Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK

PEMBUATAN ABON

OLEH:

Agustaf Umbu Hina Mbaradita

Gaudensia Mbela

Florensia Aida Kadiwano

Karolina A Dedok

Libertus Frangkolino

Elisa Herminingsi More


FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. latar belakang

Tingginya tingkat konsumsi produk olahan peternakan merupakan suatu peluangusaha tersendiri
untuk dikembangkan. Bergesernya pola konsumsi masyarakat dalammengkonsumsi produk
olahan peternakan, terutama daging, dari mengkonsumsi dagingsegar menjadi produk olahan
siap santap mendorong untuk dikembangkannyateknologi dalam hal pengolahan daging. Banyak
cara yang dikembangkan untukmeningkatkan nilai guna dan daya simpan dari dari daging segar
seperti diolah menjadisosis, dendeng dan abon.Pengolahan makanan adalah kumpulan metode
dan teknik yang digunakanuntuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah
makanan menjadibentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh
industripengolahan makanan. (Wikipedia, 2013) karena tidak semua makanan di konsumsidalam
bentuk segar. Sebagian besar makanan di konsumsi setelah terlebih dahuludiolah menjadi
berbagai makanan siap saji/setengah siap saji dalam berbagai jenis.Tujuan Pengolahan bahan
pangan adalah untuk meningkatkan kualitas danmemperpajang masa simpan bahan pangan.
Pengolahan bahan pangan identik denganproses pengawetan. Baik pengawetan secara kimia,
fisik ataupun mikrobiologi. Salahsatu cara pengolahan tersebut adalah pengolahan buah dengan
penambahan gula Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir atau
telahdipisahkan seratnya, kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging sapi dan daging
kerbau adalah daging yang umum digunakan dalam pembuatan abon. Menurut Sumarsono et al.,
2008, penggunaan kantong plastik yang ditutup rapat untuk mengemas abon dapat
mempertahankan kualitas selama penyimpanan sehingga abondapat disimpan beberapa bulan
dalam suhu kamar. Umur simpan abon sapi dapatmencapai lebih dari 60 hari dan memiliki rasa
yang khas sehingga disukai konsumen(Perdana, 2009).Daging sapi merupakan bahan makanan
yang tidak bisa dikonsumsi secaralangsung tetapi harus melalui proses pengolahan terlebih
dahulu. Pangan inimengandung protein yang tinggi sehingga sangat cepat mengalami kebusukan
dantidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Agar dapat disimpan dalam waktuyang
panjang maka daging sapi harus melalui proses pengolahan dengan kandunganair yang sedikit
sehingga akan memperpanjang waktu simpan.

2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui tujuan dari pengolahan pangan itu sendiri

2. Mengetahui metode penggorengan

3. Mengetahui proses pembuatan abon sapi

4. Mengetahui fungsi dari rempah-rempah campuran abon


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Abon

Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir atau telahdipisahkan seratnya,
kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging sapi dan dagingkerbau adalah daging yang
umum digunakan dalam pembuatan abon. MenurutSumarsono et al., 2008, penggunaan kantong
plastik yang ditutup rapat untukmengemas abon dapat mempertahankan kualitas selama
penyimpanan sehingga abondapat disimpan beberapa bulan dalam suhu kamar. Umur simpan
abon sapi dapatmencapai lebih dari 60 hari dan memiliki rasa yang khas sehingga disukai
konsumen (Perdana, 2009). Proses pembuatan abon melalui proses penggorengan. Selama
prosespenggorengan terjadi perubahan-perubahan fisikokimiawi baik pada bahan pangan yang
digoreng maupun minyak gorengnya. Suhu penggorengan yang lebih tinggi daripada suhu
normal (168-1960 C) maka akan menyebabkan degradasi minyak gorengyang berlangsung
dengan cepat (antara lain penurunan titik asap). Prosespenggorengan pada suhu tinggi dapat
mempercepat proses oksidasi. Lemak padadaging dan pada abon sapi dapat menyebabkan
terjadinya oksidasi. Hasil pemecahanikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh adalah asam
lemak bebas yang merupakansumber bau tengik. Adanya antioksidan dalam lemak seperti
vitamin E (tokoferol) dapatmengurangi kecepatan proses oksidasi lemak, tetapi dengan adanya
prooksidan sepertilogam-logam berat (tembaga, besi, kobalt dan mangan) serta logam porfirin
sepertipada mioglobin, klorofil, dan enzim lipoksidasi lemak akan dipercepat (Nazieb,
2009).Untuk meningkatkan mutu organoleptik dan cita rasa dalam pengolahan abonditambahkan
dengan rempah-rempah. Penambahan ini juga berfungsi sebagaipengawet alami. Beberapa
rempah yang sering digunakan dalam pembuatan abonyakni bawang merah dan bawang putih,
garam, gula merah, ketumbar serta lengkuas.

