Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KOTA


SURABAYA
17 – 27 MEI 2022

Oleh:
Nailul Ngizzah, S.KH 062023143007
Retno Palupi, S.KH 062023143011
Uli Rumondang Nehemia M, S.KH 062023143013
Aulia Juniar Wijanarko, S.KH 062023143018
R. Fyoren Narita Tumbol, S.KH 062023143046
Muhammad Ridwan, S.KH 062023143054
Muhammad Hafiz P, S.KH 062023143068

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN XXXVI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami

mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga laporan kelompok Praktik Kerja Lapangan

Dinas Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner dapat kami selesaikan untuk memenuhi tugas

PPDH XXXVI 2022.

Tim Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Kepala Bidang

Peternakan, drh. Sunarno Aristono., M.Si dan Sub Koordinator Kesehatan Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ibu Dian Anggraini, S.TP serta seluruh dokter hewan dan

staff di Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Surabaya yang telah memberikan

banyak bimbingan dan pembelajaran bagi mahasiswa PPDH XXXVI Kelompok 3A untuk

mengembangkan potensi profesi kami nantinya melalui kegiatan PKL di Dinas Ketahanan

Pangan dan Pertanian Kota Surabaya ini.

Laporan ini disusun secara sederhana dengan mengacu dari berbagai sumber referensi

yang telah kami dapatkan. Kami menyadari bahwa informasi yang disajikan dalam laporan ini

terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan serta kemampuan kami dalam

menyusun laporan.

Pola fikir yang kritis dan saran yang membangun sangat kami butuhkan baik

menyangkut isi maupun penulisan. Meskipun banyak kekurangan dalam laporan ini, terdapat

sepercik harapan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Untuk selebihnya kami mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata dan terima kasih atas perhatiannya.

Surabaya, 26 Mei 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 3

1.3 Manfaat........................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4

2.1 Penyakit Mulut dan Kuku ........................................................................................... 4

2.1.1 Pengantar.............................................................................................................. 4

2.1.2 Etiologi................................................................................................................. 5

2.1.3 Penularan.............................................................................................................. 6

2.1.4 Sifat Virus ............................................................................................................ 6

2.1.5 Gejala Klinis ........................................................................................................ 6

2.1.6 Diagnosis PMK .................................................................................................... 8

2.1.7 Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian ....................................................... 8

2.2 Monitoring dan Pengobatan Ternak ............................................................................ 9

2.3 Sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku........................................................................ 11

2.4 Kunjungan Pasar ....................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun

tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan

merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup

dan kehidupannya (Suandi, 2012).

Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi

negara yang mempunyai penduduk sangat banyak seperti Indonesia, jumlah penduduk

Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta jiwa pada tahun 2020 dan diproyeksikan akan

menjadi 270 juta jiwa pada tahun 2025. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan

bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,

dan produktif secara berkelanjutan.

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan guna mencegah pangan

dari cemaran biologi, kimia dan benda lainnya yang dapat mengganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan manusia (Peraturan Pemerintah, 2004). Sumber pangan yang berasal

dari sumber nabati ataupun hewani perlu perlakuan khusus, terutama pangan hewani segar

seperti daging ayam, daging sapi, ikan dan lainya (Soeparno, 1994). Bahri (2008) menyatakan

bahwa bahan pangan asal ternak merupakan sumber gizi untuk pertumbuhan dan kehidupan

manusia, tetapi dapat berbahaya bagi kesehatan manusia apabila produk tersebut tidak layak

dikonsumsi.

1
Winarno (2004) menyatakan bahwa masalah keamanan pangan di Indonesia meliputi

antara lain pencemaran pangan oleh mikroba karena kurang pengetahuan tentang pentingnya

praktik sanitasi dan higiene, pencemaran oleh bahan kimia berbahaya seperti pestisida, residu

obat, logam berat dan lainnya, penggunaan bahan berbahaya yang dilarang digunakan untuk

pangan seperti formalin, boraks dan sebagainya. Penggunaan melebihi batas maksimum yang

diijikan dari bahan tambahan pangan yang sudah diatur penggunaannya oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM). Sibarani (2011) menyatakan bahwa bahan pangan asal hewan

merupakan produk yang mudah rusak sehingga pengawasan sangat penting dilakukan untuk

menjaga keamanan dan mutu pangan. Untuk mendukung ketahanan pangan (food security)

secara berkesinambungan dan jaminan keamanan pangan (food safety) diperlukan suatu

pengawasan dalam bidang produksi, distribusi dan pemasaran produk pangan asal hewan

melalui kerjasama antara pemerintah, kesmavet (Veterinary Public Health) dalam hal ini

dokter hewan dan pihak-pihak terkait melalui suatu sistem kesehatan hewan nasional,

sehingga konsumen mendapat perlindungan dalam mengkonsumsi bahan makanan yang

aman, sehat dan berkualitas.

Dokter hewan diharapkan memiliki kemampuan untuk mencegah, mendeteksi,

mengeliminasi, dan merespon segala permasalahan di bidang Kesmavet terkait penyakit hewan

yang bersifat zoonosis atau penyakit hewan yang berdampak terhadap ketahanan pangan

melalui pendekatan multi-sektor dengan fokus penyediaan pangan asal hewan yang aman,

sehat, utuh dan halal (ASUH), pengendalian kesehatan lingkungan produksi pangan asal hewan

sebagai upaya pengendalian penyakit zoonosa, cemaran mikroba, residu dan kontaminan

lainnya pada pangan asal hewan, peningkatan daya saing pangan asal hewan dan produk hewan

lainnya di pasar domestik maupun pasar internasional, dan kesejahteraan hewan.

2
Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah satu bentuk implementasi kurikulum

Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Praktek Kerja Lapangan akan meningkatkan kemampuan calon dokter hewan untuk

mengamati, mengkaji serta menilai berbagai permasalahan antara teori dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat veteriner di wilayah kerja

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Pendidikan Profesi

Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya sebagai

berikut:

1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang upaya-upaya pencegahan, penanganan

serta pengendalian penyakit strategis maupun zoonosis dalam lingkup kesmavet

2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu kedokteran hewan

yang telah diperoleh di bangku kuliah kepada masyarakat Kota Surabaya melalui Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya

3. Mengetahui cara kerja di lapangan dan memberikan sosialisasi kepada peternak dalam

menangani dan menyikapi kasus atau penyakit pada hewan yang saat ini sedang terjadi

wabah

1.3 Manfaat

Manfaat kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Pendidikan Profesi Dokter Hewan

(PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga adalah mempersiapkan para calon

dokter hewan berkualitas, terampil dan siap mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dan

diperoleh kepada masyarakat luas khususnya di wilayah kedinasan dan kesehatan masyarakat

veteriner.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Mulut dan Kuku

2.1.1 Pengantar

Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau yang disebut dengan penyakit Foot and Mouth

Disease merupakan penyakit dengan tingkat penularan yang sangat tinggi (highly contangius)

sehingga ditakuti oleh dunia karena menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial yang tinggi.

PMK disebabkan oleh agen infeksius virus bersifat akut yang menyerang hewan berkuku

genap/belah (cloven-hoofed). Tingkat morbiditas PMK sangat tinggi (100%) namun tingkat

mortalitasnya sangat rendah pada hewan dewasa (1-5%), akan tetapi mortalitasnya akan tinggi

apabila menyerang hewan muda karena akan menyebabkan myocarditis (PUSVETMA, 2020).

PMK pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1887 melalui impor sapi dari

Belanda yang kemudian menyebar ke Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa

Tenggara. Berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan seperti melakukan vaksinasi massal

PMK yang diproduksi oleh Pusat Veteriner Farma (PUSVETMA), mengontrol jalur

perpindahan hewan serta produk asal hewan, dan tidak terlepas atas partisipasi dan kesadaran

masyarakat. Wabah terakhir kali terjadi di pulau Jawa tahun 1983, dan Indonesia dinyatakan

bebas dari PMK pada tahun 1986 berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No 260/1986.

Mendapatkan pengakuan internasional dari OIE tahun 1990 dengan resolusi No XI, dan status

bebas tersebut dapat dipertahankan dengan resolusi OIE secara berkala setiap tahun. Sehingga

status PMK di Indonesia dinyatakan sebagai penyakit eksotis yaitu penyakit yang tidak ada di

suatu negara, tetapi dapat ditemukan di negara lain. Berdasarkan surat Keputusan Menteri

Pertanian 405/KPTS/OT.050/M/05/2022 menyatakan bahwa pada tanggal 7 Mei 2022 telah

terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Kemungkinan hal ini terjadi sangat besar

karena negara sekitar Indonesia terutama Asia Tenggara seperti Kamboja, Laos, Malaysia,

4
Myanmar, Philippines, Thailand, dan Vietnam masih dinyatakan tertular PMK (PUSVETMA,

2020).

2.1.2 Etiologi

Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh

virus penyakit mulut dan kuku atau disebut juga dengan Foot and Mouth Disease Virus

(FMDV). Partikel virus PMK berukuran diameter 10-20 mm, memiliki kapsid iksohedral yang

disusun oleh protein, tidak beramplop, dengan genom berupa Ribonucleid Acid (RNA) untai

tunggal dengan sense-positif. Virus PMK termasuk ke dalam virus genus Aphthovirus dan

famili Picornaviridae. Virus PMK memiliki 7 tipe A, O, C, Asia 1, South African Teritorry

(SAT) 1, 2, dan 3. Serta setiap tipe virus ini masih terbagi lagi menjadi sub tipe dan galur

(strain) yang berbeda. Salah satu tipe yang paling sering menyerang adalah tipe O dengan sub

tipe Europe-South America (Euro-SA), Middle East–South Asia (ME-SA), Southeast Asia

(SEA), Cathay (CHY), West Africa (WA), East Africa 1 (EA-1), East Africa 2 (EA-2), East

Africa 3 (EA-3), Indonesia-1 (ISA1), dan Indonesia-2 (ISA-2) (Knowles et al, 2005). Jenis

virus PMK yang beredar diindonesia pada saat ini adalah kode O/ME-SE/Ind-2001/e dengan

rincian serotipe O, topotipe ME-SA, lineage Ind-2001, dan sublineage e.

Gambar 2.1. Morfologi virus PMK (Science Photo Library, 2022).

5
2.1.3 Penularan

Penyakit mulut dan kuku menyerang hewan yang berkuku genap/belah (cloven-hoofed)

seperti sapi, kerbau, kambing, babi, dan domba, serta juga peka terhadap satwa liar berkuku

belah seperti rusa, antelop, babi hutan, gajah, jerapah, dan unta. Virus penyebab penyakit mulut

dan kuku dapat ditemukan disemua ekskresi (urine, feses, keringat, dan karbon dioksida dalam

pernapasan) maupun sekresi (kelenjar keringat, kelenjar susu, dan kelenjar saliva).

Penularan PMK dapat ditular melalui beberapa cara sebagai berikut:

1. Secara langsung: antara hewan yang tertular dengan hewan yang rentan.

2. Secara tidak langsung: kontaminasi manusia, alat, dan sarana prasarana.

3. Udara (airborne): ditularkan melalui inhalasi dimana virus ini dapat diterbangkan

radius 10 Km.

