Kelompok 7
Rovika Nur Fitri 10616020
Irvan Rabbani Burhan 10616042
Mohammad Fahmi Hakim 10616047
Baiq Dewi Titaniarni 10616059
Irin Annisa Evitayani 10616070
Asisten:
Nurul Rahmasari
10615012
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
kuliah lapangan biologi perilaku yang berjudul “Analisis Perilaku Tapir Asia, Berang-
berang Cakar Kecil, dan Rusa Timor di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta” ini.
Laporan kuliah lapangan ini dibuat dengan harapan dapat membantu dan
memberikan wawasan kepada para akademika, lembaga konservasi terkait, serta
masyarakat sekitar mengenai perilaku perilaku yang ditunjukan oleh tapir asia, linsang,
dan rusa timor Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yaitu
anggota kelompok tujuh praktikum Biologi Perilaku 2019, yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan kuliah lapangan ini.
Walaupun begitu, kami menyadari laporan kuliah lapangan ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari segi sisi isi laporan. Kami juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyusunannya karya tulis ini. Kepada para asisten mata kuliah Biologi Perilaku 2019,
terutama Kak Nurul Rahmasari selaku asisten kuliah lapangan, serta para dosen pembina
yaitu Bu Lulu, Pak Ridwan, dan Pak Adit, kami ucapkan terima kasih.
Akhir kata kami berharap semoga laporan kuliah lapangan ini dapat menjadi
sumber informasi bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk melindungi flora dan fauna beserta
habitatnya adalah dengan menggunakan konservasi. Metode konservasi ini dapat
dilakukan di dalam habitatnya (konservasi in situ) ataupun di luar habitatnya (konservasi
ex situ). Fungsi utama dari konservasi ini adalah sebagai pusat pengembangbiakan
terkontrol satwa liar sambil mempertahankan kemurnian genetik. Konservasi ex situ ini
memiliki fungsi lain seperti tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta sumber indukan dan cadangan genetik untuk
mendukung populasi in situ. Salah satu contoh dari konservasi ex situ ini adalah kebun
binatang Gembira Loka yang terletak di Yogyakarta (Puspitasari, dkk., 2016). Kebun
Binatang Gembira Loka adalah kebun binatang dengan luas seiktar 20 hektar. Kebun
binatang ini merupakan tempat penyelamatan satwa, pemeliharaan satwa hasil sitaan,
temuan, atau penyerahan dari masyarakat, dan tempat rehabilitasi satwa. Selain itu,
Kebun Binatang Gembira Loka juga merupakan tempat pemeliharaan satwa sekurang
kurangnya 3 kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang kurangnya 15 hektar dengan
fungsi utama untuk pengembangbiakkan terkontrol dan penyelamatan tumbuhan dan
satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya serta sebagai tempat
pendidikan, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan (Gembira Loka Zoo, 2019).
Pengetahuan mengenai perilaku suatu hewan dapat membantu kita dalam
melakukan kegiatan konservasi dari hewan tersebut. Misalnya adalah perilaku terkait
waktu hewan tersebut melakukan perkawinan atau berkembang biak, pola persebaran,
serta kondisi kondisi yang mempengaruhi ukuran populasi. Selain itu, perilaku hewan
sangat terpengaruh oleh kondisi lingkungan, oleh sebab itu perilaku ini dapat digunakan
sebagai indikator untuk melihat dampak dari konservasi terhadap hewan yang di
konservasi (Tadesse, 2018).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan activity budget tapir asia jantan di kebun binatang Gembira Loka
2. Menentukan activity budget berang-berang cakar kecil di kebun binatang Gembira
Loka
3. Menentukan proporsi interaksi antar individu berang-berang cakar kecil di kebun
binatang Gembira Loka
4. Menentukan behavior synchronization berang-berang cakar kecil di kebun
binatang Gembira Loka
5. Menentukan activity budget rusa timor betina di kebun binatang Gembira Loka
BAB II
STUDI PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo: Perissodactyla
Famili : Tapiridae
Gambar 2.1. Tapir asia di Kebun Binatang
Gembira Loka, Yogyakarta
Genus : Tapirus
Hewan ini mudah dikenali karena memiliki bagian tubuh mulai dari kepala, leher,
dan kaki yang berwarna hitam dan bagian belakang seperti pinggang dan punggung
berwarna putih. Saat ini persebaran tapir asia yaitu terdapat di Myanmar, Thailand bagian
selatan, Peninsular Malaysia dan di Indonesia khususnya pulau Sumatra (Cranbrook &
Piper, 2009).
