Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang paling banyak dikenal

karena biasanya hidup di dekat manusia. Lalat juga dikenal sebagai vektor

mekanik pembawa penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Lalat

memiliki bulu-bulu halus di seluruh tubuhnya, yang menjadikannya vektor

penularan penyakit karena perilaku lalat suka berpindah dari satu makanan

(biasanya bahan organik atau feses yang membusuk) ke makanan lain untuk

makan dan bertelur (Rianto, 2011).

Hastutiek & Fitri (2013) memaparkan bahwa sekitar 100 spesies organisme

yang merupakan patogen bagi manusia dan hewan disebarkan oleh lalat rumah

(Musca domestica). Kemudian menurut Dirjen P2M & PL berbagai jenis penyakit

yang disebabkan oleh lalat di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia antara

lain disentri, diare, tifus dan kolera. Lalat rumah juga memiliki ketertarikan untuk

hinggap dimana saja, baik ditempat yang bersih maupun kotor sehingga dapat

membawa berbagai penyakit. Biasanya lalat membawa bakteri patogen, dimana

bakteri tersebut dapat menyebar dari mulut, feses dan bagian lain yang

terkontaminasi dan dipindahkan ke makanan manusia. Seperti halnya manusia,

lalat rumah juga membutuhkan protein untuk mendorong pertumbuhan,

reproduksi, dan regenerasi sel yang rusak. Inilah mengapa lalat begitu tertarik
untuk hinggap di meja yang terdapat makanan atau sisa makanan. Kasus infeksi

juga banyak ditemukan di jajanan pinggir jalan disebabkan oleh lalat rumah.

Keberadaan lalat rumah memang sangat mengganggu, namun sulit untuk

membunuhnya dengan tangan kosong, karena lalat rumah merupakan hewan kecil

yang agresif dan dapat terbang. Untuk itu diperlukan metode alternatif yang aman,

yaitu menggunakan bahan alami pada tumbuhan sebagai insektisida

biodegradable, mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan, sehingga relatif

aman bagi manusia. Keuntungan dari pestisida nabati adalah hanya meninggalkan

sedikit residu di lingkungan, dan zat aktif dalam pestisida terurai lebih cepat di

alam, sehingga tidak menimbulkan resistensi terhadap target.

Pestisida alami yang byk digunakan diantaranya tanaman gebus Citrus.

Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

atsiri yang merupakan bahan alami yang diketahui memiliki efek salah satunya

pengusir nyamuk. Minyak atsiri diproduksi oleh anggota genus Citrus. Jeruk nipis

(Citrus aurantifolia S.) merupakan tumbuhan yang termasuk dalam 2.400

tumbuhan insektisida nabati lainnya (Wulandari, dkk, 2016). Tidak hanya pada

buah-buahan, tetapi juga pada bagian tanaman pada kulit jeruk. Limbah kulit jeruk

juga termasuk dalam kategori limbah biodegradable, yaitu limbah yang dapat

diuraikan secara aerobik maupun anaerobik secara biologis. Namun yang terbaik

adalah mengolah limbah tersebut menjadi produk yang memiliki nilai guna,

terutama produk yang memiliki nilai jual.

Limau kuit merupakan salah satu jenis jeruk khas Kalimantan Selatan.

Limau kuit sangat populer pada masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan


khususnya dalam dunia kuliner sebagai penyedap rasa dan bumbu dapur. Limau

ini diambil perasan buahnya seperti penggunaan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

sebagai penyedap rasa khas, misalnya pada makanan berkuah Soto Banjar. Selain

itu, limau kuit juga bisa dijadikan bagian penyedap sambal, sebagaimana sambal

Banjar yaitu sambal limau kuit. Kajian pustaka tentang penelitian limau kuit

belum memberikan informasi yang banyak. Informasi-informasi yang diperoleh

lebih mengarah pada jenis jeruk purut (Citrus hystrix DC), bahan kuliner, dan

produk komersial suatu mie instan.

Simanihuruk (2013) memaparkan bahwa pada Jeruk purut (Citrus hystrix

D.C.) memiliki kemiripan dengan limau kuit dari segi morfologi buah dan telah

banyak diteliti kandungan minyak atsirinya. Jeruk purut memiliki ukuran buah

lebih kecil dari kepalan tangan, bentuknya bulat tetapi banyak tonjolan dan

berbintil. Kulitnya tebal dan berwarna hijau tua polos atau berbintik-bintik. Kulit

jeruk purut memiliki aroma wangi yang agak keras dan kandungan sitronelal yang

sangat tinggi, menjadi salah satu kelebihan minyak jeruk purut di bidang industri,

khususnya industri parfum dan kosmetika. Sedangkan Limau kuit memiliki

kesamaan fisik dengan jeruk purut, namun memiliki perbedaan yaitu buahnya

lebih besar dan pada bentuk daunnya (Irwan & Rosyidah, 2019).

