Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I
PENDAHULUAN
Rusa merupakan salah satu satwa liar yang memiliki banyak manfaat.
mengalami kepunahan. Ada beberapa jenis rusa yang masih di konservasi namun
seperti rusa timor, rusa tutul, rusa bawean, dan rusa sambar. Salah satu rusa yang
termasuk hewan mamalia. Rusa sambar memiliki ciri – ciri Bentuk kakinya
panjang, warna bulunya coklat dengan variasi kehitaman, Keadaan bulu termasuk
kasar dantidak terlalu rapat. Pada daerah leher bagian lateral, bulu membentuk
suatu surai/malai (mane). Perubahan warna bulu dari coklat cerah menjadi lebih
Dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat dari budidaya rusa, perlu
rusa yang hampir punah. Karena beternak rusa memiliki prospek cerah dan tidak
hanya daging yang dimanfaatkan, melainkan bagian tubuh lainnya seperti tanduk
dan kulitnya.
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Habitat
Habitat alami rusa terdiri atas beberapa tipe vegetasi seperti savana yang
dimanfaatkan sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang tidak terlalu rapat
untuk tempat bernaung (istirahat), kawin, dan menghindarkan diri dari predator.
Hutan sampai ketinggian 2.600 m diatas permukaan laut dengan padang rumput
merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa terutama jenis Cervus timorensis,
kecuali Cervus unicolor yang sebagian besar aktivitas hariannya dilakukan pada
kontak dengan manusia (Grier dan Burk, 1992). Selain itu penangkaran juga dapat
Rusa sambar disebut juga rusa Sumatera, rusa Kalimantan atau rusa air.
Satwa ini banyak ditemui di Pulau Sumatera, Bangka, dan Kalimantan. Habitat
hidup yang disenangi satwa ini adalah daerah padang alang-alang, hutan muda,
dan wilayah terbuka yang mendapat sinar matahari cukup dengan ketinggian
daerah 0-600 m dari permukaan laut (dpl). Rusa dewasa bertubuh besar dengan
bobot hidup mencapai 40-45 kg/ekor. Tungkai panjang, berbulu panjang, lebat
dan berwarna hitam kecoklatan serta berekor agak panjang. Warna di sekitar
hidung cukup gelap dan sedikit basah berkilat bila satwa dalam kondisi sehat.
Panjang tubuh dewasa berkisar 1,5-2 m dengan tinggi 1,4-1,6 m. Rusa ini mampu
2.2.1 Budidaya
nomor/ tagging.
1) Pengelompokan Rusa
jantan dan betina yang telah siap kawin, jantan yang belum siap kawin (baru
disapih), betina yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang sedang
pejantan agar tidak mengganggu rusa yang lain, keamanan bagi induk yang
bunting dalam proses kelahiran, ketenangan bagi induk yang menyusui dalam
kesempatan makan bagi rusa yang baru disapih, dan memudahkan penanganan
2) Penyapihan Rusa
Penyapihan anak rusa juga perlu diperhatikan yaitu di mana induk betina
harus bersatu dengan anak sampai berumur 4 bulan, agar anak rusa mendapat air
susu lebih banyak. Setelah disapih, pemeliharaan tetap terpisah antara jantan dan
Kesehatan rusa merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius
dalam penangkaran lebih banyak terjadi pada musim hujan yakni pada anak rusa
(27 %) dan rusa dewasa (9%). Penyakit yang sering menyerang pada musim hujan
adalah pneumonia (radang paru-paru) sebagai akibat kandang yang becek dan
lembab. Sedangkan kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh
dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi
teknik penanganan, dan vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan
4) Penandaan (Tagging)
Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam
pemberian nomor pada rusa dilakukan dengan cara nomor ditulis pada potongan
plastik yang tebal atau papan dengan menggunakan paku/kawat agar tidak mudah
dalam selang berukuran 2 cm (Garsetiasih, dan Mariana 2007). Namun dapat juga
menggunakan eartech yang biasa digunakan pada ternak sapi. Penggunaan eartech
lebih baik daripada mengalungkan tanda/nomor pada leher rusa karena dapat
penggunaan kalung dirasakan kurang efektif dan efisien karena akan mengikat
baik dan selalu tersedia secara terus sepanjang musim, dengan cara pembersihan,
6) Teknik Pemindahan
Penangkapan Rusa
Cara menangkap rusa agar tidak menimbulkan cedera pada petugas dan
rusa itu sendiri, antara lain dengan menjepit leher dengan tangan kanan, ke dua
mata ditutup menggunakan tangan kiri agar dapat mengurangi stress; sementara
petugas lainnya memegang kedua pangkal paha dari arah samping. Penangkapan
ini membutuhkan tenaga 2-3 orang dan pada rusa jantan yang mempunyai tanduk
kokoh atau sempurna, harus mendapat perhatian yang lebih serius karena sangat
Pengangkutan Rusa
jarak pengangkutan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama, sebaiknya
kayu/ papan/triplek yang tertutup rapat agar rusa tidak stress tetapi harus
berdiri tegak. Selama dalam perjalanan, rusa harus diberi makan dan minum, bila
pada sore atau malam hari, agar rusa tidak kepanasan dan menekan kondisi stress.
2.2.2 Reproduksi dan Pasca Panen
visual bentuk dan kondisi eksternal vulva seperti bengkak, warna kemerahan dan
terasa hangatnya vulva bila disentuh atau tanda spesifik lainnya. Dan apabila
tanda-tanda ini sudah terlihat maka rusa betina sudah mengalami esterus dan siap
untuk dikawini.
munculnya gejala estrus di hari pertama sampai hari terakhir gejala estrus terlihat
fenomena silent estrus pada rusa Sambar betina. Apabila terjadi silent esterus itu
vokalisasi, flehmen dan urinasi (Schmidt et al., 1988; Umaphaty et al., 2006)
yang dilakukan siang hari antara pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari. Setiap
tingkah laku estrus yang terlihat diberi skor satu (1) dan nol (0) bila tidak
ditemukan pada hari tersebut (Putranto, 2008). Total data skor tingkah laku estrus
dinyatakan dalam frekuensi per 30 hari selama satu musim (hujan atau kemarau)
tarian ataupun aktifitas fisik yang dilakukan rusa jantan dan betina serta kopulasi
yang dilakukan siang hari antara pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari. Setiap
tingkah laku kawin yang terlihat diberi skor satu (1) dan nol (0) bila tidak
ditemukan pada hari tersebut (Putranto, 2008). Total data skor tingkah laku kawin
dinyatakan dalam frekuensi per 30 hari selama satu musim (hujan atau kemarau)
Rusa jantan dan betina akan ditimbang berat badan hidupnya pada tanggal
anak tunggal setiap kali beranak dengan bobot lahir 3-4 kg. Anak rusa disapih
oleh induk pada usia 3-4 bulan, serta mencapai dewasa kelamin pada umur 8
2.3.1 Pakan
kebutuhan nutrisi yang berkorelasi pada peningkatan produksi dan juga satu
Menurut Semiadi et al., (1993) aktivitas makan pada rusa disebut grazing
terdapat fluktuasi yang mengikuti aktivitas harian kawanan (Lelono, 1996 dan
2001) dimana terlihat tiga puncak utama yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00
sampai 09.00, siang antara pukul 11.00 sampai 14.00 dan sore mulai pukul 17.00
sampai 18.00. Menurut Clutton-Brook et al. (1982) dan Loudon dan Milne (1985)
tingginya kebutuhan makan pada betina disebabkan karena betina yang merawat
anak harus menyediakan air susu sebagai makanan pokok anak selain untuk
Pemberian pakan segar (hijauan) pada rusa didasarkan pada bobot badan
yang tidak dimakan karena sudah tua, tidak disenangi, kotor karena terinjak-injak,
dan telah bercampur dengan urine/faeces. Pemberian pakan dilakukan dengan cara
pengaritan di mana hijauan dipotong lalu diberikan pada rusa dalam kandang, baik
musim hujan maupun musim kemarau. Namun hal ini tergantung pada sistem
2.3.2 Perkandangan
isolasi untuk tiap jenis seks dan memiliki akses bebas terhadap lapangan terbuka
(open barn) di luar kandang untuk aktifitas sosialisasi di siang hari. Lapangan
jaminan tidak larinya rusa dari lapangan dan kandang domestikasi. Untuk itu,
peneliti akan merekomendasikan pagar dengan ketinggian 2,4 – 2,5 meter dengan
setinggi 2 – 2,5 meter untuk mencegah larinya rusa. Sebelum ditempati, maka
sebelumnya. Rusa diberi pakan berupa kombinasi antara rumput, daun-daun muda
dan buah-buahan (pisang dan pepaya) dengan jumlah dan komposisi yang akan
disesuaikan dengan bobot badan awal saat penelitian dilakukan dan preferensi
makan rusa.
1) Aspek Pemasaran
Usaha ternak rusa akan menghasilkan dua macam output yaitu utama dan
sampingan. Hasil utama berupa rusa hidup atau dagingnya dan hasil sampingan
berupa kulit, tanduk, velvet dan alat kelamin. Aspek pemasaran terdiri dari :
a. Aspek Pasar
Segmentation (Segmentasi)
Segmentasi dari usaha peternakan ini adalah daging rusa dan hasil
sampingannya produk yang bisa dinikmati oleh semua usia dan semua kalangan,
Targeting (Target)
Positioning (Penempatan)
b. Bauran Pemasaran
Product (Produk)
Adapun produk yang ditawarkan adalah daging rusa dengan harga Rp.
35.000,-/kg, tanduk rusa Rp. 150.000/buah, kulit rusa Rp. 50.000/ekor, dan alat
Price (Harga)
Harga yang ditetapkan adalah harga yang wajar dan terjangkau bagi
konsumen.
2) Aspek Ekonomi
Di lihat dari aspek ekonomi peternakan rusa menghasilkan daging rusa dan
produk hasil sampingannya yang dapat dipasarkan melalui pasar eceran. Hal ini
mampu memberikan mata pencaharian bagi orang lain yang ingin berusaha
menjual daging rusa. Selain itu, daging rusa timor juga ikut meningkatkan
3) Aspek Sosial
4) Aspek Lingkungan
kotoran digunakan sebagai pupuk untuk rumput hijauan yang ada pada lahan
peternakan.
III
KESIMPULAN
1. Habitat rusa sambar yaitu daerah padang alang-alang, hutan muda, dan
melahirkan anak tunggal setiap kali beranak dengan bobot lahir 3-4 kg.
3. Pemberian pakan segar (hijauan) pada rusa didasarkan pada bobot badan
4. Analisis usaha dari rusa sambar yaitu daging rusa dengan harga Rp.
Cornwell-Smith, M.J. 1981. Farming deer in Britain and New Zealand. Span
Vol. 24. hal: 12-15.
Grier,J.W dan Burk.T. 1992. Biology of Animal Behavior. Mosby Year Book, Inc.
New Wellington.
Lelono. A. 1996. Ekologi perilaku makan rusa (Cervus timorensis Lyd) dalam
penangkaran di Ranca Upas Ciwidey. Tesis Magister Sains (Biologi)
Institut Teknologi Bandung
Lelono. A. 2001. Pola aktivitas makan harian rusa (Cervus timorensis) dalam
penangkaran. Seminar Biologi Nasional I di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Jember.
Loudon.A.S.I dan Milne.J.A. 1985. Nutrition and growth of young red deer. Ed.
Fennessy & Dreew Buletin 22. New Zealand; 423-427.
Schmitd, A.M., Hess, D.L., Schmidt, M.J., Smith, R.C. dan Lewis,
C.R. 1988. Serum concentrations of oestradiol and progesterone, and
sexual behavior during the normal oestrous cycle in the leopard (Panthera
pardus). Journal of Reproduction and Fertility Vol. 82. hal: 43-49.
Umapathy, G., Sontakke, D., Srinivasu, K., Kiran, T., Kholkute, S.D. dan Shivaji,
S. 2006. Estrus behavior and fecal steroid profiles in the Asiatic lion
(Panthera leo persica) during natural and gonadotrophin-induced
estrus. Animal Reproduction Science Vol. 101 (3-4). hal: 313-325.