Anda di halaman 1dari 22

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN POKOK BAHASAN

“REPRODUKSI”

MAKALAH

Disusun oleh :

Kelompok 2 / Perikanan C 2018


Dika Reihan Putra 230110180128
Mahesa Rafka Utomo 230110180146
Rahmatika Aulia 230110180166
Arifiyana Saefurahmat 230110180173

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah teknologi
pembenihan ikan pokok bahasan reproduksi ini tepat pada waktunya. Tidak sedikit
hambatan dan rintangan dalam mengerjakan makalah ini sampai dengan selesai.
Berkat dukungan dan semangat dari teman-teman serta orang tua, hambatan-hambatan
yang ada dapat teratasi.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas dari
salah satu mata kuliah, yaitu Teknologi Pembenihan Ikan yang berjudul
“Reproduksi”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan khususnya para mahasiswa
Universitas Padjadjaran dan kepada pembaca sekalian. Penyusun ucapkan terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada dosen, para mahasiswa serta setiap pihak yang telah
mendukung dan membantu penyusun selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.

Bandung, 15 Februari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

BAB

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1

1.3 Manfaat .......................................................................................................... 1

II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 2

2.1 Pengertian Pemijahan .................................................................................... 2

2.2 Faktor-faktor Pemijahan ................................................................................ 3

2.3 Biologi Reproduksi ........................................................................................ 3

2.4 Perkembangan Seksual Pada Ikan ................................................................. 7

2.4.1 Ciri Seksual Primer .................................................................................... 7

2.4.2 Ciri Seksual Sekunder................................................................................ 9

2.4.2.1 Ciri Seksual sekunder sementara ...................................................... 10

2.4.2.2 Ciri Seksual Sekunder Sementara .................................................... 11

2.4 Pembuahan Telur ......................................................................................... 11

2.4.1 Pembuahan Internal .............................................................................. 13

2.4.2 Pembuahan Eksternal ........................................................................... 14

2.4.3 Masa Pemijahan ................................................................................... 15

III PENUTUP .................................................................................................. 16

3.1 Simpulan ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Proses Partenogenesis ................................................................... 5


Gambar 2. Struktur Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Mamalia..................... 5
Gambar 3. Susunan Yang Umum Pada Gonad Ikan Jantan dan Betina ..................... 7
Gambar 4. Saluran Kelamin Pada Ikan nila ............................................................... 8
Gambar 5. Pemijahan Ikan Bitterling Betina Pada Insang Kerang Air Tawar ......... 10
Gambar 6. Warna Merah Pada Kepala dan Sirip Ikan Duskystripe Shiner .............. 11
Gambar 7. Ikan Coelancth ........................................................................................ 13
Gambar 8. Ikan Mackerel Atlantik ........................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembenihan Ikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam budidaya
perikanan, kesuksesan dalam kegiatan pembenihan ikan akan sangat berpengaruh baik
terhadap tahap budidaya yang akan dilakukan berikutnya. Teknologi pembenihan ikan
hadir sebagai solusi untuk menciptakan benih suatu ikan yang unggul dan mencapai
hasil pertumbuhan ikan yang maksimal guna meningkatkan hasil ekonomi dalam
usaha budidaya ikan. Menurut Usni dan Deni (2013), Pembenihan ikan secara umum
adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan yang nantinya akan digunakan pada
segmen pembesaran. Secara umum, pembenihan itu mudah untuk dilakukan serta
siklus perputaran uang pun relatif lebih cepat. Kebutuhan masyarakat akan konsumsi
ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Produksi ikan di Indonesia harus didukung
oleh benih yang unggul dan berkualitas.
1.2 Tujuan
Tujuan makalah teknologi pembenihan ikan pokok bahasan reproduksi adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian pemijahan
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan
3. Mengetahui biologi reproduksi
4. Mengetahui pengembangan seksual ikan dan pembuahan telur ikan
1.3 Manfaat
Memberikan informasi dan pengetahuan lebih lanjut kepada pembaca
mengenai pemijahan, faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan, biologi
reproduksi ikan, pembembangan seksual ikan dan pembuahan telur ikan

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemijahan


Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma
oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagai salah
satu proses dari reproduksi merupakan mata rantai siklus hidup yang menentukan
kelangsungan hidup spesies. Adapun definisi pemijahan menurut para ahli, antara lain:
Menurut Khairuman (2002), pemijahan adalah salah satu cara
perkembangbiakan ikan dengan cara melakukan perkawinan antara ikan jantan dan
ikan betina dalam kolam yang mengeluarkan sel telur dan sperma di luar tubuh dengan
tujuan menghasilkan benih yang unggul serta menghasilkan calon indukan baru yang
berkualitas.
Menurut Bond (1979), pemijahan adalah budidaya yang dilakukan peternak
ikan dengan tiga cara yaitu natural spawning (pemijahan secara alami), induced
spawning (pemijahan semi alami) dan pemijahan buatan (induced breeding).
Dalam kegiatan budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga
macam cara, yaitu :
1. Pemijahan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia,
terjadi secara alami dan tanpa pemberian rangsangan hormon.
2. Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan
memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses
ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.
3. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan
memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses
ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan (Gusrina
2008).

2
3

2.2 Faktor-faktor Pemijahan


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemijahan ikan dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi tingkat kematangan gonad, ketersediaan hormon kelamin dan hormon
gonadotrofin. Sedangkan faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari,
tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Faktor lingkungan juga mempengaruhi pemijahan
yaitu dengan rangsangan yang ditangkap oleh alat indera seperti kulit, mata, dan alat
indera lainnya (Suyanto 2008).
2.3 Biologi Reproduksi
Suatu organisme dikelompokkan ke dalam organisme hidup ketika memenuhi
syarat sebagai organisme hidup, di antaranya adalah dapat bereproduksi. Reproduksi
adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau memperbanyak
keturunan dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan hidup (survive). Reproduksi
juga merupakan cara mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua organisme
untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Meskipun sistem reproduksi tidak
berkontribusi langsung pada keseimbangan dan pertahanan hidup dalam suatu habitat,
tetapi proses reproduksi berperan penting dalam siklus kehidupan semua organisme.
Proses reproduksi merupakan cara untuk menentukan keberlangsungan siklus
keturunan dan pewarisan genetik dari individu kepada keturunannya. Materi genetik
yang diturunkan dibawa oleh suatu gen pembawa sifat suatu organisme. Gen tersebut
merupakan senyawa deoxyribonucleic acid (DNA) yang menyandi suatu polipeptida
penyusun protein. Senyawa DNA terangkai bersama protein menyusun kromosom
dalam inti sel. Pada prinsipnya, fungsi DNA di dalam inti sel adalah sebagai materi
genetik, artinya DNA menyimpan informasi yang dapat diturunkan kepada
keturunannya. Selain itu reproduksi juga dapat berfungsi sebagai proses perpindahan
atau pertukaran materi genetik kepada keturunannya.
Berdasarkan awal terbentuknya individu baru, proses reproduksi dibedakan
menjadi reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah proses
memperbanyak organisme tanpa melalui proses pertemuan antara dua macam gamet
jantan (spermatozoa) dan betina (oosit atau ovum atau sel telur).
Reproduksi aseksual terjadi pada organisme prokariotik, yaitu organisme yang
sederhana yang tidak memiliki membran inti. Materi genetiknya tersimpan di dalam
4

kromosom yang terletak di sitoplasma yang dikenal dengan sebutan nukleoida.


Berbagai cara reproduksi secara aseksual, di antaranya adalah proses reproduksi
melalui pemisahan atau pembelahan sel menjadi dua anak sel baru (pembelahan biner)
dan masing-masing sel dapat tumbuh menjadi individu dewasa.
Reproduksi seksual adalah proses perbanyakan diri melalui perkawinan atau
pertemuan dua sel gamet (jantan dan betina). Sel gamet jantan dan betina tidak selalu
dihasilkan oleh individu yang berbeda dalam satu spesies, namun ada pula yang
dihasilkan oleh satu individu (hermafrodit). Pada reproduksi ini menghasilkan
individu diploid (2n) (masing-masing ”n” berasal dari gamet jantan dan betina).
Individu baru yang terbentuk dimulai dari proses terbentuknya gamet yang disebut
gametogenesis yang terjadi pada kedua induk (jantan dan betina). Banyak faktor yang
memengaruhi keberlangsungan proses gametogenesis tersebut termasuk faktor fisik
(suhu, tekanan, dan sebagainya), kimiawi (bahan toksik, obat, dan sebagainya),
maupun biologi (imunitas, mikroba, dan sebagainya). Proses gametogenesis
berlangsung normal ketika semua faktor yang memengaruhi terkendali. Namun,
apabila ada hambatan dari faktor tersebut, dimungkinkan terjadinya anomali proses
gametogenesis. Sebagai contoh gametogenesis pada manusia, adanya anomali atau
kelainan genetik pada keturunannya sebagian ada yang disebabkan karena gangguan
saat gametogenesis.
Proses gametogenesis menghasilkan banyak variasi genetik. Hal ini karena
masing-masing materi genetik separuh berasal dari induk jantan dan separuhnya dari
induk betina. Namun demikian, tidak semua materi genetik ditentukan oleh induknya,
tetapi ada pula materi genetik vertebrata (misalnya ikan, katak, dan beberapa hewan
melata) yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan genetik adalah suhu lingkungan. Beberapa
hewan kelompok reptil, penentuan jenis kelamin individu (jantan atau betina) sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada saat pengeraman, telur kura-kura pada suhu
tinggi (sekitar 310C atau lebih) akan berkembang menjadi betina. Namun sebaliknya,
jika suhunya rendah (sekitar 280C atau kurang) maka yang berkembang adalah gamet
jantannya sehingga akan tumbuh menjadi individu jantan.
5

Gambar 1. Skema Proses Partenogenesis

Keterangan Gambar :
A = oogenesis normal,
B dan C = kromosom XX gagal pisah pada meiosis I,
D = spermatogenesis normal, dan
E = kromosom XY gagal pisah pada meiosis I

Untuk terjadinya individu baru, proses reproduksi seksual diawali dengan


proses fertilisasi atau peleburan dua macam gamet jantan dan betina. Berdasarkan
tempat dan proses terjadinya fertilisasi, reproduksi seksual dibedakan menjadi
fertilisasi eksternal dan internal. Fertilisasi eksternal adalah proses fertilisasi yang
terjadi di luar tubuh individu, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air;
contohnya pada ikan dan katak. Gamet Jantan dan betina dilepas di dalam air sehingga
terjadi fertilisasi.
Sistem reproduksi vertebrata pada umumnya hampir sama antara hewan dari
takson satu dengan lainnya yang tersusun oleh organ reproduksi primer (testis) dan
organ reproduksi sekunder (saluran reproduksi dan kelenjar aksesoris jantan).

Gambar 2. Struktur Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Mamalia


6

Berdasarkan jenis kelaminnya, ikan dapat dibedakan menjadi tiga macam,


yaitu ikan yang biseksual, uniseksual, dan hermafrodit. Ikan biseksual mempunyai dua
jenis kelamin (jantan dan betina) dalam satu spesies atau dapat dibedakan ikan jantan
dan ikan betina dalam spesies yang sama. Ikan jantan memiliki testis dan saluran
reproduksi jantan, sedangkan ikan betina memiliki ovarium dan saluran reproduksi
betina. Ikan uniseksual hanya mempunyai satu jenis kelamin saja. Pada umumnya
jenis kelamin yang dimiliki adalah betina, misalnya ikan Amazon molly (Poecillia
formosa). Ikan ini merupakan ikan parasit seksual terhadap spesies lain dalam satu
genus yang sama. Spermatozoa dari spesies lain hanya berperan sebagai stimulator
perkembangan sel telur (oosit) menjadi embrio. Dengan demikian, tidak terjadi
penyatuan kromosom dari spermatozoa dan sel telur sehingga embrio yang
berkembang mempunyai jenis seksual betina.
Berdasarkan cara reproduksinya, ikan kelompok ini mempunyai struktur
genetik yang sama. Ikan hermafrodit adalah ikan yang mempunyai dua jenis kelamin
yang berbeda dalam satu tubuhnya. Berdasarkan perkembangan pematangan atau
pendewasaan gonadnya, dibedakan menjadi hermafrodit sinkroni, hermafrodit
protandi, dan hermafrodit protogini. Perkembangan pematangan gonad dikatakan
hermafrodit sinkroni bila gonad jantan dan betina matang secara bersamaan.
Hermafrodit protandi bila pada masa reproduksi terjadi perubahan jenis kelamin dari
jantan menjadi betina, misalnya ikan black porgy. Ikan ini dibudidayakan untuk
makanan di Jepang. Pada umur sekitar tiga tahun berubah dari kelamin jantan ke
betina. Sedangkan hermafrodit protogini bila terjadi perubahan dari jenis betina
menjadi jantan misalnya ikan Labroides dimidiatus.
Anak ikan yang baru menetas mendapat makanan dari kuning telur (yolk),
yang terletak di dalam perutnya. Yolk terbentuk bersamaan ketika sel telur mengalami
perkembangan dan pendewasaan di dalam ovarium. Hormon estrogen yang dihasilkan
oleh sel folikel menstimuli sel hepatosit di hati untuk menyekresi protein vitegenin
melalui proses vitelogenesis. Proses tersebut merupakan bahan dasar dari yolk yang
terdapat pada sel telur yang dewasa.
7