Limau kuit dapat tumbuh baik di tanah yang basah berair sampai lahan di

pegunungan. Sayangnya tanaman ini mulai jarang ditanam oleh masyarakat

sekarang. Tanaman yang ada sekarang umumnya merupakan peninggalan dari

orang tua terdahulu, sehingga ketersediaan tanaman dan buah sangat terbatas.

Buah limau kuit biasa diperdagangkan secara musiman di pasar-pasar tradisional.


Irwan, Humaida & Nur (2020) memaparkan dalam penelitiannya bahwa minyak

atsiri pada ekstrak kulit limau kuit mampu mehambat pertumbuhan antibakteri

pada konsentrasi yang rendah dan minyak atsiri pada ekstrak kulit limau kuit

mengandung lima senyawa utama yaitu limonene, γ- terpinene, β-pinene, α-

pinene, dan sabinene. Senyawa d-limonene ini juga dibuktikan dalam beberapa

penelitian dengan memberikan efek insektisida pada beberapa jenis serangga.

Ariyani, Nazemi, Hamidah & Kurniati (2018) memaparkan dalam penelitiannya

bahwa minyak atsiri pada ekstrak kulit limau kuit mampu mehambat pertumbuhan

beberapa bakteri yaitu pada konsentrasi 100%, 75%, dan 50% dapat menghambat

bakteri, namun yang paling optimum adalah pada konsentrasi 100% untuk bakteri

Escherichia coli dengan zona hambat sebesar 10,67 mm dan 14 mm pada

Staphylococcus aureus. Selain itu, minyak atsiri limau juga baik untuk kesehatan

yaitu sebagai aromaterapi.

Aromaterapi adalah metode pengobatan dengan mengekstraksi tanaman

yang dapat digunakan dari daun, bunga, kulit kayu, batang, biji atau akar yang

dapat digunakan untuk penyembuhan atau relaksasi. Menurut Sharma (2009),

aromaterapi merupakan terapi yang menggunakan wewangian. Istilah aromaterapi

mengacu pada penggunaan minyak esensial dalam rehabilitasi holistik untuk

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional guna memulihkan

keseimbangan tubuh. Pada awalnya aromaterapi hanya muncul dalam bentuk air

mani. Namun seiring dengan perkembangan zaman, aromaterapi terbagi menjadi

banyak jenis, salah satunya adalah lilin aromaterapi Lilin aromaterapi merupakan

aplikasi lain dari aromaterapi melalui inhalasi (inhalasi) yaitu menghirup uap
aroma yang dihasilkan oleh beberapa tetes minyak atsiri (Rusli & Rerung, 2018).

Dalam wadah berisi air panas. Lilin beraroma menghasilkan aroma saat terbakar

dan memberikan efek penyembuhan (Primadiati, 2002).

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui Limau Kuit memiliki banyak

manfaat salah satunya sebagai aromaterapi karena minyak atsirinya mengandung

beberapa senyawa kimia yang berkhasiat. Oleh karena itu penulis membuat olahan

dari ekstrak kulit limau kuit menjadi lilin aromaterapi penolak lalat rumah rumah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah sebagai

berikut,

1. Bagaimana efektivitas lilin aromaterapi dari minyak atsiri limau kuit

(Citrus sp.) sebagai penolak lalat rumah (Musca domestica) ?

2. Pada konsentrasi berapa lilin aromaterapi dari minyak atsiri limau kuit

(Citrus sp.) yang terbaik sebagai penolak lalat rumah (Musca

domestica) ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Program Kuliah Lapangan (PKL) ini adalah

sebagai berikut,

1. Untuk mengetahui efektivitas lilin aromaterapi dari minyak atsiri limau

kuit (Citrus sp.) sebagai penolak lalat rumah (Musca domestica).


2. Untuk mengetahui konsentrasi terbaik pada lilin aromaterapi dari minyak

atsiri limau kuit (Citrus sp.) sebagai penolak lalat rumah (Musca

domestica).

3. Untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam

pengolahan Lilin Aromaterapi dari Limau Kuit.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan Program Kuliah Lapangan (PKL) ini adalah

sebagai berikut,

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan,

pengalaman dan media belajar dilapangan mengenai pengendalian vektor

lalat menggunakan minyak atsiri limau kuit.

2. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi mengenai kemampuan minyak atsiri

lmau kuit sebagai pengendalian vektor lalat pada makanan secara efektif

dan tanpa menimbulkan gangguan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai