Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

ANEKA TERNAK DAN SATWA HARAPAN


“Kunjungan Lapang di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kabupaten
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara”

OLEH
MAHASISWA FAKULTAS PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum

ANEKA TERNAK DAN SATWA HARAPAN


“Kunjungan Lapang di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kabupaten
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara”

OLEH
MAHASISWA FAKULTAS PETERNAKAN

Mengetahui,

Koordinator Mata Kuliah Koordinator Praktikum

Dr. Ir. La Ode Nafiu., M.Si. Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc.


Nip. 19621231 199103 1 021 Nip. 19790601 201409 1 003
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi terbaik dengan

keanekaragaman, keunikan, kekhasan dan keindahan flora/fauna endemik,

langkadan dilindungi, termasuk keindahan dan keajaiban fenomena alam. Taman

nasional mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pelestarian

keanekaragaman hayati sehingga penunjukan dan penetapannya diupayakan

sedapat mungkin mencakup perwakilan semua tipe ekosistem yang berada dalam

tujuh wilayah biogeografi pulau di Indonesia.

Pulau Sulawesi sebagai “Jantung Wallacea” terbentuk dari campuran

berbagai bagian benua yang aslinya berasal dari Asia bagian barat dan Australia

bagian timur. Pulau ini merupakan pulau terbesar di kawasan Wallacea dan secara

geologis paling rumit karena menjadi tempat hidup bagi fauna campuran Oriental

dan Australia serta menjadi arena evolusi berbagai jenis fauna

endemik. Contohnya, dari delapan jenis primata yang ditemukan di Sulawesi,

seluruhnya adalah jenis endemik (Supriatna & Wahyono 2000).

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) adalah pusat

keanekaragaman hayati di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi (Coathes dan Bishop,

2000).Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki 4 tipe ekosistem utama,

yaitu ekosistem hutan hujan dataran rendah, savana, rawa, dan mangrove.Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai memegang peranan penting sebagai habitat dan

kawasan konservasi berbagai jenis satwa liar.Keberadaan jenis satwa liar pada
kawasan ini dapat menjadi indikator terhadap keanekaragaman hayati maupun

perubahan lingkungan yang sedang terjadi di TNRAW.

Keanekaragaman hayati yang tinggi serta berbagai jenis khas dan endemic

di kawasan TNRAW, menjadikan kawasan ini menjadi penting untuk dikelola

secara intensif, agar kelestariannya dapat terjaga serta dapat memberikan manfaat

yang besar bagi kawasan tersebut. Namun, saat ini kawasan TNRAW tengah

mengalami penurunan populasi, yang banyak disebabkan masyarakat itu sendiri.

Hal ini menunjukan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya adanya taman

pelestarian khususnya TNRAW. Oleh karena itu diperlukan adanya praktikum

kunjungan lapangan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW).

1.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum kunjungan lapangan di Taman

Nasional rawa Aopa Watumohai (TNRAW) yaitu:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis hewan yang terdapat di Taman Nasional rawa

Aopa Watumohai (TNRAW),

2. Untuk mengetahui ekosistem yang terdapat Taman Nasional rawa Aopa

Watumohai (TNRAW).
II. METODEOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum kunjungan lapangan dilaksanakan selama 2 hari mulai dari

tanggal 6 sampai 7 Mei 2017 yang berlokasi di Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai (TNRAW) Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kunjungan lapangan di Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Alat dan kegunaan


No. Alat Kegunaan

Untuk mencatat hal-hal yang terdapat di TNRAW


1. Alat tulis serta mencatat hasil diskusi dan arahan dari
pemandu di TNRAW
2. Kamera Untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum

Bahan yang diamati dalam praktikum kunjung lapang di Taman Nasional

Rawa Aopa Watumoha (TNRAW) sumber daya yang terdapat di Taman Nasional

Rawa Aopa Watumoha (TNRAW) termasuk flora dan fauna.

2.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum kunjung lapang di Taman Nasional Rawa

Aopa Watumoha (TNRAW) yaitu sebagai berikut:

1. Menyiapkan barang-barang pribadi yang akan digunakan pada saat praktikum,


2. Mendengarkan arahan dari dosen pengampu mata kuliah sebelum berangkat

ke lokasi praktikum,

3. Diskusi bersama petugas yang terdapat di TNRAW,

4. Mengamati lokasi TNRAW yang dimulai dari padang penggembalaan dan

berakhir pada pengamatan tingkah laku rusa,

5. Mendokumentasikan praktikum.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali di kampus Fakultas Peternakan Universitas Halu

Oleo dengan melibatkan mahasiswa dan dosen mata kuliah Aneka Ternak dan

Satwa Harapan. Pada Gambar 1. Terlihat bahwa tim dosen matakuliah satwa

harapan memberikan pengarahan dihadapan para mahasiswa peserta praktikum

lapangan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Gambar 1. Pengarahan oleh Tim Dose Mata Kuliah Aneka Ternak dan Satwa
Harapan di Depan Fakultas Peternakan UHO

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) adalah pusat

keanekaragaman hayati di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi dan sekaligus

merupakan salah satu lokasi pengamatan burung yang penting di kawasan

Wallacea (Coathes dan Bishop, 2000).

B. Gambaran Umum Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Taman nasional rawa aopa watumohai terletak kecamatan tinanggea,

kabupaten konawe selatan, provinsi sulawesi tenggara. Taman ini berjarak kurang

lebih 120 km ke arah barat-daya dari kotamadya kendari, dengan letak geografis
4o00–4o36’ Lintang Selatan, dan 121o46’–122o09” Bujur Timur. Dulu kawasan

ini terdiri atas dua daerah konservasi yang terpisah yakni Suaka Margasatwa

Rawa Aopa seluas 55.560 ha dan Taman Buru Gunung Watumohai seluas 50.000

ha. Kemudian keduanya digabung menjadi satu dengan nama Taman Nasional

Rawa Aopa Watumohai berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.756/Kpts-

11/90 tanggal 17 Desember 1990 dengan luas 105.194 ha. Taman Nasional ini

berada pada ketinggian 0 – 981 m di atas permukaan laut.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki 4 tipe ekosistem utama,

yaitu ekosistem hutan hujan dataran rendah, savana, rawa, dan mangrove.

Ekosistem mangrove sebagai salah satu kawasan lahan basah di TNRAW

merupakan daerah penting bagi persinggahan burung air yang bermigrasi

(Gwilliam, 2011). Pentingnya kawasan lahan basah TNRAW khususnya bagi

habitat burung air maka pada tahun 2011 kawasan TNRAW ditetapkan sebagai

salah satu situs Ramsar dunia (Anonim, 2013). Pada ekosistem mangrove,

Gunawan dan Anwar (2004), mencatat terdapat 76 jenis burung meliputi 30

familia terdapat di kawasan ini. Enam belas jenis diantaranya adalah endemik

Sulawesi, 57 jenis tidak dilindungi dan 19 jenis dilindungi. Dua puluh sembilan

(38 %) jenis 3 burung merupakan burung air, sedangkan sisanya (62 %) adalah

burung daratan.
Gambar 2. Peta Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW),
mennjukkan sebaran tipe ekosistem hutan hujan, rawa, savanna dan
mangrove.

Ekosistem hutan hujan pegunungan dataran rendah ini seluas ±

64.569 ha. Sebagaimana hutan tropis pada umumnya di tempat ini banyak

ditumbuhi jenis rotan, liana, perdu dan herba. Jenis tumbuhan yang mendominasi

sangat beragam antara lain Kalaero (Dyospiros malabarica), Kulipapo (Vitex

copasus), Bitti (Vitex pubescens), Kolaka (Perinarium corimbosum), Bolongita

(Tetrameles nudiflora), Kokabu (Anthocephalus cadamba), Kayu Nona

(Metrosideros petiolata), Bayam (Intsia sp), Kalapi (Callapia celebica), dan lain-

lain. Sedangkan jenis satwa liar yang ada di ekosistem ini antara lain Anoa

(Bubalus sp.), Babirusa (Babyrousa babyrussa), Kera Hitam (Macaca

ochreata), Podi (Tarsius spectrum), Musang (Macrogalidia musschenbroek),


Beke/Babi Hutan (Sus celebensis), Burung Rangkong Rhyticeros cassidix,

Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Ayam hutan (Gallus gallus),

dan lain-lain.

Ekosistem padang savanna di taman ini sebelum diintegrasikan ke

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), memang telah ditetapkan

sebagai Taman Buru yang terbuka bagi pemilik ijin/akta berburuyang

dikeluarkan oleh Departemen Pertanian. Luas padang savanna di TNRAW

adalah ± 22.963 ha. Keunikan savanna tersebut lebih pada komposisi vegetasi

yang merupakan asosiasi padang alang-alang (Imperata cylindrica) dengan

tumbuhan agel (Corvpha utan), lontar (Borassus flabelifer), bambu duri

(Bambusa spinosa), tipulu (Arthocarpus teysmanil) serta semak belukar.

Komposisi tersebut menjadi tempat ideal bagi satwa seperti burung maleo

(Macrocephalon maleo), ayam hutan hijau (Gallus varius), ayam hutan merah

(Gallus gallus), rangkok/julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix), merpati

hutan (Ducula luctuosa), kakak tua jambul kuning (Cacatua sulphurea). Selain

itu terdapat juga rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus celebensis), yang

sering menjadi objek perburuan. Ada pula biawak (Varanus salvator), ular

sanca (Phyton reticulates) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis).

Ekosistem hutan mangrove membentang sepanjang 24 km di pantai

Lanowulu dengan luas sekitar 6.173 ha. Hutan mangrove merupakan

habitat, tempat pemijahan (spawning ground) dan perkembangan (nursery

and feeding ground) berbagai spesies jenis ikan dan krustasea serta tempat

mencari makan berbagai jenis burung air seperti aroweli (Mycteria


cinerea), pecuk ular (Anhinga melanogaster), cangak merah (Ardea purpurea),

bangau (Egretta intermedia), dan juga dari jenis mamalia, seperti anoa

(Bubalus depressicornis), babi hutan (Sus celenbensis) dan rusa (Cervus

timonresis). Selain itu ada juga reptil seperti buaya muara (Crocodylus

porosus), biawak (Varanus salvator) dan ular sawah (Python reticulates).

Jenis tumbuhan yang mendominasi diantaranya bakau hitam (Rhizophora

mucronata), bakau putih (Rhizophora apiculata), tongke (Bruguiera

gymnorhyza ), tangir (Ceriops tagal), beropa (Sonnertia alba), unga-unga

(Lumnitzera racemosa) dan buli (Xylocarpus granatum).

Ekosistem rawa Taman Nasoinal Rawa Aopa Watumohai memiliki luas

±11.488 ha. Rawa ini merupakan daerah depresi yang terletak di antara

Pegunungan Mendoke, Motaha dan Makaleleo. Kondisinya selalu tergenang

sepanjang tahun, karena menjadi muara beberapa sungai yang ada.

Gambar 3. Pemandangan umum alam Rawa Aopa (tnrawku. Wordpress.


Com / 2013)
Aliran air dari Rawa Aopa mengalir ke arah barat menuju Kabupaten

Kolaka dan ke arah timur menuju Rawa Aopa hilir. Dari Rawa Aopa hilir, air

Rawa Aopa bergabung dengan air dari Sungai Konaweha membentuk Sungai

Sampara. Debit dari Rawa Aopa sendiri sangat dipengaruhi oleh musim, dimana

pada musim hujan debitnya cukup tinggi, namun di musim kemarau debitnya

mengalami penurunan. Beberapa penelitian yang pernah dilaksanakan di

kawasan ini menunjukkan bahwa Rawa Aopa lebih merupakan ekosistem rawa

gambut tak berhutan (non-forested peat swamp) yang berbeda dengan kawasan

gambut yang umum ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Whitten et al.

(1987) menyebutkan bahwa gambut Rawa Aopa termasuk gambut topogen yang

pembentukannnya terjadi akibat kondisi kawasan yang berada di daerah depresi

yang dikelilingi oleh dataran tinggi, khususnya Gunung Makaleleo. Rawa Aopa

bertopografi datar sehingga aliran air yang terjadi memiliki arus yang lambat.

Kondisi ini menyebabkan rendahnya aerasi/kandungan oksigen dalam air yang

diperlukan dalam proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Yang

terjadi kemudian adalah penumpukan bahan organik yang menjadi bahan dalam

proses pembentukan tanah gambut.


Gambar 4. Beberapa tampilan lingkungan rawa di Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai

Kondisi fisik Rawa Aopa di TNRAW dicirikan oleh kondisi vegetasi

yang didominasi oleh kelas herba rawa yang hidup pada lapisan gambut

dengan ketebalan < 4 m. Lapisan gambut ini kondisinya relatif masih utuh dan

baik dimana keberadaannya terlindungi oleh tutupan tumbuhan air yang

mencegah terjadinya pengeringan gambut. Aliran air berwarna gelap karena

membawa koloid tumbuhan, sedangkan pH air rendah sebagaimana tanah

gambut pada umumnya. Tanah gambut di Rawa Aopa diperkirakan telah

berumur cukup tua dan membentuk puncak suksesi ekosistem.

Di Rawa Aopa ditemui aneka jenis ikan air tawar, diantaranya adalah

gabus (Channa striata), lele (Clarias batrachus), sepat (Trichogaster spp),


karper (Helostoma temminckii), berubi (Anabas testudineus), dan belut

(Monopterus albus). Berbagai jenis burung air (water fowl) yang dapat ditemui

diantaranya bluwok/aroweli (Mycteria cinerea), pecuk ular (Anhinga

melanogaster), cangak merah (Ardea purpurea), bangau (Egretta intermedia),

koak merah (Nyctocorax caledonicus), belibis (Dendrocygna arquata). Berbagai

burung migran yang menjelajah lintas benua secara musiman singgah pula di

rawa ini sebelum meneruskan perjalanan panjangnya. Dari jenis reptilia

terdapat buaya (Crocodylus porosus), biawak (Varanus salvator), soa-soa

(Hydrosaurus amboinensis), ular sanca (Phyton reticulatus), ular hijau, dan ular

hitam. Beberapa jenis flora yang dapat ditemui di ekosistem ini diantaranya

teratai, pandan rawa, ilalang.

Kekayaan fauna burung di Rawa Aopa menyebabkan Rawa Aopa

menjadi surga bagi para pengamat burung (bird watchers), baik dari dalam

negeri maupun dari mancanegara. Namun pengunjung atau wisatawan yang

akan mengarungi perairan rawa yang luas ini harus berhati-hati atau perlu

pemandu (guide) agar tidak tersesat karena perairan rawa ini banyak ditumbuhi

tumbuhan air, yang dapat merintangi perjalanan dan bisa menyesat.

C. Diskusi dengan Pihak Petugas Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Kegiatan Praktikum lapang mata kuliah aneka ternak dan satwa harapan

diawali dengan tatap muka dan diskusi dengan pihak taman yang diselenggarakan

pada malam hari. Tampak pada Gambar para peserta (mahasiswa) antusias
mengikuti materi yang dibawakan pihak Taman Nasioanal Rawa Aopa

Watumohai, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Gambar 5. Mahasiswa Peserta Diskusi dengan Pihak Taman Nasional


Rawa Aopa Watumohai

D. Kunjungan Lapangan/Penijauan Lapangan Oleh Mahasiswa

Agenda berikutnya yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Peternakan

Universitas Halu Oleo adalah melakukan kunjungan kelapangan. Sebelum

melakukan kunjungan kelapangan didahului dengan pengarahan oleh koordinator

mata kuliah Aneka Ternak dan Satwa Harapan

Gambar 6. Koordinator Mata Kuliah Aneka Ternak dan Satwa Harapan (


Dr. Ir. La Ode Nafiu,M.Si.) sedang memberikan Pengarahan
dihadapan Mahasiswa. .
Setelah selesai pengarahan oleh koordinator matakuliah maka dilanjutkan

dengan kunjungan kelapangan yang didampingi oleh petugas Taman Nasional

Rawa Aopa Watumohai

(a) (b)

Gambar 6a. Petugas TNRAW dalam memandu kunjung lapang di TNRAW


b. Kondisi padang di TNRAW ( Dokumentasi Pribadi)

Kunjungan diawali dengan berjalan kaki menyusuri hutan pendidikan, kemudian

berakhir dilokasi pemantauan burung. Tampak pada Gambar 6a. Petugas TNRAW

memandu mahasiswa dilokasi pemantauan burung. Jarak lokasi pemantauan burung

dengan kantor TNRAW sekitar 500 m. Lokasi Pemantauan burung dilengkapi dengan

menara pemantau dengan ketinggian 40 m dimana ini berfungsi memudahkan dalam

mengamati/ mendeteksi satwa/burung yang ada disekitar. Untuk memudahkan dalam

mengamati satwa/burung dari jarak jauh biasanya petugas membawa kamera dan

teropong. Menurut petugas TNRAW jenis satwa yang biasa teramati pada

pemantauan adalah seperti burung maleo (Macrocephalon maleo), ayam hutan

hijau (Gallus varius), ayam hutan merah (Gallus gallus), rangkok/julang

Sulawesi (Rhyticeros cassidix), merpati hutan (Ducula luctuosa), dan kakak tua
jambul kuning (Cacatua sulphurea). Pada Gambar 6b terlihat hutan savanna

dikelilingi dengan pepohonan

Gambar 7. Tempat Pemantauan Satwa/Burung dan Savana TNRAW


(Dokumentasi pribadi)

Pada Gambar 7. Dosen dan Mahasiswa sedang istirahat di lokasi

pemantauan satwa/burung, disisi lain pada pada Gambar 7 tamapak dosen dan

mahasiswa sedang melakukan pengambilan dokumentasi di lokasi padang

savanna. Setelah melakukan pengamatan di Pemantauan satwa/burung, mahasiswa

melanjutkan perjalanan untuk melakukan pengamatan rusa. Jenis rusa yang

dipelihara di TNRAW adalah jenis rusa Timor. Habitat rusa timor berupa hutan,

dataran terbuka serta padang rumput dan savanna. Rusa timor diketemukan di
dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat

PPA, 1978).

Gambar 8. Pengamatan tingkah laku rusa

Pada Gambar 8. Rusa sedang melakukanaktifitasnya seperti makan, dan

bermain. Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan lingkungan

yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain, karena ketergantungan

terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil. Dengan kemampuan adaptasi yang

baik ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah

meskipun bukan habitat aslinya.

Pratikum aneka ternak dan satwa harapan kali ini yaitu kami melakukan

pengamatan terhadap tingkat populasi rusa yang terdapat di Tanaman Nasional

Rawa Aopa Watumohai.Pengambilan data berupa data sekunder yaitu


pengambilan data dengan Tanya jawab antara petugas balai konservasi Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai. Rusa yang di tangkarkan di Taman Nasional

Rawa Aopa Watumohai berkisar 15-20 ekor. Rusa mempunyai daya adaptasi yang

tinggi dengan lingkungannya sehingga mudah untuk ditangkarkan. Pakan yang

diberikan berupa dedaunan seperti daun kangkung. Penangkaran ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya kepunahan rusa yang diakibatkan kerusakan habitat,

dan perburuan liar oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebagai

berikut:

1. Jenis hewan yang terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

(TNRAW) memiliki banyak jenis dengan habitat yang berbeda-beda. Hewan

tersebut merupakan hewan endemic yang hanya terdapat di daerah Sulawesi

Tenggara.

2. Terdapat 4 ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai (TNRAW) yaitu hutan hujan pegunungan dataran rendah,

savanna, mangrove dan rawa.

3. Rusa adalah spesies yang umum memiliki ciri khas tubuh yang besar dengan

warna bulu kecoklatan. rusa dapat tumbuh setinggi 102 cm - 160 cm sampai

bahu dengan berat sekitar 546 kg. Rusa umumnya berhabitat di hutan dan

bergantung pada tanaman semak atau rerumputan. Mereka umumnya hidup

dalam kelompok dengan anggota 5 - 6 anggota

4.2. Saran

Saran yang dapat penulis berikan yaitu sebaiknya diadakan penyuluhan

dalam rangka pengenalan Taman Rawa Aopa Watumohai dan pentingnya

menjaga kelestarian flora dan fauna didalam taman tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Amhir, A. 2010.Memburu Aroweli di Rawa Aopa. (othervisions.wordpress.com)

Garsetiasih, R dan Mariana. 2007. Model penangkaran rusa. Prosiding Ekspose


Hasil-Hasil Penelitian. 2007.

Direktorat PPA. 1978. Pedoman pengelolaan Satwa Jilid I. Direktorat


Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogor.

Sugiarto, D. P. 2013. Rawa gambut Sulawesi, keunikan yang


terlupakan.(tnrawku.wordpress.com).

Supriatna, J. dan Wahyono, EH.2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia.


Yayasan Obor Indoesia. Jakarta.

Zwahlen, R. 1992. The Ecology of Rawa Aopa, a Peat-swamp in Sulawesi,


Indonesia.Environmental Conservation, 19: 226-234.

Anda mungkin juga menyukai