2. Penggorengan

Penggorengan adalah salah satu cara pengolahan pangan yang mudah sertabanyak diminati.
Penggorengan dengan minyak atau lemak banyak dipilih sebagai carapengolahan karena mampu
meningkatkan citarasa dan tekstur bahan pangan yangspesifik, sehingga bahan pangan menjadi
kenyal dan renyah (Winarno 1999). MenurutSupriyanto et al. (2006), penggorengan merupakan
fenomena transpor yang terjadisecara simultan, yaitu transfer panas, transfer massa air, dan
transfer (serapan) massa minyak. Saat proses penggorengan dilakukan, terjadi transfer panas dari
minyakkebahan pangan, penguapan massa air, dan penyerapan minyak oleh bahan pangan.Suhu
penggorengan yang dianjurkan adalah 177-201oC, atau tergantung jenis bahanyang digoreng
(Winarno 1999).Salah satu proses pengolahan pangan yang banyak digunakan di industripangan
adalah proses penggorengan. Penggorengan adalah suatu proses pemanasanbahan pangan
menggunakan medium minyak goreng sebagai pengantar panas(Muchtadi, 2008). Secara umum
tujuan dari proses penggorengan adalah untukmelakukan pemanasan pada bahan pangan,
pemasakan, dan pengeringan pada bahanyang digoreng. Menggoreng dengan minyak atau lemak
mampu meningkatkan cita rasadan tekstur makanan yang spesifik sehingga makanan menjadi
kenyal dan renyah, jumlah kalori makanan meningkat setelah digoreng. Jenis makanan yang
digoreng tidakmudah dicerna karena adanya lemak yang terserap dalam makanan (Winarno,
1999).Muchtadi (2008) menyatakan bahwa berdasarkan metode pindah panas yang terjadiselama
penggorengan, terdapat dua metode penggorengan yang telah ditetapkansecara komersial yaitu
shallow / pan frying atau penggorengan dangkal dan deep-fatfrying

3. Bahan Yang Digunakan

Bahan pembuatan abon terdiri atas bahan baku dan bahan tambahan. Bahan baku merupakan
bahan pokok untuk abon. Bahan tambahan atau bahan penolong berfungsi menambah cita rasa
produk, mengawetkan, dan memperbaiki penampakan produk (Fachruddin, 1997).

a. Daging

Daging merupakan bahan baku utama dalam pembuatan abon. Daging sendiri didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut
yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya (Soeparno, 1992).

Daging sapi (beef) adalah jaringan otot yang diperoleh dari hewan sapi. Daging sapi memiliki
warna merah terang, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik daging elastis, sedikit kaku dan
tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma,
daging sapi sangat khas (gurih) (Usmiati, 2010).
Daging sapi sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biological value) yang
tinggi,yakni mengandung 19% protein, 5% lemak, 70% air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5 %
mineral dan bahan-bahan lainnya (Ramadhani, 2010).

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang relatif murah dan memiliki peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. daging ayam memiliki kualitas organoleptik (rasa dan
tekstur) yang baik, ketersediaan produk semakin beraneka ragam dan semakin mudah dimasak
(convenience food), serta memiliki peran sebagai penyedia protein hewani nasional yang relatif
murah dibandingkan dengan komoditas-komoditas peternakan lainnya.