2.4 Perkembangan Seksual Pada Ikan


Pengetahuan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam budidaya ikan sangat
penting dalam penentuan induk jantan dan betina yang akan digunakan dalam proses
pemijahan pada kegiatan pembenihan ikan. Pada umumnya suatu spesies ikan terdiri
dari dua jenis kelamin, betina dan jantan. Penentuan jenis kelamin ikan dapat
dilakukan dengan mengetahui perbedaan ciri kelamin (seksual) pada ikan jantan dan
ikan betina. Ciri seksual ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual sekunder
dan ciri seksual primer.
2.4.1 Ciri seksual Primer
Ciri seksual primer merupakan ciri seksual yang berhubungan secara langsung
dengan proses reproduksi, dalam hal ini adalah organ-organ reproduksi dan hormon-
hormon yang mempengaruhinya. Organ reproduksi yang menghasilkan sel kelamin
disebut gonad. Gonad ikan meliputi ovarium dan pembuluhnya (oviduk) pada betina;
serta testis dan pembuluhnya (spermduk) pada jantan. Gambar dibawah ini merupakan
ilustrasi bentuk umum dari gonad dan saluran (pembuluh) kelamin pada ikan. Ovarium
dan testis, biasanya berjumlah sepasang terletak membujur didalam rongga perut
terhubung dengan saluran gonad (spermduk atau oviduk) yang selanjutnya ke arah luar
melalui lubang genital (genital pore). Dalam hubungan antara gonad dan salurannya
serta ginjal dan salurannya, sebagian kecil spesies ikan tidak memiliki oviduk yang
sempurna contohnya pada ikan-ikan salmonid sehingga telur mengumpul bebas di
dalam rongga perut sebelum dikeluarkan melalui lubang genital. Sebagian besar
spesies ikan memiliki oviduk yang sempurna dapat langsung mengeluarkan telur
melalui lubang genital.

Gambar 3. Susunan Yang Umum Pada Gonad Ikan Jantan dan Betina
8

Pada umumnya kelamin ikan jantan dan betina dapat dibedakan dengan
melihat saluran kelaminnya. Pada ikan betina, telur dikeluarkan melalui oviduk
(saluran telur) yang terpisah dari saluran kencing (uretra); sedangkan pada ikan jantan,
sperma dikeluarkan melalui saluran sperma yang menyatu dengan saluran kencing
(uretra) yang umumnya berbentuk menonjol seperti penis pada mamalia dan disebut
dengan papila genital.

Gambar 4. Saluran Kelamin Pada Ikan Nila

Selama tahap awal perkembangan embrio, sel germinal (sel kelamin) tidak
mengalami perkembangan sampai unsur somatik dari gonad (membran eksternal dan
jaringan interstitial) berkembang pada saat tahap akhir organogenesis. Pada ikan,
tahap ini berlangsung saat larva ikan telah menetas dan mulai makan. Selama proses
organogenesis sel germinal diduga bermigrasi ke posisinya untuk membentuk bagian
dari gonad dan mulai berkembang menjadi oogonium atau spermatogonium ketika
telah terjadi diferensiasi seksual jantan atau betina. Seiring dengan perubahan ini, sel-
sel interstitial dari gonad (jaringan non germinal) mulai memproduksi hormon seks
yang menentukan karakteristik seksual sekunder berikutnya mulai dari dimorfisme
hingga perilaku seksual.
Secara umum, jaringan interstitial dari gonad menghasilkan hormon seks
steroid dalam merespon pesan hormonal dari kelenjar hipofisis di pangkal otak.
Sumbu hipofisis-gonad ini mengontrol ekspresi seksualitas yang meliputi
pengembangan, pematangan dan pelepasan gamet (sperma dan ovum) sebagai respon
terhadap iklim atau isyarat musiman. Melalui cara ini, siklus seksual ikan erat
kaitannya dengan keadaan lingkungan. Sehingga dalam situasi praktis, masalah-
masalah reproduksi yang muncul karena faktor alam dapat diatasi dengan manipulasi
lingkungan (cahaya atau suhu) atau dengan pemberian hormon seks secara langsung.
9

Sebelum memasuki fase remaja (juvenil), umumnya ikan tidak bisa dikenali
jenis kelaminnya. Hal ini terjadi karena kelamin ikan belum terdiferensiasi secara
sempurna. Meskipun secara genetis ikan terdiri dari jantan dan betina (XX dan XY,
WW dan WZ), namun faktor lingkungan lebih mempengaruhi diferensiasi
kelaminnya. Sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan kelamin ikan secara
fungsional dan genetis. Maka dari itu, penentuan jenis kelamin ikan dapat dianggap
plastis. Jenis kelamin ikan tidak dapat diketahui saat ikan tersebut baru menetas.
Kelamin ikan dapat diketahui setelah sel kelamin telah terdiferensiasi sempurna, tidak
seperti pada mamalia yang jenis kelaminnya dapat diketahui sejak lahir. Hal ini
dikarenakan adanya interaksi lingkungan yang menentukan jenis kelamin pada ikan.
Bahkan beberapa spesies ikan memiliki sifat hermaproditisme (kelamin ganda).
2.4.2 Ciri seksual Sekunder
Ciri seksual sekunder adalah ciri kelamin yang dapat ditandai dengan melihat
ciri-ciri fisik untuk membedakan ikan jantan dan betina. Namun, tidak semua jenis
ikan bisa dibedakan jenis kelaminnya hanya dengan melihat ciri-ciri fisiknya,
contohnya ikan ringau (Datnioides micrrolepis) yang sangat sulit dibedakan jenis
kelaminnya sehingga sering kali terjadi kesalahan dalam pemilihan induk (Sirikul et
al., 1994). Jenis ikan yang memiliki morfologi (bentuk dan ukuran tubuh) yang jelas
berbeda antara ikan jantan dan betina maka ikan tersebut memiliki ciri dimorfisme
seksual. Sedangkan jenis ikan yang memiliki perbedaan warna yang jelas antara ikan
jantan dan betina maka ikan tersebut memiliki ciri dikromatisme seksual. Suatu jenis
ikan dapat memiliki kedua ciri tersebut atau hanya salah satunya saja, atau bahkan
tidak kedua-duanya.
Ciri seksual sekunder pada ikan jantan dan betina berkembang seiring dengan
diferensiasi seksual yang terjadi. Seiring dengan perkembangan stadia ikan (larva-
benih-juvenil-dewasa), ciri kelamin sekunder akan berkembang menentukan status
kelamin ikan tersebut. Ikan jantan biasanya mengembangkan karakteristrik seksual
yang lebih ekstrim dari segi morfologi, warna, dan agresivitas. Hal ini dipengaruhi
oleh hormon androgen yang diproduksi oleh testis. Secara umum, bentuk sirip ikan
jantan lebih panjang, warna ikan jantan lebih cerah dan cemerlang, serta ikan jantan
memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi. Namun dari segi ukuran, pada beberapa
spesies, ikan betina memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih besar dari ikan jantan.
10

Berdasarkan kemunculannya ciri seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri
seksual sekunder sementara dan ciri seksual sekunder permanen.
2.4.2.1 Ciri Seksual sekunder sementara
Ciri seksual sekunder sementara hanya muncul pada waktu musim pemijahan
saja. Ciri seksual sekunder muncul akibat adanya rangsangan lingkungan pada saat
musim pemijahan. Secara umum, ikan yang siap memijah atau birahi menunjukkan
beberapa perubahan perilaku dan penampakan tubuhnya yang muncul karena
pengaruh hormonal saat ikan sedang birahi. Perubahan ini merupakan salah satu
bentuk adaptasi reproduksi yang dikembangkan oleh spesies ikan tersebut untuk
kelestarian jenisnya. Ciri seksual sekunder sementara yang muncul pada beberapa
spesies ikan di antaranya adalah sebagai berikut:
Ovipositor pada ikan Europan bitterling (Rhodeus sericeus), yaitu organ pada
ikan betina yang digunakan untuk meletakkan telur pada insang kerang air tawar
(Gambar 5.) (Smith dkk., 2004); Adanya semacam jerawat dengan susunan yang khas
di atas kepala ikan horny head (Nocomis biguttatus) jantan pada waktu musim
pemijahan (Gunderson dkk., 2010).
Perubahan warna ikan jantan selama masa pemijahan pada beberapa spesies,
misalnya: warna kebiruan pada ikan Pecos pupfish (Cyprinodon pecosensis); warna
kehitaman pada ikan Mexican pupfish (Cyprinodon beltrani); warna merah pada
kepala dan sirip ikan Duskystripe shiner (Luxilus pilsbryi) (Kodric-Brown, 1998).

