Anda di halaman 1dari 14

Paper Satwa Harapan

Budidaya Rusa Sambar

Oleh :

Yayan Kurnia Winarti


NPM 200110150175
Kelas B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rusa merupakan salah satu satwa liar yang memiliki banyak manfaat.

Namun keberadaannya sekarang tidak banyak. Sebagian jenis rusa telah

mengalami kepunahan. Ada beberapa jenis rusa yang masih di konservasi namun

jumlahnya terbatas. Menurut SK kementrian pertanian No.

362/KPTS/TN/12/V/1990, rusa digolongkan hewan ternak yang dapat

dibudidayakan seperti hewan ternak lainnya. Jenis rusa bermacam – macam

seperti rusa timor, rusa tutul, rusa bawean, dan rusa sambar. Salah satu rusa yang

masih di konservasi di Indonesia adalah rusa sambar.

Rusa sambar merupakan rusa besar yang hidup di daerah tropis di

Indonesia. Persebarannya terbatas, yaitu di pulau Sumatera dan kalimantan. rusa

termasuk hewan mamalia. Rusa sambar memiliki ciri – ciri Bentuk kakinya

panjang, warna bulunya coklat dengan variasi kehitaman, Keadaan bulu termasuk

kasar dantidak terlalu rapat. Pada daerah leher bagian lateral, bulu membentuk
suatu surai/malai (mane). Perubahan warna bulu dari coklat cerah menjadi lebih

gelap, khususnya pada yang jantan dominan.

Dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat dari budidaya rusa, perlu

adanya pemeliharaan secara teratur dan melakukan konservasi terhadap rusa –

rusa yang hampir punah. Karena beternak rusa memiliki prospek cerah dan tidak

hanya daging yang dimanfaatkan, melainkan bagian tubuh lainnya seperti tanduk

dan kulitnya.
1.2 Identifikasi Masalah

1) Bagaimana habitat rusa Sambar.

2) Bagaimana reproduksi, budidaya, dan pasca panen rusa Sambar.

3) Bagaimana pakan dan perkandangan rusa Sambar.

4) Bagaimana analisis usaha rusa Sambar.

1.3 Tujuan

1) Mengetahui habitat rusa Sambar.

2) Mengetahui reproduksi, budidaya, dan pasca panen rusa Sambar.

3) Mengetahui pakan dan perkandangan rusa Sambar.

4) Mengetahui analisis usaha rusa Sambar.


II

PEMBAHASAN

2.1 Habitat

Habitat alami rusa terdiri atas beberapa tipe vegetasi seperti savana yang

dimanfaatkan sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang tidak terlalu rapat

untuk tempat bernaung (istirahat), kawin, dan menghindarkan diri dari predator.

Hutan sampai ketinggian 2.600 m diatas permukaan laut dengan padang rumput

merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa terutama jenis Cervus timorensis,

kecuali Cervus unicolor yang sebagian besar aktivitas hariannya dilakukan pada

daerah payau (Garsetiasih, dan Mariana 2007).

Habitat penangkaran berbeda dengan habitat alami. Berdasarkan ciri

habitatnya, pada habitat penangkaran terdapat peningkatan nutrisi, bertambahnya

persaingan intraspesifik untuk memperoleh makanan, berkurangnya pemangsaan

oleh predator alami, berkurangnya penyakit dan parasit serta meningkatnya

kontak dengan manusia (Grier dan Burk, 1992). Selain itu penangkaran juga dapat

meningkatkan produktifitas dan reproduksi rusa sambar karena dengan

penangkaran akan pengukuran-pengukuran terhadap nilai satuan produksi dan

reproduksi satwa yang didomestikasi.

Rusa sambar disebut juga rusa Sumatera, rusa Kalimantan atau rusa air.

Satwa ini banyak ditemui di Pulau Sumatera, Bangka, dan Kalimantan. Habitat

hidup yang disenangi satwa ini adalah daerah padang alang-alang, hutan muda,

dan wilayah terbuka yang mendapat sinar matahari cukup dengan ketinggian

daerah 0-600 m dari permukaan laut (dpl). Rusa dewasa bertubuh besar dengan

bobot hidup mencapai 40-45 kg/ekor. Tungkai panjang, berbulu panjang, lebat

dan berwarna hitam kecoklatan serta berekor agak panjang. Warna di sekitar
hidung cukup gelap dan sedikit basah berkilat bila satwa dalam kondisi sehat.

Panjang tubuh dewasa berkisar 1,5-2 m dengan tinggi 1,4-1,6 m. Rusa ini mampu

hidup sampai 11 tahun.

2.2 Reproduksi, Budidaya, dan Pasca Panen

2.2.1 Budidaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penangkaran rusa antara lain

pengelompokan rusa, penyapihan anak, kesehatan, dan penandaan/pemberian

nomor/ tagging.

1) Pengelompokan Rusa

Pemeliharaan rusa harus dikelompokkan berdasarkan status fisiologi yakni

jantan dan betina yang telah siap kawin, jantan yang belum siap kawin (baru

disapih), betina yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang sedang

bunting, betina yang melahirkan, dan rusa yang sakit.

Pengelompokan rusa bermanfaat untuk memudahkan dalam pemberian

pakan sesuai kebutuhan, memudahkan dalam pengaturan perkawinan, menjaga

pejantan agar tidak mengganggu rusa yang lain, keamanan bagi induk yang

bunting dalam proses kelahiran, ketenangan bagi induk yang menyusui dalam

merawat anak, menghindari perkawinan sebelum waktunya, memperoleh

kesempatan makan bagi rusa yang baru disapih, dan memudahkan penanganan

bagi rusa yang sakit.

2) Penyapihan Rusa

Penyapihan anak rusa juga perlu diperhatikan yaitu di mana induk betina

harus bersatu dengan anak sampai berumur 4 bulan, agar anak rusa mendapat air

susu lebih banyak. Setelah disapih, pemeliharaan tetap terpisah antara jantan dan

betina untuk menghindari kemungkinan terjadi perkawinan lebih awal.


3) Kesehatan

Kesehatan rusa merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius

agar produktivitas rusa semakin meningkat. Berdasarkan pengalaman, kematian

dalam penangkaran lebih banyak terjadi pada musim hujan yakni pada anak rusa

(27 %) dan rusa dewasa (9%). Penyakit yang sering menyerang pada musim hujan

adalah pneumonia (radang paru-paru) sebagai akibat kandang yang becek dan

lembab. Sedangkan kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh

faktor makanan, lingkungan, dan stress akibat penanganan. Upaya pencegahan

dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi

lingkungan kandang, pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, memperbaiki

teknik penanganan, dan vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan

anjuran medis (Garsetiasih, dan Mariana 2007).

4) Penandaan (Tagging)

Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam

manajemen penangkaran. Penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa

disapih. Tujuan penandaan atau pemberian nomor adalah untuk mengetahui

silsilah (pedigree), umur, memudahkan dalam pengontrolan, memudahkan dalam

pengenalan individu, dan untuk memudahkan pengaturan perkawinan. Cara

pemberian nomor pada rusa dilakukan dengan cara nomor ditulis pada potongan

plastik yang tebal atau papan dengan menggunakan paku/kawat agar tidak mudah

hilang. Kemudian potongan tersebut digunting/dipotong, dan digantung pada leher

rusa dengan menggunakan tali tambang berdiameter 5 mm lalu dimasukkan ke

dalam selang berukuran 2 cm (Garsetiasih, dan Mariana 2007). Namun dapat juga

menggunakan eartech yang biasa digunakan pada ternak sapi. Penggunaan eartech

lebih baik daripada mengalungkan tanda/nomor pada leher rusa karena dapat
penggunaan kalung dirasakan kurang efektif dan efisien karena akan mengikat

leher rusa seiring bertambah besar leher rusa.

5) Pemeliharaan Kebun Pakan

Pemeliharaan pakan harus sering dilakukan agar memperoleh pakan yang

baik dan selalu tersedia secara terus sepanjang musim, dengan cara pembersihan,

pengolahan tanah, pemupukan, pendangiran, dan penyiraman. Pembersihan

rumput liar dan pendangiran dilakukan 3 bulan sekali sedangkan pengolahan

tanah dan pemupukan dilakukan 1 tahun sekali.

6) Teknik Pemindahan

 Penangkapan Rusa

Cara menangkap rusa agar tidak menimbulkan cedera pada petugas dan

rusa itu sendiri, antara lain dengan menjepit leher dengan tangan kanan, ke dua

mata ditutup menggunakan tangan kiri agar dapat mengurangi stress; sementara

petugas lainnya memegang kedua pangkal paha dari arah samping. Penangkapan

ini membutuhkan tenaga 2-3 orang dan pada rusa jantan yang mempunyai tanduk

kokoh atau sempurna, harus mendapat perhatian yang lebih serius karena sangat

berbahaya dan liar.

 Pengangkutan Rusa

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan rusa adalah apabila

jarak pengangkutan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama, sebaiknya

menggunakan peti/kandang berbentuk persegi empat. Peti/kandang terbuat dari

kayu/ papan/triplek yang tertutup rapat agar rusa tidak stress tetapi harus

mempunyai lubang udara. Pembuatan peti/kandang diusahakan agar rusa dapat

berdiri tegak. Selama dalam perjalanan, rusa harus diberi makan dan minum, bila

memungkinkan diberi obat anti stress. Sebaiknya pengangkutan rusa dilakukan

pada sore atau malam hari, agar rusa tidak kepanasan dan menekan kondisi stress.
2.2.2 Reproduksi dan Pasca Panen

Parameter fisiologi reproduksi rusa sambar yang di amati :

1) Gejala/tanda-tanda eksternal estrus rusa betina.

Apabila tanda-tanda estrus ditemukan, dilanjutkan dengan pengamatan

visual bentuk dan kondisi eksternal vulva seperti bengkak, warna kemerahan dan

terasa hangatnya vulva bila disentuh atau tanda spesifik lainnya. Dan apabila

tanda-tanda ini sudah terlihat maka rusa betina sudah mengalami esterus dan siap

untuk dikawini.

2) Durasi estrus rusa betina.

Dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari dimulai dari saat

munculnya gejala estrus di hari pertama sampai hari terakhir gejala estrus terlihat

(Putranto, 2008). Parameter ini akan menunjukkan kemungkinan munculnya

fenomena silent estrus pada rusa Sambar betina. Apabila terjadi silent esterus itu

berarti rusa telah di kawini.

3) Pencatatan tingkah laku estrus rusa betina.

Dilakukan dengan cara observasi visual tingkah laku estrus berupa

vokalisasi, flehmen dan urinasi (Schmidt et al., 1988; Umaphaty et al., 2006)

yang dilakukan siang hari antara pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari. Setiap

tingkah laku estrus yang terlihat diberi skor satu (1) dan nol (0) bila tidak

ditemukan pada hari tersebut (Putranto, 2008). Total data skor tingkah laku estrus

dinyatakan dalam frekuensi per 30 hari selama satu musim (hujan atau kemarau)

dengan bulan sebagai ulangan.

4) Pencatatan tingkah laku kawin rusa jantan – betina.

Dilakukan dengan observasi visual tingkah laku kawin berupa vokalisasi,

tarian ataupun aktifitas fisik yang dilakukan rusa jantan dan betina serta kopulasi
yang dilakukan siang hari antara pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari. Setiap

tingkah laku kawin yang terlihat diberi skor satu (1) dan nol (0) bila tidak

ditemukan pada hari tersebut (Putranto, 2008). Total data skor tingkah laku kawin

dinyatakan dalam frekuensi per 30 hari selama satu musim (hujan atau kemarau)

dengan bulan sebagai ulangan.

5) Penimbangan berat badan hidup rusa jantan dan betina.

Rusa jantan dan betina akan ditimbang berat badan hidupnya pada tanggal

1 setiap bulannya. Unit pengukuran adalah kilogram.

Setelah bunting selama lebih kurang 7 bulan, seekor induk melahirkan

anak tunggal setiap kali beranak dengan bobot lahir 3-4 kg. Anak rusa disapih

oleh induk pada usia 3-4 bulan, serta mencapai dewasa kelamin pada umur 8

bulan. Jarak beranak diperkirakan 1,5 tahun.

2.4 Pakan dan Perkandangan

2.3.1 Pakan

Pakan merupakan komponen habitat yang paling penting, ketersediaan

pakan berhubungan erat dengan perubahan musim, biasanya di musim hujan

pakan berlimpah sedangkan di musim kemarau pakan berkurang. Makanan pokok

rusa adalah hijauan berupa daun-daunan dan rumput-rumputan yang

ketersediaannya kadang-kadang terbatas terutama di penangkaran sehingga

dibutuhkan pakan tambahan (Garsetiasih, dan Mariana 2007). Namun guna

mencapai produksi yang maksimal, penambahan konsentrat sebagai bentuk

formulasi ransum pada makanan rusa merupakan satu usaha pemenuhan

kebutuhan nutrisi yang berkorelasi pada peningkatan produksi dan juga satu

bentuk usaha domestikasi rusa dari segi pakannya.

Menurut Semiadi et al., (1993) aktivitas makan pada rusa disebut grazing

(merumput) didefinisikan sebagai aktivitas mencari dan memasukkan hijauan ke


dalam mulut. Apabila diamati dari pola aktif makan harian selama hari terang

terdapat fluktuasi yang mengikuti aktivitas harian kawanan (Lelono, 1996 dan

2001) dimana terlihat tiga puncak utama yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00

sampai 09.00, siang antara pukul 11.00 sampai 14.00 dan sore mulai pukul 17.00

sampai 18.00. Menurut Clutton-Brook et al. (1982) dan Loudon dan Milne (1985)

tingginya kebutuhan makan pada betina disebabkan karena betina yang merawat

anak harus menyediakan air susu sebagai makanan pokok anak selain untuk

kebutuhan metabolisme induk itu sendiri.

Pemberian pakan segar (hijauan) pada rusa didasarkan pada bobot badan

rusa, dengan perhitungan 10 % (seperti pada pemberian pakan ruminant lainnya) x

bobot badan x 2. Maksud dikalikan 2 yakni diperhitungkan dengan jumlah hijauan

yang tidak dimakan karena sudah tua, tidak disenangi, kotor karena terinjak-injak,

dan telah bercampur dengan urine/faeces. Pemberian pakan dilakukan dengan cara

pengaritan di mana hijauan dipotong lalu diberikan pada rusa dalam kandang, baik

musim hujan maupun musim kemarau. Namun hal ini tergantung pada sistem

penangkaran yang digunakan.

2.3.2 Perkandangan

Untuk perlakuan domestikasi, akan direncanakan membangun kandang

isolasi untuk tiap jenis seks dan memiliki akses bebas terhadap lapangan terbuka

(open barn) di luar kandang untuk aktifitas sosialisasi di siang hari. Lapangan

terbuka sebaiknya diberi pagar pengaman setinggi 2 meter (Cornwell-Smith,

1981). Peneliti memperkirakan pagar setinggi 2 meter ini belum memberikan

jaminan tidak larinya rusa dari lapangan dan kandang domestikasi. Untuk itu,

peneliti akan merekomendasikan pagar dengan ketinggian 2,4 – 2,5 meter dengan

tujuan mencegah larinya rusa sambar.


Kandang isolasi seluas 2 x 3 m2 untuk tiap jenis seks dan lapangan terbuka

(open barn) seluas 5 x 5 m2 . Lapangan terbuka diberikan pagar pengaman

setinggi 2 – 2,5 meter untuk mencegah larinya rusa. Sebelum ditempati, maka

kandang isolasi akan disucihamakan dengan penyemprotan antiseptik seminggu

sebelumnya. Rusa diberi pakan berupa kombinasi antara rumput, daun-daun muda

dan buah-buahan (pisang dan pepaya) dengan jumlah dan komposisi yang akan

disesuaikan dengan bobot badan awal saat penelitian dilakukan dan preferensi

makan rusa.

2.4 Peluang Usaha

1) Aspek Pemasaran

Usaha ternak rusa akan menghasilkan dua macam output yaitu utama dan

sampingan. Hasil utama berupa rusa hidup atau dagingnya dan hasil sampingan

berupa kulit, tanduk, velvet dan alat kelamin. Aspek pemasaran terdiri dari :

a. Aspek Pasar

 Segmentation (Segmentasi)

Segmentasi dari usaha peternakan ini adalah daging rusa dan hasil

sampingannya produk yang bisa dinikmati oleh semua usia dan semua kalangan,

baik atas, menengah, maupun bawah.

 Targeting (Target)

Target pasar usaha peternakan rusa adalah masyarakat, pengrajin kulit,

pembuat hiasan tanduk rusa dan pecinta hewan eksotis.

 Positioning (Penempatan)

Peternakan rusa timor memposisikan produknya sebagai produk organik

yang berkualitas, terjamin, dan sehat.

b. Bauran Pemasaran

 Place (Saluran distribusi)


 Promotion (Promosi)

 Product (Produk)

Adapun produk yang ditawarkan adalah daging rusa dengan harga Rp.

35.000,-/kg, tanduk rusa Rp. 150.000/buah, kulit rusa Rp. 50.000/ekor, dan alat

kelamin rusa jantan Rp. 200.000,-/buah.

 Price (Harga)

Harga yang ditetapkan adalah harga yang wajar dan terjangkau bagi

konsumen.

2) Aspek Ekonomi

Di lihat dari aspek ekonomi peternakan rusa menghasilkan daging rusa dan

produk hasil sampingannya yang dapat dipasarkan melalui pasar eceran. Hal ini

mampu memberikan mata pencaharian bagi orang lain yang ingin berusaha

menjual daging rusa. Selain itu, daging rusa timor juga ikut meningkatkan

pendapatan daerah melalui retribusi.

3) Aspek Sosial

Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh peternakan rusa meliputi:

membuka lapangan kerja baru, meningkatkan mutu hidup, dan memberikan

pengaruh positif kepada masyarakat.

4) Aspek Lingkungan

Keberadaan Peternakan rusa sendiri tidak mengganggu lingkungan sekitar,

karena usahanya tidak membuang limbah dan merusak lingkungan. Limbah

kotoran digunakan sebagai pupuk untuk rumput hijauan yang ada pada lahan

peternakan.
III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Habitat rusa sambar yaitu daerah padang alang-alang, hutan muda, dan

wilayah terbuka yang mendapat sinar matahari cukup dengan ketinggian

daerah 0-600 m dari permukaan laut (dpl).

2. Setelah bunting selama lebih kurang 7 bulan, seekor induk rusa

melahirkan anak tunggal setiap kali beranak dengan bobot lahir 3-4 kg.

3. Pemberian pakan segar (hijauan) pada rusa didasarkan pada bobot badan

rusa, dengan perhitungan 10 % (seperti pada pemberian pakan ruminant

lainnya) x bobot badan x 2. Sedangkan untuk perkandangannya terdiri dari

lapangan terbuka yang diberi pagar.

4. Analisis usaha dari rusa sambar yaitu daging rusa dengan harga Rp.

35.000,-/kg, tanduk rusa Rp. 150.000/buah, kulit rusa Rp. 50.000/ekor,

dan alat kelamin rusa jantan Rp. 200.000,-/buah.


DAFTAR PUSTAKA

Clutton-Brook, T.H., Jason, G.R., Albon, S. D dan Guinness. F. E. 1982. Effects


of lactation on feeding behaviour and habitat use in Wild Red deer hinds.
J.Zool., Lond.(198): 227-236.

Cornwell-Smith, M.J. 1981. Farming deer in Britain and New Zealand. Span
Vol. 24. hal: 12-15.

Garsetiasih, R dan Mariana. 2007. Model penangkaran rusa. Prosiding Ekspose


Hasil-Hasil Penelitian. 2007

Grier,J.W dan Burk.T. 1992. Biology of Animal Behavior. Mosby Year Book, Inc.
New Wellington.

Lelono. A. 1996. Ekologi perilaku makan rusa (Cervus timorensis Lyd) dalam
penangkaran di Ranca Upas Ciwidey. Tesis Magister Sains (Biologi)
Institut Teknologi Bandung

Lelono. A. 2001. Pola aktivitas makan harian rusa (Cervus timorensis) dalam
penangkaran. Seminar Biologi Nasional I di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Jember.

Loudon.A.S.I dan Milne.J.A. 1985. Nutrition and growth of young red deer. Ed.
Fennessy & Dreew Buletin 22. New Zealand; 423-427.

Putranto, H.D. 2008. Reproductive Physiological Studies for Conservation of


Indonesian Endangered Animals by Non-Invasive Analysis of Sex Steroid
Hormones. Disertasi. Gifu University, Japan. 134 hal.

Schmitd, A.M., Hess, D.L., Schmidt, M.J., Smith, R.C. dan Lewis,
C.R. 1988. Serum concentrations of oestradiol and progesterone, and
sexual behavior during the normal oestrous cycle in the leopard (Panthera
pardus). Journal of Reproduction and Fertility Vol. 82. hal: 43-49.

Semiadi, G., Muir, P. D., Barry. T. N. Veltman.1993. Grazing patterns of sambar


deer (Cervus unicolor) and red deer (Cervus elaphus) in captivity. New
Zealand Journal of Agricultural Research, Vol 36 pp 253-260.

Umapathy, G., Sontakke, D., Srinivasu, K., Kiran, T., Kholkute, S.D. dan Shivaji,
S. 2006. Estrus behavior and fecal steroid profiles in the Asiatic lion
(Panthera leo persica) during natural and gonadotrophin-induced
estrus. Animal Reproduction Science Vol. 101 (3-4). hal: 313-325.

Anda mungkin juga menyukai