Disusun Oleh :
Kelas B
Kelompok 1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang berasal dari daging, susu dan
telur di Indonesia, kebutuhan protein hewani yang berasal dari daging, masih
terbatas dari ternak konvensional, misalnya sapi, kerbau, kambing, domba, babi
dan unggas. Dengan demikian, upaya pemenuhan kebutuhan daging sebesar 7,6
kg/kapita/tahun baru dapat dipenuhi 75% saja, padahal Indonesia mempunyai
potensi sumber daging yang cukup besar dan belum digarap, yaitu rusa (Jacoeb
dan Wiryosuhanto, 1994). Usaha pembudidayaan ternak rusa secara besar-besaran
seperti yang telah dilaksanakan dinegara-negara yang telah maju, sampai saat ini
belum dilakukan di Indonesia. Sedangkan negara-negara yang sudah
membudidayakan rusa sebagai penghasil daging antara lain adalah: Skandinavia,
Rusia, China, Australia, Jerman, Selandia Baru, Amerika Serikat. Kebanyakan
rusa yang dipelihara di Eropa adalah rusa yang berasal dari daerah beriklim
sedang, seperti Rusa Fallow (Dama dama), Rusa Merah (Cervus elaphus) dan Rus
Wapiti/Elk (Cervus elaphus spp.), sedangkan sekitar tahun 1985, diversifikasi
mulai berkembang dengan menggunakan rusa yang berasal dari daerah tropika,
seperti Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa Sambar (Cervus unicolor ) dan
Rusa Chital (Axis axis). Perkembangan rusa dari daerah tropika ini, banyak
dicoba dikembangkan di Australia dan Kaledonia Baru (Chardonnet, 1988; van
Mourik, 1985; Mylrea, 1992; Woodford dan Dunning, 1992)
TINJAUAN PUSTAKA
Walau rusa telah dekat dengan kehidupan manusia sejak 500 tahun yang
lampau, khususnya di masyarakat China dan daerah kutub, tetapi baru tahun
1960-an dikembangkan dalam konsep pemeliharaan secara modern (intensif),
mengikuti kaidah ilmu peternakan. Dalam kurun waktu kurang dari 40 tahun sejak
pengembangannya yang dilakukan di Inggris dan Selandia Baru, peminat
pemelihara rusa sebagai hewan ternak demikian cepat berkembang dan diadopsi
di berbagai negara. Indonesia memiliki beberapa jenis keluarga rusa, dua
diantaranya di luar negeri telah dikembangkan sebagai hewan ternak, yaitu Rusa
timorensis (Rusa Timor/Jawa) dan Rusa unicolor (Rusa Sambar; WILSON dan
REEDER, 2005). Penyebaran asli rusa di Indonesia, untuk jenis rusa Sambar
sangat terbatas hanya di Pulau Sumatera dan Kalimantan, sedangkan untuk rusa
Timor sangat luas, hampir di seluruh pulau besar dan kecil terkecuali di Pulau
Sumatera, Kalimantan dan Papua. Kendatipun pada awalnya Pulau Papua tidak
memiliki rusa, namun dengan adanya introduksi rusa Timor ke daerah Wasur,
wilayah tersebut menjadi demikian padat populasinya. Di tahun 1992 populasi
rusa yang ada di kawasan Wasur mencapai setidaknya 8.000 ekor
(FRANZMANN et al., 1995) dan bila digabungkan dengan populasi rusa yang
bermigrasi ke PNG, jumlah ini menjadi jauh lebih tinggi lagi. Ini membuktikan
tentang daya adapatsi yang sangat tinggi dari rusa Timor sehingga mampu
berkembang sampai pada akhirnya mengganggu keseimbangan ekosistem pada
satwa asli setempat. Sedangkan di luar negeri, rusa Timor telah tersebar meluas di
setidaknya tiga negara besar (Australia, Mauritius, New Caledonia).
2.2 Perkembangan Peternakan Rusa
Saat ini di setiap benua telah berdiri peternakan ataupun penangkaran rusa
baik dalam bentuk standar suatu peternakan ataupun bentuk ranching yang
intensif. Sehingga peternakan rusa merupakan satu-satunya industri peternakan
yang baru tetapi telah demikian kuat dengan populasi tinggi dan jenis rusa yang
beragam, serta teknologi dan model tatalaksana pemeliharaan yang mapan.
Hingga saat ini secara resmi di Indonesia belum ada kegiatan peternakan rusa
ataupun penangkaran rusa yang bersifat komersial dan mengarah pada
pemanfaatan produknya secara luas. Satu satunya peternakan rusa yang
memberlakukan konsep peternakan baru ada satu dan dimiliki oleh Pusat
Pembibitan dan Inseminasi Buatan, Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur.
III
PEMBAHASAN
Pola Pertumbuhan
Pada rusa Sambar, kenaikan bobot hidup yang cepat terjadi dari sejak lahir
hingga umur 28 bulan, untuk kemudian melambat. Pada umur 12 bulan, jantan
mempunyai bobot hidup 17% lebih berat dari betina. Pencapaian bobot hidup 100
kg pada betina dapat dicapai pada umur 452 hari dan jantan pada umur 343 hari.