Daging ayam memiliki komposisi kima yang cukup baik. dalam 100 gram daging ayam,
terkandung kalori 30,20 gr, Protein 18,20 gr, Lemak 25,00 gr, Kalsium 14,00 mg, Fosfor 200,00
mg, Besi 1,50 mg, Vitamin B1 0,08 mg, Air 55,90 gr dan Bdd 58,00 %.(Departemen
Kesehatan RI, 1996).

b. Santan Kelapa

Santan merupakan emulsi lemak dalam air berwarna putih yang diperoleh dari daging kelapa
segar. Kepekatan santan yang diperoleh tergantung pada ketuaan kelapa dan jumlah air yang
ditambahkan (Fachrudin, 1997). Penambahan santan dapat menambah cita rasa dan nilai gizi
produk yang dihasilkan. Santan memberikan rasa gurih karena kandungan lemaknya cukup
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, abon yang dimasak dengan santan kelapam lebih disukai
konsumen daripada abon yang diolah tanpa penambahan santan. Walaupun penggunaan santan
dalam pembuatan abon bukan merupakan keharusan, namun sebaiknya digunakan untuk
menambah cita rasa abon yang dihasilkan (Fachrudin, 1997).

c. Gula

Fungsi gula dalam pembuatan abon adalah sebagai penambah cita rasa sertasalah satu komponen
pembentuk warna coklat yang diinginkan pada hasil akhir produkabon sapi (Sianturi, 2000).
Kandungan gula yang tinggi dapat berperan sebagaipenghambat proses oksidasi dan ketengikan,
salain itu penambahan gula kedalambahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi akan
menurunkan kadar air yang Tersedia untuk pertumbuhan miroorganosme dan aktivitas air (aw)
dari bahan pangan (Winarno,1994).
d. Garam

Fungsi garam dalam produk olahan daging adalah sebagai cita rasa,penghambat pertumbuhan
mikroorganisme, menigkatkan daya mengikat air selamaproses pemasakan, dan dapat
mengurangi denaturasi mioglobin pada penambahan 2g/100 g daging. Garam berfungsi untuk
meningkatkan daya simpan, karena dapatmenghambat pertumbuhan organisme pembusuk.
Penambahan garam pada produkkering sebaiknya tidak kurang dari 2%, karena konsentrasi
garam yang kurang dari1,8% akan menyebabkan rendahnya protein yang terlarut (Usmiati dan
Priyanti, 2008).Poulanne

e. Minyak Goreng

Fungsi minyak goreng dalam pembuatan abon adalah sebagai penghantar panas, menambah rasa
gurih, dan menambah nilai gizi, khususnya kalori dari bahan pangan. Minyak goreng yang
digunakan dapat pula menjadi faktor yang mempengaruhi umur simpan abon (Fachrudin, 1997).
Minyak yang digunakan dalam pembuatan abon harus berkualitas baik, belum tengik, dan
memiliki titik asap yang tinggi. Titik asap adalah suhu pemanasan minyak sampai terbentuk
akroelin yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Minyak baru memiliki titik asap
yang tinggi, sedangkan minyak yang telah pernah digunakan (minyak bekas) titik asapnya akan
turun. Minyak goreng yang telah tengik atau minyak goreng yang belum dimurnikan (minyak
kelentik) tidak baik untuk menggoreng abon (Fachrudin, 1997).

c. Rempah-rempah

Rempah-rempah (bumbu) yang ditambahkan pada pembuatan abon bertujuan memberi aroma
dan rasa yang dapat membangkitkan selera makan. Rempah-rempah dapat berupa umbi (tuber),
akar (Rhizome), batang atau kulit batang, daun, dan buah. Jenis rempah-rempah yang digunakan
dalam pembuatan abon adalah :

