain;
f) bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
g) meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau
menggunakan barang milik orang lain;
h) memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan;
(7) percaya diri, yaitu suatu keyakinan atas kemampuannya sendiri untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Indikator percaya diri antara lain:
a) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
b) mampu membuat keputusan dengan cepat
c) tidak mudah putus asa
d) tidak canggung dalam bertindak
e) berani presentasi di depan kelas
f) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
c. Pengetahuan
Indikator pada kompetensi pengetahuan diturunkan dari KD pada KI-3 dengan
menggunakan kata kerja operasional. Beberapa kata kerja operasional yang dapat
digunakan antara lain:
1) mengingat: menyebutkan, memberi label, mencocokkan, memberi nama,
mengurutkan, memberi contoh, meniru, dan memasangkan;
2) memahami: menggolongkan, menggambarkan, membuat ulasan,
menjelaskan, mengekspresikan, mengidentifikasi, menunjukkan, menemukan,
membuat laporan, mengemukakan, membuat tinjauan, memilih, dan
menceritakan;
3) menerapkan: mendemonstrasikan, memperagakan, menuliskan
penjelasan, membuatkan penafsiran, mengoperasikan, mempraktikkan,
merancang persiapan, menyusun jadwal, membuat sketsa, menyelesaikan
masalah, dan menggunakan;
4) menganalisis: menilai, menghitung, mengelompokkan, menentukan,
membandingkan, membedakan, membuat diagram, menginventarisasi,
memeriksa, dan menguji;
a) mengevaluasi: vmembuat penilaian, menyusun argumentasi atau alasan,
menjelaskan apa alasan memilih, membuat perbandingan, menjelaskan
alasan pembelaan, memperkirakan, dan memprediksi;
b) mencipta (create): mengumpulkan, menyusun, merancang, merumuskan,
mengelola, mengatur, merencanakan, mempersiapkan, mengusulkan, dan
mengulas.
d. Keterampilan
Indikator pencapaian kompetensi keterampilan dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, antara
lain: mengidentifikasi, menghitung, merancang, membuat sketsa,
memperagakan, menulis laporan, menceritakan kembali, mempraktikkan,
mendemonstrasikan, mendeskripsikan, dan menyajikan.
2. Pelaksanaan Penilaian
Menurut Muhammad, 2015 pelaksanaan penilaian bisa dilakukan pada
beberapa hal, yaitu:
a. Penilaian Sikap Spritual
Pelaksanaan penilaian sikap spiritual dilakuan setiap hari selama
pembelajaran satu semester. Penilaian dilakukan oleh wali kelas, guru BK, dan
guru mata pelajaran serta siswa. Penilaian sikap spiritual di dalam kelas
dilakukan oleh guru mata pelajaran.Sikap siswa di luar jam pelajaran
diamati/dicatat wali kelas dan guru BK. Guru mata pelajaran, guru BK, dan
wali kelas mencatat perilaku siswa yang sangat baik atau kurang baik dalam
jurnal segera setelah perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang
perilaku tersebut.
b. Penilaian Sikap Sosial
Pelaksanaan penilaian sikap sosial dilakukan setiap hari selama
pembelajaran satu semester. Penilaian dilakukan oleh wali kelas, guru BK, dan
guru mata pelajaran serta siswa. Penilaian sikap sosial dilakukan secara terus-
menerus selama satu semester. Penilaian sikap sosial di dalam kelas dilakukan
oleh guru mata pelajaran. Sikap siswa di luar jam pelajaran diamati/dicatat
wali kelas dan guru BK. Guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas
mencatat perilaku siswa yang sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera
setelah perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku
tersebut.
c. Penilaian Pengetahuan
Pelaksanaan penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan untuk menilai
proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses dilakukan melalui ulangan
harian yang dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, maupun penugasan.
Cakupan ulangan harian meliputi seluruh indikator dari satu kompetensi dasar
atau lebih sedangkan cakupan penugasan disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dasar. Penilaian hasil belajar dilakukan melalui ulangan tengah
semester (UTS) dan ulangan akhir semester (UAS). UTS merupakan kegiatan
penilaian yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar mata
pelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung 8 - 9 minggu. Cakupan
UTS meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada
periode tersebut. UAS merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran di akhir semester.
Cakupan UAS meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD
pada satu semester.
d. Penilaian Keterampilan
Pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan dilakukan untuk menilai
proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses dilakukan melalui penilaian
praktik selama proses pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil dilakukan
melalui penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian portofolio yang
diberikan setelah pembelajaran. Penilaian kompetensi keterampilan dapat juga
dilakukan melalui ulangan harian sesuai karakteristik kompetensi dasar
sedangkan penilaian keterampilan pada UTS dan UAS sesuai karakteristik
setiap mata pelajaran.
1) Penilaian Kinerja
Intensitas (frekuensi) pelaksanaan penilian kinerja ditentukan guru
berdasarkan tuntutan KD dan dapat dilakukan untuk satu atau beberapa KD.
Beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian kinerja meliputi:
a) menjelaskan rubrik penilaian kepada siswa sebelum pelaksanaan penilaian.
b) memberikan tugas secara rinci kepada siswa.
c) memastikan ketersediaan dan kelengkapan alat serta bahan yang digunakan.
d) melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
e) membandingkan kinerja siswa dengan rubrik penilaian.
f) melakukan penilaian dilakukan secara individual.
g) mencatat hasil penilaian.
h) mendokumentasikan hasil penilaian.
2) Penilaian proyek
Penilaian proyek dilakukan untuk satu atau beberapa KD pada satu mata
pelajaran atau lintas mata pelajaran. Beberapa langkah dalam melaksanakan
penilaian proyek:
a) menjelaskan rubrik penilaian kepada siswa sebelum pelaksanaan penilaian.
b) memberikan tugas kepada siswa.
c) memberikan pemahaman yang sama kepada siswa tentang tugas yang harus
dikerjakan.
d) melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proyek.
e) memonitor pengerjaan proyek siswa dan memberikan umpan balik pada setiap
tahapan pengerjaan proyek.
f) membandingkan kinerja siswa dengan rubrik penilaian.
g) memetakan kemampuan siswa terhadap pencapaian kompetensi minimal.
h) memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun siswa.
i) mendokumentasikan hasil penilaian.
3) Penilaian portofolio
Penilaian portofolio dilakukan untuk melihat perkembangan pencapaian
kompetensi dan capaian akhir serta dapat digunakan untuk mendeskripsikan capaian
keterampilan dalam satu semester. Beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian
portofolio:
a) melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio dan menilainya pada
saat kegiatan tatap muka, tugas terstruktur atau tugas mandiri tidak terstruktur,
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran.
b) melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria penilaian yang telah
ditetapkan atau disepakati bersama dengan siswa;
c) siswa mencatat hasil penilaian portofolionya untuk bahan refleksi dirinya;
d) mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai format yang telah
ditentukan;
e) memberi umpan balik terhadap karya siswa secara berkesinambungan dengan
cara memberi keterangan kelebihan dan kekurangan karya tersebut, cara
memperbaikinya dan diinformasikan kepada siswa;
f) memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas), mengumpulkan
danmenyimpan portofolio masing-masing dalam satu map atau folder di rumah
masing masing atau di loker sekolah;
g) setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, siswa
diberikesempatan untuk memperbaikinya;
h) membuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan dan
penyerahankarya hasil perbaikan kepada pendidik;
i) memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya terbaik portofolio dengan
caramenempel di kelas;
j) mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke dalam map yang
telahdiberi identitas masing-masing siswa untuk bahan laporan kepada sekolah
danorang tua siswa;
k) mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
pesertadidik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu untuk
bahanlaporan kepada sekolah dan atau orang tua siswa;
l) memberikan nilai akhir portofolio masing-masing siswa disertai umpan balik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penilaian merupakan salah satu aspek penting pada proses pendidikan.
Domain penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat
dikategorikan menjadi tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap sosial dan spiritual), dan psikomotor (keterampilan)
2. Tahap-tahap penilaian meliputi Tahap perencanaan, Tahap pelaksanaan, dan
Tahap Pelaporan
3. Macam-macam penilaian meluputi penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampila
4. Dalam pelaksanaan penilaian, guru lebih dahulu merumuskan indikator
pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dijabarkan dari Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI) pada
setiap mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi diperlukan untuk
penyusunan instrumen penilaian dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk Kompetensi
Dasar pada KI-3 dan KI-4 sesuai dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut dan perilaku yang dapat diobservasi sebagai
pemenuhan kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2.

B. Saran
Sebaiknya pada saat pemilihan materi, pilihlah materi yang benar-benar terfokus
pada pembahasan mengenai sistem atau teknik penilaian
Daftar Rujukan

Setiadi, Hari. 2016. Pelaksanaan penilaian pada kurikulum 2013. Jurnal Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan. 20 (2): 171-173. http://journal.uny.ac.id. Diakses
pada tanggal 19 April

Muhammad, Hamid. 2015. Panduan Penilaian Untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hasanah, Umi, dkk. Analisis Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Biologi Kelas X


Semester Genap 2013/2014 di SMAN Kota Blitar. Jurnal Pendidikan
Biologi. 7(1): 40. https://www.neliti.com. Diakses pada tanggal 22 April
2019.

Anda mungkin juga menyukai