Anda di halaman 1dari 28

1

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PAKAN DAN


KESEHATAN SATWA LIAR

MANAJEMEN PAKAN DAN KESEHATAN RUSA TIMOR (Cervus


timorensis, de blainville 1822) DI HABITAT EKSITU
(Studi Kasus Litbang Kehutanan, Penangkaran Ranca Upas, Dan
Taman Satwa Cikembulan)

Oleh Kelompok 4
Riki Sutiawan E34120004
Rizki K. Tohir E34120028
Febby W. Pramudita E34120073
Ismi Rahmawati E34120088
Utami D. Ahyani E34120093
Gabriela K. Adyasmita E34120101
Malika Oktaviani E34120106

Asisten Praktikum:
Yohanna S.Hut
Afroh Mansur S.Hut
Bangkit Maulana S.Hut
Dita Haristyaningrum S.Hut

Dosen:
Ir. Lin Nuriah Ginoga M.Si
Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS.

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
METODE 9
Metode Pengumpulan Data 9
Alat dan Bahan 9
Prosedur Analisis Data 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Manajemen Pakan dan Kesehatan Menurut Badan Litbang Kehutanann 10
Manajemen Pakan dan Kesehatan Rusa Ranca Upas 13
Manajemen Pakan dan Kesehatan Rus Taman Satwa Cikembulan 16
Analisis Perbandingan Manajemen Pakan Dan Kesehatan 19
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rusa Timor (Cervus timorensis, de blainville 1822) termasuk satwa liar
dilindungi oleh Undang-undang sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun
1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar, yang tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia kecuali Pulau Kalimantan
dan Sumatera (Schroder, 1976). International Union for Conservation of Nature
and Natural Resources (IUCN) pada tahun 2007 mengelompokkan Rusa Timor
sebagai jenis dengan kategori kurang beresiko dan sedikit perhatian (low risk/low
concern), kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi rentan (vulnerable)
(Hedges et al., 2008). Namun berdasarkan Konvensi CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wildlife Fauna and Flora), status
Rusa Timor tidak masuk dalam daftar yang diatur kuotanya (Departemen
Kehutanan, 2006).
Rusa Timor (Rusa Timorensis) merupakan salah satu potensi sumberdaya
alam yang dimiliki Indonesia yang perlu dipertahankan. Potensi ini dapat
dimanfaatkan hasilnya dengan tetap memperhatikan unsur kelestariannya. Namun,
Populasi rusa pada habitat alaminya (in situ) terus menurun akibat degradasi
habitat dan perburuan liar untuk pemanfaatan ekonomis (Hedges et al., 2008),
apabila rusa terus diburu tanpa suatu upaya menjaga kelestariannya, suatu saat
akan mengalami kepunahan. Selain diburu, pengrusakan habitat sehubungan
dengan pertambahan penduduk yang cenderung meningkat, serta pola perladangan
yang berpindah-pindah turut pula menyebabkan menurunnya populasi rusa di
alam. Penangkaran rusa adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan
dan pembesaran di luar habitat alami (ex-situ) dengan tetap mempertahankan
kemurnian jenisnya.
Salah satu komponen penting dalam pengelolaan satwa liar di eksitu
adalah pengelolaan kesehatan dan pakan . Pakan merupakan faktor pembatas, di
mana rendahnya kualitas dan kuantitas pakan seringkali menjadi faktor kendala
utama keberlangsungan kehidupan satwa. Pada ruminansia, bahan makanan
tersebut tidak saja berkaitan dengan nilai gizi tapi juga ketersediaan biomassa
sumber hijauan pakan (Ramirez, 1999). Oleh sebab itu, sangat penting untuk
4

mengetahui tingkat pengelolaan pakan di habitat exsitu guna mendukung


keberlangsungan pengelolaan rusa. Pengelolaan kesehatan Rusa Timor di
penangkaran juga merupaka faktor yang sangat penting untuk keberlangsungan
kehidupan rusa, karena manajemen kesehatan ini akan menentukan tingkat
kualitas dan kuantitas rusa yang berada di habitat eksitu.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan/ manajemen
kesehatan dan pakan pada Rusa Timor pada habitat eksitu yang mendukung
kesejahteraan Rusa Timor itu sendiri.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
bagaimana manajemen kesehatan dan pengelolaan pakan pada Rusa Timor yang
baik, sehingga dapat diimplementasikan.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini fokus pada cara manajemen/ pengelolaan kesehatan dan pakan
pada jenis Rusa Timor. Pengelolaan pakan termasuk kebutuhan pakan pada setiap
individu rusa setiap harinya, jenis jenis pakan yang diberikan, pengelolaan hijauan
untuk pakan, tempat pemberian pakan dan cara pemberian pakan. Manajemen
kesehatan termasuk pengadaan sarana prasarana kesehatan (obat, dokte hewan,
alat penanganan kesehatan), pengecekan kesehatan rusa dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan beberapa studi kasus tempat tempat yang melakukan
pengelolaan Rusa Timor secara eksitu.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Bioekologi Rusa Timor


Rusa Timor termasuk dalam kategori langka dan dilindungi undang-
undang. Rusa Timor merupakan salah satu jenis satwa yang masuk kedalam status
yang digolongkan IUCN kedalam “Vulnerable” yaitu dalam kondisi rentan dari
kepunahan dan termasuk jenis satwa yang dilindungi UU No. 7 Tahun 1999.
Taksonomi Rusa Timor diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Sub filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Cervidae
Genus : Rusa
Species : Cervus Timorensis de Blainvilee 1822 (IUCN 2008)
Rusa Timor merupakan salah satu satwa asli Indonesia. Morfologi Rusa
Timor menurut Semiadi (2006) memiliki ciri-ciri rambut berwarna coklat
kemerahan dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna coklat, mempunyai
ukuran tubuh yang kecil, tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, dan gigi seri
relatif besar. Rusa jantan memiliki ranggah yang relatif besar, ramping, panjang,
dan bercabang. Cabang pertama mengarah ke depan, cabang belakang kedua
terletak pada satu garis dengan cabang belakang pertama, cabang belakang kedua
lebih panjang dari cabang depan kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan
terlihat sejajar.
Rusa Timor memiliki habitat asli berupa hutan, dataran terbuka serta
padang rumput dan savana (Wiyanto 2011). Selain itu menurut Semiadi (2006)
Rusa Timor mempunyai habitat utama berupa savana dan hutan terbuka, savana
merupakan tempat mencari makan sedangkan hutan dan semak belukar
merupakan tempat berlindung. Lingkungan yang ternaungi merupakan hal yang
penting dan dibutuhkan bagi rusa sebagai tempat bernaung, bersembunyi, dan
melindungi dari serangga (pada jantan yang sedang mengelupas velvetnya).
6

Rusa Timor merupakan satwa yang termasuk kedalam grasser (pemakan


rerumputan). Dalam hal pemilihan pakan, rusa lebih menyukai hijauan berdaun
lunak, basah dan berdaun muda seperti jenis leguminosa atau kacang-kacangan
dan rerumputan (Wiyanto 2011). Dalam mencari pakan di habitat aslinya,
menurut Semiadi (2006) rusa tropis termasuk kedalam satwa nokturnal (aktif di
malam hari), sedangkan rusa yang ditangkarkan cenderung meluangkan waktunya
lebih banyak untuk istirahat, ruminansia dan berjalan dibandingkan makan dan
minum.

Potensi dan Penyebaran Rusa


Penyebaran Rusa Timor (C. timorensis) tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua..Populasi rusa khususnya Rusa Timor di alam
pada tahun 1990-an relatif masih banyak, seperti di Taman Nasional (TN)
Komodo khususnya Pulau Rinca populasinya mencapai 11.282 individu
(Garsetiasih, 1997. Di Pulau Menipo dengan luas 581 ha populasinya 632
individu (Sutrisno, 1993). Di Pulau Rumberpon yang di dalamnya terdapat taman
buru dengan luas 420,66 ha terdapat populasi rusa sekitar 662 individu (Faten,
2002). Selanjutnya di Suaka Margasatwa Wasur Merauke Papua populasi rusa
diperkirakan mencapai 70.000 individu (Garsetiasih, 2000).

Pakan Rusa
Pakan merupakan komponen habitat yang paling penting, ketersediaan
pakan berhubungan erat dengan perubahan musim, biasanya di musim hujan
pakan berlimpah sedangkan di musim kemarau pakan berkurang. Makanan pokok
rusa ada-lah hijauan berupa daun-daunan dan rumput-rumputan yang
ketersediaannya kadang-kadang terbatas terutama di penangkaran sehingga
dibutuhkan pakan tambahan. Rusa dalam melakukan aktivitas harian sebagian
besar waktunya digunakan untuk mencari makan dan istirahat. Pada habitat alami,
tempat yang menyediakan sumber pakan adalah savana. Jenis hijauan pakan yang
biasa dimakan rusa di habitat alaminya dapat dilihat pada. Jenis hijauan pakan
yang diberikan di penangkaran biasanya rumput unggul, dan beberapa jenis
7

rumput lainnya. Jumlah pakan yang dibutuhkan oleh satwa ruminansia adalah
10% dari berat tubuhnya.
Penggunaan energi seekor rusa betina untuk keperluan metabolisme,
berdiri, berlari, berjalan (1,63 km per hari), mencari makan, bermain dan
memamah biak rata-rata 1.908 kcal, sedangkan seekor rusa jantan untuk berbagai
aktivitas membutuhkan energi 1.907 kcal. Energi yang terkandung dalam hijauan
(bahan kering) yang di-konsumsi rusa per ekor per hari yaitu 863 gram daun (per
gram daun = 3,542 kcal) dan 107 gram (per gram rumput = 3,174 kcal) rumput,
maka jumlah energi yang tersedia adalah 3.381 kcal (Mukhtar, 1996).
Selain pakan hijauan ada juga pakan tambahan yang dapat berupa
konsentrat sebagai penguat antara lain dedak padi, jagung, ampas kelapa, dan
ampas tahu (Dradjat, 2000). Menurut Semiadi dan Nugroho (2004) selain
konsentrat, rusa dapat mengkonsumsi pakan tambahan lain misalnya sayuran,
buah-buahan, bahkan limbah pertanian. Lebih lanjut dijelaskan nutrisi pada pakan
yang diberikan sebaiknya terdiri dari air, protein, lemak, energi, mineral dan
vitamin yang cukup, karena pada titik tertentu penggabungan protein, lemak dan
energi akan menjadi sumber energi bagi rusa tersebut. Misalnya dedak padi
mengandung lemak dan energi yang lebih banyak yaitu sekitar 5% dan 68%
dibanding rumput-rumputan yang hanya sekitar 3% dan 53% dan jenis pakan
kacang-kacangan misalnya turi, lamtoro mengandung protein yang lebih tinggi
yaitu 22% dibanding rumput-rumputan yang hanya sekitar 10-13%.

Manajemen Pakan
Manajemen pakan adalah penyediaan pakan yang memenuhi syarat teknis
biologis sesuai kebutuhan satwa dan secara teknis ekonomi murah dan mudah
diperoleh serta tersedia secara kontinyu. Zat makanan (zat gizi) pada satwa harus
terdiri dari unsur-unsur penyusun bahan makanan, yaitu air dan bahan kering.
Bahan Kering terdiri atas zat organik meliputi Senyawa bernitrogen (protein &
Non-protein), lemak (lipid), karbohidrat, dan vitamin; dan zat anorganik
(mineral) terdiri atas mineral esensial (makro : Ca, P, Mg, Na, K, Cl, S; & mikro
seperti Fe, Cu, I, Zn, Cr dsb) dan mineral non-esensial.
8

Syarat pakan untuk satwa adalah Seimbang (mengandung semua zat


makanan yang diperlukan satwa dalam jumlah yang tepat untuk memenuhi semua
fungsi fisiologis tubuh), bernilai gizi tinggi, cukup (jumlahnya terpenuhi sesuai
kebutuhan satwa (umur, sex, status produksi, musim)), palatable (sesuai
preferensi (kesukaan) dan kebiasaan (habit) satwa), kontinyu (tersedia sepanjang
waktu selama masa hdup satwa), dan tidak mengganggu kesehatan.
Strategi pemberian pakan adalah harus mempertimbangkan factor-faktor
terkait relung pakan dari setiap jenis satwa yang dikelola, yakni: ukuran tubuh dan
hubungannya dengan laju metabolism, susunan anatomi dan fisiologi saluran
pencernaan (ruminansi/kompleks, cecal fermenter, monogastrik/simple), rasio
antara volume saluran pencernaan dengan ukuran tubuh, dam struktur pemberian
pakan khusus (dikaitkan dengan modifikasi mulut, appendage/kondisi usus,
bentuk tubuh.