Laju pertumbuhan anak rusa Sambar pada pemeliharaan buatan dari umur 24 jam
hingga lepas sapih (70 hari) adalah 347 g/hari, dengan bobot sapih mencapai 30
kg.Pertumbuhan pada rusa Totol jantan terus berlangsung hingga umur 5 tahun
tanpa terlihat adanya penurunan bobot hidup yang berarti pada saat pergantian
musim. Kalaupun ada variasi nilai kenaikan bobot hidup diantara pejantan rusa
Totol, ini lebih dikarenakan oleh bulan kelahiran yang berbeda.
Pengamatan pada kelompok rusa betina Timor di Australia menunjukkan
pertumbuhan bobot hidup tertinggi dicapai antara umur 2 – 10 bulan, dengan
kisaran kenaikan antara 121 – 169 g/hari pada betina dan 150 – 214 g/hari pada
jantan. Setelah itu kenaikan bobot hidup menurun hingga mencapai umur 26
bulan. Laju kenaikan bobot hidup terendah dicapai pada umur sekitar 300 – 360
hari. Tabel 2. Pertumbuhan anak rusa Timor hingga berumur 18 minggu (umur
sapih alami) yang disusui induknya dapat mencapai 184 – 205 g/hari, dan yang
dibesarkan oleh manusia dengan menggunakan susu sapi hanya mencapai 80 –
133 g/hari. Pada rusa Timor liar di Papua, diperoleh gambaran pertumbuhan bobot
hidup antara 61,20 – 67,78 g/ekor/hari. Adanya perlakuan kastrasi pada rusa
jantan Timor memberikan selisih perbedaan persentase karkas sebesar 1%.
3.3 Perkandangan
Penangkaran rusa dapat menggunakan beberapa model kandang biasa. Bila lahan
terbatas digunakan kandang model panggung, ukuran kandang untuk satu individu
1,5 m x 2 m x 2,5 m, untuk satu pasang dikalikan dua. Dinding dan lantai dapat
menggunakan bahan dari bambu dan atap alang-alang (Gambar 2). Sistem
pemeliharaan dengan model kandang panggung digunakan untuk penangkaran
atau budidaya skala kecil
2. Kandang Permanen
Dinding menggunakan batako atau bata dengan tinggi 1,5 m yang diatasnya
dipasang kawat harmoni dan kawat duri setinggi 1,5 m serta lantai dibiarkan
berupa tanah urug. Luasan total kandang disesuaikan dengan luas lahan, biasanya
di bawah 1 ha, dan dapat digunakan untuk rusa dengan jumlah maksimal 10 ekor.
a.Bangunan peneduh/shelter
Di dalam ranch harus terdapat tempat bernaung berupa pohon dan semak
atau peneduh (naungan buatan) yang atapnya terbuat dari ijuk, alang-alang atau
seng. Dengan luas 1 ha untuk 10 individu rusa tetap harus diberi rumput dari luar
dan pakan tambahan terutama pada musim kemarau. Bila dalam ranch
ketersediaan pakan cukup tidak perlu diberi rumput dari luar tetapi pakan
tambahan berupa konsentrat seperti jagung dan dedak harus tetap diberikan.
Peneduh (selter) berfungsi sebagai tempat bernaung dari hujan dan panas,
dan diperlukan dalam penangkaran rusa sistem ranch, terutama bila didalam ranch
tidak terdapat pohon. Atap bangunan peneduh menggunakan alang-alang atau
seng.
Tempat minum dapat berupa bak yang terbuat dari bata/batako yang
dilapisi semen berukuran 100 x 50 x 30 cm yang dibenamkan dalam tanah atau
juga dapat berupa kolam yang dilengkapi saluran pembuangan air. Rusa
memerlukan air selain untuk minum juga untuk berkubang. Tempat pakan dibuat
apabila pakan dalam kandang/ranch kurang mencukupi sehingga perlu tambahan
dari luar. Tempat pakan dapat berupa kotak yang terbuat dari papan atau bambu,
disusun dengan rapat dengan ukuran 200 x 50 x 30 cm atau berbentuk segi 6
ukuran 50 x 75 dan tinggi 30 cm dari permukaan tanah.
c. Kandang perawatan
Disimpulkan bahwa :
Tingkat konsumsi bahan kering pada rusa Timor bervariasi antara 52 – 75
g/kgBB0,75, dan rusa Sambar antara 44 – 53,5 g/kgBB0,75, tergantung
pada bahan pakan dan kandungan energi.
Tingkah laku reproduksi pejantan saat kawin dengan usaha menaiki
(mounting) rusa timor betina, dengan cara menaiki punggung betina dari
arah samping dengan kaki depannya, dagunya diletakkan diatas punggung
betina, kemudian intromission dan akhirnya ejakulasi, yang berlangsung
singkat antara 2-3 detik.
Kandang berfungsi sebagai tempat beristirahat (tidur) berlindung dari
gangguan binatang buas dan hujan serta sebagai tempat uber Selain itu
kandang juga dapat mempermudah pengawasan kesehatan ternak terutama
untuk melakukan vaksinasi secara teratur. Model kandang rusa terdiri dari
kandang permanen, kandang biasa dan kandang umbaran.
DAFTAR PUSTAKA
Daud Samsudewa dan Siti Susanti. 2006. Studi Tingkah Laku Reproduksi
Rusa Timor (Cervus timorensis) di Kepulauan Karimun Jawa. Fakultas
Peternakan Undip. Semarang.