Gambar 5. Pemijahan ikan bitterling betina pada insang kerang air tawar

a) Kepala di bawah untuk memeriksa kerang; (b) Penetrasi organ conical; (c) penetrasi
ovipositor pada insang kerang; (d) pencabutan ovipositor
11

2.4.2.2 Ciri Seksual Sekunder Sementara


Ciri seksual sekunder yang berciri permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap
ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam
pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada
golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta
dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan
sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja.
Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda
seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu
perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada
bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai
peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia
menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang
timbulnya tanda bulatan hitam.

Gambar 6. Warna merah pada kepala dan sirip ikan Duskystripe shiner

2.4 Pembuahan Telur


Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam usaha
mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara berbeda
pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan
secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya gamet jantan (sperma)
dengan gamet betina (sel telur) dalam suatu proses pembuahan (fertilisasi), sedangkan
pada reproduksi aseksual, keturunan yang terbentuk tanpa melalui proses pembuahan
(Kimball 1994).
Pada mayoritas ikan, jantan dan betina merupakan individu yang terpisah,
untuk kemudian mereka harus bertemu atau bersama-sama pada masa kawin
12

(reproduksi). Pembuahan pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu


pembuahan secara internal dan pembuahan secara eksternal. Pada pembuahan
seksual secara internal, sperma individu jantan membuahi sel telur di dalam tubuh
individu betina. Sedangkan pada pembuahan secara eksternal, sperma dilepaskan ke
perairan bersamaan atau setelah betina melepaskan atau menempatkan telur-telurnya
(Patent 1976).
Fertilisasi Internal Ikan yang melakukan pembuahan di dalam tubuh induknya
disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan.
Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan betina (internal fertilization). Sperma
memasuki sel telur (oosit) melalui sebuah lubang yang disebut dengan mikrofil.
Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam sebuah sel telur. Oosit yang
telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot. Embrio berkembang di dalam tubuh induk
betina, kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan
yang berkembangbiak secara ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti
platy, guppy, dan molly.
Fertilisasi Eksternal Ikan yang melakukan pembuahan diluar tubuh induknya
disebut ikan jenis ovipar. Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya
untuk dibuahi oleh ikan jantan. Proses pembuahan sel telur oleh sel sperma
berlangsung diluar tubuh ikan. Tingkah laku ikan saat hendak bereproduksi sangatlah
unik. Ketika ikan betina akan bertelur, ikan betina bergerak mengitari ikan jantan.
Kemudian ikan betina mencari tempat untuk berlindung, biasanya dekat dengan
bebatuan atau tumbuhan air. Pada saat ikan betina bertelur mengeluarkan ovum-
ovumnya, ikan jantan mendekati telur-telur tersebut sambil mengeluarkan
spermatozoidnya. Jika ovum bertemu dengan spermatozoid terjadilah pembuahan atau
fertilisasi menghasilkan zigot yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi
embrio ikan. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil
berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24-40 jam. Anak ikan yang
baru menetas mendapat makanan dari sisa kuning telurnya yang masih menempel di
dalam perutnya. Anak ikan dapat langsung hidup sendiri, hanya beberapa jenis induk
ikan terutama ikan jantan yang menjaga anak-anaknya.
13

2.4.1 Pembuahan Internal


Pembuahan internal (di dalam tubuh) relatif jarang terjadi pada ikan. Beberapa
modifikasi pada tubuh ikan jantan diperlukan untuk mentransfer sperma ke dalam
organ reproduksi betina. Semua ikan bertulang rawan (Chondroichthyes). yaitu bangsa
ikan cucut dan pari, mempunyai pola reproduksi dengan pembuahan internal. Sirip
perut pada ikan jantan telah dimodifkasi menjadi lebih lancip dan bercelah, yang
disebut dengan clasper, dan digunakan untuk menyalurkan sperma selama kopulasi
(pembuahan). Sedangkan pada ikan-ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan
secara internal, ikan jantan memodifikasi sirip anal menjadi lebih panjang dan lancip,
atau pada ujung saluran tempat sperma dilepaskan bentuknya membesar dan berubah
(Patent 1976).
Pada pembuahan secara internal ini, kebanyakan telur-telur yang telah dibuahi
di dalam tubuh ikan betina tetap berada di dalam tubuh induknya hingga menetas.
Telur-telur tersebut mempunyai kuning telur yang cukup banyak sebagai cadangan
makanan bagi embrio yang sedang berkembang. Banyak ikan yang bereproduksi
secara internal, membiarkan anak-anaknya yang telah menetas tetap berada di dalam
tubuh induknya untuk berkembang hingga menjadi cukup besar dan kuat untuk
dilahirkan. Dalam beberapa kasus, organ reproduksi pada ikan betina dimodifikasi
agar dapat memberikan zat-zat makanan pada embrio yang berkembang di dalam
tubuh induk. sementara tubuh embrio tersebut telah diadaptasikan untuk menerima
dan menggunakannya. Contoh ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan
secara internal dan melahirkan anaknya adalah ikan Coelacanth, atau yang dikenal
sebagai ikan fosil hidup Jenis ikan Coelacanth betina pernah ditemukan dengan lima
ekor embrio yang sedang berkembang di dalam ovariumnya. Tiap-tiap anak ikan

tersebut memiliki kantung kuning telur di bawah tubuhnya yang berfungsi sebagai
sumber makanan.

Gambar 7. Ikan Coelancth


14

2.4.2 Pembuahan Eksternal


Kebanyakan ikan laut, melakukan pembuahan secara eksternal. yaitu individu
jantan dan betinanya sama-sama melepaskan sperma dan sel telurnya di perairan.
Telur-telur yang dilepaskan ke perairan, ada yang mengapung di permukaan dan ada
pula yang tenggelam di dasar perairan. Banyak jenis ikan dasar dan ikan-ikan yang
hidup di lautan terbuka melepaskan telur dengan cara mengapungkannya di
permukaan perairan. Telur-telur yang dilepaskan dengan cara seperti ini cenderung
berukuran kecil sehingga mudah untuk mengapung dan dikeluarkan dari dalam tubuh
induknya dalam jumlah yang cukup banyak, untuk kemudian mengapung bersama-
sama dengan plankton-plankton yang berukuran kecil. Sebagai contoh adalah ikan
Makarel Atlantik, ikan ini melepaskan sekitar 500.000 telur dalam satu tahun di
permukaan perairan (Patent 1976).
Pada jenis ikan yang lain, mereka cenderung untuk menenggelamkan telurnya
(meletakkan di dasar perairan). Biasanya ikan-ikan yang hidup di perairan dangkal
melakukan cara tersebut, mereka meletakkan telur-telurnya di dasar perairan, ataupun
di dalam sarang yang mereka buat. Pada jenis-jenis ikan yang melakukan hal ini,
ukuran telurnya cenderung lebih besar dan jumlah telurnya lebih sedikit daripada telur-
telur yang mengapung. Telur-telur ini mengandung lebih banyak kuning telur untuk
makanan embrio di dasar perairan. Ikan-ikan yang kemudian menetas, tetap berada di
dasar perairan yang dangkal dimana terdapat banyak makanan (Patent 1976).