- Bawang

Bawang berfungsi sebagai pemberi aroma dan rasa pada makanan. Senyawayang menimbulkan
aroma pada bawang adalah senyawa sulfur yang akanmenimbulkan bau jika sel bawang merah
mengalami kerusakan (Purnomo, 1997).Selain pemberi aroma bawang merah juga berfungsi
sebagai pengawet alami karenamengandung efek anti bakteri dari senyawa alliin atau alisin yang
akan diubah menjadiasam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisidia

- Ketumbar

Ketumbar (Coriandrum sativum linn) banyak digunakan untuk bumbu masak,dalam penggunaan
ketumbar dilakukan penggerusan terlebih dahulu. Ketumbar dapatmenimbulkan bau sedap dan
rasa gurih, komponen lain dari ketumbar adalah 26%lemak, 17% protein, 10% pati, dan 20%
gula (Purnomo, 1997). Dalam penggunaanketumbar harus mengalami penggerusan terlebih
dahulu.

- Lengkuas

Lengkuas mengandung minyak atsiri , senyawa flavonoid, fenol dan trepenoid.Rimpang


lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim santinoksidase sehingga bersifat
antitumor. Minyak atsiri rimpang lengkuas yangmengandung senyawa flavonoid, berfungsi
sebagai antioksidan pada prosespembuatan makanan kering. Minyak atsiri pada rimpang
lengkuas dengan konsentrasi100 ppm dan 1000 ppm aktif menghambat pertumbuhan bakteri E.
coli dengandiameter hambatan sebesar 7 mm dan 9 mm, sedangkan terhadap bakteri S. aureus
hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 1000 sebesar 7mm. Ciri-ciri
abon yang baik : (Anonim, 2012)

- Serai

Serai adalah jenis tanaman sejenis rerumputan yang biasa digunakan untuk bumbu masakan.
Serai juga dikenal dengan nama lemon grass. Serai tidak memiliki rasa yang khas, namun
mempunyai aroma harum yang mampu menyedapkan masakan. Memang pada umumnya serai
mempunyai aroma yang harum ketika dimemarkan. Serai berbentuk memanjang seperti rumput
dengan kulit yang cukup keras. Serai berwarna kehijauan atau kadang-kadang berwarna kuning
dengan daging serai berwarna putih.

- Cabe Merah

Cabe Merah adalah salahsatu bahan masakan yang paling sering digunakan dalam masakan
Indonesia. Tujuan utama dari pemberian cabe merah pada masakan adalah untuk memberikan
citarasa pedas dan memperbaiki kenampakan dari suatu masakan.
d. Air

Air adalah bahan yang terpenting dalam proses pembuatan abon, air juga merupakan komponen
penting dalam bahan makanan karena air mempengaruhi penampilan tekstur, cita rasa makanan
(Winarno, 2002). Air yang dipergunakan dalam proses pengolahan makanan, baik secara
langsung (ditambahkan dalam produk olahan) maupun tidak langsung (sebagai bahan pencuci,
perendaman, perebus), harus memenuhi syarat kualitas air minum (Suprapti, 2003).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat :

1. Kompor portable

2. Blender

3. Panci

4. Dandang

5. Wajan

6. Baskom

7. Piring

8. Pisau

9. Spatula

10. Telenan

11. Ulekan

12. Cobek

14.Sendok

16. Neraca

3.1.2 Bahan :

1. Daging ayam

2. Daging Sapi
3. Gula Merah

4. Santan

5. Garam

7. Minyak Goreng

8. serai

9. Bawang merah

10. Bawang putih

11. air

12. ketumbar

13. lengkuas

3.2 Metode Percobaan

Praktikum pembuatan abon daging diawali dengan penyiapan alat dan bahan yang
dibutuhkan, setelah semua alat dan bahan telah siap, diambil daging sapi atau ayam sebanyak
200 gram, kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran atau benda asing yang
menempel di daging.setelah dicuci, daging direbus didalam panci yang berisi air panas selama 15
menit, perebusan ini bertujuan untuk melunakkan daging, sehingga daging menjadi mudah
disuwir. Setelah direbus kemudian daging diambil dan ditiriskan, setelah dingin kemudian
daging disuwir-suwir. Proses selanjutnya adalah penyiapan bumbu-bumbu yang akan digunakan.
Disiapkan Bawang Merah, Bawang Putih, Gula Merah, Cabe Merah dan Garam, ketumbar,
lengkuas, kemudian dilakukan penghalusan dengan cara diulek diatas cobek. Disisi lain,
dilakukan pemanasan minyak goreng diatas wajan, setelah minyak gorengnya panas, dilakukan
penumisan bumbu yang telah dihaluskan tadi kedalam minyak tersebut. Setelah itu ditambahkan
serai untuk meningkatkan aromanya, selanjutnya daging yang telah disuir dicampurkan dengan
tumisan bumbu yang ada diwajan, berikutnya ditambahkan santan sedikit demi sedikit sambil
diaduk agar dagingnya tidak gosong. Setelah dirasa matang, daging yang telah menjadi abon
tersebut diangkat dan ditiriskan. Selanjutnya dilakukan pengepresan agar minyak goreng yang
terserap diabon dapat dikurangi atau dihilangkan. Setelah itu, abon yang telah jadi diletakkan
diatas piring dan disajikan ke panelis untuk dilakukan pengujian.
BAB IV

PEMBAHASAN

Abon merupakan salah satu jenis makanan berasal dari daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang
disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya, Kemudian ditambahkan
dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Menurut SNI 01-3707-1995 abon merupakan suatu
jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui,
digoreng dan dipres. Abon merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal masyarakat,
Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon merupakan produk nomor
empat terbanyak diproduksi karena memiliki karakteristik kering, renyah dan gurih. Pada
umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani
et al, 2007).

Metode pemasakan dan kualitas daging berpengaruh terhadap kualitas abon yang dihasilkan,
misalnya Lokasi otot dada pada ayam mempunyai kualitas lebih baik dibanding daging paha
(Soeparno, 2005). Cara dan lama perebusan juga dapat mempengaruhi kualitas abon yang
dihasilkan, perebusan daging bahan baku abon sebaiknya dilakukan selama 15 menit pada suhu
70-75 0C (Sutaryo dan Mulyani 2004).

Komposisi dan Penggunaan bumbu menjadi salahsatu aspek penting penentu kualitas abon.
Menurut Santriani (2014) bumbu yang digunakan dalam pembuatan abon dapat memberikan
aroma yang khas pada hasil akhirnya. Bawang merah memiliki bau dan citarasa yang khas yang
ditimbulkan oleh adanya senyawa yang mudah menguap dari jenis sulfur. Ketumbar dapat
memberikan aroma yang diinginkan dan menghilangkan bau amis. Kombinasi gula, garam dan
bumbu-bumbu menimbulkan bau yang khas pada produk akhir. Selain itu, Ramdhoni (2009)
menyatakan bahwa penambahan santan pada pembuatan abon dapat memberikan rasa gurih
karena kandungan lemaknya cukup tinggi. Penambahan santan dapat menambah cita rasa dan
nilai gizi produk yang dihasilkan
BERIKUT HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN ABON

1. Rasa

Rasa merupakan atribut mutu dari suatu produk yang biasanya merupakan faktor penting bagi
konsumen dalam memilih produk. Rasa suatu produk pangan sangat dipengaruhi oleh komposisi
bahan penyusun formula dalam makanan. Rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat pencecap
kita yang berada di rongga mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa yang larut dalam air yang
berinteraksi dengan reseptor pada lidah dan indera perasa (trigeminal) pada rongga mulut
(Soekarto, 1995).

2. Tekstur

Menurut Astawan (2004), tekstur merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
penerimaan konsumen terhadap produk pangan. Macam-macam penginderaan tekstur antara lain
meliputi kebasahan (juiciness), kering, keras, halus, kasar dan berminyak.

3. Aroma

Menurut Winano (2008), aroma makanan umumnya menentukan kelezatan bahan makanan dan
banyak berhubungan dengan indra penciuman. Aroma akan memberikan kesan awal terhadap
suatu makanan sebelum makanan tersebut dikonsumsi.

4. Warna

Warna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan konsumen terhadap suatu
produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran terhadap mutu, warna juga
dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan (Winarno, 1997).
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yaitu:

1. Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah
bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadibentuk lain untuk konsumsi
oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industripengolahan makanan.

2. Tujuan dari pengolahan pangan yaitu memperpanjang masa simpan dari produkhasil
peternakan3. berdasarkan metode pindah panas yang terjadi selama penggorengan, terdapatdua
metode penggorengan yang telah ditetapkan secara komersial yaitu shallow / pan frying atau
penggorengan dangkal dan deep-fat frying

.4. Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi,kerbau, ikan laut)
yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkandari seratnya. Kemudian
ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnyadigoreng
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Tips Memilih Abon Sapi Berkualitas http://www.optimasi.co.id/web/tips-


memilih-abon-sapi-berkualitas.html (diakses pada tanggal 1 Desember 2013)

Arianto. 2010.Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Abon Lele Di Irt Karmina


.http://konsultansolokselatan.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 1 Desember2013)

Muchtadi TR. 2008. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor : Institut PertanianBogor

Nazieb, A. 2009.Food Science and Technology . Surakarta : Universitas NegeriSurakarta

Nursiam, Intan. 2010.Uji Hedonik Dan Mutu Hedonik Abon Daging Sapi
.http://intannursiam.wordpress.com/2010/11/11/laporan-pembuatan-abon-sapi/(diakses pada
tanggal 1 Desember 2013)

Palupi, NS, FR Zakaria dan E Prangdimurti. 2007.Pengaruh Pengolahan TerhadapNilai Gizi


Pangan. Bogor : Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB

Perdana, A. 2009. Proses Pembuatan Abon Sapi


.http://perdanaangga.wordpress.com/2009/06/04proses-pembutan-abon-dan-nugget/ (diakses
pada tanggal 1 Desember 2013)

Poulane, E. J., M.H. Rusunen and J. I. Vainionpaa.2001. Combined effects of NaCl andraw meat
pH on water-holding in cooked sausage with and without addedphosphate. Jurnal of Meat
Science 58: 1-7

Purnomo. 1997. Studi tentang stabilitas protein daging kering dan dendeng selampenyimpanan.
Laporan Penelitian. Fakultas peternakan. Universitas Brawijaya,Malang.

Rais, Harfina. 2012. Laporan Abon dan Dendeng


.http://harfinad24090112.wordpress.com/2012/09/30/lap-8-abon-dan-dendeng/(diakses pada
tanggal 1 Desember 2013)
Sumarsono, J, dan H.A Sirajudin. 2008. Penentuan Lama Sentrifuge Minyak Abon Daging Sapi.
Makalah Penunjang Seminar Nasional . Mataram : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Supriyanto, Raharjo B, Marsono Y, Supranto. 2006. Pemodelan Matematik TransferPanas Dan


Massa Pada Proses Penggorengan Bahan Makanan Berpati. JurnalTeknologi dan Industri

PanganSianturi, R. 2000. Kandungan gizi dan palatabilitas abon daging sapi dengan kacangtanah
( Arachis hypogeal linn) sebagai bahan pencampur. Skripsi. FakultasPeternakan.Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Usmiati , S, dan A. priyanti. 2008. Sifat fisikokimia dan palatabilitas bakso dagingkerbau. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.

Waturaka, F.Y. 2002. Komposisi kimia dan daya terima abon dari daging sapid an ayampetelur
afkir pada cara pemasakan berbeda. Skripsi. FakultasPeternakan.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wikipedia. 2013. Danging Sapi . http://id.wikipedia.org/wiki/Daging_sapi (diakses padatanggal


1 Desember 2013Wikipedia. 2013. Pengolahan Pangan

Winarno FG. 1999. Minyak Goreng dalam Menu Masyarakat . Jakarta : Balai
Pustakahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengolahan_makanan (diakses pada tanggan 1Desember
2013)

Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai