Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KUDA DI NTT

OLEH:
AGUSTAF UMBU HINA MBARDITA (1705030093)
ARNOLDUS TANDRI (1705030120)
RUBEN NDARA KAKA (1705030086)
FIMEL DIKI LANGGAJANJI (1805030087)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. latar belakang

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan
negara Timor Leste (yang sebelumnya bagian dari negara Republik Indonesia). Provinsi ini
memiliki kekhususan dan keunikan karena terdiri atas banyak pulau dengan
variasi geografisnya. Namun demikian, hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT,
sektor pertanian mendominasi dibandingkan dengan sektor lainnya (Basuno, 2004).
Kontribusi pendapatan sektor pertanian mampu mencapai 28% terhadap PDRB Provinsi
NTT dan serapan tenaga kerja di sektor ini mencapai 55% (BPS Provinsi NTT, 2019). Sub
sektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan
penting di dalam pembangunan Provinsi NTT. Salah satu misi dari pembangunan
Provinsi NTT adalah provinsi ternak. Ternak bagi masyarakat NTT berfungsi sebagai
tabungan, mahar perkawinan, sumbangan untuk adat, dan kegiatan religi. Oleh karena itu,
pengembangan peternakan menjadi salah satu sasaran pembangunan di NTT. Salah satu
komoditas ternak yang banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah sapi, kerbau, dan
kuda. Kriteria bagi ternak tersebut adalah dikategorikan sebagai ternak besar. Semua
jenis ternak besar dan kecil tersebut sebagai ternak yang paling dominan dipelihara oleh
masyarakat pertanian di NTT. Kuda-kuda dari provinsi ini telah dikenal di Indonesia. Jenis-
jenis kuda yang berkembang adalah Kuda Sandalwood (P. Sumba), Kuda Flores (P. Flores),
Kuda Timor (P. Timor namun keberadaannya hampir punah), dan Kuda Sabu (P. Sabu).
Kuda Sandelwood merupakan sumber daya genetik (SDG) rumpun kuda lokal
Indonesia yang dikembangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan
wilayah sebaran asli geografis berada di Pulau Sumba (Ditjennak, 2014). Kuda ini telah
lama berkembang di Pulau Sumba dan menjadi simbol kehidupan masyarakat Sumba baik
secara ekonomi, sosial dan budaya, sarana transportasi, sumber protein hewani, pertandingan
ketangkasan, dan simbol kebudayaan tertinggi masyarakat (Randu, 2018). Dengan
demikian, ternak kuda sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan dan budaya masyarakat NTT. Berdasarkan data BPS Provinsi NTT, perkembangan
populasi ternak besar, yaitu sapi, kerbau, dan kuda sebanyak 1.007.608 ekor; 162.658 ekor,
dan 112.589 ekor pada tahun 2017 (BPS NTT, 2018). Ternak sapi mendominasi populasi
ternak besar di NTT. Populasi ternak sapi tersebar merata dibandingkan dengan
ternak kerbau. Populasi ternak sapi terkonsentrasi di Kabupaten Sumba, Kupang, dan
Timor Tengah Selatan. Populasi ternak kuda juga tersebar merata di seluruh
kabupaten/kota di provinsi ini. Ternak kuda menempati urutan ke tiga terbanyak
populasinya di NTT. Populasi ternak kuda terbanyak terkonsentrasi di wilayah
Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah. Adapun ternak kerbau, walaupun tidak
tersebar merata di provinsi ini, namun populasi ternak kerbau menjadi terbanyak ke dua
di NTT. Konsentrasi wilayah pengembangan ternak kerbau didasarkan pada jumlah
populasinya berada di wilayah Kabupaten Sumba Timur dan Manggarai Barat. Permasalahan
yang sering dihadapi pada perencanaanpembangunan adalah sektor/komoditas mana yang
akan dijadikan unggulan di suatu wilayah. Hal inilah yang menjadi fokus dari perencanaan
wilayah.Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan ternak besar
yang menjadi unggulan di wilayah-wilayah di NTT yang dapat dijadikan sebagai wilayah
pengembangan ternak besar. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan analisis, yaitu
analisis Location Quotien, Shift Share, dan Tipologi Klasen. Dengan ketiga analisis tersebut
dapat dipetakan wilayah-wilayah mana yang menjadi unggulan bagi ternak besar di Provinsi
NTT. Analisis Location Quotient (LQ) adalah salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis (Sapriadi dan Hasbullah, 2015). Ekonomi
unggulan memiliki peranan penting

2. Rumusan Masalah

Bagaimana potensi NTT dalam mengembangkan ternak kuda?

3. Tujuan

Agar pembaca dapat mengetahui Bagaimana potensi NTT dalam mengembangkan ternak kuda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi wilayah Provinsi NTT yang memiliki iklim kering dan curah hujan yang sedikit dengan
savana (padang rumput) yang luas menyebabkan wilayah Provinsi NTT menjadi lokasi yang
cocok untuk budidaya ternak.

Karena itu, tidak mengherankan jika Provinsi NTT dikategorikan sebagai salah satu Provinsi
dengan lumbung ternak terbesar di Indonesia. Di antara berbagai jenis ternak, salah satu hewan
ternak yang dibudidayakan dan menjadi komoditas unggulan di Provinsi NTT adalah kuda

NTT merupakan salah satu daerah diindonesia dengan populasi kerbau terbanyak. Menurut data
dari badan pusat satatistik provinsi nusa tenggara timur, populasi ternak kerbau di NTT pada
tahun 2019 yaitu sebanyak 109.355 ekor dimana manempati posisi kedua untuk skala nasional.

NTT menempati peringkat ke 2 dalam hal produksi daging kuda, yaitu 487,45 ton/tahun. Dengan
dengan Sulawesi selatan di peringkat pertama yaitu sebanyak 1502,66 ton/tahun (BPS NTT
2019). Hal ini dikarenakan pada umumnya kuda hanya dijadikan sebagai mahar dalam
perkawinan masyarakat terutama masyarakat sumba.

NTT memiliki hamparan sabana yang cukup luas yakni sebesar 549.026,80 hektar (BPS NTT
2018). Dimana yang terluas berada di kabupaten sumba timur, yaitu sebesar 221.371 hektar.
Dengan demikian NTT memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan usaha ternak
kuda guna mencukupi kebutuhan pangan hewani untuk skala nasional

Kuda

Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar di
kelasnya. Kuda berdiri pada satu kuku sehingga dimasukan dalam ordo perissodactyl . Dalam hal
kekerabatan kuda memiliki kesatuan nenek moyang dengan tapir dan badak. Kuda merupakan
satu dari hewana modern paling sukses dari genus Equus, haltersebut dikarenakan
kemampuannya dalam bertahan hidup dari seleksi alam dan kemampuannya dalam berevolusi
yang sangat baik (Anonim, 2011a).
Klasifikasi

Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar. Kudadomestikasi
( Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara manusia untuk digunakandan diambil
manfaatnya. Sedangkan kuda liar ( Equus ferus Caballus) adalah kuda yangmasih hidup di alam
liar (Kidd, 1985)Klasifikasi kuda domestikasi dan kuda liar secara ilmiah berdasarkan aturan
penamaan linaeus (1785) yaitu : kingdom Animalia, kelas Mamalia, ordo Perrissocdactyla,
family Equidae, genus Equus, spesies Equus caballus untuk kuda domestic dan Equus
ferusCaballus untuk kuda liar.Pengelompokan kuda kemudian berkembang pesat berdasarkan
berbagai hal sepertikemampuan dalam beraktivitas yaitu cold Blood, Hot blood dan warm blood,
berdasarkanukuran tubuh seperti light horses, draught horses dan ponies (kacker, 1996), jenis
aktifitasseperti work horses dan sport horses, asal daerah seperti kuda arab, kuda eropa, kuda
asia,dan kuda amerika. Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan breed, yaitu kuda
yangdikawin silangkan dengan kuda jenis lain dan dihasilakn kuda jenis baru yang berkualitas
baik. Breed yang terkenal antara lain Arab, Throughbred, Anglo-arab dan Shire (Kidd 1985dan
Drummond 1988).Begitu banyak jenis kuda di dunia , kuda arab dapat dianggap sebagai cikal
bakal berbagai jenis kuda di dunia. Menurut keterangan marco polo saat berkunjung ke India
tahun1290. Para sultan di india telah menyebarluaskan kuda arab ke berbagai Negara lain di
asia.Salah satu caranya adalah melalui hadiah perkawinan. Melalui ekspansi tentara arab ke
berbagai penjuru Negara pada awal abad pertengahan, maka kuda arab menyebar ke berbagi
penjuru dunia. Kuda arab tersebut kemudian dikawin silangkan dengan kuda lokal di
daerahmasing-masing Negara. Sampai saat ini telah dikenal lima ekor kuda pejantan arab
yangterkemuka, masing-masing bernama the byerley Turk (1684), The Leeds Arabian (1965),
thedardley Arabian (1700), the alcock Arabian (1704), dan the godolphin arabian (1730).
Namadari kuda pejantan ini akan kita temukan pada silsilah keturunan kuda jenis
Throughbredyang tersebar di seluruh dunia (Soehardjono, 1990).

Jenis Pakan

Pakan kuda di bagi menjadi 2 kategori yaitu serat atau bahan kasar dan konsentrat(Goncalves
2002 et al. dan Kacker 1996 ). Sumber serat utama bagi kuda adalah rumput.Biasanya rumput di
berikan dalam bentuk kering (hay), sehingga kadar airnya rendah.Rumput kering yang biasa
diberikan pada kuda adalah Timothy, Brome dan rumput Orchade (Syefrizal, 2008). Serat
merupakan bagian penting dalam susunan pakan kuda karena kesehatan saluran cerna sangat di
pengaruhi oleh keberadaan serat dalam pakan. Serat mengandung bahan kasardan membantu
dalam proses transportasi dan pemecahan bahan konsentrat sehingga serat merupakan sumber
penting dalam nutrisi. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis sumber serat yang di gunakan
sebagai pakan kuda, antara lain rumput panicum muticum dan braccaria mutica (Soehardjono,
1990). Konsentrat adalah pakan yang mengandung unsur protein, karbohidrat, lemak danmineral
yang dapat di berikan dalam jumlah sedikit. Contoh konsentrat ynag di gunakansebagai pakan
kuda di Indonesia antara lain adalah, bungkil kedelai, kacang hijau, gabah dandedak. Pemberian
kedua jenis pakan ini haruslah seimbang dan sangat tergantung pada berbagai faktor, seperti usia
kuda, jenis pekerjaan dan berbagai kondisi lain. Jumlah pakandan waktu pakan kuda yang
berubah tiba-tiba, dapat menyebabkan perubahan motilitas usus pencernaan kuda dan perubahan
aliran darah. Hal tersebut sangat berbahaya bagi kuda karenadapat menyebabkan terjadinya kolik
(Hamer 1993 dan soehardjono 1990).

Kandungan gizi pakan ternak sangat sangat tergantung pada bahan hijauan yang diberikan.
Hijauan yang diberikan berupa rumput alam dan rumput lapangan, rumput tanam(rumput
unggul), hijauan kacang-kacangan (kaliandra, lamtoro, gamal, turi, dll), dan hijauanlimbah
pertanian (batang ubi jalar, jerami padi, jerami kacang-kacangan, dll). Kandungan protein
hijauan kacang-kacangan sebesar 21%, rumput lapangan dan rumput unggul sebesar10,20%
(Rukmana, 2005), sedangkan hijauan limbah pertanian (jerami padi) kandungan proteinnya
sebesar 3,6% (Komar, 1984)

Frekuensi Pemberian pakan

Seekor kuda di alam liar akan terus merumput sepanjang hari, hal tersebut
disebabkankemampuan mencerna kuda yang terbatas. Jumlah pakan yang terlalu banyak dalam
satu kali pemberian akan menyebabkan proses pencernaan pakan menjadi tidak efektif dan
efisien.Pakan yang tidak tercerna akan terbuang percuma melalui feses, sehingga pakan kuda
harusdiberikan dalam jumlah yang tepat dengan frekuensi yang sering. Jika memungkinkan,
pakankasar dan berserat seharusnya tersedia secara ad libitum dalam kandang kuda agar dapat
mengganti energinya yang hilang setelah melakukan berbagai aktifitasnya sepanjang hari.Jumlah
pakan yang sedikit dengan frekuensi yang sering akan membuat sistim pencernaan kuda bekerja
dengan baik. Frekuensi pemberian pakan kuda kompetisi setidaknya 4 sampai 5kali sehari
sedangkan untuk kuda biasa pemberian pakan minimal 2 kali sehari (Drummond1988 dan
McBane 1994).

Jumlah Pakan

Jumlah total pakan yang sebaiknya diberikan tiap hari pada kuda adalah 2,5 persendari total
berat tubuhnya (Hamer, 1993). Pemberian serat dan konsentrat haruslah seimbangsesuai dengan
aktivitasnya. Kuda merupakan hewan ternak yang merumput sehinggakebutuhan akan serat
wajib untuk dipenuhi untuk menjaga kesehatan saluran cernanya.Jumlah serat yang harus
didapatkan kuda tiap hari adalah adalah seberat 0.75 kg/hari untuktiap 50 kg berat badan
(Syefrizal, 2008). Sedangkan Hamer (1993) jumlah minimum seratyang harus didapat seekor
kuda per hari adalah 1 persen dari total berat tubuhnya.Jumlah pemberian konsentrat dalam satu
waktu pemberian pakan, jumlahnya tidak boleh melebihi 0.5 persen dari total berat tubuh kuda.
Alasannya adalah bahwa konsentratyang terdiri dari gula dan zat tepung akan dicerna dan
diserap di dalam usus halus, sehingga jika jumlahnya berlebih maka zat-zat tersebut akan
menumpuk di sekum dan akanmenyebabkan kuda mengalami kolik (Syefrizal, 2008)
BAB III

PEMBAHASAN

Kuda ( Equus caballus atau Equus jerus Caballus) telah dikenal banyak orang sebagaihewan
yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai hewan piaraan, hewanolah raga
ataupun sebagai sarana transportasi. Hal ini disebabkan karena kuda adalah hewanyang mudah
diatur, dikendalikan, dan ramah terhadap mahluk sekitarnya termasuk manusia(Wikipedia,
2012)Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa jenis ternakyang
mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi.
Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak
digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kudasebagai sumber
pangan. Angka pemotongan kuda sebagai sumber daging di Indonesia cukuptinggi. Penurunan
populasi kuda ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di Amerika Serikatsampai tahun 1960
juga mengalami penurunan populasi kuda, karena terjadi mekanisasidalam bidang transportasi
dan pertanian. Kemudian populasi kuda mengalami kenaikansetelah terjadi peningkatan kegiatan
olahraga dan rekreasi menggunakan kuda (Cunha, 1991).Peranan kuda di masyarakat antara lain
sebagai sumber pangan, alat transportasi, olahraga atau rekrasi, untuk pertanian, dan untuk
perang. Dua dari tiga peranan utama kuda masih sangat jelas di masyarakat NTT. Hal ini
ditunjukkan oleh dibukanya lomba pacuan kuda setiap tahun . Di beberapa kecamatan yang
berada wilayah NTT, kuda masih merupakan alat transportasi yang cukup penting. Menurut
Badan Pusat Statistik(BPS, 2015) Populasi ternak kuda di NTT yaitu sebanyak 322.923 ekor, dan
mengalami kenaikan dari tahun 2013. Namun, pada tahun 2019 populasi kuda di NTT menurun
sangat banyak yang semula 322.923 ekor, menjadi 109.355 ekor. Tidak ditemukan tulisan atau
penelitian yang membahas hal tersebut. Namun, dari hasil pengamatan di lapangan, kematian
akibat kekurangan pakan saat musim kemarau dan penyakit bisa menjadi salah satu factor
penyebab turunnya populasi kuda di NTT. Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora
nonruminansia grup colon fermentor . Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan
fermentasi. Pakan yang tahandari penghancuran diusus kecil, terutama serat, masuk ke usus
besar untuk difermentasi olehmikroba. Prosesnya hampir sama seperti di rumen pada ternak
ruminansia (Cheeke, 1999).Kuda sebagai ternak herbivora, merupakan ternak yang
mengkonsumsi hijauan. Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda (Gibbs dan
Davidson, 1992). Performan yang dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas hijauan,
dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan menghasilkan performan kuda yang bagus
pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai
sumber protein,vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang
bagus perluadanya evaluasi dan penentuan kualitas hijauan pakan kuda (Guay et al.,2002).
Sedangkan di Indonesia, informasi tentang jenis, nilai nutrisi dan penggunaan hijauan sebagai
pakan kuda sangat terbatas. Bahkan Parakkasi (1988) menyatakan bahwa diIndonesia dan daerah
tropis lainnya belum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang
menonjol kualitasnya, terutama untuk pakan kuda. Hal ini bisa disebabkan masih kurangnya
eksplorasi dan identifikasi sumberdaya genetik (Plasma Nutfah) hijauanyang ada. Padahal untuk
mengembangkan peternakan yang mempunyai dayasaing diperlukan pemanfaatan sumberdaya
lokal yang mempunyai nilai lebih. Salah satunya adalah pemanfaatan hijauan yang mempunyai
kualitas nutrisi yang baik dan telah beradaptasidengan kondisi iklim setempat. Menurut
Chambliss dan Jhonson (2002) yang penting dalam pengembangan hijauan pakan kuda perlu
mempertimbangkan adaptasi tanaman terhadap kondisi tanah dan iklim. Informasi tentang jenis
hijauan lokal Indonesia dan kandungannutrisinya yang potensial untuk dikembangkan sebagai
pakan kuda hampir belum ada. Hal iniyang mendorong dilakukan penelitian ini, sebagai suatu
usaha penambahan ilmu pengetahuandalam pengembangan peternakan yang berbasis pada
sumberdaya lokal
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

NTT memiliki potensi yang besar salam pengembangan ternak kuda. Namun, ada beberapa hal
yang harur diperhatikan, seperti manajemen pakan, manajemen penyakit.

Saran

Saran saya untuk pemerintah dan Lembaga terkait dalam bidang peternakan untuk lebih
memperhatikan kondisi peternakan di NTT dan memberi solusi untuk masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kelas Kuda http://duniakuda.blogspot.com. (29 november 2011)

Anonim, 2011a. Horse. http://en.wikipedia.org/wiki/Horse (01Desember 2011)

Anonim. 2011b. Dari Kota Delman, Bemo dan Kota Angkot.


http://www.bogornews.com(02desember 2011)

Anonim.2011c. Nutrients and Common Feed Sources for


Horse.http://www.extension.org/pages/Nutriens_and_common_feed sources_for_horse.
(01desember 2011)

Anonim, 2011d. Feeding Management for Horse Owner


.http://www.ag.ndsu.edu/pubs/ansci/horse/as953w.htm (01desember 2011)

BPS NTT. 2019, populasi ternak kuda di NTT

BPS NTT 2015, populasi ternak kuda di NTT

Chambliss, C. G. and E. L. Jhonson. 2002. Pastures and Forages Crops for Horses. In:

C.G.Chambliss (Ed.). Florida Forage Handbook. Institute of Food and Agricultural


Sciences,University of Florida.

Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. Second edition. PrenticeHall
Inc. Upper Saddle River, New Jersey.

Cunha, T. J., 1991. Feeding and Nutrition Horse. 2nd Edition. Academic Press Inc. SanDiego.
California.Gibbs, P. G. and K. E.

Ditjennak. 2014. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


426/Kpts/SR.120/3/2014 Tentang Penetapan Rumpun Kuda Sandel.
http://bibit.ditjennak.pertanian.go. id/sites/default/files/Kuda%20Sandel.pdf. Diakses tanggal 22
Juli 2019.

Guay, K. A., H. A. Brady, V. G. Allen, K. R. Pond, D. B Wester, L. A. Janecka and N.


L.Heningger. 2002. Matua Bromegrass Hay for Mares In Gestation and Lactation. J. Anim.Sci.
80: 2960 – 2966

Hamer. D. 1993. Understanding Fitnes and Training. Ward Lock. London

Hamer. D. 1993. Care of the Stable Horse. B.T. Batsford Ltd. LondonKacker, R, Panwar B.
1996. Textbook of Equine Husbandry. Vikas publishing House.

NewDelhiKidd, J. 1985. International Encyclopedia of Horse Breed. HPBooks Inc. London

Komar, A. 1984. Teknologi pengolahan Pengolahan Jerami sebagai bahan Makanan


Ternak.Bandung: Dian Grahita

McBane. S. 1994. Modern Stable Management . Ward Lock. LondonParakkasi, A. 1988. Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik Vol IB. UI Press.

Ilham, N. 2001. Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi di Indonesia.


Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor: 385-403.

Randu, M. D. S. dan B. Hartono. 2018. Keragaan Pengembangan Kuda Sandelwood di


Wilayah Pasola Kabupaten Sumba Barat Daya. Jurnal Sains Peternakan 16(2): 54-62.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius:


Yogyakarta.Soeharjono. O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equistian Centre. JakartaSyefrizal.
2008. Perawatan Kuda http://duniakuda.blogspot.com

Sapriadi dan Hasbullah. 2015. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian


Kabupaten Bulukumba. Jurnal Iqtisaduna 1(1): 71-86.

Anda mungkin juga menyukai