Gambar 8. Ikan Mackerel Atlantik


15

2.4.3 Masa Pemijahan


Proses memijah pada ikan berbeda-beda antar kelompok ikan. Umumnya ikan-
ikan betina meletakkan telur-telurnya di dasar perairan untuk kemudian dibuahi oleh
ikan jantan sementara ikan betina menungguinya. Pada jenis ikan lain, ada yang
memijah dengan cara berenang berdekatan secara bersama-sama, dan ada pula yang
memodifikasi sirip ekornya (pada ikan jantan) untuk dilingkarkan pada tubuh betina,
untuk kemudian keduanya secara bersama-sama melepaskan sperma dan telur.
Banyak jenis ikan terutama yang hidup di daerah tropis, bereproduksi
sepanjang tahun. Tetapi, kebanyakan jenis ikan mempunyai waktu memijahnya
sendiri-sendiri. Ada yang biasa memijah pada bulan purnama, dan ada pula yang
memijah ketika terjadi air pasang (Patent 1976). Menurut Allen (1976), masa memijah
pada ikan karang tropis, Centropyge interruptus adalah berkisar pada bulan Mei dan
Oktober, dengan suhu dan sinar matahari sebagai faktor pembatasnya. Ikan tersebut
tidak akan memijah pada suhu dibawah 22°C. Sedangkan menurut Moyer & Nakazono
dalam (Allen 1979), kebanyakan ikan-ikan dari suku Pomacanthidae memijah pada
saat 10 menit sebelum sampai 5 menit sesudah terbenamnya matahari.
Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi terjadinya pemijahan adalah
musim. Pada daerah subtropis, pemijahan biasa terjadi pada musim semi dan awal
musim panas, ketika itu makanan berlimpah dan tersedia waktu yang cukup bagi larva
ikan untuk tumbuh lebih kuat sebelum datang musim dingin (Patent 1976).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pemijahan adalah salah satu cara perkembangbiakan ikan dengan cara
melakukan perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina dalam kolam yang
mengeluarkan sel telur dan sperma di luar tubuh dengan tujuan menghasilkan benih
yang unggul serta menghasilkan calon indukan baru yang berkualitas.
Faktor faktor yang mempengaruhi pemijahan dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
tingkat kematangan gonad, ketersediaan hormon kelamin dan hormon gonadotrofin.
Sedangkan faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuh-
tumbuhan, dan sebagainya. Faktor lingkungan juga mempengaruhi pemijahan yaitu
dengan rangsangan yang ditangkap oleh alat indera seperti kulit, mata, dan alat indera
lainnya (Suyanto 2008).
Proses reproduksi merupakan cara untuk menentukan keberlangsungan siklus
keturunan dan pewarisan genetik dari individu kepada keturunannya. Berdasarkan
awal terbentuknya individu baru, proses reproduksi dibedakan menjadi reproduksi
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah proses memperbanyak organisme
tanpa melalui proses pertemuan antara dua macam gamet jantan (spermatozoa) dan
betina (oosit atau ovum atau sel telur). Reproduksi seksual adalah proses perbanyakan
diri melalui perkawinan atau pertemuan dua sel gamet (jantan dan betina).
Pembuahan telur (Fertilisasi) pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pembuahan secara internal dan pembuahan secara eksternal. Pada pembuahan seksual
secara internal, sperma individu jantan membuahi sel telur di dalam tubuh individu
betina. Sedangkan pada pembuahan seksual secara eksternal, sperma dilepaskan ke
perairan bersamaan atau setelah betina melepaskan atau menempatkan telur-telurnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 1979. Butterfly and angelfishes of the world. A Wiley Interscience
publications John Wiley and Sons, New York : 252 pp.

Amri, K dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agro
Media Pusaka. Tangerang: 358p

Bard, J., J. Lemasson and J. Lessent, 1974 Manual de piscicultura para a America e a
Africa Tropicais. Paris, Centre Technique Forestier Tropical, 183 p.

Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. W. B. Saunders Company, Philadelphia.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.

Suyanto, S. R. 2008. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Effendi. M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Gunderson, Jeff; Richards, Carl; and Tucker, Paul, “Aquaculture Potential for
Hornyhead Chubs” (2010). NCRAC Technical Bulletins. Paper 5.

Hayati, A. 2019. Biologi Reproduksi Ikan. Airlangga University Press. Surabaya.

Kimball, J.W. 1994. Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta : 755 hal.

Kodric-Brown, A. (1998). Sexual dichromatism and temporary color changes in the


reproduction of fishes. American Zoologist, 38(1), 70-81

Patent, D.H. 1976. Fish and how they reproduce. Holiday House, New York : 128
pp.

Purdom, C. E. (1993). Genetics and fish breeding (Vol. 8). Springer Science &
Business Media.

Sirikul, C., Boonyaratpalin, V., & Kitpemkeart, A. (1994). Breeding and nursing of
Siamese tiger fish, Datnioides microlepis Bleeker. In Proceeding of the
Seminar on Fisheries 1993 Department of Fisheries, Bangkok (Thailand), 15-
17 Sep 1993.

Smith, C., Reichard, M., Jurajda, P., & Przybylski, M. (2004). The reproductive
ecology of the European bitterling (Rhodeus sericeus). Journal of
Zoology,262(02), 107-124.

Suyanto, S. R. 2008. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Usni, A dan D. Deni. 2013. Panduan Lengkap Benih Ikan Konsumsi. Penebar
Swadaya. Jakara 219 halaman

17
Webber, H.H. and H.V. Thurman 1991. Marine Biology. Harper Collins Pub-lishers,
New York : 424 pp.

18

Anda mungkin juga menyukai