2.1.4 Sifat Virus

Virus PMK merupakan virus yang dapat resisten terhadap bahan kimia dan fisik. Virus

ini dapat inaktif pada suhu 50ºC dan dapat juga inaktif pada daging yang dipanaskan pada suhu

70ºC selama 30 menit. Virus PMK inaktif secara cepat pada PH 9,0 dan rusak di dalam daging

dengan PH kurang dari 6. Virus ini dapat tahan di sumsum tulang, limfoglandula dan dapat

bertahan lama pada makanan yang terkontaminasi hingga satu bulan tergantung temperatur dan

PH. Virus PMK akan mati dengan desinfektan sodium hydroxide 2%, sodium carbonat 4%,

citrit acid 0,2%, acetic acid 2%, sodium hypochloride 3%, dan sodium chloride 1%. Namun

virus ini resisten terhadap iodophores, phenol, dan terkhusus bahan organik (PUSVETMA,

2020).

2.1.5 Gejala Klinis

Menurut Arzt et al, (2010) pathogenesis penyakit mulut dan kuku dapat melalui

beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pre-viraemia: paparan pertama dan terdeteksi dalam kompartemen vascular.

6
2. Establishment of viraemia: fase transisi.

3. Viraemia: terjadinya fase replikasi virus sehingga menimbulkan fase klinis.

4. Post-viraemia: fase pemulihan

Masa inkubasi virus penyebab penyakit mulut dan kuku adalah 2-14 hari hal ini

tergantung galur virus, jumlah virus, umur dan breed, serta host dan derajat kekebalan host.

Menurut Gelolodo 2017, gejala yang dapat ditimbulkan oleh PMK adalah sebagai berikut:

1. Demam atau pyrexia hingga lebih dari 40,8 ºC.

2. Nafsu makan hilang atau anoreksia.

3. Muncul lesi/lepuh/vesicle/erosi pada permukaan bibir, hidung, bagian dalam mulut

seperti gusi, lidah terutama pada bagian samping dan belakang.

4. Hypersalivasi.

5. Pada bagian kulit kaki teracak (kuku) bengkak, lepuh, merah, dan panas sehingga

tidak mampu berdiri.

6. Lepuh pada putting susu.

7. Mengurangi produksi susu.

8. Kematian pada hewan muda karena menyebabkan myocarditis.

9. Abortus.

Gambar 2.2. Gejala klinis PMK (Ditjen PKH, 2022).


7
Diagnosa banding terhadap penyakit mulut dan kuku adalah sebagai berikut:

1. Vesicular stomatitis

2. Swine vesicular disease

3. Vesicular exanthema of swine

4. Rinderpest

5. Bovine viral diarrhea and Mucosal disease

6. Infectious bovine rhinotracheitis

7. Bluetongue

8. Epizootic haemorrhagic disease

9. Bovine mammillitis

10. Bovine papular stomatitis; Contagious ecthyma

11. Malignant catarrhal fever

2.1.6 Diagnosis PMK

Diagnosa PMK dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis yang sesuai, lalu akan

dikonfirmasi dengan uji laboratoris. Isolasi virus dari hewan yang menampakkan gejala klinis

diambil dari cairan lepuh atau epitel pada lepuhan. Jika gejala klinis tidak jelas atau dalam

proses penyembuhan dapat diambil dari orofaring serta darah. Jika hewan mati dapat diambil

dari limfo glandula, thyroid, ginjal, limpa, dan jantung. Untuk identifikasi dapat dilakukan

dengan metode serologis ELISA atau molekular PCR yang menjadi rekomendasi OIE

(PUSVETMA, 2020).

2.1.7 Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian

Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus sehingga

tidak ada obat yang dapat menjadi obat utama (kausatif) dalam pengobatan penyakit ini.

Namun gejala pada hewan yang terinfeksi dapat diringankan dengan obat simptomatif dan

8
supportif. Pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan dalam antisipasi penularan

PMK adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan lalu lintas

2. Mensuci hamakan: seperti desinfeksi dan fumigasi

3. Isolasi hewan yang terinfeksi

4. Musnahkan bangkai, sampah, produk hewan pada area yang terinfeksi

5. Melakukan vaksinasi

2.2 Monitoring dan Pengobatan Ternak

Guna mengantisipasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak, Dokter Hewan

bersama Mahasiswa Koasistensi FKH UNAIR melakukan monitoring dan pengobatan

terhadap ternak di daerah Surabaya. Kegiatan monitoring ini dilakukan untuk mencegah dan

mengawasi penularan wabah Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan berkuku belah di Surabaya.

Upaya pencegahan PMK dilakukan dengan meningkatkan kesehatan ternak yakni menjaga

kebersihan kendang dan rutin melakukan penyemprotan cairan disinfektan di sekitar kandang.

Apabila ternak tidak menunjukkan gejala mengarah ke PMK dan ternak tersebut sehat maka

Dokter hewan melakukan pemberian vitamin ke ternak.

Rincian jadwal monitoring dan sosialisasi PMK

1. Tim A : Uli Rumondang Nehemia M dan R. Fyoren Narita Tumbol

2. Tim B : Retno Palupi dan Aulia Juniar Wijanarko

3. Tim C : Nailul Ngizzah dan Muhammad Hafiz Primanadin

4. Tim D : Muhammad Ridwan

No Tanggal Tim Kegiatan Penamping


1 17 Mei 2022 B Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Arfi
Peternak di Bangkingan - Drh Novi
C Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Palupi
Peternak di Gayungan
D Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Palupi
Peternak di Gayungan

9
2. 18 Mei 2022 A Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Tika
Peternak di Benowo - Drh Palupi
B Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Pak Bahri
Peternak di Bangkingan - Mbak Maya
C Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Gagat
Peternak di Karang Pilang
D Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Novy
Peternak di Lakarsantri
3. 19 Mei 2022 A Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Tika
Peternak di Benowo
B Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Arfi
Peternak di Sambikerep - Drh Richa
- Drh Novi
- Pak Bahri
D Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Maria
Peternak di Jambangan - Drh Palupi
4. 20 Mei 2022 A Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Richa
Peternak di Lakarsantri - Pak Bahri
B Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Fabyo
Peternak di Medokan Ayu, Rungkut
C Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Tika
Peternak di Benowo - Drh. Dodik
D Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Tika
Peternak di Benowo - Drh Dodik
5. 23 Mei 2022 A Survey Monitoring dan Sosialisasi - Drh. Rozali
PMK di Pasar Kupang, Dukuh - Mbak Maya
Kupang, Kupang Gunung, dan Pasar
Kembang
B Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh. Doni
Peternak di Lakarsantri
C Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Santi
Peternak di Asem Rowo
D Monitoring dan Sosialisasi PMK pada - Drh Santi
Peternak di Tambak Asem Rowo
6. 24 Mei 2022 A - Monitoring dan Sosialisasi PMK di - Drh Donny
Gayungan - Bu Dian
- Survey dan Sosialiasi PMK di Pasar - Pak Oktav
B Monitoring dan Sosialisasi PMK di - Drh. Fabyo
Tambakrejo dan Gebang
C Monitoring dan Sosialisasi PMK di - Drh Santi
Kenjeran, Bulak dan Lakarsantri - Drh Arfi
D Monitoring dan Sosialisasi PMK di - Drh Palupi
Karang Pilang

10
7. 25 Mei 2022 B Sosialiasi Peternak di Kelurahan - Drh Aris
Lakarsantri - Drh Gagat
- Drh Rozali
Bu Dian
C Monitoring dan pengobatan ternak di - Drh. Arfi
Dukuh Pakis - Drh Riska
D Monitoring dan pengobatan ternak di - Drh Arfi
Dukuh Pakis - Drh Riska

Gambar 2.3. Kegiatan monitoring dan pengobatan Ternak (Dokumentasi Pribadi, 2022)

2.3 Sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku

Dalam rangka mengantisipasi penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

yang menyerang hewan berkuku belah di Kota Surabaya, Dinas Ketahanan Pangan dan

Pertanian (DKPP) Kota Surabaya mengadakan kegiatan sosialisasi kepada beberapa peternak

di Kecamatan Lakarsantri. Kegiatan sosialisasi ini berlangsung pada tanggal Kamis, 25 Mei

2022 di Kantor Kecamatan Lakarsantri. Dalam kegiatan ini Dokter Hewan menjelaskan mulai

dari etiologi sampai cara pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku, diharapkan apabila peternak

yang mendapati ciri-ciri PMK dapat langsung menghubungi Dinas Peternakan setempat dan

tidak melakukan kegiatan pengeluaran ternak agar tidak menjadi carier (pembawa) Penyakit

Mulut dan Kuku (PMK).

11
Gambar 2.4. Kegiatan Sosialiasi Penyakit Mulut dan Kuku (Dokumentasi Pribadi, 2022)

2.4 Kunjungan Pasar

Pasar merupakan salah tempat penjualan hasil ternak, seperti daging dan telur. Dalam

rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Penyakit Mulut dan Kuku yang kembali

mewabah di Indonesia, maka sosialiasi mengenai Penyakit Mulut dan Kuku pun dirasa perlu

untuk dilakukan kepada para penjual daging ternak ruminansia. Para penjual hasil ternak

ruminansia umumnya menjual daging sapi dan jeroan, beberapa dari penjual juga menyediakan

kikil, cingur, ataupun bagian lainnya tergantung permintaan pembeli.

Ada banyak pasar yang menjadi target untuk monitoring dan sosialiasasi mengenai

Penyakit Mulut dan Kuku, namun yang didatangi oleh Tim Program Profesi Dokter Hewan

(PPDH) gelombang XXXVI kelompok 3A hanya delapan pasar, yakni Pasar Kembang, Pasar

Kupang, Pasar Kupang Gunung, Pasar Dukuh Kupang, Pasar Gubeng Masjid, Pasar

Banjarsugihan, Pasar Lakarsantri, dan Pasar Balongsari. Penjual biasanya mendapatkan daging

dari Rumah Potong Hewan Pegirian, Rumah Potong Hewan Kedurus, dan Pasar Sepanjang.

Beberapa penjual yang sudah cukup besar menjual daging dalam jumlah yang cukup banyak,

jeroan, dan tulang, namun beberapa penjual hanya menjual daging sapi saja dalam jumlah yang

kecil, berkisar 10-15kg.

12
Gambar 2.4. Salah satu penjual daging dan jeroan yang ada di Pasar Kembang, Surabaya
(Dokumentasi Pribadi, 2022)

Gambar 2.5. Beberapa penjual masih tetap menyediakan jeroan dan kikil (Dokumentasi
Pribadi, 2022)

13
Gambar 2.6. Monitoring dan Sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku kepada penjual daging di

pasar-pasar kota Surabaya (Dokumentasi Pribadi, 2022)

Banyak penjual yang sudah mendengar mengenai Penyakit Mulut dan Kuku yang

menyerang hewan ternak. Beberapa penjual seperti di Pasar Balongsari dan Pasar

Banjarsugihan mengalami penurunan omset 10-30% namun beberapa penjual mengaku

omsetnya tetap stabil dikarenakan sudah memiliki pelanggan tetap. Semua kondisi daging di

tiap pasar dalam kondisi yang baik dan dalam proses pelayuan dengan cara digantung.

Dalam melakukan monitoring dan sosialisasi ke setiap pasar, tim gabungan dari

beberapa pemerintah daerah seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dinas Kesehatan,

Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan, Bagian Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat, Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, hingga Polres dan

Satpol PP beserta tim PPDH 3A yang ditugaskan bersama menjelaskan mengenai penanganan

daging yang akan dijual dan diberikan ke konsumen. Tim DKPP dan Tim PPDH 3A

14
mengedukasi para penjual daging mengenai hal penting apa saja yang harus diketahui

mengenai Penyakit Mulut dan Kuku, seperti Penyakit Mulut dan Kuku tidak menular ke

manusia sehingga konsumen tidak perlu khawatir dalam konsumsi daging ruminansia, lalu

mengenai penanganan yang harus dilakukan ketika mengambil daging dari Rumah Potong

Hewan dengan memastikan bahwa daging tersebut harus Aman, Sehat, Utuh dan Halal dengan

memeriksa surat kesehatan hewan yang harus dikeluarkan oleh dokter hewan di Rumah Potong

Hewan tersebut, penjual diharapkan memiliki dokumen ataupun salinannya sehingga dapat

dipastikan bahwa daging yang mereka jual berasal dari Rumah Potong Hewan Ruminansia

yang sudah terdaftar selain itu memastikan bahwa jeroan yang diambil dari Rumah Potong

Hewan sudah direbus selama minimal 30 menit terlebih dahulu agar membunuh virus yang

kemungkinan masih terdapat pada ternak tersebut. Pedagang juga diharapkan selalu

membersihkan tempat penjualannya sebelum maupun setelah penjualan agar tidak mencemari

lingkungan sekitar.

Tim DKPP meminta kontribusi aktif dari para pedagang daging untuk menyampaikan

kepada para konsumen bahwa tidak perlu khawatir dalam mengonsumsi daging ternak

ruminansia, terutama sapi karena Penyakit Mulut dan Kuku bukan zoonosis.

15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau yang disebut dengan penyakit Foot and Mouth

Disease merupakan penyakit dengan tingkat penularan yang sangat tinggi (highly contangius)

sehingga ditakuti oleh dunia karena menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial yang tinggi.

Guna mengantisipasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak dilakukan monitoring,

pengobatan serta sosialisasi terhadap ternak di daerah Surabaya. Kegiatan monitoring ini

dilakukan untuk mencegah dan mengawasi penularan wabah Penyakit Mulut dan Kuku pada

hewan berkuku belah di Surabaya. Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan para peternak

dan penjual daging ternak ruminansia mengenai Penyakit Mulut dan Kuku.

16
DAFTAR PUSTAKA
Arzt, J., N. Juleff, Z. Zhang, and L.L. Rodriguez. 2010. REVIEW The Pathogenesis of Foot
and-Mouth Disease I: Viral Pathways in Cattle. Transboundary and Emerging Diseases.
1-14.

Bahri, S. 2008. Beberapa aspek keamanan pangan asal ternak di Indonesia.Pengembangan


Inovasi Pertanian 1 (3): 225-242.

Gelolodo, M.A. 2017. The Role of Molecular Approach in Foot and Mouth Disease
Eradication Program. Jurnal Kajian Veteriner. 5(2): 21-42.

Knowles, N.K., A.R Samuel, P.R Davies, R.J Midgley, and J.F Valarcher. 2005. Pandemic
Strain of Foot-and-Mouth Disease Virus Serotype O. Emerging Infectious Diseases,
www.cdc.gov/eid. 11(12): 1887-1893.

Pusat Veteriner Farma. 2020. Pengemasan Sampel Suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Surabaya. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian.

Pusat Veteriner Farma. 2020. Prosedur Standar Baku Surveilans Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK). Surabaya. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian.

Science Photo Library, 2022. Foot and mouth disease virus, computer model. This virus causes
foot and mouth disease in cloven-hooved animals. Dikutip pada 22 Mei 2022
https://www.sciencephoto.com/media/468642/view/foot-and-mouth-disease-virus-
particle.

Sibarani, F. U. B. 2011. Evaluasi Penerapan Teknik Pemotongan Ayam Ditinjau dari


Keamanan Pangan dan Kehalalan di Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di Empat
Kecamatan. Kabupaten Bogor. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suandi. 2012. Modal Sosial dan Pembangunan Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Artikel

Daring. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

17
Winarno, F. G. dan Surono. 2004. GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik. M-Brio Press.
Bogor

18

Anda mungkin juga menyukai