Tapir asia merupakan hewan soliter atau hidup sendiri. Hewan ini menandai
daerah teritori dengan cara mengencingi tumbuhan di sekitarnya. Hewan ini bergerak
dengan lambat, namun memiliki kemampuan lari yang baik atau berlari dengan cepat jika
merasa terancam. Hewan ini berkomunikasi satu sama lain dengan mengeluarkan suara
seperti siulan dan cicitan. Tapir asia suka tinggal di dekat air untuk mandi dan berenang.
Hewan ini aktif terutama pada malam hari, walaupun tidak sepenuhnya nokturnal. Tapir
asia cenderung makan begitu matahari terbenam dan sebelum matahari terbit. Pada siang
hari tapir asia juga suka melakukan aktivitas tidur siang. Perilaku sosial tapir yang berada
di dalam penangkaran sangat tergantung dari pribadi tapir itu sendiri, pengalamannya di
masa lalu, serta keberadaan makanan dan sistem pengandangan (Eisenberg et al. 1990).
2.2. Hewan Berang-Berang Cakar Kecil (Diurnal Sosial)
Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus) merupakan hewan mamalia kecil
yang hidup secara berkelompok. Hewan ini banyak ditemukan di daratan Asia selatan
hingga Asia tenggara.. Berang-berang merupakan hewan yang terspesialisasi untuk hidup
semiakuatik, dengan jejari yang berselaput dan ekor yang panjang serta fleksibel. Kuku
depannya teradaptasi untuk menangkap vertebrata dan invertebrata kecil di perairan yang
dangkal. Saat ini, masalah utama bagi berang-berang cakar kecil adalah hilangnya habitat
dan perdagangan ilegal untuk rambutnya. IUCN menempatkan Aonyx cinereus sebagai
hewan yang terancam punah pada tahun 2000 (Hussain et al., 2011). Berikut ini adalah
klasifikasi dari berang-berang cakar kecil.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo: Carnivora
Famili : Mustelidae
Gambar 2.2. Berang-berang cakar kecil di Kebun
Binatang Gembira Loka, Yogyakarta
Genus : Aonyx
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Pada umumnya ukuran tubuh rusa jantan lebih besar daripada rusa betina. Rusa
jantan dewasa memiliki ranggah yang bercabang tiga, sedangkan rusa betina tidak
memiliki ranggah (Cranbrook, 1991). Tubuh rusa berwarna coklat kemerahan dan
memiliki titik-titik putih yang tersebar di badannya. Rusa timor memiliki kaki yang
pendek dan telinga yang bulat dan agak lebar (Huffman, 1999).
Rusa timor lebih banyak beraktivitas di malam hari (nokturnal), namun rusa timor
juga bisa aktif dan mencari makan disiang hari. Aktivitas di malam hari dilakukan untuk
menghindari risiko predasi (Cranbrook, 1991). Hal ini tidak akan mempengaruhi
metabolism tubuh pada rusa karena rusa timor merupakan hewan yang sangat mudah
beradaptasi. Rusa jantan lebih sering melakukan vokalisasi daripada rusa betina. Selain
untuk menarik perhatian betina, vokalisasi juga dilakukan sebagai bagian dari perilaku
agresif. Selain vokalisasi, rusa jantan juga akan menghias ranggahnya menggunakan
rerumputan (Cranbrook, 1991). Rusa timor berkomunikasi dengan menggunakan visual,
suara, dan senyawa kimia. Satwa ini cenderung sedikit minum karena telah mendapatkan
cairan yang cukup dari rumput dan dedaunan yang dimakan (Kitchener dan Charlton,
1990).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Hewan Pengamatan
3.1.1 Tapir Asia
Tapir asia yang terdapat di kandang berjumlah sepasang yaitu jantan dan betina. Jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan betina. Pada tubuh betina terdapat
luka yang masih belum kering sedangkan pada jantan tidak terdapat adanya luka. Warna
putih pada tubuh jantan cenderung terlihat seperti warna putih keabuan sedangkan pada
betina warna putih.
3.1.2 Berang-berang Cakar Kecil
Berang-berang cakar kecil merupakan hewan mamalia kecil yang berwarna
coklat serta memiliki ekor dan kumis. Berang-berang cakar kecil yang diamati pada
kuliah lapangan ini berjumlah 14 ekor dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Berang-berang cakar kecil 1 merupakan juvenile, memiliki luka di badan bagian
belakang dekat ekor.
2) Berang-berang cakar kecil 2 merupakan juvenile, memiliki luka di badan bagian
belakang dekat kaki kanan.
3) Berang-berang cakar kecil 3 merupakan juvenile, tanpa memiliki luka di
badannya.
4) Berang-berang cakar kecil 4 merupakan juvenile, tanpa memiliki luka di
badannya.
5) Berang-berang cakar kecil 5 merupakan adult, kaki kiri belakangnya memiliki
luka berwarna merah mudah di jari tengahnya.
6) Berang-berang cakar kecil 6 merupakan adult, memiliki perilaku yang paling
agresif di antara semua linsang.
7) Berang-berang cakar kecil 7 merupakan adult, ukurannya paling besar dan
memiliki satu helai alis yang sangat panjang di salah satu matanya.
8) Berang-berang cakar kecil 8 merupakan adult, tidak memiliki luka di badannya
serta memiliki alis dan kumis yang pendek.
9) Berang-berang cakar kecil 9 merupakan adult, memiliki skrotum yang besar.
10) Berang-berang cakar kecil 10 merupakan adult, tidak memiliki luka di badannya.
11) Berang-berang cakar kecil 11 merupakan adult, memiliki kumis yang sangat
panjang di salah satu sisinya.
12) Berang-berang cakar kecil 12 merupakan adult, memiliki tiga buah alis (dua di
bagian kanan dan satu di bagian kiri).
13) Berang-berang cakar kecil 13 merupakan adult
14) Berang-berang cakar kecil 14 merupakan adult
Ke-empat-belas berang-berang cakar kecil tersebut diamati di dalam kandangnya
yang terdiri atas shelter yang terbuat dari batu dan dikelilingi oleh kolam air. Umur dan
jenis kelamin dari berang-berang tersebut sulit ditentukan dikarenakan jarak pengamat
dengan berang-berang yang cukup jauh dan informasi yang didapatkan seputar berang-
berang tersebut kurang.
3.1.3 Rusa Timor
Hewan all day-sosial yang diamati pada penelitian ini adalah rusa timor yang
berada di kebun binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Jumlah rusa pada satu kandang
sebanyak 7 ekor, dengan 4 jantan dewasa, 2 betina dewasa, dan 1 anakan. Usia masing-
masing rusa tidak diketahui. Rusa jantan memiliki ranggah bercabang, tetapi ada satu rusa
jantan yang ranggahnya baru tumbuh, kemungkinan rusa ini berusia 8 bulan. Individu
yang diamati dalam penelitian ini adalah individu betina yang memiliki tubuh berwarna
coklat cerah dan ukuran badannya lebih besar. Individu ini kemungkinan merupakan
individu dewasa, karena terlihat beberapa kali melakukan perilaku kawin, meskipun
belum sampai terjadi kopulasi. Pengamatan dilakukan menggunakan video yang
diperoleh menggunakan CCTV yang dipasang selama 24 jam. Metode pengamatan yang
dilakukan adalah focal animal-all occurrence sampling pada individu betina selama 24
jam. Setiap individu rusa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
J1 = Tanduk lancip
J2 = Tanduk tumpul panjang putihan
J3 = Tanduk tumpul pendek iteman
J4 = Tanduk pendek (baru tumbuh)
B1 = Rambut gelap
B2 = Rambut terang (ukuran lebih besar dari yang gelap)
B3 = Anakan, ukuran tubuhnya paling kecil
3.2. Metode Pengamatan
3.2.1 Pengamatan Langsung
Pengamatan perilaku tapir asia dan linsang dilakukan selama 8 periode dari pukul
08.30-16.30 WIB. Setiap periode berdurasi 60 menit Metode pencuplikan dan pencatatan
yang dilakukan pada tapir asia adalah ad libitum-all occurrence sampling dan focal
animal-all occurrence sampling pada individu jantan, sedangkan untuk linsang, metode
yang digunakan adalah ad libitum-all occurrence sampling, focal animal-all occurrence
sampling, focal animal-sociometric, dan all animal-scan sampling.
3.2.2 Analisis Video
Pengamatan melalui video dilakukan menggunakan CCTV untuk rusa timor.
Pengamatan rusa timor dilakukan selama 24 jam (24 periode) menggunakan metode focal
animal-all occurrence sampling pada individu betina dewasa. Analisis perilaku rusa
timor dari video CCTV dilakukan menggunakan program aplikasi Solomon Coder untuk
mengetahui durasi dari masing-masing perilaku yang dilakukan oleh rusa timor.
Perilaku sheltering Tapir asia terdiri dari tidur, duduk dengan dua kaki, duduk
dengan empat kaki, dan berdiri. Perilaku sheltering dilakukan untuk menghindari panas
dan didukung dengan kandang yang sempit. Selai itu Tapir Asia merupakan hewan yang
aktif pada malam hari sehingga cenderung melakukan sheltering (Kas et al., 2004)
Perilaku vokalisasi terdiri dari suara ngok ... ngok.. dan ngiak ngiak.. suara
tersebut digunakan saat Tapir Asia merasakan rasa takut. Hal ini disebabkan karena
adanya orang asing di lingkungan sekitar mereka seperti pengunjung yang datang. Tapir
memiliki penciuman yang tajam serta pendengaran yang tajam sehingga saat pengunjung
datang menghampiri mereka cenderung melakukan vokalisasi.
Perilaku makan dan minum tapir dilakukan dengan berdiri dan keluar dari
kandang. Tapir merupakan hewan herbivora. Tapir dapat memakan ribuan jenis tanaman
dengan mencari berbagai tanaman di habitat aslinya dan mereka juga menyukai buah
pisang. Di kandang mereka diberikan hanya rumput-rumput saja sehingga menurunkan
aktivitas makan mereka. Tapir minum melalui aliran sungai karena air tersebut masih
bersih(Barongi, 1993).
Perilaku exploring dilakukan dengan berjalan dan berdiri. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi makanan dan untuk bermain. Pada saat penjaga memberikan makan mereka
akan mencari makanan dan keluar dari kandang untuk menghampiri penjaga. Mereka juga
akan keluar sesekali untuk berjalan – jalan mengitari kandangnya (Barongi, 1993)
Defekasi dilakukan di kolam tempat Tapir Asia berendam dan di tanah. Saat defekasi
ditanah tapir akan menggali lubang lalu melakukan defekasi dan menutupnya kembali
dengan tanah sedangkan urinasi dilakukan di tanah. Perilaku mengubur kotoran tersebut
dilakukan untuk mengurangi bau pada daerah sekitar kandang (Viena, 2018).
Gambar 4.5 Persentase Activity Budget Rusa Timor di Siang Hari (06.00-18.00 WIB)
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa perilaku dominan yang tampak
disetiap periode adalah istirahat yang ditandai dengan warna merah pada gambar.
Aktivitas dominan lain yang terlihat adalah perilaku makan, dengan durasi paling panjang
berada pada periode 11. Umumnya, rusa timor betina mulai makan dari pagi hingga sore
hari, diselingi dengan istirahat pada pukul 12.00 – 14.00 WIB. Rusa timor betina
melakukan hal ini untuk kompensasi energi laktasi. Rusa merumput lebih awal karena
tempat penangkaran berada di daerah dataran rendah, karena suhu udaranya lebih panas
dari suhu udara di habitat asli. Grooming berfungsi untuk membersihkan tubuh dari kutu,
infeksi patogen, dan sebagai insentif untuk helper. Vokalisasi rusa sangat beragam dan
memiliki fungsi yang berbeda, seperti untuk kontak sosial, interaksi induk-anak, bertemu
predator, dan reproduksi. Rusa juga berkomunikasi dengan senyawa kimia berupa
feromon untuk komunikasi dominansi, reseptivitas, dan bahaya. Pada pengamatan ini
diketahui bahwa rusa jarang sekali minum, hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa rusa tidak terlalu banyak minum karena lebih mengandalkan cairan
yang diperoleh melalui dedaunan yang dimakan. Perilaku berinteraksi yang banyak
ditemui pada rusa betina ini berupa allogrooming dan kawin. Allogrooming dilakukan
oleh jantan betina ke individu anakan. Perilaku kawin yang dilakukan oleh individu betina
dengan imdividu jantan tidak sampai kopulasi. Individu jantan hanya menunggangi
individu betina dan beberapa saat kemudian individu betina berjalan menjauhi individu
jantan. Sedangkan individu jantan terus berusaha untuk melakukan kopulasi dan
menciumi bagian belakang dari individu betina. Pada pengamatan ini terdapat perilaku
lain-lain, karena terkadang rusa keluar dari jangkauan kamera CCTV sehingga
perilakunya kurang jelas untuk diamati.
Gambar 4.6 Persentase Activity Budget Rusa Timor di Malam Hari (18.00-06.00 WIB)
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa pada periode 1 hingga 3 rusa tidak
dapat diamati, hal ini bisa terjadi karena rusa keluar jari jangkauan kamera CCTV. Pada
tiga periode ini juga terlihat perilaku istirahat. Perilaku makan semakin meningkat hingga
periode 4, hal ini juga menyebabkan meningkatnya perilaku lokomosi, karena rusa
berjalan menuju ke arah makanan dan makan dengan cara berdiri. Perilaku yang dominan
pada periode 5 adalah istirahat. Setelah makan, biasanya rusa berjalan-jalan mengitari
kandang kemudian beristirahat dengan cara duduk atau berbaring. Pada periode 6 dan 7
rusa beristirahat, dan mulai beraktivitas kembali pada periode 8 dengan makan dan
lokomosi, namun masih ada pula perilaku istirahat. Pada periode 9 hingga 12, rusa lebih
banyak “menghilang”, sehingga perilakunya tidak bisa diamati. Pada rentang periode ini
juga terdapat perilaku makan, grooming, istirahat, dan lokomosi dengan persentase
rendah.
Tabel 4.2 Durasi Perilaku Istirahat dan Beraktivitas di Siang Hari (06.00-18.00 WIB)
Periode Istirahat (menit) Beraktivitas (menit)
1 19,06 40,94
2 31,45 28,55
3 36,26 23,74
4 19,90 38,45
5 1,38 58,00
6 11,88 42,80
7 52,38 7,65
8 16,98 43,08
9 38,68 21,15
10 12,34 47,63
11 0,16 55,73
12 15,58 44,40
Total 256,06 452,13
Tabel 4. Durasi Perilaku Istirahat dan Beraktivitas di Malam Hari (18.00-06.00 WIB)
Periode Istirahat (menit) Beraktivitas (menit)
13 14,85 25,50
14 9,20 50,78
15 11,74 48,23
16 15,44 20,98
17 40,50 18,41
18 60,00 0,00
19 60,00 0,00
20 43,17 16,83
21 10,55 47,83
22 11,35 48,65
23 0,00 60,00
24 7,20 52,80
Total 284 390,01
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa durasi istirahat pada siang hari lebih
sedikit daripada malam hari. Sebaliknya durasi aktivitas pada siang hari lebih banyak
daripada malam hari, namun perbedaan durasinya tidak terlalu signifikan. Durasi perilaku
istirahat merupakan gabungan dari durasi perilaku tidur, duduk, berbaring, dan berdiri.
Sedangkan durasi perilaku beraktivitas merupakan gabungan dari durasi perilaku
lokomosi, makan, grooming, minum, dan perilaku lain-lain. Berdasarkan perbedaan
durasi perilaku di siang dan malam hari, diketahui bahwa rusa lebih aktif di siang hari. Di
habitat alami, rusa merupakan hewan nokturnal, namun bisa juga beraktivitas di siang
hari (Cranbrook, 1991). Rusa aktif mencari makan di malam hari untuk menghindari
predator. Di penangkaran, rusa akan mengalami pergeseran perilaku dengan lebih banyak
beraktivitas di siang hari. Hal ini terjadi karena rusa lebih banyak diberi makan di siang
hari. Pergeseran perilaku ini tidak akn terlalu berdampak pada kondisi metabolism
tubuhnya, karena rusa merupakan hewan yang sangat mudah beradaptasi.
BAB V
KESIMPUNAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut.
1. Perilaku dominan yang ditunjukkan oleh tapir pada setiap periode adalah istirahat
dan lokomosi.
2. Perilaku dominan yang ditunjukkan oleh berang-berang cakar kecil berenang,
istirahat, berjalan, foraging, makan, dan perilaku lain-lain.
3. Interaksi antar berang-berang cakar kecil yang paling sering terjadi adalah
interaksi antara individu 10 dan individu 7 dengan proporsi sebesar 0,069.
4. Menentukan behavior synchronization berang-berang cakar kecil di kebun
binatang Gembira Loka
5. Rusa timor betina lebih banyak beristirahat di malam hari, dan beraktivitas di
siang hari, meskipun perbedaan durasinya tidak terlalu signifikan.
5.2. Saran
Saran untuk kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut.
1. Pemilihan hewan sosial perlu dipertimbangkan lagi agar anggota pada hewan
sosial setidaknya memiliki jumlah yang hampir sama, dan proses pengambilan
data juga tidak terlalu kaos.
2. Sebaiknya CCTV yang digunakan untuk pengamatan hewan all day sosial
diletakkan di tempat yang strategis, sehingga segala perilaku hewan bisa teramati
dan dicatat.
DAFTAR PUSTAKA
Cranbrook, E. 1991. Mammals of South-east Asia. New York, NY: Oxford University
Press.
Gembira Loka Zoo. 2019. Lembaga Konservasi. [online]. Available at:
http://gembiralokazoo.com/lembaga-konservasi.html [diakses pada 13 Mei 2019]
Hedges, S.; Duckworth, J.W.; Timmins, R.J.; Semiadi, G. & Priyono, A. (2008). "Rusa
timorensis". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International
Union for Conservation of Nature.
Huffman, B. 1999. "Sunda Sambar, Rusa Deer" (On-line). Accessed November 18, 2001
at http://www.ultimateungulate.com/rusadeer.html
Johnson, D.D.P, MacDonald, D.W. & Dickman, A.J. 2000. An analysis and review of
models of the sociobiology of the Mustelidae. Mammal Rev, 30 (3&4):171-196
Kitchener, D., L. Charlton. 1990. Wild Mammals of Lombok Island. Records of the
Western Australian Museum, 33: 105-106.
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2019.
The Animal Diversity Web (online). Accessed at https://animaldiversity.org.
Puspitasari, A., Masy’ud, B., dan Sunarminto, T. 2016. Nilai Kontribusi Kebun Binatang
Terhadap Konservasi Satwa, Sosial Ekonomi, dan Lingkungan Fisik: Studi Kasus
Kebun Binatang Bandung. Institut Pertanian Bogor.
Samedi. 2015. Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Indonesia: Rekomendasi
Perbaikan Undang Undang Konservasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia. Vol.
2, No. 2
Tadesse, S. 2018. Animal Behavior in Conservation Biology. International journal of
Avian & Wildlife Biology. Vol. 3, No. 1
LAMPIRAN
Ke-