Manajemen kesehatan
Definisi sehat menurut World Health Organization (WHO) bukan hanya
meliputi ketidakadaan penyakit atau kelemahan, tetapi meliputi keadaan fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial. Pemeriksaan hewan secara klinis dapat
dilakukan melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan uji laboratorium sebagai
penunjang atau peneguh diagnosa.
Keberhasilan pengelolaan habitat eksitu ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, makanan,
manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme. Sehingga jangan
sampai terjadi suatu wabah yang akan merugikan bagi keberlangsungan hidup
satwa. Aspek kesehatan mencakup pencegahan penyakit, pengobatan, dan
pemantauan kesehatan. Vos (1982) menyebutkan bahwa tidakan pencegahan
penyakit pada satwa yaitu berupa pemeriksaan kesehatan, vaksinasi, manajenem
nutrisi(pakan), pengaturan minum dan desinfeksi.
9

METODE

Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode studi literatur pada beberapa tempat
yang melakukan pengelolaan/ penangkaran terhadap jenis satwa Rusa Timor, dan
membandingkan dengan prosedur penangkaran Rusa Timor oleh departemen
kehutanan.

Bahan dan Alat


Bahan untuk penelitian ini adalah jurnal jurnal, laporan, dan buku yang
berkaitan dengan pengelolaan Rusa Timor khususnya pengelolaan pakan. Alat
yang digunakan adalah laptop.

Prosedur Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dimana hasil dari studi
literatur dikaji untuk menentukan proses manajemen pakan Rusa Timor di habitat
eksitu.
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Pakan dan Kesehatan Rusa Timor Menurut Badan Litbang


Kehutanan, Departemen Kehutanan (Takandjandji M. 2007)
Hasil penelitian staff balai litbang kehutanan, departemen kehutanan,
mengeluarkan laporan mengenai teknik penangkaran Rusa Timor. Adapun teknik
manajemen pakan dan kesehatan didalamnya adalah sebagai berikut.

Sarana Prasarana Pendukung Pengadaan Pakan Pada Habitat Eksitu


Areal Pengembangan Pakan
Areal pengembangan pakan merupakan salah satu sarana yang sangat
penting di dalam penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan rusa
sangat tergantung oleh pakan. Oleh karena itu perlu dikelola secara intensif untuk
menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan. Jenis pakan yang ditanam disesuaikan
dengan jenis-jenis yang disukai rusa, tahan terhadap kekeringan yang terdiri dari
jenis rumput poaceae dan leguminosae. Pakan hijauan rumput antara lain rumput
gajah, rumput raja, rumput setaria, sorghum, dan rumput lapangan seperti
kolonjono, rumput pait, a’awian, gewor, bayondah, dan padi-padian. Pakan
hijauan rambatan dan dedaunan, antara lain mikania, kangkung, daun ubi, daun
kacang, kaliandra, daun jagung, daun nangka, daun jati, daun lamtoro, daun turi,
daun beringin, daun Acacia, daun mangkokan, daun nampong, dan daun gamal.
Luas lahan untuk pengadaan pakan yang dibutuhkan untuk
memelihara/menangkarkan rusa sebanyak 11 ekor adalah ± 0,3 ha. Kebutuhan
lahan ini didekati dengan cara mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
seekor rusa dewasa dengan jumlah rata-rata produksi pakan dalam 1 ha.
Sementara 1 ha areal penanaman pakan yang apabila dikelola secara intensif dan
berada pada daerah basah dengan irigasi yang baik, akan menghasilkan 270.000
kg/ha/tahun. Sedangkan untuk daerah kering biasanya produksi rumputnya hanya
setengahnya. Areal pengembangan pakan harus dikelola secara intensif untuk
menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan dengan cara pembersihan, pengolahan
tanah, pemupukan, pendangiran, dan penyiraman. Pembersihan rumput liar dan
11

pendangiran dilakukan tiga bulan sekali sedang pengolahan tanah dan pemupukan
setahun sekali.
Tempat Makan
Tempat makan yang biasa digunakan berbentuk palungan berukuran
panjang 1,5 – 2,0 m dan lebar 0,5 m atau berbentuk bulat segi enam berukuran
diameter 50 – 75 cm dengan tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah. Bahan yang
digunakan terdiri dari papan, kayu, atau seng polos atau licin. Tempat makan
diletakkan di tengah atau di sudut kandang dan diusahakan setiap kandang
terdapat satu buah tempat makan.
Tempat pakan harus mudah dijangkau petugas yang memberi pakan, tetapi
penempatannya memungkinkan bagi rusa memakan dari segala arah. Tempat
pakan diberi peneduh untuk menghindari pakan mudah kering karena kepanasan
atau basah karena kehujanan. Apabila jumlah rusa yang ditangkar cukup banyak
dalam satu areal penangkaran, tempat pakan dapat dibuat di beberapa tempat agar
tidak terjadi persaingan makanan antara individu rusa. Ukuran tempat pakan yang
disesuaikan dengan jumlah rusa yang dipelihara. Lantai tempat pakan dapat dibuat
dari semen atau papan. Bentuk tempat pakan yang dibuat panggung akan
mengurangi sisa pakan yang terbuang karena diinjak-injak atau bercampur dengan
kotoran (faeses dan urine).
Tempat Minum
Rusa memerlukan air untuk minum, dan berkubang sehingga sebaiknya
selalu bersih dan sering diganti. Pada musim kawin, rusa jantan sangat
menyenangi air sebagai tempat berkubang. Tempat minum yang digunakan
berbentuk kolam yang dibenamkan ke tanah untuk menghindari rusa jantan yang
sering menanduk terutama apabila memasuki musim kawin dan dilengkapi dengan
pembuangan. Letak tempat minum berada di tengah atau di sudut kandang dan
setiap kandang diusahakan terdapat satu tempat minum.
Jalan Kontrol
Jalan kontrol berfungsi untuk pengontrolan dan pemberian pakan dengan
lebar jalan 1,5 – 2,0 m dan sebaiknya terletak di sepanjang pinggiran kandang atau
pagar.
12

Saluran Air
Air diperlukan untuk mengairi pakan, pemeliharaan kandang rusa.
Penangkaran sebaiknya mempunyai bak penampung dan menara air lengkap
dengan generator. Saluran air perlu dibersihkan setiap hari agar tidak tergenang
dan menimbulkan bau yang kurang sedap, serta sebaiknya dibuat agak miring
menuju tempat pembuangan.
Gudang Penyimpanan Pakan
Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan
penangkaran, pemeliharaan pakan (alat-alat pertanian), pakan, dan obat-obatan.

Teknik Pemberian Pakan


Pemberian pakan segar pada Rusa Timor didasarkan pada perhitungan
(10% x bobot badan x 2). Maksud dikalikan dua yakni diperhitungkan dengan
jumlah hijauan yang tidak dimakan karena sudah tua, tidak disenangi, kotor
karena terinjak-injak, dan telah bercampur dengan urine dan faeces. Pemberian
pakan selalu disertai dengan pemberian garam sebagai perangsang nafsu makan
dan untuk memenuhi kebutuhan mineral. Pemberian pakan dilakukan dengan cara
pengaritan dimana hijauan dipotong 3 – 5 cm lalu diberikan pada rusa dalam
kandang, baik musim hujan maupun musim kemarau.
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 atau 3 kali sehari (pagi, siang, dan
sore) dengan rata-rata persentase kebutuhan pakan segar berdasarkan bobot badan
(BB) rusa masing-masing sebesar 28,70% - 18,75% (umur kurang dari 12 bulan),
kemudian semakin menurun menjadi 19,60% - 13,91% (umur 12 - 24 bulan) dan
12,32% - 10,93% (umur 24 – 36 bulan). Sedangkan pemberian pakan tambahan
berupa dedak padi diberikan tiga kali dalam seminggu, sebanyak 0,5 kg/individu.
Pemberian pakan pada rusa bunting, harus lebih intensif baik kualitas maupun
kuantitas karena peranan makanan sangat penting untuk pertumbuhan janin di
dalam rahim dan juga berguna untuk mempertahankan kondisi tubuh induk.
Sedang pemberian pakan pada anak rusa, dimulai pada umur dua minggu dengan
cara memberikan hijauan muda (pucuk) yang dipotong kecil-kecil. Selain itu,
dilakukan pula pemberian vitamin organik, obat-obatan, dan pupuk organik untuk
memacu pertumbuhan dan reproduksi rusa, serta mengurangi bau kotoran.
13

Manajemen Kesehatan Rusa Timor


Kesehatan rusa merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius
agar produktivitas rusa semakin meningkat. Berdasarkan pengalaman, kematian
dalam penangkaran lebih banyak terjadi pada musim hujan yakni pada anak rusa
(27 %) dan rusa dewasa (9%). Penyakit yang sering menyerang pada musim hujan
adalah pneumonia (radang paru-paru) sebagai akibat kandang yang becek dan
lembab. Sedangkan kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh
faktor makanan, lingkungan, dan stress akibat penanganan. Upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi
lingkungan kandang, pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, memperbaiki
teknik penanganan, dan vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan
anjuran medis.

Manajemen Pakan dan Kesehatan Rusa Timor (Cervus timorensis, de


blainville 1822) di Ranca Upas KPH Bandung Selatan, PT Perhutani Unit III
Jawa Barat (Febriyanto 2002)

Sarana Prasarana Pendukung Pengadaan Pakan Pada Habitat Eksitu


Areal Pengembangan Pakan
Pakan di Ranca Upas berasal dari areal penangkaran itu sendri. Hijauan
yang dihasilkan diantaranya lampuyang (Panicum repens), jukut pait (Axonopus
compressus), teki (Cypersu kyllingia), lameta (Leersia hexandra), bayonah
(Isachne globasa), babawangan (Fimbristylis alboviridis), paparean (Carex
remota) dan antanan (Centella asiatica). Dari hasil penelitian produktivitas
hijauan pada penangkaran Ranca Upas ini hanya dapat menampung rusa sebanyak
15 ekor padahal jumlah rusa yang ada adalah 19 ekor, sehingga daya dukung
habitat kurang. Hal ini disebabkan kurangnya pemeliharaan areal pengembangan
pakan, kesuburan tanah dan pemberian pakan tambahan yang dilakukan secara
tidak teratur, karena dengan adanya pemberian pakan tambahan secara teratur
dapat mengurangi tekanan pengembalaan yang berat terhadap hijauan.
14

Gudang Penyimpanan pakan tambahan


Di penangkaran rusa Ranca Upas terdapat sebuah gudang sebagai tempat
penyimpanan pakan dan peralatan kerja. Ukuran gudang 3m x 2 m. Gudang
terbuat dari kayu berlantaikan tanah. Didalam gudang terdapat tumpukan ubi dan
alat kerja. Penyimpanan ubi didalam gudang tidak baik, karena ubi yang masih
segar bercampur dengan ubi busuk dan bekas cincangan ubi lain. Sehingga
kualitas ubi yang masih segar akan cepat menurun. Sehingga diperlukan fasilitas
khusus untuk penyimpanan pakan tambahan rusa dan penyortiran pakan yang
masih segar dengan pakan yang sudah busuk, kemudian perlunya ditambahkan
lemari pendingin untuk menjaga kesegaran pakan.

Pakan Tambahan
Pakan tambahan berkualitas diperlukan oleh rusa, terutama jika hasil dari
padang penggembalaan yang kurang baik. Bahan tambahan bisa berupa biji-bijian,
legume, dan hijauan. Jenis pakan yang diberikan di penangkaran rusa Ranca Upas
hanya ubi jalar. Keanekaragaman jenis pakan tambahan yang rendah akan
mempengaruhi kesehatan rusa, karena rusa memerlukan karbohidrat, protein,
lemak, dan mineral, mineral (kalsium dan fosfor) yang tidak semuanya dapat
diperoleh dari hijauan. Jadi konsentrat yang beragam sangat baik untuk menutupi
kekurangan gizi yang diperoleh. Pemberian sayur-sayuran dapat dilakukan karena
mudah diperoleh dari daerah sekitar lokasi penangkaran.
Jumlah pakan tambahan yang diberikan di penangkatran Ranca Upas tidak
berdasarkan berat badan (10% dari total berat badan). Dalam setiap
pemberiannya, ubi diberikan sebanyak 30 kg untuk semua individu (19 ekor rusa).
Menurut perum perhutani (1997) untuk keperluan penangkaran rata-rata jumlah
pakan yang diberikan diperhitungkan 6-10 kg hijauan/ekor/hari dan ditambah
konsentrat (tambahan) 1 kg/ekor/hari. Adapun pemberian tepung ikan, tepung
tulang, tepung darah, vitamin dan mineral dilakukan secara teratur sesuai dengan
kondisi rusa dipenangkaran (jika kurang sehat maka frekuensi dari satu minggu
dua kali menjadi tiga kali dalam satu minggu).
Penyediaan pakan tambahan dilakukan dengan mencincang menjadinukuran
yag lebih kecil, sehingga rusa mudah untuk memakannya. Ubi hasil cincangan
15

dimasukna kedalam ember yang dapat menampung ubi sebanyak 30 kg, kemudian
dibawa ke lokasi kandang.

Teknik pemberian pakan


Pemberian pakan langsung diberikan kedalam kandang. Ubi diberikan di
dekat pintu masuk kandang dengan dilempar ke tanah karena di kandang belum
tersedia tempat makan bagi rusa. Pemberian pakan dilakukan secara tidak teratur
kadang kadang dua hari sekali dan seminggu sekali, pakan rusa diberikan pada
pukul 14.00.

Manajemen Kesehatan
Kesehatan rusa dipenangkaran dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
makanan, manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme. Pada
penangkaran Ranca Upas pemeriksaan secara rutin terhadap kesehatan rusa belum
dilakukan karena keterbatasan dana. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
dilakukan hanya pada rusa-rusa yang secara fisik sudah tidak bisa bergerak.
Peningkatan stamina perlu dilakukan pada rusa yang memiliki ranggah yang
keras, indukan hamil, indukan pasca melahirkan, dan indukab yang merawat anak,
hal ini dapat dilakukan dengan pemberian makanan tambahan berupa konsentrat,
buah-buahan, sayur-sayuran dan stimulan.
Penangnan untuk rusa yang mati di penangkaran Ranca Upas ini adalah
dengan menguburnya di dalam areal penangkaran, dengan dalam lubang satu
meter. Penguburan dengan dalam hanya satu meter dikhawatirkan akan tetap
menimbulkan penyakit yang dapat menulari rusa lain. Seharusnya di kubur yang
dalam dan ditaburkan kapur barus untuk membunuh kuman dan spora pembawa
penyakit sebelum ditimbun. Selain cara penguburan bisa juga dibakar tetapi
membutuhkan peralatan pembakaran dan mahal.
16

Manajemen Pakan dan Kesehatan Rusa Timor (Cervus timorensis, de


blainville 1822) di Taman Satwa Cikembulan (TSC) Garut (Puspitasari A.
2014)

Sarana Prasarana Pendukung Pengadaan Pakan Pada Habitat Eksitu


Gudang penyimpanan pakan
Tempat penyimpanan pakan rusa di TSC tidak ada hal ini dikarenakan pakan
yang di berikan didatangkan setiap paginya dari distributor pakan satwa yang
bekerja sama dengan TSC
Tempat Makan
Tempat pakan tersedia didalam kandang secara permanen dengan ukuran (0.5
x 2) m dan (0.5 x 1) m. Pembersihan kandang dilakukan sebelum pemberian
pakan pada pagi hari dengan cara menyapu sisa-sisa pakan serta feses Rusa
Timor.
Tempat Minum
Tempat air minum berupa kolam dengan ukuran pada kandang I (3 x 2) m
dan kandang II (6 x 8) m. Pembersihan kolam dilakukan tiga bulan sekali dengan
mesin penyedot air. Air yang digunakan untuk minum satwa merupakan air yang
bersumber dari sungai. Secara fisik, air tersebut terlihat keruh karena bersumber
dari air sungai dan akan bertambah kekeruhannya apabila musim hujan tiba. Air
kolam yang terdapat pada kandang II dan III selain dijadikan sumber air minum,
juga dijadikan tempat berendam bagi Rusa Timor. Namun, kolam pada kandang I
tidak diisi air pada saat musim hujan, karena dapat menyebabkan lantai kandang
becek. Pembersihan kolam dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dengan
menggunakan mesin penyedot air.

Teknik Pemberian Pakan


Pemberian pakan Rusa Timor di TSC dilakukan pada pukul 07.00 dan 17.00
WIB berupa hijauan rumput-rumputan, tumbuhan rambat, dan herba. Selain itu
dilakukan pula pemberian pakan tambahan pada pukul 09.00 WIBberupa ampas
tahu, kedelai, ubi, wortel, kulit kacang hijau, dan terkadang kulit buah pepaya.
17

Pengelola memberikan pakan pada Rusa Timor dengan mempertimbangkan


palatabilitas dan kadar pakan dan pakan selalu diganti dengan pakan yang baru.
Pakan yang diberikan dalam kondisi baik, dicuci dengan air, serta selalu ada
pemilihan bagian pakan yang dianggap tidak layak. Pengelolaan pakan yang baik
erat kaitannya dengan daftar pakan karena akan bermanfaat dalam
memformulasikan pakan tambahan bagi Rusa Timor. Daftar pakan berisi jenis
pakan yang diberikan pada satwa setiap harinya. Pengelola TSC belum memiliki
pencatatan daftar pakan, pakan yang diberikan didatangkan dari distributor pakan
satwa dengan komposisi pakan yang sesuai dengan permintaan pengelola TSC.
Pencatatan terhadap jadwal pemberian pakan dapat bermanfaat bagi dokter hewan
dalam melakukan pemeriksaan kesehatan satwa.
Pengelolaan pakan khusus bagi betina bunting atau satwa yang sakit belum
dilakukan secara optimal. Pakan tambahan maupun hijauan yang diberikan pada
satwa yang sakit dibuat sama dengan satwa yang sehat. Pengelolaan yang telah
dilakukan pada satwa yang sakit hanya berupa penambahan vitamin dan mineral
yang dicampurkan dengan pakan satwa

Manajemen Kesehatan
Kondisi rusa di TSC umumnya mengalami penyakit kulit dengan kulit
berwarna agak hitam, terdapat luka goresan, dan mengalami kerontokan pada
rambutnya. Pengelolaan kesehatan pada TSC ini tergolong baik karena
pemeriksaan rutin dilakukan oleh dokter hewan dan keeper.
Fasilitas medis
Fasilitas yang disediakan oleh pengelola adalah klinik dokter hewan, Satu
orang dokter hewan,obat-obatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit pada
rusa (vitamin dan mineral), obat diletakkan didalam lemari kaca dengan kondisi
ruangan bersih, dan tidak ber AC. Tetapi kekurangannya adalah Lokasi penyedia
obat bagi satwa cukup jauh dari TSC, hal ini menyebabkan obat-obatan yang
dibutuhkan tidak dapat langsung tersedia.
Tindakan medis
Satwa yang sakit ditangani oleh dokter hewan dan keeper. Rusa Timor
dengan penyakit yang serius akan dipisahkan untuk meminimalkan interaksi
18

dengan individu lainnya. Penanggulangan penyakit hanya dilakukan dengan


memberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Vitamin yang
diberikan pada Rusa Timor dicampurkan kedalam pakan tambahan. Intensitas
pemberian vitamin pada Rusa Timor di TSC akan ditingkatkan pada musim hujan.
Obat yang diberikan pada Rusa Timor disesuaikan dengan jenis penyakit yang
diderita, namun masih terbatas pada jumlah dan hanya pada jenis penyakit tertentu
saja.
Pengobatan juga dilakukan dengan memberikan bahan alami dari tumbuh-
tumbuhan. Beberapa keeper di TSC memiliki pengalaman dalam menangani
satwa, salah satunya penggunaan beberapa jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai
obat alami bagi satwa seperti asam jawa untuk gangguan pencernaan, daun bambu
untuk cacingan, dan air beras untuk melancarkan asi.
Pemantauan kesehatan rusa di TSC dilakukan melalui pemeriksaan rutin.
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan mengamati tingkah laku, nafsu makan, dan
kenampakan fisik luar Rusa Timor setiap hari. Bila terjadi perubahan yang
signifikan pada tingkah laku, nafsu makan, serta terdapat luka pada bagian luar
tubuh Rusa Timor, maka keeper akan memberi tahu dokter hewan untuk
mendapat penanganan lebih lanjut.
Dokter hewan melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan peralatan dan
obat-obatan yang tersedia di klinik. Pencatatan pemeriksaan dan pengobatan pada
satwa yang ada di TSC hanya dilakukan bila satwa mengalami penyakit yang
serius. Namun terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan seperti kandang jepit,
kandang karantina, vaksinasi yang belum menyuluruh dilakukan pada semua
satwa, belum diketahuinya standar gizi yang tepat, serta pelatihan penanganan
kepada perawat satwa di TSC untuk meminimalkan stres pada satwa menjadi
beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk perbaikan aspek kesehatan.
Pengelolaan sanitasi
Pengelolaan sanitasi pada kandang masih kurang baik, hal ini menyebabkan
parasit seperti lalat menjadi salah satu aspek yang menyebabkan gangguan
kesehatan Rusa Timor di TSC. Selain itu, kematian anakan Rusa Timor pada awal
tahun 2014 juga pernah terjadi di TSC, hal ini disebabkan karena anakan Rusa
19

Timor lahir pada musim hujan yang menyebabkan keadaan lingkungan kurang
mampu mendukung perkembangannya.

Analisis Perbandingan Manajemen Pakan dan Kesehatan Rusa Timor


(Cervus timorensis, de Blainville 1822) Dari Beberapa Studi Kasus
Pengelolaan Secara Eksitu

Sarana Prasarana Pendukung Pengadaan Pakan Pada Habitat Eksitu


Areal pengembangan pakan
Menurut litbang kehutanan areal pengembangan pakan harus ada pada setiap
penangkaran rusa demi mendukung tersedianya pasokan pakan hijauan secara
kontinuitas. Pada penangkaran Rusa Timor di Ranca Upas yang menerapkan
sistem penangkaran secara penggembalaan, areal pegembangan pakan menyatu
dengan kandang, tetapi dalam pengelolaannya vegetasi dalam kandang tidak
terlalu diperhatikan sehingga produksi hijauan kurang mendukung terhadap pakan
untuk Rusa Timor yang ada. Pada Taman Satwa Cikembulan tidak ada bahasan
mengenai areal pengembangan pakan hijauan, karena TSC ini sumber pakannya
merupakan pasokan dari masyarakat.
Tempat Makan
Menurut litbang kehutanan pada suatu habitat eksitu Rusa Timor harus
terdapat tempat makan yang ditinggikan dari atas permukaan tanah hal ini
bertujuan supaya pakan yang diberikan tidak terinjak-injak dan bercampur dengan
feses. Pada penangkaran Rusa Timor di Ranca Upas tidak ada tempat pakan,
sehingga pakan yang diberikan kotor karena dilempar begitusaja langsung ke
tanah. Pada Pada Taman Satwa Cikembulan terdapat tempat makan dengan
ukuran (0,5x2)m dan (0,5x1)m dan pengelolaannya pun baik, sebelum pakan
disimpan, tempat makan dibersihkan terlebih dahulu.
Tempat Minum
Menurut litbang kehutanan dalam penangkaran Rusa Timor harus terdapat
tempat minum dan atau kolam tempat berkubang. Pada penangkaran Rusa Timor
di Ranca Upas terdapat sumber air berupa parit di sepanjang pinggiran pagar
pembatas. Pada Taman Satwa Cikembulan terdapat kolam berukuran (3x2)m
20

(6x8)m tetapi pengisian air pada kolam ini berasal dari air sungai sehingga
kualitas air yang ada buruk terlebih ketika musim hujan air sangat keruh.
Jalan Kontrol
Menurut litbang kehutanan dalam kandang penangkaran harus terdapat
jalur kontrol untuk pengontrolan dan pemberian pakan dengan lebar jalan 1,5 –
2,0 m dan sebaiknya terletak di sepanjang pinggiran kandang atau pagar. Pada
penangkaran Rusa Timor di Ranca Upas tidak terdapat jalur kontol karena
kandang berupa hamparan padang rumput. Pada Taman Satwa Cikembulan tidak
ada kajian mengenai jalur kontrol.
Saluran Air
Menurut litbang kehutanan saluran air diperlukan untuk mengairi pakan
dan pemeliharaan kandang rusa. Saluran air perlu dibersihkan setiap hari agar
tidak tergenang. Pada penangkaran Rusa Timor di Ranca Upas tidak terdapat
saluran air tapi hanya berupa parit. Pada Taman Satwa Cikembulan saluran air ada
dan digunakan untuk membersihkan tempat makan dan kolam.
Gudang Penyimpanan
Menurut litbang kehutanan gudang penyimpanan difungsikan untuk
menyimpan persediaan makanan Rusa Timor sehingga ketersediaannya terjamin
dan menjamin juga kualitas dari pakan. Pada penangkaran Rusa Timor di Ranca
Upas terdapat gudang penyimpanaan tetapi tidak difungsikan secara optimal,
seharusnya pengelola lebih memperhatikan pengelolaan gudang persediaan pakan
meskipun hanya untuk ubi jalar saja. Pada Taman Satwa Cikembulan tidak ada
gudang karena pasokan pakan setiap pagi dikirimi dari masyarakat. Tetapi
seharunya pengelola TSC harus membuat gudang penyimpanan dan menstok
persediaan, untuk meminimalisir terjadinya kelangkaan pakan.

Teknik Pemberian Pakan


Teknik pemberian pakan menurut litbang kehutanan adalah dengan
memberikan pakan segar dan diberika 2-3 kali sehari dan disusaikan dengan berat
tubuh dari masing masing rusa, sehingga pemberian paka setiap waktunya sesuai
dengan kebutuan rusa, adapun pemberian pakan tambahan untuk setiap individu
rusa adalah 0,5-1kg pehari. Pada penangkaran Rusa Timor di Ranca Upas yang
21

menerapkan sistem gembala maka pakan yang disediakan oleh pengelola hanyalah
pakan tambahan berupa ubi. Pemberian ubi ini sebanyak 30kg untuk 19 ekor rusa
dan diberikannya dua hari sekali atau seminggu sekali. Jumlah pakan tambahan
yang diberikan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan rusa yang ada terlebih
pemberian pakan tambahan yang tidak teratur. Pakan rusa pada Taman Satwa
Cikembulan berupa hijauan dan pakan tambahan. Hijauan diberikan dua kali
sehari dan tambahan satu kali sehari.

Pakan Tambahan
Menurut Litbang Kehutanan pakan tambahan berkualitas diperlukan oleh
rusa, terutama jika hasil dari padang penggembalaan yang kurang baik. Bahan
tambahan bisa berupa biji-bijian, legume, dan hijauan. Minimal pakan tambahan
yang diberikan untuk rusa adalah 3 kali dalam satu minggu. Pada penangkaran
Rusa Timor di Ranca Upas pakan tambahan berupa ubi dan pemberiannya pun
tidak teratur sehingga pengelola perlu memperhatikan kembali pemberian pakan
tambahan supaya cukup untuk memenuhi kebutuhan rusa perhari. pada Taman
Satwa Cikembulan pakan tambahan berupa ampass tahu kedelai, ubi, wortel, kulit
kacang hijau, kulit papaya dan itu sangat mencukupi kebutuhan rusa.

Manajemen Kesehatan
Fasilitas Medis
Seharusnya dalam pembangunan suatu lembaga konservassi eksitu
diperlukan perencanaan salah satunya adalah fasilitas medis. Pada penangkaran
Rusa Timor di Ranca Upas tidak ada kajian mengenai fasilitas medis apa aja yang
disediakan, tetapi pada Taman Satwa Cikembulan fasilitas medis cukup lengkap
yang terdiri dari Klinik, dokter hewan dan obat-obatan.
Tindakan Medis
Menurut litbang kehutanan tindakan medis harus segera dilakukan bagi
satwa yang sakit dengan cara pemberian obat, anjuran medis, memenuhi standar
gizi,dan vaksinasi. Pada penangkaran Rusa Timor di Ranca Upas tindakan medis
hanya dilakukan pada satwa yang sudah tidak bisa bergerak, dan tidak adanya
pemriksaan rutin, pengelolaan kesehatan di penangkaran di Ranca Upas memang
22

tidak begitu baik. Taman Satwa Cikembulan memberikan tindakan medis yang
baik yang dilakukan oleh dokter hewan dan adanya sistem pemisahan bagi satwa
yang sakit supaya tidak menularkan penyakitnya.
Pengelolaan Sanitasi
Sanitasi lingkungan kandang harus dijaga karena kana memepengaruhi
kualitas kandang dan kesehatan rusa timor. Pada penangkaran Rusa Timor di
Ranca Upas tidak ada pengelolaan tentang sanitasi. Pada Taman Satwa
Cikembulan juga sanitasi masih kurang diperhatikan karena massih banyak infeksi
lalat di kandang. Sehingga pengelolaan sanitasi pada semua penangkaran harus
diperhatikan untuk mendukung keberlangsungan penangkaran.
23

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kesehatan dan pakan merupakan penentu utama keberlangsungan hidup
Rusa Timor di penangkaran. Diperlukannya pengetahuan tentang manajemen
pakan dan kesehatan agar keberlangsungan hidup dan kelestarian Rusa Timor
tetap terjaga. Manajemen pakan dan kesehatan terhadap Rusa Timor sudah banyak
dikajian dan melahirkan ilmu dan teori mengenai manajemen pakan dan kesehatan
yang baik, tetapi pada kenyataannya implementasi pengelolaan yang baik susah
dilakukan karena sering berkaitan sengan dana yang dimiliki oleh masing-masing
lembaga konservassi eksitu. Pada kasus ini terdapat tiga lembaga yang bergerak di
bidang konservasi eksitu yaitu litbang kehutanan, penangkaran Ranca Upas, dan
Taman Satwa Cikembulan. Litbang kehutanan dalam kajian sekarang ini sebagai
landasan dalam pengelolaan penangkaran rusa, tatapi meskipun demikian masih
banyak kekurangan dalam teknik penangkaran yang dikeluarkan oleh litbang
kehutanan.
Dari dua penangkaran yang dikaji yaitu penangkaran Ranca Upas, dan
Taman Satwa Cikembulan, pengelolaan terbaik yaitu Taman Satwa Cikembulan
hal ini karena manajemen pakan dan kesehatan di Taman Satwa Cikembulan
sangat baik, hampir semua aspek yang dikaji terpenuhi meskipun masih ada
kekurangan. Pada penangkaran Ranca Upas masih banyak kekurangan dalam
pengelolaan penangkaran hal ini karena masalah biaya yang dimiliki pengelola
sehigga manajemen penangkaran terbegkalai.
Manajemen pakan yang baik terdiri dari tersedianya sarana prasarana
pengelolaan pakan dipenangkaran yaitu areal pengembangan pakan, tempat
makan, tempat minum, jalan kontrol, saluran air, gudang penyimpanan pakan.
Selian itu teknik pemberian pakan harus disesuaikan dengan palatabilitas dan
kebutuhan pakan perhari untuk rusa timor. Pakan tambahan juga harus menjadi
pertimbangan dalam pengelolaan penangkaran karena pakan tambahan menjadi
sumber protein, vitamin, minerak tambahan selaindari pakan hijauan yang akan
mendukung kesehatan dan keberhasilan reproduksi.
24

Manajemen kesehatan merupakan langkah untuk menentukan kualitas yang


akan dihasilkan dari suatu penangkaran, maka penangkaran harus memenuhi
kebutuhan kesehatan seperti fasilitas medis (dokter hewan, medis, obat-obatan,
alat medis dll), kemudian tindakan medis harus cepat tanggap, dan terakhir
pengelolaan sanitasi kandang yang harus baik karena akan mengurangi bakteri
dan penyakit yang ada di kandang.

Saran
Seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih kepada lembaga
konservasi eksitu sehingga pengelolaan dan operasional dapat terpantau dan
terjamin. Kemudian untuk penangkaran yang masih belum memenuhi aspek
kesejahteraan dalam hal makan dan kesehatan harus berusaha lebih keras untuk
mewujudkan pengelolaan eksitu yang lebih baik.
25

DAFTAR PUSTAKA

Dradjat, A. S. 2000. Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan, Embrio Transfer


dan In Vitro Fertilisasi pada Rusa di Indonesia: Suatu Cara Untuk
Mencegah Hewan Langka dari Kepunahan. Laporan Riset Unggulan
Terpadu V Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan. Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional. Jakarta.
Febriyanto. 2002. Pengelolaan penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis, de
blainville 1822) di Ranca Upas KPH Bandung Selatan, PT Perhutani
Unit III Jawa Barat. [skripsi] Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Garsetiasih, R. 1997. Potensi Satwa Mangsa Komodo di Pulau Rinca TN.
Komodo. Data Pribadi.
Garsetiasih, R. 2000. Bioekologi Rusa Timor dan Peluang Pengembangan
Budidayanya. Buletin Kehutanan dan Perkebunan 1 (1) : 21-32.
Hedges, S., J.W. Duckworth, R.J. Timmins, G. Semiadi, and A. Priyono. 2008.
Rusa Timorensis. In IUCN 2008. 2008 IUCN Red List of Threatened
Species. http://www.iucnredlist.org/. [10 Maret 2015].
Hoogerwerf A. 1970. Ujungkulon. The land of Javan rhinoceros. EJ Brill-Leiden.
Maharani, D. 2011. Prospek Pengembangan Rusa Pada Hutan Rakyat Dengan
Pola Silvopastura. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan
Hidup 2011. Balai penelitian kehutanan. Ciamis
Mindawati, N., A. Widiarti dan B. Rustaman. 2006. Review Hasil Penelitian
Hutan Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.
Bogor.
Mukhtar, A.S. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis) dalam
Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Perum perhutani. 1997. Pedoman pelaksanaan usaha penangkaran rusa. jakarta
Puspitasari A. 2014. Pengelolaan Kesejahteraan Satwa, Persepsi Dan Perilaku
Pengunjung Terhadap Rusa Timor di Taman Satwa Cikembulan
Garut.[skripsi] Fakultas Kehutan, IPB.Bogor
26

Ramirez, R.G. 1999. Feed resources and feeding techniquesof small ruminants
under extensive management condition. Small Ruminant Research
34:215-230.
Schroder, T. 1976. Deer in Indonesia. Nature Conservation Department
Agricultural University. Wageningen.
Semiadi G. 2006. Biologi Rusa Tropis. Bogor : Puslit Biologi LIPI
Semiadi, G. 2002. Potensi Industri Peternakan Rusa Tropik dan Non Tropik.
Prosiding Seminar Bioekologi dan Konservasi Ungulata. Pusat Studi
Ilmu Hayati, Lembaga Penelitian IPB.
Semiadi, G. dan R. T. Nugraha. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat
Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.
Setio, P., M. Takandjandji., S. Iskandar dan C. Sudaryo. 2010. Pengetahuan dan
Sutrisno, E. 1993. Population Ecology of the Javan Deer in Menipo Island, East
Nusa Tenggara, Indonesia. Program S2 University of The Philippines
Los Banos. Filiphina.
teknologi penangkaran rusa. Materi Sosialisasi Pengetahuan dan
Teknologi Penangkaran Rusa, di Jawa Barat dan Banten, Nopember
2010.
Takandjandji M. 2007. Teknik Penangkaran Rusa Timor. Pusat Pusat Litbang
Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian
Kehutanan. Bogor
Vos, D.A. Deer Farming: Guidline on Practical Aspect. Food and Agriculture
Organization of the United Nation. Rome
Wiyanto T. 2011. Habitat alami Rusa Timor (Cervus timorensis).
http://www.googlescholar.com. [21 Maret 2015].
27

Lampiran 1. Perbandingan lembaga eksitu Rusa Timor (Cervus timorensis, de blainville 1822)
Aspek Manajemen Litbang Kehutanan Penangkaran Ranca Upas Taman Satwa Cikembulan
(Landasan Penangkaran)

SARANA
PRASARANA
Areal Pengembangan Harus ada, untuk mendukung persediaan pakan Ada, habitat kurang mendukung kehidupan Tidak ada pemeliharaan areal hijauan
Pakan hijauan di sekitar lokasi kandang dengan rusa karena kurang pemeliharaan untuk pakan karena pakan dipasok oleh
Pengolahan area hijauan dengan pemupukan, pemeliharaan areal hijauan untuk pakan pihak lain.
pengolahan tanah, pendangiran, penyiraman.

Tempat Makan Diatas permukaan tanah, mudah dijangkau, Tidak ada tempat makan Ada permanen ukuran (0,5x2)m dan
dibuat lebih tinggi (0,5x1)m

Tempat Minum Tersedia tempat minum, berkubang berupa Ada berupa parit di pinggir pagar pembatas. Ada berupa kolam ukuran (3x2)m
kolam (6x8)m

Jalan Kontrol Mempermudah pemberian pakan Tidak ada kajian Tidak ada kajian

Saluran Air Untuk mengairi pakan, membersihkan kandang Tidak ada kajian Ada, digunakan juga untuk
membersihkan tempat makan dan
kolam
Gudang Penyimpanan Untuk menyimpan pakan Ada, ukuran 3x2 m, terdapat pakan tambahan Tidak ada, karena pakan dipasok setiap
ubi tetapi belum terkelola dengan baik. Perlu pagi
ditambah kulkas.
28

TEKNIK Pakan segar, 2-3 kali/hari Karena sistem gembala maka pemberian Pemberian pakan dua kalisehari berupa
PEMBERIAN pakan hijauan tidak oleh keeper, pemberian hijauan. Dan sekali berupa makanan
PAKAN ubi dengan dilempar ke tanah yang tambahan.
sebelumnya di cincang
PAKAN Pakan tambahan 3kali/minggu, pakan di potong- Pakan tambahan hanya ubi sebanyak 30kg Pakan tambahan sekali sehari berupa
TAMBAHAN potong untuk dua hari sekali/ seminggu sekali ampass tahum kedelai, ubi, wortel, kulit
kacang hijau, kulit pepaya
MANAJEMEN
KESEHATAN
Fasilitas Medis Harus adanya fasilitas kesehatan rusa yang Tidak ada kajian Klinik, dokter hewan,obat
memadai

Tindakan Medis Pemberian obat, anjuran medis, memenuhi Tidak ada pemeriksaan rutin, pemeriksaan Jika sakit diperiksa oleh dokter hewan
standar gizi,dan vaksinasi oleh dokter hanya untuk satwa yang sakit dan keepe, ada pemisahan untuk satwa
parah, jika sakit biasa oleh keeper yang sakit

Pengelolaan Sanitasi Sanitasi lingkungan kandang Tidak ada kajian Masih kurang baik, masih banyak
infeksi lalat

Anda mungkin juga menyukai